Kementrian Lembaga: BRIN

  • Selat Muria Muncul Setelah Hilang 300 Tahun, Ini Kata Pakar Geologi

    Selat Muria Muncul Setelah Hilang 300 Tahun, Ini Kata Pakar Geologi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada 2024 lalu, wilayah pesisir Utara Jawa Tengah dilanda banjir besar. Salah satu yang terparah terjadi di Demak dan Kudus.

    Hal ini sempat menghebohkan masyarakat dan memicu spekulasi kemunculan selat Muria yang sudah lama hilang.  Dulunya, selat Muria memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Seiring perkembangan waktu, selat itu menjadi daratan sekitar 300 tahun lalu.

    Pakar Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Soebowo mengatakan penurunan tanah di wilayah tersebut mudah terjadi. Tak menutup kemungkinan Selat Muria bisa kembali muncul, namun penyebabnya bukan banjir.

    Eko menjelaskan penurunan permukaan tanah di wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya bervariasi dengan intensitas tertinggi mencapai 10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di wilayah Semarang timur. Perbedaan ini tergantung dengan tipikal tanah di daerah masing-masing dan faktor pendukung penurunan tanah yang ada di wilayah tersebut.

    Faktor penurunan muka tanah terbagi menjadi dua, yakni faktor alami dan faktor antropogenik atau dampak aktivitas manusia.

    Faktor alamiah adalah aktivitas tektonik. Faktor ini tidak memiliki dampak yang terlalu besar, karena hanya menyebabkan penurunan sekitar beberapa milimeter.

    Faktor antropogenik atau ulah manusia menjadi kontributor terbesar. Beban infrastruktur tanah lunak bisa menyebabkan penurunan 1 sentimeter per tahun.

    Lalu, eksploitasi air tanah merupakan faktor dominan yang bisa menyebabkan penurunan hingga 7-8 sentimeter per tahun.

    Selain penurunan permukaan tanah, Eko menyebut kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga bisa menyebabkan Selat Muria berpotensi muncul kembali.

    Selat Muria Muncul Bukan Gara-gara Banjir

    Eko menegaskan banjir bukan faktor penyebab kembalinya Selat Muria. Ia mengatakan banjir malah akan membuat daratan menjadi lebih tinggi.

    “Kalau soal banjir, justru malah banjir itu mengisi sedimentasi di daerah selat tersebut. Dari Muria, dari selatan Demak, selatan Semarang, semua sungai-sungainya kan bermuara di daerah pantura,” ujar Eko.

    “Itu kan membawa material, membuat pendangkalan. Tetapi banjir bukan menyebabkan terjadi selat lagi,” lanjutnya.

    Selain itu, banjir akan membawa sedimen ke wilayah terdampak dan hasilnya meningkatkan ketinggian daratan tersebut.

    Nah, seperti itu penjelasan dari pakar geologi BRIN. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Air Hujan DKI Tercemar Mikroplastik, Harus Gimana Biar Tak Terpapar? Ini Saran Kemenkes

    Air Hujan DKI Tercemar Mikroplastik, Harus Gimana Biar Tak Terpapar? Ini Saran Kemenkes

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat ikut mewaspadai potensi paparan mikroplastik dari air hujan, menyusul temuan riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mendeteksi keberadaan partikel mikroplastik pada air hujan di wilayah DKI Jakarta.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut pihaknya masih berkoordinasi dengan BRIN dan instansi terkait untuk menindaklanjuti temuan tersebut.

    “Memang ada temuan dari studi BRIN yang menyebutkan hujan kita mengandung mikroplastik. Kami masih terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mendalami hasil riset itu,” beber dr Nadia saat ditemui detikcom di Gedung Trans TV, Rabu (29/10/2025).

    dr Nadia menjelaskan, berdasarkan laporan awal, paparan mikroplastik tersebut bersifat lokal, terutama di wilayah perkotaan padat seperti DKI Jakarta yang memiliki tingkat pencemaran tinggi dan penggunaan bahan plastik dalam keseharian yang masif.

    “Temuan ini masih terbatas di DKI Jakarta, yang memang memiliki sumber sampah plastik cukup tinggi,” katanya.

    Ia menegaskan, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa setiap kejadian hujan akan selalu mengandung mikroplastik. Namun, kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan karena paparan jangka panjang berpotensi memengaruhi kesehatan lingkungan dan manusia.

    “Artinya, ini bukan berarti setiap hujan berikutnya pasti mengandung mikroplastik, tetapi menjadi peringatan agar kita lebih berhati-hati,” jelasnya.

    Pakai Masker dan Hindari Aktivitas Saat Hujan

    Sebagai langkah antisipatif, Kemenkes menyarankan masyarakat menghindari aktivitas langsung di bawah hujan, juga tidak langsung beraktivitas pasca hujan mereda.

    Ia juga menekankan pentingnya menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan dalam periode waktu tersebut.

    “Salah satu langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah menggunakan masker. Bila tidak mendesak, sebaiknya hindari beraktivitas di luar ruangan saat hujan,” lanjut dr Nadia.

    Kemenkes juga menekankan pentingnya pengelolaan sampah plastik yang lebih baik, mengingat sumber mikroplastik umumnya berasal dari limbah plastik yang terurai di lingkungan dan terbawa aliran udara hingga mencemari atmosfer.

    dr Nadia memastikan, Kemenkes akan terus berkoordinasi dengan BRIN, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, dan lembaga terkait lainnya untuk memetakan tingkat paparan mikroplastik di udara dan air hujan, sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai dampaknya terhadap kesehatan.

    “Kami akan terus komunikasi dengan BRIN dan pihak terkait agar bisa memberikan panduan yang lebih komprehensif bagi masyarakat,” katanya.

    Menurut dr Nadia, temuan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran publik terhadap bahaya sampah plastik dan pentingnya mengurangi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Halaman 2 dari 3

    (naf/kna)

  • Fakta-fakta Air Hujan Mengandung Mikroplastik di Jakarta hingga Surabaya

    Fakta-fakta Air Hujan Mengandung Mikroplastik di Jakarta hingga Surabaya

    Bisnis.com, JAKARTA – Hujan yang biasanya dinantikan untuk menyuburkan tanah, kini dikhawatirkan karena diduga mengandung mikroplastik.

    Penelitian dari BRIN dan Ecoton menyatakan jika hujan di Jakarta dan di beberapa wilayah lainnya di Indonesia mengandung partikel mikroplastik yang berbahaya untuk kesehatan.

    Berikut fakta-fakta hujan mengandung mikroplastik

    1. Temuan Peneliti

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” jelas Reza.

    Reza menjelaskan, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

    Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    Sementara itu, Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) pada Mei–Juli 2025 melakukan  penelitian kontaminasi mikroplastik di udara ambien di 18 kota/kabupaten di Indonesia.

    2. Kadar kandungan mikroplastik

    Menurut M Reza Cordova mikroplastik dalam air hujan berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik serta degradasi plastik di ruang terbuka.

    Dalam 1 m2 ditemukan 15 partikel mikroplastik berbentuk serat sintetis dan fragmen dari jenis polimer Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien dari ban kendaraan. Temuan BRIN ini didukung penelitian ECOTON dan SEIJ yang menunjukkan bahwa kontaminasi mikroplastik di Udara Jakarta menempati peringkat teratas dibandingkan kota-kota lain yang diteliti.

    3. Jenis mikroplastik

    Rafika Aprilianti, lebih lanjut kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton ini menyebutkan bahwa Jenis mikroplastik yang ditemukan berupa 2 jenis mikroplastik dominan yaitu serat fiber dan fragmen selain jenis Filamen.

    Jenis Polimer yang ditemukan di udara jenisnya lebih beragam dibandingkan jenis polimer yang ditemukan di udara. Selain 5 jenis polimer yang ditemukan dalam air hujan yaitu : Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien. Peneliti Ecoton dan SEIJ juga menemukan polimer di udara yaitu : PTFE, Epoxy, Poliisobutylen (karet sintetis), Poliolefin dan silika.

    ”Lebih beragamnya jenis polimer mikroplastik di udara karena 57% kebiasaan membakar sampah plastik akibat buruknya layanan sampah di Indonesia menyumbang tingginya temuan kadar partikel mikroplastik di udara kita” Ungkap Sofi Azilan Aini, Koordinator relawan Riset Mikroplastik.

    Dia mengungkap bahwa Jakarta menjadi kota dengan tingkat kontaminasi mikroplastik udara tertinggi di Indonesia, dengan jmlah 37 partikel dalam periode waktu 2 jam, jauh di atas kota lain seperti Malang 2 partikel mikroplastik dalam periode waktu 2 jam

    4. Sumber Mikroplastik di Udara

    ”Sumber utama mikroplastik di udara berasal dari pembakaran terbuka sampah plastik dan sampah rumah tangga, degradasi produk plastik dan tekstil sintetis, serta emisi kendaraan bermotor akibat gesekan ban dan rem” Ungkap Sofi Azilan Aini

    Beberapa studi internasional menunjukkan bahwa proses pembakaran plastik dapat menghasilkan partikel mikroplastik dan aerosol sintetis yang bertahan lama di udara dan terbawa angin hingga ratusan kilometer. Ketika partikel-partikel ini bereaksi dengan uap air di atmosfer, mereka dapat turun bersama air hujan dan membentuk fenomena yang kini dikenal sebagai hujan mikroplastik.

    5. Langkah-langkah pencegahan

    Untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor. Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar. Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang. Ketiga, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

    Selain itu, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan. “Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” ujarnya.

    Menurutnya, hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi. “Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya.,” tutup Reza.

    Rekomendasi Kebijakan ECOTON untuk Pemerintah dan Kementerian Lingkungan Hidup

    ECOTON mendorong Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengambil langkah-langkah strategis berikut:

    Melarang pembakaran sampah terbuka dan memperkuat penegakan hukum lingkungan di tingkat kelurahan.
    Meningkatkan fasilitas pemilahan sampah dari sumber serta memperluas jaringan zerowaste cities di setiap kecamatan.
    Mengembangkan sistem pengolahan organik (kompos dan biodigester) untuk mengurangi volume sampah yang berpotensi dibakar.
    Melakukan pemantauan berkala kandungan mikroplastik di udara dan air hujan Jakarta sebagai dasar kebijakan berbasis sains.
    Menguatkan kampanye publik dan pendidikan lingkungan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap pembakaran sampah dan penggunaan plastik sekali pakai.

  • Menkes Minta Warga Jakarta Pakai Masker dan Kurangi Aktivitas Outdoor

    Menkes Minta Warga Jakarta Pakai Masker dan Kurangi Aktivitas Outdoor

    Jakarta, Beritasatu.com- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi mengimbau masyarakat di Jakarta dan sekitarnya untuk memakai masker saat beraktivitas. Imbauan ini ia keluarkan sebagai respons atas temuan mikroplastik dari peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam air hujan di Jakarta yang menghebohkan belakangan ini.

    Pemakaian masker ditujukan untuk melindungi sistem pernapasan, karena mikroplastik yang terbawa udara dan hujan dapat bertahan lama di tubuh manusia jika terhirup atau tertelan.

    “Imbauan saya buat masyarakat adalah ya kalau bisa yang paling aman melindunginya pakai masker kalau sedang jalan di luar,” kata Budi pada awak media di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

    Ia menambahkan, jika tidak ada aktivitas penting, sebisa mungkin hindari beraktivitas di luar ruangan setelah turun hujan.

    “Usahakan jangan jalan di luar sesudah hujan karena ini turunnya saya dengar kan dekat-dekat hujannya kan, partikelnya,” tambahnya.

    Budi menegaskan, pencegahan yang paling baik idealnya dilakukan langsung dari hulu. Artinta, sumber polusi yang menimbulkan mikroplastik yang harus dikurangi.

    “Mungkin pencegahan lainnya paling bagus memang di hulunya. Artinya memang kita mesti mengurangi sumber polusi dari mikroplastik ini dan ini memang peranan Bapak Gubernur Pramono banyak dan penting sekali. Kalau polusinya berkurang, kita di Kementerian Kesehatan juga akan sangat berkurang bebannya,” pungkas Budi.

    Sementara itu, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan pihaknya akan berupaya maksimal mengurangi polusi plastik dengan membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Langkah ini, sekaligus dilakukan untuk meminimalisasi produksi hujan yang diduga mengandung mikroplastik.

  • Daftar 18 Kota Indonesia yang Terkontaminasi Hujan Mengandung Mikroplastik, Tertinggi di Jakpus

    Daftar 18 Kota Indonesia yang Terkontaminasi Hujan Mengandung Mikroplastik, Tertinggi di Jakpus

    Bisnis.com, JAKARTA – Sebanyak 18 kabupaten/kota di Indonesia diduga mengalami hujan yang mengandung mikroplastik.

    Temuan tersebut menurut hasil penelitian Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) pada Mei–Juli 2025 yang melakukan penelitian kontaminasi mikroplastik di udara ambien di 18 kota/kabupaten di Indonesia.

    Titik pengambilan sampel udara di Jakarta mencakup Pasar Tanah Abang, Jalan Sawah Besar, dan Kawasan Ragunan. Pasar Tanah Abang yang merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara menjadi hotspot mikroplastik akibat kombinasi lalu lintas kendaraan tinggi, penggunaan plastik sekali pakai, aktivitas bongkar-muat barang, dan pelepasan serat sintetis dari pakaian tekstil.

    Fragmen dan fiber mikroplastik yang beterbangan di udara inilah yang kemudian terdispersi oleh angin dan berpotensi turun bersama air hujan, menjelaskan fenomena “hujan mikroplastik” yang kini menjadi sorotan di Jakarta. Sementara itu, kota dengan kelimpahan mikroplastik udara terendah ditemukan di Malang, hanya 2 partikel dalam 2 jam, karena rendahnya aktivitas industri dan pembakaran sampah serta dominasi vegetasi alami.

    Hasilnya menunjukkan 5 kota dengan kontaminasi tertinggi adalah : Jakarta Pusat (37 partikel /2jam/9 cm), Jakarta Selatan (30), Bandung (16), Semarang (13) dan Kupang (13).

    Berikut 18 kota yang terkontaminasi hujan mikroplastik

    Jakarta Pusat
    Jakarta Selatan
    Bandung
    Semarang
    Kupang
    Denpasar
    Jambi
    Surabaya
    Palembang
    Pontianak
    Aceh Utara
    Sumbawa
    Palu
    Sidoarjo
    Gianyar
    Solo
    Bulukumba
    Malang

    Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik, Menurut M Reza Cordova mikroplastik dalam air hujan berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik serta degradasi plastik di ruang terbuka.

    Dalam 1 m2 ditemukan 15 partikel mikroplastik berbentuk serat sintetis dan fragmen dari jenis polimer Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien dari ban kendaraan. Temuan BRIN ini didukung penelitian ECOTON dan SEIJ yang menunjukkan bahwa kontaminasi mikroplastik di Udara Jakarta menempati peringkat teratas dibandingkan kota-kota lain yang diteliti.

    ”Tingginya mikroplastik diudara Jakarta berdampak pada tingginya kadar mikroplastik dalam air hujan, karena air hujan menyerap material di atmosfer udara sehingga mikroplastik yang ada diudara tertangkap air hujan dan larut didalamnya”. Ungkap Rafika Aprilianti, kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton dilansir dari laman resmi Ecoton.

    Dia menyebutkan bahwa Jenis mikroplastik yang ditemukan berupa 2 jenis mikroplastik dominan yaitu serat fiber dan fragmen selain jenis Filamen.

    Jenis Polimer yang ditemukan di udara jenisnya lebih beragam dibandingkan jenis polimer yang ditemukan di udara. Selain 5 jenis polimer yang ditemukan dalam air hujan yaitu : Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien. Peneliti Ecoton dan SEIJ juga menemukan polimer diudara yaitu : PTFE, Epoxy, Poliisobutylen (karet sintetis), Poliolefin dan silika.

  • DKI tetap prioritaskan pembangunan kembali Rusunawa Marunda

    DKI tetap prioritaskan pembangunan kembali Rusunawa Marunda

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tetap memprioritaskan pembangunan kembali Rusunawa Marunda meski anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) daerah ini berkurang mulai tahun depan.

    “Pak Gubernur pastikan ini tetap prioritas meski ada pemangkasan dana bagi hasil (DBH) Rp15 triliun untuk APBD 2026,” kata Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik Chico Hakim di Jakarta, Selasa.

    Chico menjelaskan, pembongkaran lima menara Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda Cluster C telah dilakukan secara bertahap sejak pertengahan 2025. Lima menara tersebut terdiri dari blok C1 hingga C5.

    Menurut Chico, pembangunan ulang rusunawa tersebut sesuai dengan prioritas Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang ingin menghadirkan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

    Ketika pembongkaran rampung, Chico mengatakan proses akan langsung berlanjut ke pembangunan dua menara baru.

    “Pembongkaran selesai target akhir 2025, lanjut dengan pembangunan dua menara baru dari total lima menara 20 lantai, 1.440 unit. Itu dimulai awal 2026,” jelas Chico.

    Adapun per Oktober 2025, Chico menjabarkan pembongkaran fisik sudah berjalan di sebagian besar menara dengan fokus pada struktur yang dinilai tidak layak huni oleh kajian BRIN 2021.

    Kemudian, lanjut Chico, proses administratif seperti penghapusan aset ke Badan Pengelolaan Aset Daerah (BPAD) DKI dan penaksiran oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) telah selesai lebih awal berkat efisiensi anggaran.

    “Sehingga eksekusi lapangan dimulai sekitar Mei-Juni 2025. Saat ini, sekitar 60-70 persen pekerjaan pembongkaran rampung, termasuk survei dan pembersihan puing, tanpa hambatan signifikan dari relokasi warga (yang sudah dipindah ke Rusun Nagrak dan Padat Karya sejak 2023),” jelas Chico.

    Chico menambahkan, seluruh revitalisasi di Jakarta direncanakan rampung dalam lima tahun atau hingga 2030.

    Revitalisasi tersebut juga termasuk fasilitas pendukung seperti taman dan akses transportasi.

    “Warga relokasi diprioritaskan untuk pindah kembali, dengan subsidi sewa tetap terjangkau. Ini bagian dari program jamak Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) 2025-2026 untuk 3.000 unit rusun baru/revitalisasi di Jakarta,” kata Chico.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Menkes Sarankan Pakai Masker

    Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Menkes Sarankan Pakai Masker

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes) menyoroti temuan adanya kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta yang sebelumnya diungkap peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.

    Ia mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap potensi dampak kesehatan dari paparan partikel mikroplastik yang dapat bertahan lama di dalam tubuh manusia.

    “Plastik ini kalau masuk ke dalam tubuh akan stay lama. Imbauan saya buat masyarakat adalah kalau bisa, yang paling aman melindunginya pakai masker kalau jalan di luar,” kata Menkes kepada wartawan usai bertemu Gubernur DKI Jakarta Pramono, Selasa (28/10/2025).

    Menkes juga meminta masyarakat untuk menghindari aktivitas di luar ruangan sesaat setelah hujan turun.

    “Usahakan jangan jalan di luar sesudah hujan, karena ini turunnya kan dekat-dekat hujannya, partikelnya,” ujarnya.

    Ia menekankan langkah pencegahan paling efektif dilakukan dari hulu, yaitu dengan mengurangi sumber polusi plastik itu sendiri.

    “Yang paling bagus memang di hulunya. Kita mesti mengurangi sumber polusi dari mikroplastik ini, dan ini peranan Pak Gubernur penting sekali. Kalau polusinya berkurang, beban kami di Kementerian Kesehatan juga akan sangat berkurang,” jelasnya.

    Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono menyatakan pihaknya akan segera menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan mempercepat langkah pengelolaan sampah dan polusi. Ia menyebutkan proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PLTSA) akan dipercepat sebagai bagian dari solusi jangka panjang.

    “Seperti yang disampaikan Pak Menteri, kami segera untuk hal yang berkaitan dengan plastik, termasuk PLTSA dan sebagainya, akan segera kita realisasikan,” kata Pramono dalam kesempatan yang sama.

    Pramono juga mendukung imbauan penggunaan masker sebagai langkah sederhana masyarakat dalam melindungi diri dari partikel berbahaya di udara. Ia menambahkan, kualitas udara Jakarta sempat menunjukkan perbaikan dalam beberapa hari terakhir.

    “Tiga hari ini karena ada Jakarta Running Festival, Jakarta bersih banget, hijau banget. Jadi keadaan kita saat ini cukup baik,” ucapnya.

    Temuan mikroplastik di air hujan Jakarta menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat kebijakan pengelolaan sampah plastik dan menjaga kualitas udara serta air. Kemenkes bersama Pemprov DKI berkomitmen melakukan kolaborasi lintas sektor untuk mengurangi dampak polusi terhadap kesehatan warga ibu kota.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Air Hujan Mengandung Mikroplastik, Menkes Imbau Warga Jakarta Gunakan Masker

    Air Hujan Mengandung Mikroplastik, Menkes Imbau Warga Jakarta Gunakan Masker

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan untuk mencegah paparan mikroplastik yang terkandung dalam air hujan Jakarta.

    Hal itu disampaikan Budi Gunadi usai bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

    “Imbauan saya kepada masyarakat dalam beraktivitas di luar, kalau bisa yang paling aman menggunakan masker,” kata Budi. 

    Selain itu, dia juga mengimbau agar masyarakat Jakarta dan sekitarnya mengurangi aktivitas di luar ruangan setelah hujan. Hal tersebut untuk mencegah paparan mikroplastik berlebihan.

    Meski demikian, Budi menjelaskan solusi yang efektif adalah menekan jumlah sampah plastik sehingga polusi mikroplastik dapat berkurang. Dia berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera melakukan upaya tersebut.

    “Tapi yang paling penting adalah mengurangi polusi plastik,” ucapnya.

    Di saat yang bersamaan, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung mendukung imbauan Budi agar masyarakat mengenakan masker, khususnya saat beraktivitas di luar rumah seusai hujan.

    Pramono juga berkomitmen untuk mengatasi persoalan, bekerja sama dengan stakeholder terkait. Di samping itu, terkait beberapa pohon yang tumbang di Jakarta akibat angin kencang, Pramono sudah menginstruksikan kepada petugas untuk menebang pohon-pohon yang berpotensi membahayakan bagi masyarakat.

    Sebelumnya, Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan. 

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

  • Cianjur Pastikan Anggaran Tersalur Optimal Saat Banyak Dana Mengendap

    Cianjur Pastikan Anggaran Tersalur Optimal Saat Banyak Dana Mengendap

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur memastikan telah menjalankan instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian untuk mempercepat realisasi belanja daerah menjelang akhir tahun anggaran.

    Langkah tersebut dilakukan agar tidak ada dana pemerintah daerah yang mengendap atau tersimpan tanpa manfaat di kas daerah, sebagaimana tengah menjadi sorotan pemerintah pusat.

    Wakil Bupati Cianjur Ramzi mengatakan, pemerintah daerah sebisa mungkin mengoptimalkan belanja sesuai dengan arahan dari Mendagri dan pemerintah pusat. Ia menegaskan bahwa dana publik harus dimanfaatkan secara optimal agar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

    “Bagi kami ini sudah menjadi hal yang rutin di akhir tahun. Alokasi dana yang sudah diberikan harus digunakan secara optimal,” ujar Ramzi saat ditemui seusai menghadiri acara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Senin (28/10/2025).

    Ia menambahkan, Pemkab Cianjur memastikan seluruh penggunaan dana daerah dijalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Setiap rupiah yang digunakan untuk menjalankan program daerah juga sudah sesuai dengan yang dicanangkan.

    Ramzi menyebutkan bahwa penggunaan anggaran daerah Cianjur tahun ini telah difokuskan pada berbagai program. Mulai dari sektor infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.

    “Instruksi dari mendagri maupun pemerintah pusat sudah kami jalankan, terutama dalam mempercepat program pembangunan daerah,” pungkas pria yang lama dikenal sebagai artis tersebut.

    Sebelumnya, Mendagri Tito Karnavian memerintahkan seluruh kepala daerah mempercepat realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2025 untuk mendorong perputaran ekonomi lokal. Instruksi tersebut disampaikan setelah banyak daerah dinilai belum maksimal dalam merealisasikan anggarannya.

    Tito memaparkan, hingga 30 September 2025, pendapatan APBD nasional telah mencapai 70,27% atau Rp 949,97 triliun, meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebesar 67,82% atau Rp 918,98 triliun.

    Namun, realisasi belanja daerah justru menurun menjadi 56,07% atau Rp 770,13 triliun, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2024 sebesar 57,20% atau Rp 817,79 triliun.

    “Kita harus kerja keras mendorong belanja. Kita harapkan realisasinya bisa mencapai minimal 91%,” kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 di Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (20/10/2025).

    Rapat tersebut turut dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa, yang meminta kepala daerah segera menyalurkan dana APBD agar perekonomian daerah tetap bergerak.

    Berdasarkan data Bank Indonesia per 15 Oktober 2025, tercatat masih ada simpanan pemerintah daerah di bank sebesar Rp 234 triliun sepanjang Januari-September 2025. Angka tersebut terdiri atas simpanan pemerintah kabupaten sebesar Rp 134,2 triliun, pemerintah provinsi Rp 60,2 triliun, dan pemerintah kota Rp 39,5 triliun.

    Beberapa daerah dengan simpanan terbesar antara lain DKI Jakarta Rp 14,68 triliun, Jawa Timur Rp 6,84 triliun, Kota Banjarbaru Rp 5,16 triliun, Kalimantan Utara Rp 4,70 triliun, dan Jawa Barat Rp 4,17 triliun.

    Kritik dari Purbaya tersebut sempat mendapat beragam tanggapan dari sejumlah kepala daerah, seperti Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, dan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution. Namun, Purbaya menegaskan data tersebut valid dan bisa dikonfirmasi langsung ke Bank Indonesia.

  • Prabowo Minta Gunung Sampah di Bantar Gebang Harus Hilang, Mau Diapakan?

    Prabowo Minta Gunung Sampah di Bantar Gebang Harus Hilang, Mau Diapakan?

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto meminta Kementerian Pekerjaan Umum (PU) membantu menangani sampah yang menggunung di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PU, Dewi Chomistriana, menjelaskan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang adalah tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta.

    Meski begitu, Kementerian PU ikut menyediakan alat pemusnah sampah atau insinerator. Teknologi insinerator ini merupakan buah kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

    “Di Bantar Gebang itu sebetulnya semua pengelolaan lengkap. Jadi di situ ada composting-nya ada, landfill mining-nya ada, insinerator kecil juga ada, TPST RDF (Refuse Derived Fuel) ada, itu semua ada di sana. Tapi memang sampah yang harus dikelola memang sudah terlalu banyak di sana,” ujar Dewi, dalam acara Puncak Hari Habitat Dunia di Sekolah Rakyat Menengah Atas 13, Bekasi, Jawa Barat, Senin (27/10/2025).

    Untuk menangani masalah penumpukan sampah ini, Dewi mengatakan, pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tengah menggodok skema baru untuk mengoptimalkan operasi Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Jakarta.

    Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban sampah yang disalurkan ke TPST Bantar Gebang. Dengan demikian, menurut Dewi, proses penumpukan sampah bisa diminimalisir.

    “Bagaimana agar lebih mengaktifkan lagi TPS3R yang ada di wilayah DKI. Sehingga, beban sampah yang ke Bantar Gebang juga nggak terlalu besar,” kata dia.

    Di samping itu, Dewi mengatakan, Pemprov DKI juga berencana untuk menggencarkan program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL). Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga menggelontorkan subsidi bagi PT PLN (Persero) untuk menyerap listrik dari proyek waste to energy atau PSEL tersebut.

    “Saat ini di programnya pemerintah memberikan subsidi kepada PLN sebesar US$ 20 sen per kWh. Program ini yang Pak Presiden laksanakan,” ujarnya.

    Upaya lainnya yang juga digencarkan ialah konversi sampah-sampah di Bantar Gebang menjadi bahan bakar yang dihasilkan dari sampah (RDF). RDF sendiri merupakan bahan bakar alternatif yang dibuat dari sampah non-organik yang mudah terbakar seperti plastik, kain, dan kertas.

    “Tapi mereka (DKI) sebagiannya sekarang sudah mulai dengan landfill mining. Jadi sampahnya itu sampah lama (terpendam di lapisan bawah gunung), itu dibuka, karena metannya harus keluar dulu, didiamkan selama kurang lebih satu minggu. Setelah itu sampahnya diambil, diolah menjadi RDF, dan itu sekarang sudah mereka jual juga,” jelas Dewi.

    Sebelumnya, Menteri PU, Dody Hanggodo, mengatakan masalah penanganan menjadi salah satu fokus pemerintah sesuai dengan amanat dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Bagaimana tingginya sampah di Bantar Gebang dan ini juga menjadi perhatian utama dari Pak Presiden Prabowo. Pak Presiden sudah membuat, menginstruksikan kepada kita semua untuk segera menyelesaikan tumpukan atau gunungan sampah di Bantar Gebang itu segera kita bereskan,” kata Dody, dalam sambutannya di acara yang sama.

    Dody mengatakan, sampah menjadi salah satu masalah yang telah ada sejak lama, namun penanganannya menemui banyak tantangan. Ke depannya, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya dengan mengkonversi sampah menjadi listrik.

    “Jadi ke depan, sampah-sampah yang sudah menggunung seperti itu, kita akan bakar, kita akan konversi menjadi listrik. Sehingga insyaallah ke depan, sudah tidak lagi gunungan-gunungan itu,” ujarnya.

    Tonton juga video “Wamen LH: Target Prabowo 100% Sampah Terkelola di 2029 Sangat Agresif” di sini:

    (shc/fdl)