Kementrian Lembaga: BRIN

  • Kapan Sidang Isbat Lebaran Idulfitri 2025? Ini Jadwal dan Tahapannya

    Kapan Sidang Isbat Lebaran Idulfitri 2025? Ini Jadwal dan Tahapannya

    Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat penetapan lebaran Idulfitri 2025 atau 1 Syawal 1446 Hijriah. Sidang isbat dijadwalkan dilaksanakan pada 29 Ramadan yang jatuh pada 29 Maret 2025.

    “Kami akan menggelar Sidang Isbat awal Syawal pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, Sidang Isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadhan,” kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag), Abu Rokhmad dikutip dari Antara, Jumat 28 Maret 2025.

    Sidang isbat ini terdiri dari tiga tahapan. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

    Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam, termasuk LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Sidang Isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.
     

     

    Diprediksi 1 Syawal 1446 H Jatuh 31 Maret 2025
    Rokhmad memprediksi Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 Hijriah/2025 Masehi akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. “Kalau menurut hitung-hitungannya hisab, kemungkinan insya Allah (Idul Fitri) kita akan sama, yaitu di tanggal 31 Maret,” ungkapnya

    Abu menjelaskan secara astronomis atau hisab pada 29 Ramadhan 1446 Hijriah, belum terjadi ijtimak. Posisi hilal masih di bawah ufuk antara -3 hingga -1 derajat. Artinya, secara teori hilal tidak mungkin bisa diamati.

    Selain itu, posisi hilal belum memenuhi kriteria Imkanur Rukyat berdasarkan musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darusssalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), yakni ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

    Kendati demikian, pemerintah tetap akan melakukan pemantauan hilal di 30 titik di seluruh wilayah Indonesia untuk verifikasi atas perhitungan hisab.

    “Meskipun tidak dapat diamati, Rukyatul Hilal tetap kami lakukan karena merupakan ajaran Islam. Yang kedua, juga saya kira syiar Islam, ketiga, juga merupakan bagian dari layanan keagamaan dari pemerintah,” jelasnya.

    Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat penetapan lebaran Idulfitri 2025 atau 1 Syawal 1446 Hijriah. Sidang isbat dijadwalkan dilaksanakan pada 29 Ramadan yang jatuh pada 29 Maret 2025.
     
    “Kami akan menggelar Sidang Isbat awal Syawal pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, Sidang Isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadhan,” kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag), Abu Rokhmad dikutip dari Antara, Jumat 28 Maret 2025.
     
    Sidang isbat ini terdiri dari tiga tahapan. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

    Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam, termasuk LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.
     
    Sidang Isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.
     

     

    Diprediksi 1 Syawal 1446 H Jatuh 31 Maret 2025
    Rokhmad memprediksi Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 Hijriah/2025 Masehi akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. “Kalau menurut hitung-hitungannya hisab, kemungkinan insya Allah (Idul Fitri) kita akan sama, yaitu di tanggal 31 Maret,” ungkapnya
     
    Abu menjelaskan secara astronomis atau hisab pada 29 Ramadhan 1446 Hijriah, belum terjadi ijtimak. Posisi hilal masih di bawah ufuk antara -3 hingga -1 derajat. Artinya, secara teori hilal tidak mungkin bisa diamati.
     
    Selain itu, posisi hilal belum memenuhi kriteria Imkanur Rukyat berdasarkan musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darusssalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), yakni ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
     
    Kendati demikian, pemerintah tetap akan melakukan pemantauan hilal di 30 titik di seluruh wilayah Indonesia untuk verifikasi atas perhitungan hisab.
     
    “Meskipun tidak dapat diamati, Rukyatul Hilal tetap kami lakukan karena merupakan ajaran Islam. Yang kedua, juga saya kira syiar Islam, ketiga, juga merupakan bagian dari layanan keagamaan dari pemerintah,” jelasnya.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Lebaran Fix Senin 31 Maret 2025? Begini Kata Kemenag soal Tanggal Pasti Idul Fitri 2025

    Lebaran Fix Senin 31 Maret 2025? Begini Kata Kemenag soal Tanggal Pasti Idul Fitri 2025

    PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, memprediksi bahwa Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 Hijriah/2025 Masehi akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

    “Kalau menurut hitung-hitungannya hisab, kemungkinan insya Allah (Idul Fitri) kita akan sama, yaitu di tanggal 31 Maret,” ujar Abu Rokhmad di Jakarta, Jumat 21 Maret 2025.

    Abu menjelaskan bahwa secara astronomis (hisab), pada 29 Ramadan 1446 Hijriah, belum terjadi ijtimak (konjungsi). Posisi hilal masih berada di bawah ufuk antara -3 hingga -1 derajat. Dengan demikian, secara teori hilal tidak mungkin bisa diamati.

    Selain itu, posisi hilal juga belum memenuhi kriteria Imkanur Rukyat yang disepakati oleh Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yaitu ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

    Tetap Dilakukan Rukyatul Hilal

    Meski hilal diprediksi tidak terlihat, pemerintah tetap akan melakukan pemantauan hilal di 30 titik di seluruh wilayah Indonesia sebagai bentuk verifikasi atas perhitungan hisab.

    “Meskipun tidak dapat diamati, rukyatul hilal tetap kami lakukan karena merupakan ajaran Islam. Yang kedua, saya kira ini juga sebagai syiar Islam, ketiga, juga merupakan bagian dari layanan keagamaan dari pemerintah,” tutur Abu Rokhmad.

    Hasil rukyatul hilal ini akan menjadi pedoman bagi Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam mengumumkan hasil Sidang Isbat penentuan 1 Syawal 1446 Hijriah.

    Sidang Isbat 29 Maret 2025

    Sidang Isbat penetapan awal Syawal 1446 Hijriah atau Idul Fitri 2025 akan digelar pada Sabtu, 29 Maret 2025.

    “Kami akan menggelar Sidang Isbat awal Syawal pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, Sidang Isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan dan 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal,” ujar Abu Rokhmad.

    Proses Sidang Isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB hingga menjelang Magrib. Kemenag akan mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan organisasi Islam seperti BMKG, BRIN, LAPAN, serta lembaga terkait lainnya.

    Sidang Isbat akan digelar secara tertutup pada pukul 18.45 WIB. Hasilnya akan diumumkan kepada masyarakat melalui konferensi pers yang dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar pada pukul 19.00 WIB.

    Prediksi dari Kemenag Aceh

    Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Aceh juga memperkirakan bahwa Idul Fitri 1446 Hijriah akan jatuh serentak pada Senin, 31 Maret 2025, karena hilal diprediksi tidak akan terlihat pada 29 Ramadan 1446 H.

    “Untuk penetapan awal Syawal akan dilakukan pada hari Sabtu, 29 Ramadan 1446 Hijriah bertepatan dengan 29 Maret 2025 Masehi pada saat Magrib,” kata Kepala Kemenag Aceh, Azhari, di Banda Aceh, Rabu 26 Maret 2025.

    Azhari menjelaskan bahwa rukyatul hilal biasanya dilakukan setiap tanggal 29 bulan hijriah. Namun, dalam kondisi ini, posisi hilal masih berada di bawah horizon (minus). Oleh karena itu, Kanwil Kemenag Aceh hanya akan melakukan edukasi dan pemaparan mengenai keadaan hilal, yang akan dipusatkan di Observatorium Tgk Chiek Kuta Karang, Lhoknga, Aceh Besar.

    Ahli Falak: Hilal Dipastikan Tidak Terlihat

    Ahli Falakiyah Kanwil Kemenag Aceh, Alfirdaus Putra, mengonfirmasi bahwa berdasarkan berbagai metode, hilal dipastikan tidak akan terlihat di Aceh pada 29 Ramadan 1446 Hijriah. Akibatnya, ibadah puasa Ramadan kemungkinan besar akan disempurnakan menjadi 30 hari.

    “Baik menggunakan konsep rukyatul hilal, imkanur rukyat (kemungkinan melihat hilal), maupun konsep hisab, dapat dipastikan hilal masih berada di bawah ufuk saat magrib pada 29 Ramadan,” katanya.

    Menurutnya, ijtima (posisi bulan dan matahari pada satu garis lurus) terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 17:57.38 WIB. Posisi hilal saat magrib diperkirakan berada pada -1,07 derajat di bawah ufuk dengan elongasi geosentris 1,2 derajat dan elongasi toposentris 1,5 derajat.

    “Dengan keadaan hilal masih minus di bawah ufuk pada hari ijtimak (29 Ramadan), maka hilal dipastikan tidak akan terlihat dan bilangan bulan Ramadan akan disempurnakan menjadi 30 hari,” ucap Alfirdaus Putra.

    Dengan demikian, berdasarkan perhitungan ini, Idul Fitri 2025 diprediksi jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Namun, penetapan resmi tetap menunggu pengumuman dari Menteri Agama dalam Sidang Isbat pada 29 Maret 2025 pukul 19.00 WIB.

    “Meski demikian, penetapan 1 Syawal tetap menunggu pengumuman Menteri Agama pada tanggal 29 Maret 2025 pukul 19.00 WIB nanti,” kata Alfirdaus Putra.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jadwal Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1446 H atau Lebaran 2025

    Jadwal Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1446 H atau Lebaran 2025

    PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal Syawal 1446 H pada 29 Ramadan 1446 H, yang bertepatan dengan 29 Maret 2025.

    Kepastian ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Abu Rokhmad dalam Rapat Persiapan Sidang Isbat di kantor pusat Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta.

    “Sidang isbat awal Syawal akan digelar pada 29 Maret 2025. Sebagaimana tradisi yang telah berlangsung, sidang isbat selalu dilaksanakan pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menentukan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” ujar Abu Rokhmad di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025.

    Metode Hisab dan Rukyat

    Penetapan awal Syawal dilakukan dengan metode hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan langsung). Hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 2 Tahun 2024 yang mengatur bahwa penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah dilakukan oleh Pemerintah RI melalui Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Menurut Abu Rokhmad, secara hisab, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB. Berdasarkan data astronomi, saat matahari terbenam, posisi hilal diperkirakan berada pada kisaran minus tiga derajat di Papua hingga minus satu derajat di Aceh.

    “Data astronomi ini akan diverifikasi melalui mekanisme rukyat,” tegasnya.

    Dua Dimensi Rukyatul Hilal

    Abu Rokhmad menjelaskan bahwa rukyatul hilal memiliki dua dimensi penting. Pertama, dimensi ta’abbudi, yaitu ibadah yang sesuai dengan sunnah Nabi. “Rukyat telah dilakukan sejak masa Nabi untuk menentukan awal dan akhir bulan hijriah. Fatwa MUI juga menegaskan bahwa penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah dilakukan dengan metode hisab dan rukyat,” ujarnya.

    Kedua, dimensi pengetahuan, di mana rukyat berfungsi sebagai konfirmasi atas perhitungan astronomi. “Apa yang telah dihitung secara ilmiah akan dikonfirmasi melalui pengamatan langsung di lapangan,” jelasnya.

    Untuk mendukung proses rukyat, Kemenag akan menggunakan peralatan canggih. Rukyatul hilal akan dilakukan di 33 titik pemantauan yang tersebar di seluruh provinsi, kecuali Bali. “Di Bali, rukyatul hilal tidak dilaksanakan karena bertepatan dengan perayaan Nyepi. Ini adalah bentuk saling menghormati antarumat beragama,” ungkap Abu Rokhmad.

    Jadwal Sidang Isbat

    Sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB hingga menjelang magrib. Kemenag akan mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, serta perwakilan organisasi Islam seperti LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Sidang isbat dijadwalkan berlangsung secara tertutup pada pukul 18.45 WIB. Hasil sidang akan diumumkan melalui konferensi pers yang dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Dengan metode yang telah teruji dan partisipasi berbagai pihak, Kemenag memastikan proses penetapan awal Syawal 1446 H berjalan dengan akurat dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kemenag Bocorkan Jadwal Sidang Isbat Lebaran 2025

    Kemenag Bocorkan Jadwal Sidang Isbat Lebaran 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Agama (Kemenag) memberikan bocoran jadwal sidang isbat penetuan 1 Syawal 1446H atau Hari Raya Idul Fitri 2025. Sidang isbat itu akan digelar pada Sabtu 29 Maret 2025. 

    Dirjen Bimas Islam Kemang Abu Rokhmad mengatakan sidang isbat dijadwalkan dilaksanakan pada 29 Maret 2025. 

    “Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” ujarnya. 

    Abu Rokhmad menjelaskan jadwal sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib. 

    Kemenag, lanjutnya, mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Jadwal sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawwal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam. Menurut Abu Rokhmad, hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. 

    Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.  

  • Link Sidang Isbat Lebaran 2025, Besok 29 Maret

    Link Sidang Isbat Lebaran 2025, Besok 29 Maret

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Agama akan menggelar sidang penetapan (isbat) awal Syawal 1446 H pada 29 Ramadan yang bertepatan 29 Maret 2025.

    “Kami akan menggelar sidang isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” kata Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad. 

    Abu Rokhmad menambahkan, proses sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib. Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawwal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam. Menurut Abu Rokhmad, hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

    “Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” tegas Abu Rokhmad.

    Dijeskan Abu Rokhmad, setidaknya ada dua dimensi dari proses pelaksanaan Rukyatul Hilal. Pertama, dimensi ta’abbudi. “Rukyat sejalan sunnah Nabi yang sudah dilakukan sejak dulu untuk melakukan rukyat saat akan mengawali atau mengakhiri puasa,” ujarnya.

    Kedua, dimensi pengetahuan. Rukyat merupakan proses konfirnasi atas data-data hisab dan antronomis.

    Proses Rukyatul Hilal rencana akan dilalukan di 33 titik. Menurut Abu Rokhmad, ada satu titik rukyatul hilal di setiap provinsi, kecuali Bali.

    Untuk bisa menyaksikan pengumuman sidang isbat lebaran 2025, bisa dilihat di channel berikut ini https://www.youtube.com/@KementerianAgamaPusat

  • Revisi KUHAP, Kejagung Harus Tetap Bernyali Sikat Koruptor

    Revisi KUHAP, Kejagung Harus Tetap Bernyali Sikat Koruptor

    loading…

    Peneliti Pusat Riset Bidang Hukum BRIN Ismail Rumadan mendukung upaya pemberantasan korupsi oleh Kejagung. Komitmen yang ditunjukkan Kejagung harus terus didukung karena mampu menekan dan mencegah praktik korupsi. Foto: Dok SINDOnews

    JAKARTA – Peneliti Pusat Riset Bidang Hukum Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ismail Rumadan mendukung upaya pemberantasan korupsi oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) . Komitmen yang ditunjukkan Kejagung harus terus didukung karena mampu menekan dan mencegah praktik korupsi yang semakin merajalela.

    Pengamat Hukum Universitas Nasional (Unas) ini mengaku sempat khawatir dengan isu dalam pembahasan revisi Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) akan mempreteli kejaksaan dalam pemberantasan korupsi.

    “Harusnya fungsi penyidikan diperkuat khususnya kejaksaan yang sudah setel dan permanen,” ujar Ismail di Jakarta, Kamis (27/3/2025).

    Dia berharap dengan tidak dipretelinya kewenangan penyidikan harus dijawab dengan kinerja yang semakin moncer. Kejaksaan harus transparan dalam proses penegakan hukum dan jangan ada intervensi hukum dari kekuasaan demi kepentingan politik.

    “Kejaksaan atau Jaksa Agung harus bersih dan tidak bersinggungan dengan kepentingan-kepentingan yang lain,” katanya.

    Menurut dia, Kejaksaan harus steril. Sebab, rakyat akan marah ketika ada kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi atau pengusaha besar diistimewakan. Misalnya proses hukum diperlambat atau bahkan dihentikan, karena adanya kepentingan politik atau kekuasaan yang melindungi.

    Dia minta Kejaksaan terus menunjukkan sebagai lembaga garda terdepan dalam perang melawan korupsi dengan tidak membedakan siapa pun yang terlibat. Dengan kewenangan kejaksaan dalam pemberantasan korupsi masih melekat.

    “Jangan ada upaya mengebiri kewenangan Jaksa, lalu harus ada penguatan integritas dan komitmen yang tinggi Kejaksaan,” ucapnya.

    Kejaksaan harus terus menggelorakan perang melawan korupsi. Jangan kendur, apalagi lengah karena koruptor punya ribuan jurus untuk mencari celah dan memukul balik. “Kita tidak mau koruptor yang jadi pemenangnya, seorang jaksa harus punya integritas tinggi,” ujarnya.

    Sebelumnya, beberapa tahun terakhir rapor hijau Kejaksaan Agung dalam penanganan kasus korupsi menjadi penanda peran penting yang dimainkan Korps Adhyaksa dalam pemberantasan korupsi. Sejumlah kasus besar yang melibatkan pejabat negara hingga pengusaha dengan taksiran kerugian negara ratusan triliun rupiah disikat dan dibuktikan ke meja hijau.

    Berdasar survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) medio 20-28 Januari 2025, Kejagung menjadi lembaga yang paling dipercaya publik untuk memberantas korupsi. Sejumlah kasus besar seperti kasus PT Asuransi Jiwasraya, kasus PT Timah, serta dugaan korupsi PT Pertamina Patra Niaga dapat apresiasi dari masyarakat.

    (jon)

  • Kapan Sidang Isbat Lebaran Idul Fitri 2025?

    Kapan Sidang Isbat Lebaran Idul Fitri 2025?

    PIKIRAN RAKYAT – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M, masyarakat Indonesia menantikan keputusan resmi pemerintah terkait penetapan tanggal 1 Syawal. Kementerian Agama (Kemenag) RI akan menggelar sidang isbat untuk menentukan awal bulan Syawal.

    Jadwal dan Lokasi Sidang Isbat

    Sidang isbat awal Syawal 1446 H akan digelar pada Sabtu, 29 Maret 2025. Sidang ini akan dilaksanakan di kantor pusat Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta.

    “Kami akan menggelar sidang isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” kata Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad.

    Sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB hingga menjelang magrib.

    Kemenag akan mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, perwakilan ormas Islam, serta perwakilan dari berbagai lembaga terkait seperti LAPAN, BMKG, BRIN, dan Planetarium Bosscha.

    Sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB dan berlangsung secara tertutup.
    Hasil sidang isbat akan diumumkan secara resmi melalui konferensi pers oleh Menteri Agama.

    Proses Rukyatul Hilal rencana akan dilalukan di 33 titik. Menurut Abu Rokhmad, ada satu titik rukyatul hilal di setiap provinsi, kecuali Bali.

    Pengamat mengamati hilal menggunakan teleskop di Observatorium Bosscha Bosscha, Jalan Peneropongan Bintang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (28/2/2025). Dalam sidang isbat yang digelar di Kementerian Agama Jakarta, pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1446 H sebagai awal bulan puasa jatuh pada hari Sabtu (1/3).*

    Metode Penentuan Awal Syawal

    Penentuan awal Syawal menggunakan metode hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan hilal). Secara hisab, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB.

    Berdasarkan data astronomi, saat matahari terbenam, posisi hilal berkisar antara minus tiga derajat di Papua dan minus satu derajat di Aceh.

    Data astronomi ini akan diverifikasi melalui rukyatul hilal yang dilakukan di 33 titik di seluruh Indonesia, kecuali Bali.

    “Di provinsi Bali dalam suasana Nyepi. Sehingga rukyatul hilal tidak kita gelar di sana. Kita saling menghormati,” ungkapnya.

    Penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawwal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam.

    Hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

    Tujuan Pelaksanaan Sidang Isbat

    – Menetapkan secara resmi tanggal 1 Syawal 1446 H.

    – Melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan sunnah Nabi.

    – Menyatukan perbedaan dalam penetapan tanggal Idul Fitri.

    – Sebagai Syiar Islam.

    – Proses konfirnasi atas data-data hisab dan antronomis.

    Mari kita tunggu hasil sidang isbat untuk mengetahui tanggal resmi Idul Fitri 1446 H/2025 M. Hormati perbedaan pendapat mengenai penetapan tanggal Idul Fitri.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Idulfitri 2025 Berpotensi Serentak, Ini Prediksi BMKG

    Idulfitri 2025 Berpotensi Serentak, Ini Prediksi BMKG

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan perhitungan terkait posisi hilal guna menentukan awal bulan Syawal 1446 H atau Hari Raya Idulfitri 2025.

    Berdasarkan hasil hisab BMKG, kemungkinan besar perayaan Idulfitri 2025 di Indonesia akan berlangsung serentak antara pemerintah dan Muhammadiyah. Sebelumnya, Muhammadiyah telah menetapkan bahwa Idulfitri 202/1446 H akan jatuh pada Senin (31/3/2025).

    Informasi ini disampaikan dalam laporan BMKG yang berjudul “Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam pada 29 dan 30 Maret sebagai Penentu Awal Syawal 1446 H”.

    BMKG mengungkapkan, pada Sabtu (29/3/2025), tinggi hilal di wilayah Indonesia berkisar antara -3,29 derajat di Merauke, Papua, hingga -1,07 derajat di Sabang, Aceh.

    Sementara itu, pada Minggu (30/3/2025), tinggi hilal diperkirakan berada di rentang 7,96 derajat di Merauke hingga 11,48 derajat di Sabang. Selain itu, elongasi geosentris, jarak sudut antara piringan Bulan dan pusat piringan Matahari yang dilihat dari Bumi juga turut diperhitungkan.

    “Pada Sabtu (29/3/2025), elongasi berkisar antara 1,06 derajat di Kebumen, Jawa Tengah, hingga 1,61 derajat di Oksibil, Papua,” tulis BMKG dalam laporannya seperti dikutip Kamis (27/3/2025).

    BMKG juga memperkirakan bahwa pada Minggu (30/3/2025), elongasi di wilayah Indonesia akan berkisar antara 13,02 derajat di Merauke hingga 14,83 derajat di Sabang.

    Dalam menentukan awal bulan hijriah, termasuk Syawal dan Ramadan, pemerintah serta Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengacu pada kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Sementara itu, Muhammadiyah menerapkan metode wujudul hilal.

    Berdasarkan kriteria MABIMS, awal bulan hijriah ditetapkan jika hilal memiliki tinggi minimal 3 derajat dan elongasi mencapai 6,4 derajat. Sebaliknya, Muhammadiyah menetapkan bulan baru apabila hilal sudah berada di atas ufuk, meskipun hanya sedikit.

    Perbedaan metode ini sering kali menyebabkan perbedaan dalam penetapan hari besar Islam. Namun, hasil perhitungan BMKG menunjukkan bahwa perbedaan tersebut kemungkinan tidak terjadi pada Idulfitri 2025.

    BMKG melakukan prakiraan hilal untuk menentukan Syawal berdasarkan posisi Bulan saat ijtimak atau konjungsi, yaitu saat Bulan menyelesaikan satu siklus orbitnya mengelilingi Bumi. Ijtimak ini diperkirakan terjadi pada Sabtu (29/3/2025) sebelum matahari terbenam.

    Jika mengacu pada standar MABIMS, maka 1 Syawal atau Idulfitri 2025 kemungkinan besar akan jatuh pada Senin (31/3/2025) karena tinggi hilal dan elongasi pada 29 Maret tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

    Sementara, Ahli Riset Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Thomas Djamaludin juga memperkirakan bahwa 1 Syawal 1446 H akan jatuh pada Senin (31/3/2025).

    Menurut Thomas, berdasarkan perhitungan astronomi, garis tanggal awal Syawal 1446 H berada di wilayah Benua Amerika. Oleh karena itu, hilal kemungkinan besar tidak dapat diamati di Indonesia saat sidang isbat yang akan digelar pada 29 Maret 2025.

    “Pada saat magrib 29 Maret, hilal tidak akan terlihat di Indonesia. Dengan demikian, menurut kriteria MABIMS, 1 Syawal 1446 H jatuh pada 31 Maret 2025,” jelas Thomas dalam keterangannya, Selasa (25/3/2025).

    Lebih lanjut, Thomas menambahkan bahwa garis tanggal wujudul hilal pada Sabtu (29/3/2025) berada di luar Indonesia, tepatnya di Asia Tengah. Mengingat posisi hilal masih berada di bawah ufuk saat matahari terbenam, maka besar kemungkinan Idul Fitri akan dirayakan serentak pada 31 Maret 2025.

    “Dengan demikian, Idulfitri 2025 atau 1446 H kemungkinan akan dirayakan bersama pada Senin (31/3/2025). Kepastian mengenai hal ini akan diumumkan secara resmi dalam sidang isbat pada Sabtu (29/3/2025),” pungkasnya.

  • Idulfitri 2025 Pemerintah dan Muhammadiyah Sama Tanggal 31 Maret 2025? Ini Penjelasan Kemenag

    Idulfitri 2025 Pemerintah dan Muhammadiyah Sama Tanggal 31 Maret 2025? Ini Penjelasan Kemenag

    TRIBUNJATENG.COM – Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025 diprediksi akan berlangsung serentak di Indonesia.

    Artinya, tak ada perbedaan antara pemerintah dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

    Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Abu Rokhmad di Kantor Kemenag, Jakarta, Jumat (21/3/2025). 

    Ia menyampaikan, perkiraan Lebaran pemerintah dan Muhammadiyah jatuh pada tanggal yang sama didasarkan pada perhitungan hisab.

    Hisab adalah perhitungan secara astronomis dan sistematis untuk menentukan posisi Bulan sebagai cara menentukan dimulainya awal bulan dalam kalender Hijriah.

    “Kalau menurut hitung-hitungannya hisab, kemungkinan Insya Allah (Idul Fitri 2025) akan sama (dengan Muhammadiyah),” ujar Abu Rokhmad dikutip dari Kompas.com, Jumat (21/3/2025).

    Lalu, Lebaran 2025 jatuh pada hari apa?

    Lebaran 2025 jatuh pada hari apa?

    Abu Rokhmad mengatakan, umat Islam di Indonesia akan merayakan Lebaran pada Senin (31/3/2025).

    Ia menjelaskan, puasa Ramadhan 2025 bakal dilakukan selama 30 hari sejak Sabtu (1/3/2025) karena hilal tidak dapat dilihat.

    “Maka umur Ramadhan itu kan ada dua, 29 atau 30 hari. Kalau tidak bisa melihat hilal di tanggal 29 maka Ramadhan digenapkan 30 hari,” jelas Abu Rokhmad.

    “Jadi, Insya Allah, awal Syawal Idul Fitri kita kompak bareng-bareng,” tambahnya.

    Meski prediksi Lebaran 2025 sudah keluar, Kemenag tetap menggelar Sidang Isbat untuk menentukan 1 Syawal 1446 Hijriah.

    Sidang Isbat bakal dihelat di kantor pusat Kemenag di Jalan MH Thamrin, Jakarta pada 29 Ramadhan yang bertepatan dengan Sabtu (29/3/2025).

    “Kami akan menggelar Sidang Isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, Sidang Isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadhan, 29 Ramadhan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” kata Abu Rokhmad dikutip dari laman resmi Kemenag, Selasa (18/3/2025).

    Tahapan Sidang Isbat Lebaran 2025

    Kemenag akan mengundang beberapa pihak untuk hadir dalam Sidang Isbat, yakni duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Pihak lain yang diundang adalah LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

     Jalannya Sidang Isbat untuk menetapkan 1 Syawal 1446 Hijriah sebelum umat Islam merayakan Lebaran 2025 akan dimulai dengan seminar posisi hilal pukul 16.30 WIB sampai menjelang maghrib.

    Setelah itu, Kemenag akan menggelar Sidang Isbat secara tertutup pukul 18.45 WIB.

    Hasil Sidang Isbat bakal diumumkan kepada masyarakat melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Posisi hilal

    Abu Rokhmad menjelaskan, ijtimak atau konjungsi secara hisab terjadi pada Sabtu (29/3/2025) pukul 17.57.58 WIB.

    Posisi hilal berada di antara -3 di Papua dan -1 di Aceh berdasarkan data astronomi ketika Matahari terbenam.

    “Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” jelas Abu Rokhmad.

    Ia menambahkan, penentuan awal Syawal 1446 Hijriah dilakukan dengan metode hisab dan rukyat.

    Hal tersebut sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Fatwa MUI mengatur bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyat oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional. (Kompas.com)

  • Peneliti BRIN Sebut Idulfitri 2025 Seragam pada 31 Maret 2025

    Peneliti BRIN Sebut Idulfitri 2025 Seragam pada 31 Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaludin, memperkirakan Idulfitri akan jatuh pada tanggal 31 Maret 2025, atau sama dengan penetapan lebaran versi Muhammadiyah.

    Dia menjelaskan prediksi itu berdasarkan perhitungan fakta astronomi dari kriteria MABIMS dan Wujudul atau hilal.

    Thomas memaparkan garis tanggal awal syawal 1446 menurut kriteria MABIMS berada di wilayah Benua Amerika.

    Pada saat magrib 29 Maret 2025 hilal tidak mungkin terlihat di Indonesia, maka 1 syawal 1446 menurut kriteria MABIMS adalah 31 Maret 2025.

    Sementara itu 1 syawal menurut garis tanggal wujudul atau hilal juga di luar Indonesia atau tepatnya berada di Asia Tengah. Saat magrib 29 Maret 2025 di Indonesia posisi hilal masih di bawah ufuk. 

    Maka 1 Syawal 1446 H menurut kriteria wujudul hilal adalah 31 Maret 2025.

    “Jadi Idulfitri 1446 akan seragam pada 31 Maret 2025. Kepastiannya akan disampaikan pada sidang isbat pada 29 Maret 2025,” ujarnya.