Kementrian Lembaga: BRIN

  • Temuan Produk RI Terpapar Radioaktif Cs-137, AS bisa Perketat Hambatan Dagang

    Temuan Produk RI Terpapar Radioaktif Cs-137, AS bisa Perketat Hambatan Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai temuan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada cengkih asal Indonesia yang diekspor PT Natural Java Spice (NJS) ke Amerika Serikat (AS) berisiko memicu penguatan kebijakan tarif resiprokal dan peningkatan hambatan perdagangan nontarif oleh Negeri Paman Sam.

    Meski kadar radioaktif yang ditemukan masih di bawah ambang batas yang ditetapkan untuk perlindungan kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) telah memblokir seluruh impor rempah dari PT NJS. Tindakan ini mempertegas sikap AS yang makin ketat dalam pengawasan produk impor dari Indonesia.

    Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menilai temuan Cs-137 pada cengkih Indonesia bisa menjadi justifikasi bagi AS untuk tidak hanya mempertahankan, tetapi juga memperketat tarif resiprokal yang sudah ada bagi produk rempah dan komoditas lain dari Indonesia.

    “Artinya pengawasan itu akan menjadi lebih ketat oleh AS terhadap barang-barang yang memang sudah diimpor. Jadi bukan hanya tarifnya saja yang dinaikkan dengan adanya tarif resiprokal, tetapi hambatan-hambatan perdagangan nontarifnya itu juga akan dimainkan, akan diperketat oleh mereka,” kata Faisal kepada Bisnis, Selasa (7/10/2025).

    Menurutnya, kombinasi kenaikan tarif resiprokal dan hambatan nontarif berpotensi mengurangi volume ekspor rempah dan produk lainnya yang sangat bergantung pada pasar AS.

    “Tentu saja kalau ada peningkatan hambatan perdagangan dari sisi tarif dan juga sekarang nontarif, ini akan berpotensi menurunkan ekspor Indonesia ke AS, termasuk juga dalam konteks ini adalah cengkih dan juga produk-produk yang lain, seperti produk perikanan udang juga begitu,” tuturnya.

    Namun, dia menilai seberapa besar potensi pasar menahan untuk membeli cengkih asal Indonesia sangat bergantung pada seberapa cepat pemerintah Indonesia merespons temuan ini.

    “Kalau temuan ini benar, maka ini harus segera dilakukan investigasi dari hulu, dari perusahaan yang menghasilkan cengkihnya, sampai ke jalur distribusi, sampai ke border, ke pelabuhan,” ujarnya.

    Di sisi lain, Faisal menuturkan peran diplomasi dengan AS juga diperlukan jika kandungan zat radioaktif dalam komoditas cengkih Indonesia masih berada di bawah batas ambang.

    “Jadi memang ada beberapa langkah yang harus dilakukan dari hulu sampai ke hilir untuk bisa memastikan bahwa kita masih bisa mengekspor cengkih di tengah dinamika global yang seperti sekarang,” terangnya.

    Menurutnya, untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar pada prospek ekspor cengkih Indonesia, diperlukan langkah antisipasi bukan hanya terhadap pasar AS, tetapi juga dengan pasar-pasar ekspor lain di dunia.

    “Kalau seandainya itu juga berpengaruh nanti terhadap sentimen terhadap produk cengkih dari Indonesia, temuan yang dari mitra Amerika Serikat,” tambahnya.

    Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Cesium-137 sebelumnya menyatakan pihaknya tengah menyelidiki dugaan kontaminasi radioaktif pada produk cengkih Indonesia yang diekspor ke AS.

    Investigasi ini dilakukan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menerbitkan laporan berisi temuan kontaminasi radioaktif Cs-137 pada cengkih asal Indonesia.

    Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Publik Satgas Cs-137 Bara Hasibuan mengatakan bahwa tim gabungan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah turun ke lapangan untuk menelusuri sumber kontaminasi.

    “Kami sedang melakukan investigasi atas laporan bahwa produk cengkih Indonesia yang diekspor ke AS terkontaminasi Cs-137,” kata Bara kepada Bisnis.

    Dia menuturkan bahwa pemerintah akan berupaya secara maksimal agar masalah ini tetap terbatas pada kasus cengkih saja dan tidak memengaruhi produk rempah-rempah lainnya.

    Pemerintah, kata dia, bergerak cepat dalam menangani masalah ini dan berkomitmen agar kasus ini tidak meluas ke produk rempah lainnya.

    “Kami bergerak cepat untuk menangani masalah ini. Kami akan berusaha keras untuk melokalisasi kasus ini sehingga tidak berdampak pada produk rempah lainnya,” ujarnya.

    Selain itu, Satgas juga memastikan pihaknya akan menyelesaikan masalah ini dalam waktu yang tidak terlalu lama sehingga tidak berdampak pada kinerja ekspor cengkih serta rempah-rempah Indonesia

    “Kami bekerja keras untuk melokalisasi masalah ini sehingga tidak berdampak pada ekspor cengkih dan rempah-rempah Indonesia secara keseluruhan,” pungkasnya.

  • BRIN Ungkap Alasan Meteor Jatuh di Cirebon Timbul Suara Dentuman Keras

    BRIN Ungkap Alasan Meteor Jatuh di Cirebon Timbul Suara Dentuman Keras

    Jakarta, CNBC Indonesia – Akhir pekan lalu warga Cirebon mendadak heboh karena ada suara dentuman keras yang seolah menghantam bumi. Suara dentuman terdengar di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu (5/10/2025) malam.

    Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menyebut dentuman itu disebabkan oleh meteor berukuran cukup besar yang melintas di langit.

    “Berdasarkan fakta-fakta, saya menyimpulkan fenomena dentuman di Cirebon dan sekitarnya adalah meteor cukup besar yg melintas dari arah barat daya di selatan Jawa terus ke wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon sekitar pukul 18.35 – 18.39 WIB,” ujar Thomas dikutip dari blog pribadinya, Selasa (7/10/2025).

    Thomas menjelaskan, ketika meteor memasuki lapisan atmosfer yang lebih rendah dan padat di atas Kuningan dan Cirebon, muncul gelombang kejut yang terdengar sebagai suara dentuman keras.

    Gelombang tersebut juga terdeteksi oleh sensor BMKG Cirebon pada pukul 18.39 WIB di Astanajapura.

    “Diduga meteor itu jatuh di Laut Jawa,” ujarnya.

    Sebelumnya, warga di wilayah Kuningan dan Cirebon melaporkan mendengar dentuman keras disertai getaran pada Minggu malam. Beberapa rekaman CCTV dan video amatir juga memperlihatkan bola api terang meluncur di langit sebelum suara keras terdengar.

    Thomas kemudian membandingkan dengan kejadian meteor Bone 2009. Dari segi ukuran, meteor di Cirebon hanya sekitar 3-5 meter. Namun cukup menimbulkan gelombang kejut.

    Sementara meteor Bone yang jatuh di Sulawesi Selatan pada 2009, menimbulkan dentuman keras yang terdengar sampai jarak 10 kilometer dan kaca jendela rumah warga bergetar.

    “Meteor Bone ditaksir oleh peneliti NASA ukurannya sekitar 10 kilometer. Saya memperkirakan ukuran meteor Cirebon sekitar 3-5 meter.” pungkasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jadwal Supermoon Hari Ini, Waspada Dampaknya di Wilayah RI

    Jadwal Supermoon Hari Ini, Waspada Dampaknya di Wilayah RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bulan purnama atau Supermoon jadi salah satu fenomena langit yang terjadi bulan Oktober ini. Pada Selasa (7/10/2025), Bulan akan masuk ke fase tersebut.

    Mengutip detikcom, BMKG melaporkan Supermoon terjadi pada 10:47 WIB hari ini di Indonesia. Jarak Bumi dengan Bulan mencapai 361.458 km.

    Supermoon tahun ini akan sedikit lebih besar dan lebih terang. Sebab jarak Bulan akan 10% lebih dekat dari biasanya.

    Hal ini terjadi karena orbit Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips. Jadi akan ada satu waktunya saat Bulan akan berada di sisi terdekatnya atau perigee.

    Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan Supermoon terjadi saat posisi Bulan terdekat dengan Bumi. Dampaknya akan membuat pasang maksimum, atau lebih tinggi dari purnama umumnya.

    “Dampaknya, pasang maksimum (gabungan efek bulan dan matahari) menjadi lebih tinggi dari saat purnama umumnya,” kata Thomas kepada CNBC Indonesia.

    Dia mengatakan seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan Supermoon.

    Supermoon hari ini bukan yang terakhir untuk tahun 2025. Setidaknya ada dua kali lagi fenomena akan terjadi hingga akhir tahun.

    “Supermoon 2025: 7 Oktober, 5 November, dan 4 Desember,” ungkapnya.

    Waspada Banjir Pesisir

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena ini berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum. Dalam keterangan resmi tertanggal 30 September 2025, BMKG mengatakan banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

    Hal ini berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut. Adapun wilayah-wilayah pesisir yang dimaksud adalah sebagai berikut:

    Pesisir Sumatera Utara

    Pesisir Sumatera Barat

    Pesisir Kep. Bangka Belitung

    Pesisir Banten

    Pesisir DKI Jakarta

    Pesisir Jawa Barat

    Pesisir Jawa Tengah

    Pesisir Jawa Timur

    Pesisir Bali

    Pesisir Nusa Tenggara Barat

    Pesisir Nusa Tenggara Timur

    Pesisir Kalimantan Utara

    Pesisir Kalimantan Timur

    Pesisir Kalimantan Selatan

    Pesisir Kalimantan Tengah

    Pesisir Sulawesi Utara

    Pesisir Maluku

    “Potensi banjir pesisir yang secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhandanpesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.

    Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang Maksimum Air Laut, serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG.

    Adapun lokasi dan waktu potensi terjadinya banjir pesisir di berbagai wilayah Indonesia berada dalam periode 5-16 Oktober 2025. Lebih spesifik di wilayah pesisir Jakarta, potensi banjir rob diprediksi dalam periode 9-14 Oktober 2025 di wilayah berikut ini:

    Pesisir Kamal Muara

    Pesisir Kapuk Muara

    Pesisir Pluit

    Pesisir Ancol

    Pesisir Kamal

    Pesisir Marunda

    Pesisir Cilincing

    Pesisir Tanjung Priok

    Pesisir Kalibaru

    Pesisir Muara Angke, Penjaringan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Paparan Radioaktif Cikande Dinilai Akibat Sikap Ceroboh 
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        6 Oktober 2025

    Paparan Radioaktif Cikande Dinilai Akibat Sikap Ceroboh Nasional 6 Oktober 2025

    Paparan Radioaktif Cikande Dinilai Akibat Sikap Ceroboh
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Analis Geopolitik dan Hubungan Internasional, Dian Wirengjurit, menilai kasus radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di Cikande, Kabupaten Serang, merupakan bentuk kecerobohan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
    Hal ini disampaikan Dian ketika dimintai tanggapan dalam diskusi publik bertajuk “Perang Dunia – Nuklir dan Masa Depan Peradaban” di Perpusnas, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2025).
    “Di Cikande, radiasinya tidak seberbahaya uranium. Cesium itu tidak seberbahaya, jauh di bawah uranium. Kalaupun ada kebocoran, radiasinya ke udang, katanya kena ke manusia, buat saya itu jelas ketidakprofesionalan, kecerobohan,” ujar Dian di lokasi, Senin.
    Mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Iran ini mengatakan, penolakan ekspor udang bukan kali pertama terjadi di Indonesia.
    “Kalau cuma radiasi ke udang, sehingga udang kita dikeluarkan ke Amerika itu bukan yang pertama. Kita itu kandungan magnesium tinggi saja dikeluarkan oleh Eropa,” tegas Dian.
    Meski radiasi Cesium-137 tidak seberbahaya uranium, Dian menuturkan bahwa penanganan profesional tetap perlu dilakukan agar tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
    Ia meminta pemerintah menindak tegas perusahaan-perusahaan “nakal” yang mengakibatkan adanya kebocoran itu.
    “Saya yakin teman-teman BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bisa mengatasi. Mudah-mudahan jangan terlalu cemas, saya yakin ahli nuklir kita banyak, mampu pasti. Hanya perusahaannya yang mesti ditegur keras,” tandasnya.
    Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, terdapat sembilan orang yang terdeteksi positif hasil whole-body counter (WBC) dalam pemeriksaan paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di Cikande, Banten.
    Mereka telah ditangani di RS Fatmawati Jakarta.
    Semuanya dilaporkan tidak bergejala dan dalam kondisi baik.
    “Untuk perawatannya diberikan obat prussian blue,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman di Jakarta, Jumat (3/10/2025), seperti dilansir
    Antara
    .
    Menurut dia, paparan Cs-137 dapat menimbulkan sejumlah efek.
    Pada jangka pendek, paparan tinggi bisa menyebabkan sindrom radiasi akut berupa mual, muntah, diare, kelelahan, sakit kepala, hingga penurunan sel darah putih.
    Paparan juga dapat menimbulkan kerusakan kulit dan jaringan yang ditandai dengan kemerahan, lepuh, atau luka bakar radiasi.
    Pada paparan radiasi yang tinggi, ada risiko perdarahan, infeksi berat, kerusakan organ, dan kematian.
    Sedangkan pada jangka panjang, kata dia, di mana paparan rendah berulang atau internal, ada peningkatan risiko kanker akibat kerusakan DNA, penurunan daya tahan tubuh karena gangguan sumsum tulang, dan imunitas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sejumlah warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, menyiapkan bambu untuk mengusir kawanan monyet liar yang berkeliaran di lingkungan mereka.
    Tujuannya, agar monyet-monyet itu tidak turun ke halaman rumah warga.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” ujar warga setempat, Ijjo (30), saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (6/10/2025).
    Warga khawatir jika kawanan monyet itu masuk ke permukiman warga dan turun ke halaman rumah, ditakutkan akan menyerang anak-anak.
    Apalagi saat kawanan monyet itu datang, banyak anak-anak yang antusias untuk melihatnya.
    “Khawatir turun, takut ada (monyet) yang gigit anak-anak dan Alhamdulillah enggak ada (monyet) yang turun sama sekali,” kata dia.
    Adapun sekelompok monyet yang masuk ke pemukiman warga di Rawa Buntu itu baru pertama kali terjadi.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” jelas dia.
    Sementara itu, Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily (48), mengatakan, monyet-monyet itu pertama kali terlihat pada Sabtu (4/10/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspitek (kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” kata Lily.
    Ia menduga, hewan liar itu keluar dari Puspitek lantaran lokasi tersebut tengah dilakukan pembangunan stadion sepak bola.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” kata dia.
    Menurut Lily, rombongan monyet tersebut sempat berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui atap rumah warga.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” jelas dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang palinh tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” jelas dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” ucap Lily.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sekelompok monyet liar berkeliaran di kawasan permukiman warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, pada Sabtu (4/10/2025).
    Warga menduga monyet-monyet tersebut keluar dari kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) karena habitatnya yang terganggu.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” ujar Ketua RT 003 RW 002 Rawa Buntu, Lily Alay (48) saat ditemui Kompas.com, Senin (6/10/2025).
    Ia menduga, keberadaan proyek pembangunan di Puspitek membuat kawanan monyet itu kehilangan kenyamanan dan sumber makanan.
    Padahal, Puspitek itu tempat kawanan monyet liar itu tinggal dan banyak orang yang memberi makan saat berada di sana.
    “Mungkin karena lapar, atau penyebab lainnya, jadi mereka kabur dari tempat itu, karena mungkin sudah enggak nyaman, akhirnya mereka masuk ke pemukiman warga, ke tempat umumlah,” kata dia.
    Lily mengatakan, kawanan monyet tersebut sempat terlihat di sekitar atap rumah warga pada pukul 11.00 WIB.
    Bahkan monyet-monyet itu sempat berpindah dari satu atap rumah ke rumah lainnya.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” kata dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang paling tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” ujar dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” kata dia.
    Warga lainnya, Ijjo (30), mengatakan, monyet-monyet itu sempat terlihat sejak pagi di jalan raya dekat warung soto Boyolali dan minimarket sekitar kawasan tersebut.
    “Dari pagi sekitar jam enam sudah kelihatan di jalan depan Alfa. Terus menjelang siang mereka naik ke pohon-pohon di belakang permukiman,” kata Ijjo.
    Namun, untuk berjaga-jaga, warga sempat banyak yang menyiapkan bambu untuk menghalau monyet agar tidak turun ke bawah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, jumlah monyet yang terlihat di kawasan itu baru pertama kali terjadi di sekitaran rumahnya.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Sekelompok Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Sekelompok Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sekelompok monyet liar berkeliaran di kawasan permukiman warga di Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan.
    Kemunculan monyet tersebut membuat warga resah karena khawatir mengganggu anak-anak dan warga sekitar.
    Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily (48), mengatakan, monyet-monyet itu pertama kali terlihat pada Sabtu (4/10/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspitek (kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” ujar Lily saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (6/10/2025).
    Ia menduga, hewan liar itu keluar dari Puspitek lantaran lokasi tersebut tengah dilakukan pembangunan stadion sepak bola.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” kata dia.
    Menurut Lily, rombongan monyet tersebut sempat berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui atap rumah warga.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” ujar dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang paling tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” kata dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” ucap dia.
    Warga lainnya, Ijjo (30), mengatakan monyet-monyet itu sempat terlihat sejak pagi di jalan raya dekat warung soto Boyolali dan minimarket sekitar kawasan tersebut.
    “Dari pagi sekitar jam enam sudah kelihatan di jalan depan Alfa. Terus menjelang siang mereka naik ke pohon-pohon di belakang permukiman,” kata Ijjo.
    Namun, untuk berjaga-jaga, warga sempat banyak yang menyiapkan bambu untuk menghalau monyet agar tidak turun ke bawah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, jumlah monyet yang terlihat di kawasan itu baru pertama kali terjadi di sekitaran rumahnya.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Analisis BRIN Terkait Meteor Jatuh di Cirebon

    Analisis BRIN Terkait Meteor Jatuh di Cirebon

    Liputan6.com, Jakarta Peneliti bidang astronomi (astrofisika) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rhorom Priyatikanto mengatakan, fenomena adanya benda langit bercahaya disertai dentuman yang terlihat di langit Cirebon adalah meteor.

    Menurut Rhorom,, ciri dentuman atau ledakan meteor biasanya berlangsung singkat, jauh lebih singkat dari aktivitas vulkanik.

    “Aktivitas kegempaan juga punya pola getaran yang berbeda,” ujar Rhorom kepada Liputan6, Bandung, Senin (6/10/2025).

    Rhorom menyebutkan perbedaan antara benda langit dan sampah antariksa. Jika adanya sampah antariksa yang biasanya serpihan ataupun potongan satelit berukuran besar akan jatuh, kemungkinan besar terpantau.

    Pantauan adanya sampah antariksa yang hendak menuju Bumi, dapat terdeteksi dengan sistem pemantauan orbit yang dimiliki oleh BRIN.

    “Kalau meteor, kami tidak punya sistem dan jaringan untuk memantaunya secara langsung. Untuk benda yang lebih besar ukurannya dan tinggi risiko bahayanya, kami berusaha cek update dari jejaring internasional seperti IAWN dan CNEOS NASA,” beber Rhorom.

    Berdasarkan video yang beredar dan rekaman getaran yang terukur di salah satu Stasiun BMKG, otoritasnya cukup yakin bahwa itu merupakan meteor jatuh. Ukurannya cukup besar hingga menghasilkan dentuman di langit dan bola api (fireball).

    Namun, Rhorom menegaskan tidak ada rencana dan sumber daya untuk melakukan survei ke Laut Jawa sebagai titik terakhir jatuhnya meteor yang terlihat dan terpantau di Cirebon.

    “Meteor yang biasanya punya kadar metal tinggi tidak bisa bertahan lama di laut. Sulit pula mencari batu di laut,” tukas Rhorom.

  • Fakta-fakta Meteor Besar Jatuh dan Bunyi Dentuman Keras di Cirebon

    Fakta-fakta Meteor Besar Jatuh dan Bunyi Dentuman Keras di Cirebon

    Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad menganalisa dari sisi meteorologi, suara dentuman dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti sambaran petir, aktivitas gempa bumi atau peristiwa longsor.

    Namun, kata dia, kondisi cuaca di wilayah Cirebon dan sekitarnya saat kejadian dinyatakan cerah berawan.

    “Biasanya suara ledakan atau getaran bisa muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” kata Syifaul Fuad. Dikutip dari Antara.

    Fuad menegaskan hingga kini pihaknya belum mencatat, adanya aktivitas cuaca ekstrem atau fenomena meteorologis yang signifikan di wilayah tersebut.

    Selain itu, dia menyampaikan hasil pantauan pun belum menunjukkan adanya aktivitas getaran yang signifikan di wilayah Cirebon.

    Pada dasarnya, kata dia, fenomena yang berkaitan dengan meteor merupakan kewenangan lembaga yang membidangi antariksa.

    “Terkait fenomena meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan lembaga yang membidanginya seperti BRIN,” tuturnya.

  • BRIN Ungkap Alasan Meteor Jatuh di Cirebon Timbul Suara Dentuman Keras

    Kronologi Meteor Jatuh di Cirebon, Begini Penjelasan Lengkap BRIN

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meteor disebut jadi objek yang membuat dentuman keras dan cahaya terang di sekitaran Cirebon dan Kuningan pada hari Minggu (5/10/2025). Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan analisis itu berasal dari sejumlah data dan kesaksian.

    Dia mengatakan objek itu melintasi wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon arah barat daya pada pukul 18:35-18:39 WIB, Minggu (5/10/2025).

    “Ketika memasuki atmosfer yg lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon pk 18.39.12 WIB. Meteor jatuh di laut Jawa,” kata Thomas kepada CNBC Indonesia, Senin (6/10/2025).

    Dia mengatakan terdengar dentuman keras di Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Selain itu saksi dan rekaman CCTV juga merekam bola api yang meluncur pada 18:35 WIB.

    BMKG Cirebon juga mendeteksi adanya getaran pada pukul 18:39:12 WIB.

    Thomas mengatakan meteor itu berukuran cukup besar. Namun tak berbahaya kecuali potensi gelombang besar di sekitar titik jatuhnya.

    “Tidak berbahaya, kecuali sekitar titik jatuh berpotensi ada gelombang besar,” ujarnya.

    Thomas juga mengatakan tidak bisa menelusuri secara rinci soal asal, dampak dan usia meteor. Sebab data yang dimiliki sangat terbatas.

    “Informasi yang bisa disimpulkan bahwa itu batuan antariksa yg orbitnya berpapasan dengan bumi. Batuan antariksa itu sisa pembentukan tata surya,” kata Thomas.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]