Kementrian Lembaga: BRIN

  • Teknologi Ini Sulap Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Setara Solar – Page 3

    Teknologi Ini Sulap Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Setara Solar – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mendorong green tourism di Kepulauan Karimunjawa dengan meluncurkan teknologi Fast Pyrolysis (Faspol) di Pusat Daur Ulang (PDU) Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Teknologi ini mampu mengonversi sampah plastik bernilai rendah menjadi bahan bakar setara solar yang disebut petasol.

    Karimunjawa dengan jumlah penduduk sekitar 10 ribu jiwa dan kunjungan wisatawan mencapai sekitar 82 ribu orang pada tahun 2024 menghasilkan timbunan sampah sebesar 1,5 hingga 2 ton per hari, dengan sekitar 46 persen merupakan sampah anorganik seperti plastik, sehingga pengelolaan sampah menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan destinasi wisata bahari unggulan ini.

    Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, Kemasyarakatan, dan Sumber Daya Manusia, Sridana Paminto, mengatakan kehadiran teknologi mesin Faspol ini merupakan langkah besar dalam penanganan masalah sampah, khususnya di wilayah Karimunjawa, mengingat tantangan pengelolaan limbah plastik yang terus meningkat seiring pertumbuhan aktivitas pariwisata.

    “Keberadaan mesin Faspol ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk mengurangi volume sampah, menekan dampak lingkungan, sekaligus menghasilkan produk bernilai ekonomis yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” ujar Sridana.

    Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, mengatakan bahwa mesin Faspol berkapasitas 50 kilogram per siklus ini merupakan hasil kolaborasi riset yang mendalam antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Bank Sampah Banjarnegara.

    Uji coba pun telah dilakukan pada tiga alat operasional sekaligus, yakni mesin Dongfeng milik PDU Karimunjawa, excavator di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), serta perahu nelayan. Dimana di tiga alat tersebut menunjukkan bahwa petasol yang dihasilkan mampu menggantikan fungsi solar secara optimal.

     

  • Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik

    Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik

    Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan baru yang mengkhawatirkan bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik. Fenomena ini disebut para peneliti sebagai bentuk baru “polusi dari langit”, yang berasal dari aktivitas manusia di darat dan udara perkotaan.

    Temuan ini menjadi sinyal peringatan bahwa polusi plastik telah meluas, tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi kini juga merambah atmosfer.
    Temuan Mikroplastik di Air Hujan Jakarta 
    ​Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan bahwa riset yang dilakukan sejak tahun 2022 secara konsisten menunjukkan keberadaan mikroplastik di setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikel-partikel mikroskopis ini terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara, didorong oleh padatnya aktivitas manusia.

    ​Reza merinci bahwa sumber mikroplastik sangat beragam, “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka.” ujarnya dikutip dari laman resmi BRIN, Sabtu (18/10/25).

    Secara rata-rata, peneliti mencatat adanya sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

    ​Mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil, dengan polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.
    Siklus Mikroplastik di Atmosfer
    ​Fenomena ini terjadi karena siklus plastik telah mencapai atmosfer melalui proses yang dikenal sebagai atmospheric microplastic deposition. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan kegiatan industri, lalu terbawa angin dan turun kembali ke bumi bersama air hujan.

    ​“Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” tegas Reza.
    ​Reza menilai, gaya hidup urban modern merupakan salah satu pemicu utama.

    Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan sekitar 20 juta unit kendaraan, Jakarta menghasilkan limbah plastik dalam volume besar setiap hari. Ia menyoroti pengelolaan sampah yang belum ideal, di mana masih banyak sampah plastik sekali pakai, sebagian dibakar terbuka, atau terbawa air hujan ke sungai.
     

     

    Mikroplastik dan Bahayanya bagi Kesehatan

    ​Temuan ini sangat mengkhawatirkan karena partikel mikroplastik berukuran sangat halus, sehingga berpotensi terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

    ​Bahaya utama bukan terletak pada air hujan itu sendiri, melainkan pada partikel yang dikandungnya. Plastik mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat terlepas ke lingkungan saat terurai. Selain itu, partikel di udara ini juga dapat mengikat polutan lain, seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

    ​“Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” jelas Reza.

    ​Secara kesehatan, paparan mikroplastik dilaporkan dapat menimbulkan dampak serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan. Dari aspek lingkungan, air hujan yang tercemar ini berisiko mencemari sumber air permukaan dan laut, yang pada akhirnya akan memasuki rantai makanan.
    Seruan BRIN untuk Aksi Bersama
    ​Untuk menekan persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret dari berbagai pihak. Hal ini mencakup penguatan riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin, serta perbaikan pengelolaan limbah plastik dari hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang.

    ​Reza juga menekankan perlunya mendorong industri tekstil menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis. Yang terpenting, edukasi publik menjadi kunci. ​“Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” ujarnya

    Reza mengingatkan bahwa krisis mikroplastik di atmosfer sejatinya adalah cerminan dari perilaku manusia sendiri.

    “Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya”.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan baru yang mengkhawatirkan bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik. Fenomena ini disebut para peneliti sebagai bentuk baru “polusi dari langit”, yang berasal dari aktivitas manusia di darat dan udara perkotaan.
     
    Temuan ini menjadi sinyal peringatan bahwa polusi plastik telah meluas, tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi kini juga merambah atmosfer.
    Temuan Mikroplastik di Air Hujan Jakarta 
    ​Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan bahwa riset yang dilakukan sejak tahun 2022 secara konsisten menunjukkan keberadaan mikroplastik di setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikel-partikel mikroskopis ini terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara, didorong oleh padatnya aktivitas manusia.
     
    ​Reza merinci bahwa sumber mikroplastik sangat beragam, “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka.” ujarnya dikutip dari laman resmi BRIN, Sabtu (18/10/25).

    Secara rata-rata, peneliti mencatat adanya sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.
     
    ​Mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil, dengan polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

    Siklus Mikroplastik di Atmosfer
    ​Fenomena ini terjadi karena siklus plastik telah mencapai atmosfer melalui proses yang dikenal sebagai atmospheric microplastic deposition. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan kegiatan industri, lalu terbawa angin dan turun kembali ke bumi bersama air hujan.
     
    ​“Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” tegas Reza.
    ​Reza menilai, gaya hidup urban modern merupakan salah satu pemicu utama.
     
    Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan sekitar 20 juta unit kendaraan, Jakarta menghasilkan limbah plastik dalam volume besar setiap hari. Ia menyoroti pengelolaan sampah yang belum ideal, di mana masih banyak sampah plastik sekali pakai, sebagian dibakar terbuka, atau terbawa air hujan ke sungai.
     

     

    Mikroplastik dan Bahayanya bagi Kesehatan

    ​Temuan ini sangat mengkhawatirkan karena partikel mikroplastik berukuran sangat halus, sehingga berpotensi terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.
     
    ​Bahaya utama bukan terletak pada air hujan itu sendiri, melainkan pada partikel yang dikandungnya. Plastik mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat terlepas ke lingkungan saat terurai. Selain itu, partikel di udara ini juga dapat mengikat polutan lain, seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.
     
    ​“Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” jelas Reza.
     
    ​Secara kesehatan, paparan mikroplastik dilaporkan dapat menimbulkan dampak serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan. Dari aspek lingkungan, air hujan yang tercemar ini berisiko mencemari sumber air permukaan dan laut, yang pada akhirnya akan memasuki rantai makanan.
    Seruan BRIN untuk Aksi Bersama
    ​Untuk menekan persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret dari berbagai pihak. Hal ini mencakup penguatan riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin, serta perbaikan pengelolaan limbah plastik dari hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang.
     
    ​Reza juga menekankan perlunya mendorong industri tekstil menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis. Yang terpenting, edukasi publik menjadi kunci. ​“Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” ujarnya
     
    Reza mengingatkan bahwa krisis mikroplastik di atmosfer sejatinya adalah cerminan dari perilaku manusia sendiri.
     
    “Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya”.
     
    (Sheva Asyraful Fali)
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Kontainer Diduga Tercemar Radioaktif Tiba di Tanjung Perak Akhir Oktober

    Kontainer Diduga Tercemar Radioaktif Tiba di Tanjung Perak Akhir Oktober

    Jakarta

    Menindaklanjuti hasil pemeriksaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di gudang Cengkeh di Surabaya, Tim Satgas Penanganan Cs-137 meninjau kesiapan pelabuhan Tanjung Perak dalam menangani kontainer suspect Cs-137 yang akan tiba di Surabaya pada akhir Oktober.

    Pengecekan di lapangan dilakukan dengan mengunjungi fasilitas produksi PT NJS di Kawasan Industri Maspion dan fasilitas pelabuhan Pelindo di Tanjung Perak Surabaya.

    Menurut Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Radionuklida Cs-137 dan Masyarakat Beresiko Terdampak, Bara Krishna Hasibuan, pihaknya telah melakukan penanganan terhadap kontaminasi pada produk cengkeh.

    “Satgas Penanganan Cs-137 melalui BAPETEN telah mengirim tim untuk meninjau 3 lokasi, yaitu Surabaya (lokasi pengolahan Cengkeh), Pati Jawa Tengah (lokasi perkebunan) dan Lampung (lokasi perkebunan) untuk melakukan pengecekan dan verifikasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/10/2025).

    Sementara itu, penanganan kontaminasi Cs-137 di Surabaya dan Pati, BAPETEN telah melakukan pemeriksaan dan pengambilan sample cengkeh PT Natural Java Spice yang berasal di tempat pemrosesan (Surabaya) dan sumber bahan baku (Perkebunan Pati), serta telah mengirimkan sampel tersebut untuk dilakukan pengujian di Laboratorium Teknologi Radiasi BRIN.

    Ia menyebut hasil analisis menunjukkan tidak terdeteksi kontaminasi radionuklida Cs-137. Pemeriksaan lapangan oleh BAPETEN sebelumnya juga tidak menemukan indikasi paparan atau kontaminasi buatan, sehingga kondisi dinyatakan aman dari aspek radioaktivitas.

    “Direktur PT. NJS, Arthur Malonda menyampaikan apresiasinya atas kerja cepat dan sistematis yang dilakukan Satgas Penangan Cs-137 yang diketuai Kemenko Pangan. Hal ini memberikan motivasi bagi perusahaan untuk tetap mengekspor produk rempah Indonesia di tengah kesulitan yang dihadapi,” imbuhnya.

    Sementara itu dalam penanganan kontaminasi Cs-137 di Lampung, Bara mengkonfirmasi ditemukannya kontaminasi Cs-137 pada perkebunan cengkeh di Lampung. Kontaminasi tersebut ditemukan dalam jumlah terbatas dan tidak meluas ke wilayah atau komoditas lainnya.

    “Sebagai langkah kehati-hatian, BAPETEN merekomendasikan agar produk cengkeh yang terindikasi kontaminasi tidak diperjualbelikan sementara waktu hingga hasil uji laboratorium lanjutan selesai dilakukan. Tim masih melakukan penelusuran (tracing) sumber kontaminasi Cs-137,” jelas dia.

    Penanganan Kontainer Suspect Cs-137 di Surabaya
    Setelah meninjau kesiapan gudang perusahaan, Bara menyebut sudah melakukan pengecekan kesiapan pelabuhan Tj. Perak. Satgas ingin memastikan kesiapan infrastruktur peralatan dan personel yang akan bertugas menangani kontainer suspect yang akan tiba pada akhir Oktober.

    “Selanjutnya kontainer tersebut akan dicek apakah benar terdapat kontaminasi, Pengecekan dilakukan di Pelabuhan maupun di laboratorium. Apabila terdapat kontaminasi Cs-137 maka produk tersebut akan segera dimusnahkan,” imbuh Bara.

    Ia memastikan pemerintah telah bergerak cepat melokalisir kontaminasi ini agar tidak meluas ke wilayah lain. Masyarakat dan pelaku usaha diimbau untuk tetap tenang dan menunggu hasil uji laboratorium resmi. Pemerintah akan terus memberikan informasi terkini secara terbuka kepada publik.

    (ily/fdl)

  • US FDA Percayakan BPOM soal Sertifikasi Keamanan Rempah Indonesia

    US FDA Percayakan BPOM soal Sertifikasi Keamanan Rempah Indonesia

    Jakarta

    Indonesia mencatat sejarah baru di kancah global. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI resmi dipercaya oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) sebagai Lembaga Sertifikasi Impor (Certifying Entity/CE) untuk produk rempah-rempah Indonesia yang masuk ke pasar Amerika Serikat.

    Keputusan ini tertuang dalam Letter of Intent yang ditandatangani Donald A. Prater, Principal Deputy Director for Human Foods Program FDA, dan diumumkan melalui Import Alert 99-52.

    Langkah tersebut menandai pengakuan resmi terhadap kapasitas pengawasan pangan Indonesia di tingkat dunia.

    “FDA tidak sembarangan memberi mandat seperti ini. Mereka menilai bukan hanya teknis, tapi juga komitmen dan integritas sistem pengawasan Indonesia. Ini momentum pengakuan global,” beber Kepala BPOM RI Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/10/2025).

    Sebelumnya, sertifikasi ekspor rempah Indonesia ke AS dilakukan oleh lembaga pihak ketiga di luar negeri. Kini, untuk pertama kalinya, BPOM diberi kewenangan langsung oleh FDA, menandakan posisi sejajar dengan otoritas pangan dunia seperti FDA (Amerika), EFSA (Eropa), dan MHRA (Inggris).

    FDA berharap BPOM dapat menjamin keamanan rempah dari potensi kontaminasi isotop Cesium-137, unsur radioaktif yang menjadi perhatian utama di pasar AS.

    “Kami akan melibatkan BRIN dan BAPETEN agar seluruh protokol pemeriksaan bersifat ilmiah, transparan, dan bisa dipertanggungjawabkan di forum global,” tegas Taruna.

    Dengan mandat ini, Indonesia tak hanya mengekspor rempah, tetapi juga mengekspor standar dan kepercayaan internasional.
    BPOM kini berperan aktif dalam pembahasan teknis sertifikasi pangan global, sejajar dengan lembaga internasional lainnya.

    “Ini bukan hanya soal ekspor rempah, tapi tentang posisi Indonesia di dunia. Kita tidak lagi sekadar mengikuti standar, melainkan dipercaya ikut menetapkannya,” ujar Taruna.

    Penunjukan FDA kepada BPOM menandai babak baru diplomasi pangan Indonesia, rempah menjadi simbol kedaulatan sains dan reputasi bangsa di panggung global.

    (naf/naf)

  • Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, BRIN Ingatkan Bahaya Polusi

    Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, BRIN Ingatkan Bahaya Polusi

    Bisnis.com, JAKARTA — Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan. Temuan ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” jelas Reza melalui keterangan resmi dikutip Sabtu (18/10/2025).

    Reza menjelaskan, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

    Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    “Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” ujarnya.

    Menurutnya, temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

    Plastik juga mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat lepas ke lingkungan ketika terurai menjadi partikel mikro atau nano. Di udara, partikel ini juga bisa mengikat polutan lain seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

    “Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” tegas Reza.

    Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan. Dari sisi lingkungan, air hujan ber-mikroplastik berpotensi mencemari sumber air permukaan dan laut, yang akhirnya masuk ke rantai makanan.

    Reza menilai, gaya hidup urban modern menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya mikroplastik di atmosfer. Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan kendaraan mencapai 20 juta unit, Jakarta menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar setiap hari. 

    “Sampah plastik sekali pakai masih banyak, dan pengelolaannya belum ideal. Sebagian dibakar terbuka atau terbawa air hujan ke sungai,” katanya.

    Untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor. Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar. 

    Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang. Ketiga, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

    Selain itu, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan. “Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” ujarnya.

    Menurutnya, hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi. 

    “Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya,” tutup Reza. 

  • BRIN Ungkap Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Masuk Atmosfer

    BRIN Ungkap Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Masuk Atmosfer

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan air hujan yang selama ini dianggap simbol kesegaran ternyata tidak sepenuhnya bersih. Hasil penelitian BRIN menyebut, air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

    Temuan yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota. Hal ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan, partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” ujarnya dalam keterangannya, dikutip Sabtu (18/10).

    Reza menjelaskan, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

    Menurutnya, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    “Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” tuturnya.

    Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan. Plastik juga mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat lepas ke lingkungan ketika terurai menjadi partikel mikro atau nano. Di udara, partikel ini juga bisa mengikat polutan lain seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

    “Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” tegasnya.

    Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan.

    Dari sisi lingkungan, air hujan bermikroplastik berpotensi mencemari sumber air permukaan dan laut, yang akhirnya masuk ke rantai makanan.

    Reza berpendapat, gaya hidup urban modern menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya mikroplastik di atmosfer. Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan kendaraan mencapai 20 juta unit, Jakarta menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar setiap hari.

    “Sampah plastik sekali pakai masih banyak, dan pengelolaannya belum ideal. Sebagian dibakar terbuka atau terbawa air hujan ke sungai,” ungkapnya.

    Untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor. Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar.

    Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang. Lalu, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

    Selain itu, lanjutnya, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan. “Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” ujarnya.

    Menurutnya, hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi.

    “Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya,” pungkasnya.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Populer, hujan Jakarta kandung mikroplastik hingga BLT tambahan

    Populer, hujan Jakarta kandung mikroplastik hingga BLT tambahan

    Jakarta (ANTARA) – Berikut berita ANTARA yang banyak mendapatkan sorotan pembaca pada Sabtu, mulai dari hujan di Jakarta mengandung mikroplastik hingga pemerintah kucurkan Rp30 triliun untuk pemberian bantuan langsung tunai (BLT) tambahan.

    Simak informasinya di sini:

    1. Hujan di Jakarta mengandung mikroplastik, BRIN ingatkan polusi langit

    Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

    Penjelasannya ada di sini.

    2. Pemerintah kucurkan Rp30 triliun untuk 35 juta penerima BLT tambahan

    Pemerintah mengucurkan anggaran sebesar Rp30 triliun untuk 35 juta lebih keluarga penerima manfaat untuk pemberian bantuan langsung tunai (BLT) tambahan yang diberikan pada Oktober, November, dan Desember 2025.

    Selengkapnya di sini.

    3. Ranking timnas Indonesia turun ke peringkat 122, Malaysia menyalip

    Ranking FIFA timnas Indonesia kembali turun pada pembaruan terbaru yang dirilis federasi sepak bola dunia itu pada Jumat (17/10), yang kini di bawah Malaysia.

    Baca di sini.

    4. Masuk 15.933 aduan lewat ‘Lapor Pak Purbaya’, terbanyak soal Bea Cukai

    Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan telah menerima 15.933 aduan masyarakat melalui pesan singkat WhatsApp ‘Lapor Pak Purbaya’, sebagian besar aduan menyoal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

    Simak berita lengkapnya di sini.

    5. Kecewa pada AFC, Jepang disebut pertimbangkan keluar

    Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) dikabarkan tengah diliputi kekecewaan mendalam terhadap Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan disebut-sebut sedang mempertimbangkan langkah drastis untuk keluar dari organisasi tersebut.

    Baca di sini.

    Pewarta: Agita Tarigan
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BRIN Kasih Peringatan, Pembangunan IKN Bisa Terancam-Ini Penyebabnya

    BRIN Kasih Peringatan, Pembangunan IKN Bisa Terancam-Ini Penyebabnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kandungan air di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) ternyata sangat minim. Hasil prediksi menunjukkan, presentase ketersediaan air di wilayah IKN dan sekitarnya adalah air tinggi/HW (0,51%), air vegetasi/VW (20,41%) dan non air/NW (79,08%).

    Hal itu terungkap dari hasil kajian ilmiah yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi (BRIN), menggunakan pendekatan artificial neural network (ANN).

    Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Laras Toersilowati mengatakan, hasil penelitian tersebut tidak hanya memiliki nilai akademis, tetapi juga bermanfaat secara praktis bagi perumusan kebijakan.

    Sebab, tegasnya, data satelit bukan hanya soal angka atau peta, tetapi juga dasar bagi pemerintah dalam membuat keputusan strategis agar pembangunan kota di Indonesia tetap berkelanjutan.

    “Betul (kondisi air di IKN kurang), karena air cuma 0,5%. Yang tersimpan di vegetasi 20%. Nah kalau vegetasi jadi bangunan, ketersediaan air berkurang lagi. Ya memang nggak cocok untuk hunian,” kata Laras kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (18/10/2025).

    “Ketersediaan air di IKN menjadi isu penting. Jika tidak diantisipasi sejak awal, pembangunan besar-besaran di wilayah tersebut dapat berhadapan dengan risiko krisis air,” tambahnya.

    Dijelaskan, kajian berbasis data satelit dengan metode ANN ini mencapai akurasi hingga 97,7%, sehingga dapat menjadi acuan awal bagi perencanaan pembangunan IKN. Dengan kondisi eksisting yang masih jauh dari ideal, pembangunan IKN menuntut strategi pengelolaan air yang komprehensif.

    “Ini adalah data awal yang bisa digunakan untuk menyusun strategi lebih lanjut. Riset berbasis satelit akan terus kami lanjutkan untuk memantau perkembangan 5-10 tahun ke depan,” ucapnya.

    “Kondisi saat ini memang kurang, tetapi masih bisa diperbaiki. Pertanyaannya tinggal bagaimana langkah konkretnya dan seberapa besar biaya yang bersedia dikeluarkan,” tegas Laras.

    Menurut Laras, kondisi geografis Kalimantan sebenarnya memiliki curah hujan yang cukup. Namun, air hujan banyak yang langsung hilang sebagai limpasan (runoff) karena minimnya vegetasi penyerap dan keterbatasan infrastruktur penampung air.

    “Saat terakhir ke IKN, terlihat sudah ada danau buatan. Namun, volumenya masih sangat kecil untuk menopang kebutuhan jangka panjang. Air permukaan memang sedikit sehingga harus ada strategi untuk memperbanyak cadangan melalui embung atau waduk kecil,” paparnya.

    Selain itu, karakteristik tanah, keberadaan rawa dan gambut, serta tingginya tingkat pembangunan lahan non-hijau memperbesar risiko kelangkaan air. Air gambut misalnya, sulit dimanfaatkan langsung sebagai air bersih tanpa proses pengolahan khusus.

    Karena itu, imbuh dia, pemerintah perlu mengadopsi konsep tata kelola kota yang ramah lingkungan. Salah satu langkah yang ia usulkan adalah pembangunan hutan kota di kawasan IKN.

    “Hutan kota berfungsi sebagai penyangga ekologi, penyerap air hujan, dan sekaligus meningkatkan kenyamanan termal. Saat ini kawasan masih terasa sangat gersang dan panas,” ujar Laras.

    Selain hutan kota, konsep sponge city juga dinilai relevan. Model ini bertujuan menjadikan kota mampu menyerap dan menyimpan air hujan secara alami melalui infrastruktur hijau, taman, area resapan, serta pengelolaan lahan yang tidak seluruhnya tertutup aspal dan beton.

    “Curah hujan di Kalimantan sebenarnya tinggi. Pertanyaannya, ke mana air itu pergi? Jika tidak dikelola, air hanya lewat sebagai banjir sesaat lalu hilang. Dengan teknik yang tepat, air bisa ditangkap, diserap, dan dimanfaatkan kembali,” ujarnya.

    Selain itu, pembangunan embung di berbagai titik juga mendesak. Embung berfungsi menampung air hujan sekaligus menjaga cadangan pada musim kemarau. Dalam jangka panjang, diperlukan pula sistem digitalisasi distribusi air agar penggunaannya lebih teratur dan efisien.

    Laras menekankan, upaya perbaikan ketersediaan air di IKN memerlukan kolaborasi lintas disiplin. Kajian hidrologi, konservasi lahan, serta pengelolaan infrastruktur air harus berjalan beriringan.

    “Ini bukan sekadar isu teknis, tapi menyangkut biaya besar yang harus dihitung secara matang. Pembangunan ibu kota tidak boleh hanya fokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga ekologi,” katanya.

    Ia juga menambahkan, edukasi masyarakat menjadi faktor penting dalam menjaga keberlanjutan.

    “Air bisa jadi rebutan jika tidak ada pengelolaan yang bijak. Kesadaran untuk menghemat dan tidak mencemari air harus dibangun sejak awal,” ucapnya.

    Hasil kajian BRIN ini belum sepenuhnya dikomunikasikan kepada Otorita IKN. Namun, Laras berharap media dapat menjadi saluran agar hasil riset sampai ke pengambil kebijakan.

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • KLH Sarankan Relokasi 22 KK dari Zona Merah Radiasi Cesium-137
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 Oktober 2025

    KLH Sarankan Relokasi 22 KK dari Zona Merah Radiasi Cesium-137 Regional 17 Oktober 2025

    KLH Sarankan Relokasi 22 KK dari Zona Merah Radiasi Cesium-137
    Tim Redaksi
    SERANG, KOMPAS.com
    – Kementerian Lingkungan Hidup merekomendasikan relokasi sementara bagi 22 kepala keluarga yang tinggal di zona merah radiasi zat radioaktif Cesium-137.
    Seluruh warga yang disarankan untuk pindah ke penampungan sementara mengungkapkan kesediaan mereka untuk melakukannya.
    “Zona merah ada beberapa keluarga kakak, pokoknya ada 22 ya itu disarankan untuk relokasi dan mereka sudah bersedia,” ujar Deputi Bidang Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup, Rizal Irawan,saat ditemui wartawan di Cikande, Jumat (17/10/2025).
    Rizal menjelaskan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan pemetaan untuk menentukan zona merah dan kuning radiasi Cesium-137. Tujuannya untuk merumuskan langkah-langkah penanganan yang tepat.
    Meskipun demikian, ia hanya mengungkapkan adanya tiga titik zona merah tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai lokasi-lokasi tersebut.
    “Ada beberapa titik ya, bukan radius. Jadi ada beberapa titik ada sekitar 3 titik yang kita temukan,” tutur dia.
    Staf Ahli Menko Pangan Bidang Komunikasi, Bara Krisna Hasibuan menambahkan, proses relokasi akan dilakukan secepatnya dan saat ini sedang dalam tahap persiapan, pemetaan, serta pembaruan informasi.
    Rencananya, relokasi akan dimulai pada awal minggu depan.
    “Keselamatan dan kesehatan pekerja dan masyarakat adalah prioritas kami,” kata Bara.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • KLH Sarankan Relokasi 22 KK dari Zona Merah Radiasi Cesium-137
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 Oktober 2025

    KLH Sarankan Relokasi 22 KK dari Zona Merah Radiasi Cesium-137 Regional 17 Oktober 2025

    KLH Sarankan Relokasi 22 KK dari Zona Merah Radiasi Cesium-137
    Tim Redaksi
    SERANG, KOMPAS.com
    – Kementerian Lingkungan Hidup merekomendasikan relokasi sementara bagi 22 kepala keluarga yang tinggal di zona merah radiasi zat radioaktif Cesium-137.
    Seluruh warga yang disarankan untuk pindah ke penampungan sementara mengungkapkan kesediaan mereka untuk melakukannya.
    “Zona merah ada beberapa keluarga kakak, pokoknya ada 22 ya itu disarankan untuk relokasi dan mereka sudah bersedia,” ujar Deputi Bidang Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup, Rizal Irawan,saat ditemui wartawan di Cikande, Jumat (17/10/2025).
    Rizal menjelaskan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan pemetaan untuk menentukan zona merah dan kuning radiasi Cesium-137. Tujuannya untuk merumuskan langkah-langkah penanganan yang tepat.
    Meskipun demikian, ia hanya mengungkapkan adanya tiga titik zona merah tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai lokasi-lokasi tersebut.
    “Ada beberapa titik ya, bukan radius. Jadi ada beberapa titik ada sekitar 3 titik yang kita temukan,” tutur dia.
    Staf Ahli Menko Pangan Bidang Komunikasi, Bara Krisna Hasibuan menambahkan, proses relokasi akan dilakukan secepatnya dan saat ini sedang dalam tahap persiapan, pemetaan, serta pembaruan informasi.
    Rencananya, relokasi akan dimulai pada awal minggu depan.
    “Keselamatan dan kesehatan pekerja dan masyarakat adalah prioritas kami,” kata Bara.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.