Kementrian Lembaga: BRIN

  • Istana Bantah Pernyataan Bahlil Soal Reshuffle Kabinet, Imbas Pertemuan Prabowo dan Megawati?

    Istana Bantah Pernyataan Bahlil Soal Reshuffle Kabinet, Imbas Pertemuan Prabowo dan Megawati?

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membantah pernyataan Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia soal reshuffle kabinet.

    Pihak istana membantah pernyataan Bahlil soal rencana Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle atau perombakan susunan menteri dalam Kabinet Merah Putih.

    Menurut Prasetyo, pernyataan itu lebih merujuk pada perombakan anggota atau kepengurusan dalam Partai Golkar.

    “Enggak ada reshuffle. Itu reshuffle Pak Bahlil di kepengurusan Partai Golkar, sama sekali enggak ada,” ucap Mensesneg Prasetyo di Jakarta pada Kamis, 17 April 2025 seperti dikutip dari Antara.

    Pertemuan Prabowo dan Megawati

    Ia menanggapi pertemuan Prabowo dan Megawati Soekarnoputri turut berpengaruh-tidaknya peluang PDIP bergabung koalisi pemerintah, termasuk pembagian kursi Kabinet Merah Putih.

    Prasetyo mengaku tak mengetahui isi pembicaraan pertemuan 4 mata itu, dan merasa bukan perkara tersebut.

    “Tidak harus semuanya gabung pemerintahan, meskipun dalam kapasitas beliau sebagai pengarah BRIN, PDIP tidak ada masalah,” lanjut Mensesneg.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Terkena Reshuffle?

    Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad juga menepis kabar reshuflle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo dalam waktu dekat.

    Hal ini disampaikan Sufmi Dasco merespons isu Menteri Keuangan Sri Mulyani terkena reshuffle usai melakukan pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta pada 12 Maret 2025.

    Dasco menegaskan, tak ada perombakan kursi-kursi menteri Kabinet Merah Putih termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Mensesneg: Tidak Semua Partai Harus Gabung Pemerintahan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        18 April 2025

    Mensesneg: Tidak Semua Partai Harus Gabung Pemerintahan Nasional 18 April 2025

    Mensesneg: Tidak Semua Partai Harus Gabung Pemerintahan
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Sekretaris Negara (
    Mensesneg
    )
    Prasetyo Hadi
    menyatakan, pertemuan antara Presiden
    Prabowo Subianto
    dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (
    PDI-P
    ),
    Megawati Soekarnoputri
    tak membahas bergabungnya PDI-P ke dalam
    koalisi
    .
    “Kita nggak tahu ya, pembicaraan hanya berdua, hanya empat mata. Rasa-rasanya bukan perkara itu (koalisi),” kata Prasetyo melansir Antara, Kamis (17/4/2025).
    Prasetyo menilai, tidak semua partai politik harus bergabung ke dalam pemerintahan. Selain itu, ia memastikan, hubungan PDI-P dengan pemerintah tetap berjalan dengan baik.
    Megawati pun hingga kini masih menjabat sebagai Ketua Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
    “Tidak harus semuanya gabung pemerintahan, meskipun dalam kapasitas beliau sebagai pengarah BRIN, PDIP tidak ada masalah,” kata Prasetyo.
    Ketua DPP PDI-P yang juga putri Megawati, Puan Maharani memastikan akan ada pertemuan lanjutan antara ibunya dengan Prabowo.
    “Akan ada silaturahmi dan pertemuan-pertemuan yang selanjutnya,” kata Puan di Gedung DPR/MPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/4/2025).
    Meski begitu, Puan tidak menjelaskan lebih lanjut soal wacana pertemuan berikutnya itu.
    Dia hanya menjelaskan, pertemuan Prabowo dengan Megawati sesuai harapan PDI-P dan Partai Gerindra yang kerap mendiskusikannya.
    “Waktu itu kan saya juga dengan teman-teman dari Gerindra sudah mengatakan insya Allah bahwa dalam waktu yang dekat akan ada silaturahmi antara Ibu Mega dengan Pak Prabowo,” ujar Puan.
    “Dan alhamdulillah kemudian itu bisa terlaksana bahwa ada silaturahmi antara Ibu Mega dan Pak Prabowo dalam rangka silaturahmi pada hari Lebaran,” sambungnya.
    Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengaku khawatir jika PDI-P bergabung ke pemerintahan Prabowo.
    Sebab hal tersebut akan berdampak buruk terhadap konstelasi politik dalam negeri, ketika seluruh partai politik mendukung pemerintahan.
    “Itu berdampak buruk untuk jangka panjang, demokrasi menjadi tidak imbang, pemerintahan menjadi seperti pemerintahan satu partai yang super gemuk,” kata Djayadi.
    Jika PDI-P bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo, kelompok masyarakat sipil akan kehilangan mitranya dalam menjalankan fungsi pengawasan.
    “Kelompok kritis di masyarakat dan khususnya civil society serta media kehilangan partner yang bersuara kritis untuk mengontrol pemerintahan. Kualitas pemerintahan kita akan melemah,” kata Djayadi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Istana Bantah PDIP Masuk ke Kabinet Usai Prabowo Bertemu Megawati

    Istana Bantah PDIP Masuk ke Kabinet Usai Prabowo Bertemu Megawati

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membantah pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri merupakan sinyal bergabungnya PDIP ke Kabinet.

    Menurutnya, tak semua pertemuan dapat dikaitkan dengan bergabungnya PDIP ke koalisi pemerintah. 

    “Kami enggak tahu ya pembicaraan hanya berdua, hanya empat mata,” katanya kepada wartawan melalui sambungan telefon, Kamis (17/4/2025). 

    Prasetyo melanjutkan bahwa tak semua tokoh yang bertemu dengan Presiden Ke-8 RI itu menunjukkan sinyal untuk bergabung ke dalam pemerintahan. Menurutnya tak semua pihak harus berada di kubu yang sama.

    “Rasa-rasanya bukan perkara itu [bergabung ke pemerintahan], tidak harus juga semua gabung pemerintahan, meskipun dalam kapasitas beliau [Megawati] pribari pengarah BRIN, PDIP. Jadi tidak ada masalah,” pungkas Prasetyo Hadi.

    Di sisi lain, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani membeberkan adanya peluang pertemuan lanjutan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP sekaligus Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.

    Meski demikian, dia tidak mengungkapkan secara pasti kapan rencana pertemuan lanjutan itu dilangsungkan. Dia hanya menyebut akan ada silaturahmi selanjutnya.

    “Akan ada persilaturahmi dan pertemuan-pertemuan yang selanjutnya,” katanya di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin (14/4/2025). 

    Adapun, mengenai pertemuan Prabowo dan Megawati yang berlangsung pada Senin (7/4/2025) malam lalu, Puan mengaku pihaknya dan Gerindra sudah menyampaikan dalam waktu dekat akan ada silaturahmi antara dua tokoh bangsa itu.

    “Dan Alhamdulillah kemudian itu bisa terlaksana bahwa ada silaturahmi antara Ibu Mega dan Pak Prabowo dalam rangka silaturahmi di hari lebaran,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, cucu Proklamator RI ini menuturkan pembicaraan antara keduanya tentu berkaitan dengan hal-hal yang perlu dilakukan dengan bersinergi guna membangun bangsa dan negara.

    “PDIP akan bersama-sama bersinergi untuk membangun, membantu, bersinergi dalam menjalankan tugas-tugas presiden ke depan bersama dengan Pak Prabowo,” pungkasnya 

    Sebelumnya, pertemuan antara Prabowo dan Megawati bertemu langsung dengan Ketua Umum PDIP (PDIP) Megawati Soekarnoputri di kediamannya, Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2025).

    Hal itu diungkap oleh Ketua Harian Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad melalui foto yang diunggah olehnya melalui akun X.

    Dasco mengunggah dua buah foto di mana Prabowo dan Megawati terlihat duduk di sofa yang berada di rumah Megawati.

    Salah satu foto bahkan menggambarkan keduanya duduk cukup dekat sambil tersenyum ke arah kamera. 

    “7-4-2025, Alhamdulillah …Merajut kebersamaan Untuk Indonesia Kita,” tulis Dasco melalui akun X pribadinya @bang_dasco, Selasa (8/4/2025).

  • Wapres Gibran Dinilai Bisa Jembatani Dialog Sipil dengan Militer – Halaman all

    Wapres Gibran Dinilai Bisa Jembatani Dialog Sipil dengan Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wapres dinilai memiliki peran penting dan strategis untuk memperkuat demokrasi sipil di Indonesia. 

    Hal itu disampaikan oleh Koordinator Gerakan #IndonesiaCerah, Febri Wahyuni Sabran pada diskusi publik yang mengusung tema, “Merawat Supremasi Sipil, TNI Makin Profesional dan Gibran sebagai Penyelamat Demokrasi.” 

    Kegiatan itu dilangsungkan di Jakarta, Senin, 14 April 2025. 

    Lebih lanjut ia menjelaskan dalam konteks demokrasi Indonesia, hubungan harmonis antara supremasi sipil dan peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang profesional menjadi pilar penting. 

    “Dan figur Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memiliki peran penting dan strategis dalam memperkuat demokrasi sipil, khususnya dalam menjembatani dialog antara pemerintah, militer, dan masyarakat. Ya kita ketahui bahwa sebelumnya muncul kekhawatiran bahkan kritik yang diungkapkan oleh berbagai kelompok masyarakat sipil bahwa revisi UU TNI dinilai akan mengembalikan dwi fungsi. Tetapi barangkali, kita pula luput bahwa tujuan dari revisi UU TNI sendiri sebenarnya adalah untuk menyesuaikan peran dan fungsi TNI dalam merespon tantangan keamanan modern, termasuk ancaman siber dan dinamika geopolitik internasional,” jelasnya. 

    Febri yakin ke depan Wapres Gibran dapat mengawal pemerintahan ini untuk tetap tunduk pada supremasi sipil.

    Apalagi Presiden Prabowo berulang kali menyatakan komitmennya membangun demokrasi. 

    “Isu-isu seperti netralitas TNI dalam pemilu dan proses politik lalu peningkatan kapasitas pertahanan tanpa mengorbankan prinsip demokrasi merupakan agenda demokrasi yang dapat diperkuat oleh peran mas Wapres Gibran Rakabuming Raka. Saya kira kalau ini terbangun agenda Astacita Presiden Prabowo Subianto dan ragam realitas global saat ini dapat kita lalui,” harapnya. 

    Pada kesempatan itu, Founder Wellbeing Technology sekaligus Pakar Kebijakan Publik, Asep Kususanto menjelaskan bahwa peran Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka sangat krusial untuk mengawal supremasi sipil. 

    Menurutnya, dalam supremasi sipil, keterlibatan masyarakat sipil untuk memastikan agenda demokrasi ini terkonsolidasi optimal sangat diperlukan. 

    Asep menilai, tak kalah pentingnya adalah peran strategis wapres yang krusial dalam mengonsolidasikan demokrasi agar semakin matang dan berkualitas. 

    “Secara empiris, memang tidak ada negara yang dapat dikatakan telah mencapai konsolidasi demokrasi secara sempurna. Proses ini adalah sebuah continuum, di mana negara-negara bergerak menuju tingkat konsolidasi yang lebih tinggi atau bahkan mengalami dekonsolidasi (kemunduran demokrasi). Dan tentu, kita tidak ingin putar balik ke rezim non demokratik. Nah, itu sebabnya, saya kira peran penting dan strategis ada di Mas Gibran yang sejalan pula dengan komitmen Presiden Prabowo terhadap supremasi sipil. Termasuk dalam hal ini adalah reviei UU TNI sebagai matra penting dalam menjaga kedaulatan negara,” ulasnya. 

    Asep melanjutkan, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu jaminan kebebasan sipil dan budaya demokrasi di mana aspek transparansi dan akuntabilitas dari sisi pemerintah juga diperlukan. Ia optimis, bahwa Gibran mampu untuk mengawal agenda itu. 

    Selain Febri dan Asep, turut hadir sebagai narasumber antara lain, Peneliti Pusat Riset Politik BRIN, Syafuan Rozi, Analis Ekonomi Politik Mardiyanto dan Pengamat Politik & Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo.

  • Diskusi Publik: Figur Gibran Dianggap Kunci Harmonisasi Supremasi Sipil dan Profesionalisme TNI

    Diskusi Publik: Figur Gibran Dianggap Kunci Harmonisasi Supremasi Sipil dan Profesionalisme TNI

    Pada kesempatan itu, Founder Wellbeing Technology sekaligus Pakar Kebijakan Publik, Asep Kususanto menjelaskan bahwa peran Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka sangat krusial untuk mengawal supremasi sipil. Menurutnya, dalam supremasi sipil, keterlibatan masyarakat sipil untuk memastikan agenda demokrasi ini terkonsolidasi optimal sangat diperlukan.

    Asep menilai, tak kalah pentingnya adalah peran strategis wapres yang krusial dalam mengonsolidasikan demokrasi agar semakin matang dan berkualitas.

    “Secara empiris, memang tidak ada negara yang dapat dikatakan telah mencapai konsolidasi demokrasi secara sempurna. Proses ini adalah sebuah continuum, di mana negara-negara bergerak menuju tingkat konsolidasi yang lebih tinggi atau bahkan mengalami dekonsolidasi (kemunduran demokrasi). Dan tentu, kita tidak ingin putar balik ke rezim non demokratik. Nah, itu sebabnya, saya kira peran penting dan strategis ada di Mas Gibran yang sejalan pula dengan komitmen Presiden Prabowo terhadap supremasi sipil. Termasuk dalam hal ini adalah reviei UU TNI sebagai matra penting dalam menjaga kedaulatan negara,” ulasnya.

    Asep melanjutkan, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu jaminan kebebasan sipil dan budaya demokrasi di mana aspek transparansi dan akuntabilitas dari sisi pemerintah juga diperlukan. Ia optimis, bahwa Gibran mampu untuk mengawal agenda itu.

    Selian Febri dan Asep, turut hadir sebagai narasumber antara lain, Peneliti Pusat Riset Politik BRIN, Syafuan Rozi, Analis Ekonomi Politik Mardiyanto dan Pengamat Politik & Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo.

  • Selain Citarik, Banyak Sesar di Jawa Perlu Diwaspadai karena Rawan Gempa

    Selain Citarik, Banyak Sesar di Jawa Perlu Diwaspadai karena Rawan Gempa

    Jakarta

    Sesar Citarik menarik perhatian setelah kejadian gempa M 4,1 di Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis (10/4) malam. Aktivitas sesar ini menjadi pemicu gempa. Perlu diketahui, ada banyak sesar di Pulau Jawa yang perlu diwaspadai.

    Dengan populasi terpadat di Indonesia, Pulau Jawa menjadi fokus penelitian bidang pemetaan sesar. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan pemetaan sesar di sepanjang Pulau Jawa, membentang dari Ujung Kulon hingga Banyuwangi.

    Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan memetakan potensi risiko bencana gempa di wilayah tersebut. Proyek ekspedisi yang dilakukan oleh BRIN tidak hanya memetakan sesar, tetapi juga mencakup pemetaan palung, gunung, dan bukit di bawah laut.

    “Beberapa wilayah sepanjang Pulau Jawa telah dilakukan penelitian,” kata Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo dalam webinar Talk to Scientists ‘Pemetaan Sesar Pulau Jawa serta Mitigasi Risiko Bencana Geologi’, April 2024.

    Ada delapan sesar di Jawa yang sudah pernah diteliti dan dipublikasikan, yaitu:

    Sesar CimandiriSesar LembangJava Back-arc Thrust/Baribis-KendengSesar OpakSesar MataramSesar GarselaSesar di KarangsambungSesar Pasuruan.

    “Selain itu, juga dilakukan penelitian terhadap jalur Sesar Rembang-Madura-Kangean Sakala, Somorkoning. Terbukti aktif dilihat dari pergeseran morfologi dan trenching paleoseismologi,” kata Sonny.

    Beberapa sesar yang sempat menyebabkan kejadian gempa merusak juga masih diteliti BRIN, seperti sesar di Cianjur, sesar di Sumedang dan sekitarnya. Sesar Java Back-arc Thrust sendiri saat ini masih terus dilakukan penelitian lebih lanjut, karena berpotensi merusak daerah perkotaan seperti Semarang dan Surabaya.

    “Gempa ternyata muncul di daerah yang understudied sebelumnya seperti Cianjur, Sumedang, dan bahkan yang terbaru adalah Laut Jawa di dekat Pulau Bawean,” jelasnya saat itu.

    “BRIN melakukan ekspedisi terestrial di Pulau Jawa, untuk melihat atau mengonfirmasi jalur sesar yang masih belum banyak diperdalam. Ke depannya juga akan ada peta sesar aktif yang cukup detail di Pulau Jawa,” tuturnya.

    Selain itu, lanjut Sonny, kerja sama dengan beberapa instansi terkait seperti Kementerian PUPR melalui Pusat Studi Gempa Nasional dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan menambah peluang teridentifikasi/terkonfirmasi jalur sesar-sesar aktif di Pulau Jawa.

    “Ditambah adanya harapan untuk pengetahuan dari recurrence interval dari sejarah kegempaan pada masing-masing sesar aktif,” sebutnya.

    Sesar Aktif Bukan Cuma Sesar Lembang

    Sesar Lembang kerap diwaspadai sebagai sesar aktif di wilayah Jawa Barat. Padahal, tak cuma Sesar Lembang, hasil penelitian BRIN menunjukkan, terdapat banyak sesar aktif besar yang mengapit Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yaitu:

    Sesar Baribis Segmen TampomasSesar Baribis Segmen CiremaiSesar LembangSesar Cileunyi TanjungsariSesar Garsela.

    Kota-kota penting seperti Cirebon, Bandung, Jakarta, Karawang, dan Indramayu juga terdampak oleh sesar-sesar ini, karena menyimpan energi berupa swarm earthquake maupun foreshocks.

    Gempa yang terjadi di Sumedang pada Januari 2024 menjadi bukti nyata akan keberadaan sesar-sesar aktif ini. Rentang kekuatan gempa yang dapat terjadi di wilayah Sumedang diperkirakan mencapai M 6,6 hingga M 7.

    “Oleh karena itu, sangat penting untuk mengumpulkan lebih banyak pengetahuan dan membangun strategi mitigasi yang efektif untuk mengurangi dampak potensial dari bencana gempa di masa depan,” tegas Sonny.

    Mitigasi Bencana

    Mengingat kondisi pulau Jawa yang rawan bencana gempa, Sonny berharap masyarakat mampu mengantisipasi adanya dampak yang ditimbulkan dari terjadinya bencana.

    “Melakukan rekayasa bangunan agar tahan gempa, ini mungkin efektif jika bangunan belum dibangun. Kemudian juga menghindari membangun di sekitar jalur gempa,” imbaunya.

    “Dengan hasil penelitian ini, diharapkan upaya mitigasi lebih lanjut dapat dilakukan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari potensi bencana gempa di Pulau Jawa. Serta, memberikan kontribusi positif dalam upaya global untuk mengurangi risiko bencana alam,” harap Sonny.

    (rns/fay)

  • Silaturahmi Bukan Koalisi? Bersama Ariyo Ardi, Anisha Dasuki, Ruhut Sitompul, Adi Prayitno, dan Narasumber Lainnya, Live di iNews

    Silaturahmi Bukan Koalisi? Bersama Ariyo Ardi, Anisha Dasuki, Ruhut Sitompul, Adi Prayitno, dan Narasumber Lainnya, Live di iNews

    loading…

    Malam Ini di INTERUPSI Pertemuan Prabowo-Mega: Silaturahmi Bukan Koalisi? Bersama Ariyo Ardi, Anisha Dasuki, Ruhut Sitompul, Adi Prayitno, dan Narasumber Lainnya, Live di iNews

    JAKARTA – Pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri beberapa waktu yang lalu menjadi sorotan politik nasional. Dalam suasana hangat, keduanya membahas sejumlah isu strategis, termasuk masa depan demokrasi, arah pembangunan nasional, serta kemungkinan rekonsiliasi politik yang lebih luas. Pertemuan ini dinilai sebagai langkah simbolis menuju stabilitas politik dan potensi kerja sama antara kekuatan besar di panggung kekuasaan, membuka ruang baru bagi penyatuan visi kebangsaan dalam pemerintahan mendatang.

    Dalam episode terbaru INTERUPSI malam ini bersama Ariyo Ardi, Anisha Dasuki, Ruhut Sitompul, Adi Prayitno, dan para narasumber kredibel lainnya akan membahas topik panas yang menimbulkan beragam tafsir. Namun, meski hubungan antara Presiden Prabowo dan Megawati masih terjalin dengan baik, dalam pertemuan tersebut PDIP tetap konsisten untuk tidak bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.

    Akan tetapi, Megawati disebut akan memperkuat pemerintahan Prabowo agar tetap berjalan efektif. Lantas bagaimana tanggapan elite politik? Apakah ini sekadar silaturahmi atau sinyal awal koalisi?

    Saksikan selengkapnya di INTERUPSI “Pertemuan Prabowo-Mega, Silaturahmi Bukan Koalisi” malam ini bersama para narasumber, Ruhut Sitompul-PolitisI PDI Perjuangan, Adi Prayitno-Pengamat Politik, Hendarsam-Politisi Gerindra/Ketum Lisan, Siti Zuhro-Pengamat Politik BRIN, Pukul 20.00 WIB Live di iNews.

    (zik)

  • Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    PIKIRAN RAKYAT – Sebanyak 500 orang terkaya di dunia kehilangan sebagian besar kekayaannya dalam waktu singkat akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali mengobarkan perang dagang global.

    Donald Trump secara resmi mengumumkan penerapan tarif impor minimal 10 persen terhadap banyak negara, termasuk Indonesia. Dampaknya, nilai pasar berbagai perusahaan besar merosot tajam, dan kekayaan para miliarder dunia menyusut drastis.

    Total Kekayaan Hilang Setara Rp3.463 Triliun

    Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index per 5 April 2025, total kekayaan yang lenyap dalam sehari mencapai 208 miliar dolar AS, yang jika dikonversi dengan kurs Rp16.652 per dolar AS, setara dengan Rp3.463 triliun. Sebagian besar miliarder yang terdampak adalah warga negara Amerika Serikat.

    Elon Musk Paling Terpukul

    Orang paling terdampak dalam daftar ini adalah Elon Musk, pendiri dan CEO Tesla yang saat ini juga menjabat sebagai penasihat dalam pemerintahan Trump. Dalam sehari, Musk kehilangan kekayaan sebesar 19,9 miliar dolar AS (sekitar Rp331,35 triliun).

    Secara total, penurunan kekayaannya sejak awal tahun (year to date/YTD) mencapai 130 miliar dolar AS, sehingga kini kekayaan bersihnya berada di angka USD 302 miliar (sekitar Rp5.028 triliun).

    Daftar Miliarder yang Kehilangan Harta

    Selain Elon Musk, sejumlah nama besar lainnya juga merugi triliunan rupiah:

    Jeff Bezos – Pendiri Amazon kehilangan 7,59 miliar dolar AS (sekitar Rp126,38 triliun), dengan total kekayaan kini 193 miliar dolar AS (Rp3.213 triliun). Mark Zuckerberg – CEO Meta kehilangan 9,44 miliar dolar AS (Rp157,18 triliun), kekayaannya kini 179 miliar dolar AS (Rp2.978 triliun). Bernard Arnault – Konglomerat asal Prancis yang menaungi Louis Vuitton dan Christian Dior kehilangan 5,23 miliar dolar AS (Rp87 triliun), total kekayaannya tersisa 158 miliar dolar AS (Rp2.630 triliun). Bill Gates – Pendiri Microsoft kehilangan 6,45 miliar dolar AS (Rp107,44 triliun), kini memiliki kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2.580 triliun). Warren Buffett – Bos Berkshire Hathaway kehilangan 10,7 miliar dolar AS (Rp178,18 triliun). Namun, tetap mencatat kenaikan YTD sebesar 12,7 miliar dolar AS (Rp214 miliar), dengan total kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2,6 triliun). Larry Ellison – Mantan CEO Oracle kehilangan 10,1 miliar dolar AS (Rp168,18 triliun), kini memiliki kekayaan 150 miliar dolar AS (Rp2.497 triliun). Larry Page – Pendiri Google kehilangan 4,65 miliar dolar AS (Rp77,41 triliun), dengan total kekayaan 134 miliar dolar AS (Rp2.232 triliun). Steve Ballmer – Mantan CEO Microsoft kehilangan 4,36 miliar dolar AS (Rp72,60 triliun), kekayaannya kini 127 miliar dolar AS (Rp2.113 triliun). Sergey Brin – Pendiri Google lainnya kehilangan 4,38 miliar dolar AS (Rp72,93 triliun), dengan total kekayaan 126 miliar dolar AS (Rp2.096 triliun). Wall Street Terguncang, Pasar Saham Anjlok

    Kebijakan Trump memicu kejatuhan besar di pasar saham AS. Dalam dua hari terakhir, ketiga indeks utama mengalami penurunan tajam:

    Dow Jones turun 9,3% S&P 500 turun 10,5% Nasdaq Composite anjlok 11,4% dan resmi memasuki wilayah bear market — tanda penurunan signifikan dan berkelanjutan di pasar saham.

    Penurunan ini menjadi yang terburuk sejak masa puncak kepanikan pandemi COVID-19 dan menjadi salah satu penurunan kekayaan miliarder terbesar dalam 13 tahun terakhir.

    Tarif Resiprokal dan Dampaknya pada Global

    Pemerintahan Trump memberlakukan tarif resiprokal yang tinggi terhadap banyak negara mitra dagang. Indonesia, misalnya, dikenai tarif impor sebesar 32%, sementara Vietnam mencapai 46% dan Thailand 37%.

    Tarif resiprokal adalah kebijakan di mana tarif impor suatu negara disesuaikan dengan tarif yang diberlakukan negara mitranya. Tujuannya, menurut Trump, adalah untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil dan menurunkan defisit perdagangan Amerika.

    Akan tetapi, kebijakan ini justru memicu kekhawatiran resesi global dan menciptakan guncangan besar di pasar modal, terutama karena perusahaan-perusahaan besar AS bergantung pada rantai pasok global dan pasar internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Panen raya komitmen Presiden tuntaskan persoalan pangan

    Panen raya komitmen Presiden tuntaskan persoalan pangan

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Peneliti BRIN: Panen raya komitmen Presiden tuntaskan persoalan pangan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 April 2025 – 21:23 WIB

    Elshinta.com – Peneliti Ahli Madya Kelompok Riset Teknologi Budidaya Padi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yudhistira Nugraha menyatakan panen raya yang dilakukan serentak di 14 provinsi dan 157 kabupaten/kota, menjadi komitmen kuat Presiden Prabowo menyelesaikan persoalan pangan.

    “Untuk meyakinkan masyarakat bahwa beliau berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan pangan,” kata dia dihubungi di Jakarta, Senin.

    Selain menjadi komitmen dalam menyelesaikan persoalan pangan dan mengakselerasi swasembada pangan, dikatakan Yudhistira bahwa kebijakan yang dibuat oleh Presiden terhadap sektor pertanian turut memotivasi petani untuk bercocok tanam.

    Seperti kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) yang tidak boleh kurang dari Rp6.500 per kilogram, serta pemangkasan alur distribusi pupuk.

    Ia meyakini dengan kebijakan ini para petani akan lebih termotivasi untuk melakukan penanaman pada periode tanam April hingga September.

    “Kebijakan harga gabah dan pupuk, dan lain-lain baru diluncurkan awal pemerintahan. Sepertinya untuk musim tanam satu belum terlalu berdampak. Kemungkinan bisa terasa musim tanam kedua karena petani akan termotivasi untuk tanam padi. Kita tunggu periode tanam April – September 2025,” ujarnya pula.

    Diketahui, Presiden Prabowo Subianto menegaskan kembali peran vital petani dalam menjaga kedaulatan negara saat menghadiri panen raya padi serentak di 14 provinsi, yang dipusatkan di Majalengka, Jawa Barat, Senin.

    Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan penghargaan mendalam kepada para petani sebagai tulang punggung bangsa.

    “Para petani adalah produsen pangan. Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa pangan, tidak ada NKRI,” kata Presiden di hadapan ribuan petani dan tamu undangan, diikuti dalam jaringan (daring) Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.

    Kepala Negara juga mengapresiasi laporan dari beberapa daerah, termasuk Ngawi, Jawa Timur yang berhasil meningkatkan produktivitas padi dengan penggunaan pupuk yang lebih minim, sebagai langkah awal menuju pertanian yang mandiri dan berkelanjutan.

    Sumber : Antara

  • Membangun Tanah Papua dengan adat

    Membangun Tanah Papua dengan adat

    Itu sebabnya, model pendekatan untuk membangun Papua mesti mempertimbangkan aspek budaya yang amat menghormati alam dan manusia di dalamnya.

    Jakarta (ANTARA) – Tanah Papua adalah tanah yang istimewa. Sedemikian istimewa sehingga menarik perhatian orang-orang yang ingin berkunjung untuk menetap, meneliti, mengembangkan dan mengeksplorasi, bahkan berkunjung untuk mengeksploitasi.

    Khazanah alamnya yang amat kaya menjadikannya daya tarik tersendiri, di samping kebudayaan yang unik dan mengakar dalam adat istiadat setiap suku di Tanah Papua.

    Ada sekitar 255 suku yang mendiami Tanah Papua dari tujuh wilayah adat di Papua yakni Ha Anim, La Pago, Me Pago, Saireri, Mamberamo-Tabi, Doberay, dan Bomberay.

    Tanah Papua terdiri atas pegunungan salju, delta-delta lumpur yang membentang amat luas, hutan rimba yang menghasilkan flora dan fauna yang beragam, rawa-rawa, danau yang indah, gugusan kepulauan yang cantik, lautan yang kaya akan ikan, dan penduduk asli yang khas dengan bahasa dan budaya yang unik.

    Keunikannya inilah yang menjadikannya locus bagi penelitian para ahli ilmu alam, ilmu antropologi, ilmu bahasa, untuk menemukan variasi bahasa dan kebudayaan yang tidak terdapat di tempat-tempat lain di muka bumi ini (Boelaars: 1986).

    Wilayah adat digunakan untuk mengelompokkan suku-suku di Papua, karena sejak dahulu, orang asli Papua sudah mengenal batasan-batasan wilayah berdasarkan pembagian suku. Batasan-batasan pembagian suku ini diwariskan secara turun-temurun dari para leluhurnya.

    Konsep pembagian suku didasarkan atas hubungan kekerabatan, perkawinan, hak ulayat, tipe kepemimpinan, ciri-ciri fisik, hingga geografis.

    Sedari awal mesti disadari bahwa istilah “identitas orang Papua” ini tidak serta-merta membawa suatu makna tunggal. Maknanya amat beragam justru karena Papua dihuni oleh berbagai suku dengan adat istiadat yang amat beragam dan unik, namun dalam sejarahnya orang Papua sangat gampang menyatu dalam semangat adat.

    Menurut Boelaars, ada suatu nilai yang dapat mengikat keanekaragaman identitas orang Papua itu yaitu dari cara dia mendekati lingkungan, sesama manusia, dan dunia rohani. Hal ini yang mengikat mereka dengan “identitas orang Papua” sekaligus membedakan orang Papua dengan yang bukan Papua.

    Identitas orang Papua itu terbentuk di dalam relasinya dengan alam dan hutan adatnya, dengan sesama suku dan antarsuku, dan dengan dunia yang tidak kelihatan (para leluhur) yang dapat saling berhubungan dengan dunia hidup manusia melalui ritual dan laku hidup tertentu.

    Penelitian Center for International Forestry Research (CIFOR) tahun 2023 merekomendasikan beberapa hal yakni adanya pemetaan partisipatif wilayah adat, insentif bagi pembangunan berbasis kearifan lokal, dan pendidikan multikultural bagi perencana pembangunan.

    Dalam relasinya dengan alam itu, ada suatu filosofi yang amat penting bagi orang Papua yaitu mereka tidak pernah merasa kekurangan jika hidup di tengah-tengah alam. Artinya hidup itu dinamis dan alam menyediakan segalanya bagi kehidupan dan masa depan.

    Kaum peramu dan petani amat menyadari filosofi ini. Keyakinan terhadap alam yang senantiasa menyediakan makanan telah membuat mereka percaya diri, menjadi seseorang yang berdiri di atas kaki sendiri, berswadaya dan berswakarsa.

    Studi dari World Development (Tebtebba, 2018) menunjukkan bahwa model ekonomi adat (contoh: sasi di Maluku atau subak di Bali) mampu meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketimpangan. Pada kelompok masyarakat Adat Bomberay, sistem sasi biasanya dilakukan untuk tanaman jangka panjang semisal pala dan durian.

    Pembangunan Papua dari masa ke masa

    Presiden Sukarno yang nasionalis menangani masalah Papua dengan Operasi Trikora.

    Bung Karno tidak ingin Papua terlepas dari Indonesia dan menjadi bagian dari Belanda. “Apakah seseorang akan membiarkan salah satu anggota tubuhnya diamputasi tanpa melakukan perlawanan?” kata Bung Karno untuk menjelaskan posisi sikap Indonesia terhadap Papua dalam konteks historis kolonialisme Belanda.

    Presiden Suharto mengoptimalkan konsep perlawanan Sukarno dalam pendekatannya merebut Papua. Pembangunan Papua dilakukan lewat pendekatan keamanan di mana semua pos penting dan strategis diisi oleh perwira menengah aktif ABRI berpangkat kolonel. Bagi Suharto pembangunan hanya bisa dicapai jika ada stabilitas politik dan untuk menjaga stabilitas politik itu dapat dicapai lewat pendekatan keamanan.

    Presiden Habibie yang memimpin dengan pendekatan teknokratis memulai kepemimpinannya dengan dialog. Ia mengundang 100 tokoh Papua ke Istana untuk berdialog tentang masa depan Papua.

    Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masuk ke Papua lewat jalur dialog berbasis pada pendekatan kultural yang langsung menyentuh hati masyarakat Papua. Ia mengubah nama Irian Jaya yang amat politis itu menjadi Papua yang mewakili rasa-perasaan kultural orang Papua. Gus Dur menekankan bahwa duduk bersama dan dialog jauh lebih penting daripada menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan di Tanah Papua.

    Presiden Megawati melanjutkan pendekatan Gus Dur dengan menerbitkan UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua yang mana pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur daerah dan masyarakatnya berdasarkan prakarsa dan aspirasi yang menonjolkan hak-hak dasar masyarakat adat Papua. Maka, Majelis Rakyat Papua (MRP) terbentuk sebagai representasi masyarakat adat asli Papua.

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pendekatan berbasis pada kebijakan keamanan dan kesejahteraan yang tercantum dalam Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) melalui Perpres tahun 2011 untuk mengatasi problem sosial-ekonomi di Papua. Melalui UP4B ini akses orang asli Papua ke dunia pendidikan dibuka luas termasuk beasiswa afirmasi untuk kuliah di seluruh Indonesia dan luar negeri. SBY menekankan bahwa pembangunan kesejahteraan harus digalakkan di Tanah Papua.

    Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap Papua tidak jauh berbeda dari para pendahulunya bahkan intensitas kunjungannya ke tanah Papua lebih sering dan fokus pada pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur dimaksudkan untuk membuka isolasi akses di Papua dan mengatasi kesenjangan pembangunan yang masih timpang. Jokowi selalu menekankan bahwa infrastruktur harus dibangun secara terintegrasi di Tanah Papua.

    Kebijakan (telah) berbasis kebudayaan

    Membangun Papua dengan pendekatan kebudayaan adalah kebijakan yang sangat mendesak, mengingat sejak awal dalam perjumpaan masyarakat Papua dengan orang luar selalu dimulai dengan komunikasi berbasis kultural.

    Ada dua kondisi objektif yang memberikan pemahaman integral terhadap pembangunan dengan pendekatan adat.

    Pertama, pendekatan pembangunan yang berbasis kultural wajib mengetengahkan dua hal sebagai intisari: manusia dan alam. Sebagaimana diutarakan oleh Boelaars, identitas orang Papua itu dibentuk dari relasinya yang intim dengan alam. Relasi manusia-alam ini seperti relasi subyek-subyek dan bukan subyek-obyek yang mana alam hanya dipandang sebagai obyek untuk dieksploitasi sehabis-habisnya untuk kebutuhan manusia semata-mata.

    Konsekuensinya, perusakan terhadap alam yang dimaksudkan Jakarta sebagai upaya untuk membangun dan menghidupkan orang Papua justru dianggap sebagai upaya sistematis untuk menghilangkan identitas orang Papua itu sendiri.

    Itu sebabnya, model pendekatan untuk membangun Papua mesti mempertimbangkan aspek budaya yang amat menghormati alam dan manusia di dalamnya. Penelitian di Filipina (Acabado, 2019) membuktikan bahwa pengelolaan hutan adat lebih efektif mencegah deforestasi.

    Kedua, semua peraturan yang dibuat khusus untuk Tanah Papua dilandasi atas semangat adat dan kebudayaan. Sebut saja UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua, pembentukan Majelis Rakyat Papua, penetapan anggota DPRP provinsi kursi pengangkatan, hingga pengangkatan anggota DPRK jalur Otsus di setiap kabupaten dan kota di Tanah Papua.

    Menurut penelitian Siahaya et al (2016) dalam Journal of Sustainable Development, pendekatan adat dalam pembangunan (indigenous-based development) menekankan pada partisipasi masyarakat adat dalam perencanaan hingga evaluasi, integrasi sistem pengetahuan lokal (local wisdom) dengan teknologi modern, pengakuan hak ulayat dan pengelolaan sumber daya berbasis adat.

    Membangun Tanah Papua dengan adat

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekarang bernama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut setidaknya ada empat akar masalah di Tanah Papua merujuk pada penelitian yang dilakukan LIPI pada 2009 yakni masalah sejarah dan status politik integrasi; kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia; diskriminasi dan marjinalisasi; kegagalan pembangunan di Papua meliputi pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

    Maka sudah saatnya pendekatan pembangunan berbasis adat dan kebudayaan dicetuskan sebagai suatu solusi berkelanjutan untuk menghentikan konflik, ketimpangan, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan pembangunan berkelanjutan.

    Karena dalam pembangunan berbasis adat ada semangat membangun demi kesejahteraan dan semangat membangun demi terciptanya keamanan dan ketertiban.

    Selain itu semangat membangun Papua berbasis adat akan mampu menjangkau masyarakat asli Papua sehingga mereka tidak akan merasa tersingkirkan dan termarjinalisasi di atas tanah adat leluhurnya karena ada lembaga adat yang akan berperan memberdayakan orang asli Papua sesuai karakteristik adat.

    Prinsip utama pembangunan dengan pendekatan adat adalah pembangunan di Papua mengacu pada partisipasi masyarakat adat, penguatan kelembagaan adat, menguatkan peran aktif masyarakat adat dalam pembangunan. Juga mengembangkan sistem pertanian berbasis adat yang pada gilirannya akan meningkatkan ketersediaan pangan lokal, menyelenggarakan pendidikan berbasis kebudayaan. Serta tersedianya fasilitas kesehatan di masyarakat adat dengan turut mengembangkan obat-obatan secara adat istiadat yang diambil dari alam, pelestarian lingkungan hidup, memperkuat kelembagaan masyarakat adat, penguatan kelembagaan Majelis Rakyat Papua, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten.

    Harapan kepada Prabowo

    Dilantiknya Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia Masa Bhakti 2024-2029 membawa harapan baru bagi masyarakat di Tanah Papua.

    Harapan ini menjadi sangat istimewa dikarenakan Presiden Prabowo dan Tanah Papua mempunyai catatan tersendiri. Selain berdarah Indonesia timur, Prabowo juga memimpin pembebasan sandera dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma pada 9 Mei 1996. Ini menjadikan kebijakan Prabowo terhadap Tanah Papua sangat dinantikan.

    Masyarakat Tanah Papua berharap ada kebijakan yang populis dan menyentuh akar permasalahan di Tanah Papua.

    Melihat realitas dan kondisi kekinian, maka sebaiknya Prabowo memulai sebuah kebijakan dengan mengedepankan adat dan kebudayaan Papua sebagai dasar memulai pembangunan di Tanah Papua. Hal ini dikarenakan pembangunan di Tanah Papua tidak bisa dipisahkan dari kearifan lokal, sistem adat, dan kebudayaan masyarakat asli.

    Kita bersama punya harapan yang sama dalam memandang Tanah Papua, namun kadang pendekatan pembangunan yang dilakukan belum menyentuh hati masyarakat Tanah Papua.

    Membangun Tanah Papua dengan pola pendekatan adat, tidak perlu dibuatkan lembaga khusus seperti adanya UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat) dan atau UKP OTSUS (Unit Kerja Presiden untuk Otonomi Khusus Papua). Hal ini dikarenakan elemen pendukung pola pembangunan berbasis adat sudah ada yakni kepala daerah, lembaga masyarakat adat/dewan adat, Majelis Rakyat Papua, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten.

    Sebaiknya Pemerintah Pusat menunjuk satu orang utusan khusus yang memahami kondisi obyektif di Tanah Papua dan mampu memainkan orkestra pembangunan secara adat bersama kelembagaan tersebut dalam menghadirkan kesejahteraan di Tanah Papua.

    *) Dr Ir Mervin Komber adalah Anggota DPD/MPR RI Periode 2009-2014 dan Periode 2014-2019 dapil Papua Barat dan Dosen Tetap Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong Papua Barat Daya.

    Copyright © ANTARA 2025