Kementrian Lembaga: BPS

  • Ternyata Faktor Ini yang Membuat Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Membaik, Ramalan Pengamat Terbukti Keliru

    Ternyata Faktor Ini yang Membuat Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Membaik, Ramalan Pengamat Terbukti Keliru

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II tahun 2025 menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya.

    Di tengah pesimisme publik terhadap kondisi ekonomi nasional, capaian ini menjadi kabar positif yang membalik prediksi sejumlah pengamat dan lembaga ekonomi.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12% (year-on-year) dengan PDB atas dasar harga berlaku sebesar Rp5.947 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2025 yang tumbuh 4,87% dan juga lebih baik dari Triwulan II tahun 2024 yang tumbuh sebesar 5,05%.

    Wakil Rektor Universitas Paramadina, Dr. Handi Risza, menilai bahwa faktor musiman turut menjadi pendorong utama pertumbuhan kali ini, terutama melalui konsumsi rumah tangga.

    “Pertumbuhan ekonomi nasional mampu membalik ramalan sejumlah pengamat dan lembaga,” ujar Dr. Handi Risza dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/8/2025).

    Ia menjelaskan, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 54,25% atau 2,64% terhadap total pertumbuhan.

    Sementara investasi melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memberikan kontribusi sebesar 27,83% atau 2,06% terhadap pertumbuhan.

    “Dengan demikian, 82,08% PDB kuartal II berasal dari konsumsi rumah tangga dan PMTB. Hal ini didorong peningkatan kebutuhan rumah tangga dan mobilitas serta permintaan barang modal meningkat,” lanjutnya.

    Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan, yaitu sebesar 1,13%, diikuti oleh perdagangan (0,70%), informasi dan komunikasi (0,53%), serta konstruksi (0,47%).

  • Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, ungguli negara tetangga

    Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, ungguli negara tetangga

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Mohammad Edy Mahmud (Foto : Radio Elshinta Aldi Evi Permana)

    Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, ungguli negara tetangga
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 19:10 WIB

    Elshinta.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 5.947 triliun. Angka ini bukan hanya melampaui proyeksi pasar, tetapi juga menjadi pertumbuhan tertinggi dalam dua tahun terakhir.

    “Pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II–2025 tercatat 5,12% secara tahunan dibanding Kuartal II–2024. Angka pertumbuhan secara Kuartalan 4,04% dibanding kuartal sebelumnya,” ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS dalam Konferensi Pers, Selasa.

    Dibandingkan negara-negara tetangga, posisi Indonesia cukup menonjol. Malaysia mencatat pertumbuhan 4,5 persen yoy pada kuartal II-2025, menurut pembacaan awal (advance reading).

    Sementara itu, Singapura mencatat pertumbuhan 4,3 persen yoy pada kuartal II-2025, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,1 persen. Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), perekonomian Negeri Singa berbalik tumbuh 1,4 persen setelah sempat mengalami kontraksi 0,5 persen pada kuartal I.

    “Meski demikian, risiko ke bawah masih membayangi paruh kedua tahun ini, terutama akibat ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat,” demikian keterangan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, dikutip dari Bloomberg.

    Di Thailand, Bank of Thailand memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 hanya sekitar 2,3 persen yoy, menempatkan Indonesia jauh di depan.

    Meski unggul di antara beberapa negara, Indonesia masih harus mengejar Filipina dan Vietnam. Filipina baru akan merilis data pertumbuhan kuartal II pada 7 Agustus mendatang, dengan konsensus pasar memproyeksikan angka 5,5 persen yoy.

    Sementara itu, Vietnam kembali mencatat kinerja impresif dengan pertumbuhan 7,96 persen yoy pada kuartal II-2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 6,93 persen dan menjadi yang tertinggi sejak kuartal III-2023.

    Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 secara tahunan dari sisi lapangan usaha, seluruh lapangan usaha tumbuh positif. Lapangan usaha yang memberi kontribusi terbesar terhadap PDB adalah industri pengolahan, pertanian, perdagangan dan pertambangan dengan total 63,59% dari PDB.

    Dari sisi pengeluaran, pada Kuartal II–2025, secara tahunan seluruh komponen mengalami pertumbuhan positif kecuali konsumsi Pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% pada Kuartal II dan PMTB tumbuh 6,99%. Sedang ekspor juga naik 10,67%. Penyumbang terbesar masih dari konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan 2,64% dari 5,12%.

    IHSG langsung melesat di zona penguatan merespons pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,12% ini, dengan kenaikan tertinggi mencapai 7.541,35. Laju terendah IHSG berada di level 7.463,05. Sementara Kurs rupiah menguat 0,03% ke level Rp16.385/US$. (*)

    Sumber : Radio Elshinta

  • Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, ungguli tiga negara ASEAN  

    Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, ungguli tiga negara ASEAN  

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, ungguli tiga negara ASEAN  
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 19:25 WIB

    Elshinta.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp5.947 triliun. Angka ini bukan hanya melampaui proyeksi pasar, tetapi juga menjadi pertumbuhan tertinggi dalam dua tahun terakhir.

    “Pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II–2025 tercatat 5,12% secara tahunan dibanding Kuartal II–2024. Angka pertumbuhan secara Kuartalan 4,04% dibanding kuartal sebelumnya,” ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS dalam Konferensi Pers, Selasa (5/8). 

    Dibandingkan negara-negara tetangga, posisi Indonesia cukup menonjol. Malaysia mencatat pertumbuhan 4,5 persen yoy pada kuartal II-2025, menurut pembacaan awal (advance reading).

    Sementara itu, Singapura mencatat pertumbuhan 4,3 persen yoy pada kuartal II-2025, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,1 persen. Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), perekonomian Negeri Singa berbalik tumbuh 1,4 persen setelah sempat mengalami kontraksi 0,5 persen pada kuartal I.

    “Meski demikian, risiko ke bawah masih membayangi paruh kedua tahun ini, terutama akibat ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat,” demikian keterangan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, dikutip dari Bloomberg.

    Di Thailand, Bank of Thailand memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 hanya sekitar 2,3 persen yoy, menempatkan Indonesia jauh di depan.

    Meski unggul di antara beberapa negara, Indonesia masih harus mengejar Filipina dan Vietnam. Filipina baru akan merilis data pertumbuhan kuartal II pada 7 Agustus mendatang, dengan konsensus pasar memproyeksikan angka 5,5 persen yoy.

    Sementara itu, Vietnam kembali mencatat kinerja impresif dengan pertumbuhan 7,96 persen yoy pada kuartal II-2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 6,93 persen dan menjadi yang tertinggi sejak kuartal III-2023.

    Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 secara tahunan dari sisi lapangan usaha, seluruh lapangan usaha tumbuh positif. Lapangan usaha yang memberi kontribusi terbesar terhadap PDB adalah industri pengolahan, pertanian, perdagangan dan pertambangan dengan total 63,59% dari PDB.

    Dari sisi pengeluaran, pada Kuartal II–2025, secara tahunan seluruh komponen mengalami pertumbuhan positif kecuali konsumsi Pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% pada Kuartal II dan PMTB tumbuh 6,99%. Sedang ekspor juga naik 10,67%. Penyumbang terbesar masih dari konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan 2,64% dari 5,12%.

    IHSG langsung melesat di zona penguatan merespons pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,12% ini, dengan kenaikan tertinggi mencapai 7.541,35. Laju terendah IHSG berada di level 7.463,05. Sementara Kurs rupiah menguat 0,03% ke level Rp16.385/US$.

    Diberitakan, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Moh. Edy Mahmud menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen year-on-year (yoy) pada triwulan II 2025.

    “Besaran produk domestik bruto atau PDB pada triwulan II 2025 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp5.947 triliun, dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp3.396,3 triliun,” ujar Edy di Jakarta, Selasa.

    Edy juga menyebutkan, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen itu ditopang terutama oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

    Edy mengatakan konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yakni sebesar 54,25 persen.

    Sektor itu juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 2,64 persen dari total 5,12 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas masyarakat. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah,” ujar Edy.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Ekonomi RI tumbuh 5,12 persen ditopang konsumsi rumah tangga

    Ekonomi RI tumbuh 5,12 persen ditopang konsumsi rumah tangga

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BPS: Ekonomi RI tumbuh 5,12 persen ditopang konsumsi rumah tangga
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 19:44 WIB

    Elshinta.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (yoy) ditopang terutama oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, mengatakan konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yakni sebesar 54,25 persen.

    Sektor itu juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 2,64 persen dari total 5,12 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas masyarakat. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah,” ujar Edy.

    Ia mengatakan momen-momen seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, Idul Adha, hingga libur sekolah mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.

    Selain konsumsi rumah tangga, PMTB menyumbang pertumbuhan sebesar 2,06 persen dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 27,83 persen. 

    Pertumbuhan PMTB tersebut tercatat 6,99 persen yoy, didukung oleh aktivitas investasi yang masih menggeliat, terutama di sektor konstruksi. Sedangkan, konsumsi pemerintah tercatat menyumbang 0,22 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    Dari sisi pertumbuhan, komponen ekspor dan impor mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, masing-masing sebesar 10,67 persen dan 11,65 persen. Ekspor tumbuh seiring meningkatnya pengiriman nonmigas dan tingginya kunjungan wisatawan mancanegara, sementara impor didorong oleh naiknya permintaan barang modal serta bahan baku dan penolong, baik dari sisi nilai maupun volume.

    Lebih lanjut, Edy mengatakan jika berdasarkan lapangan usaha, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar dengan kontribusi 1,13 persen, diikuti oleh perdagangan (0,70 persen), informasi dan komunikasi (0,53 persen), serta konstruksi (0,47 persen).

    Secara struktur, lima sektor dengan porsi terbesar terhadap PDB nasional adalah industri pengolahan (18,67 persen), pertanian (13,83 persen), perdagangan (13,02 persen), konstruksi (9,48 persen) dan pertambangan (8,59 persen).

    Sementara itu, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi tercatat pada jasa lainnya (11,31 persen), jasa perusahaan (9,31 persen), serta transportasi dan pergudangan (8,52 persen) yang mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat.

    Dari sisi spasial, pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2025 masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa, dengan kontribusi sebesar 56,94 persen terhadap total PDB nasional. Kawasan tersebut mencatat pertumbuhan sebesar 5,24 persen (yoy), menandai perannya sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional.

    Adapun ekonomi Indonesia berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan II 2025 mencapai Rp5,95 kuadriliun, sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp3,39 kuadriliun. Bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi Indonesia tumbuh 4,04 persen.

    “Sehingga pertumbuhan Indonesia pada kuartal II 2025 bila dibandingkan dengan kuartal II 2024 atau secara ‘yoy’ tumbuh sebesar 5,12 persen. Bila dibandingkan dengan kuartal I 2025 atau secara ‘quarter-to-quarter’ tumbuh sebesar 4,04 persen,” kata Edy.

    Sumber : Antara

  • Pertumbuhan ekonomi capai 5,12 persen jauh di atas ekspektasi

    Pertumbuhan ekonomi capai 5,12 persen jauh di atas ekspektasi

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Kadin: Pertumbuhan ekonomi capai 5,12 persen jauh di atas ekspektasi
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 22:48 WIB

    Elshinta.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12 persen pada kuartal II 2025 jauh di atas ekspektasi pasar, mengingat sebelumnya hanya diperkirakan tumbuh maksimal 4,50 persen.

    Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie di Jakarta, Selasa menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 terhadap kuartal I 2025 (Q to Q) kembali positif dengan pertumbuhan sebesar 4,04 persen. Capaian pertumbuhan ekonomi ini membuat Indonesia terhindar dari resesi teknikal.

    “Kadin mengapresiasi kerja keras pemerintah yang sudah membuahkan hasil. Capaian ini sekaligus memberikan optimisme kepada para pelaku bisnis. Ini kado istimewa kepada seluruh rakyat bangsa Indonesia menjelang HUT kemerdekaan Indonesia ke-80, 17 Agustus 2025,” kata dia.

    Sebagaimana disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2025 tercatat sebesar 4,99 persen. Pencapaian itu ditopang pertumbuhan ekonomi kuartal I sebanyak 4,87 persen dan pertumbuhan ekonomi kuartal II sebanyak 5,12 persen.

    Meski lebih rendah dari semester I 2024 yang mencapai 5,08 persen, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 sudah cukup bagus dan memberikan optimisme kepada para pelaku bisnis.

    Anindya menyebutkan sejumlah langkah yang ditempuh pemerintah, sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 lebih baik dari periode sebelumnya, yakni melonggarkan pengetatan belanja, memacu investasi, meningkatkan konsumsi rumah tangga, meningkatkan volume ekspor, memperkuat industri manufaktur, serta menjalankan ragam program quick wins yang memacu pertumbuhan.

    Kadin optimistis, ekonomi Indonesia akan bertumbuh perlahan menuju 8 persen sesuai yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto. Disampaikannya, pemerintah sudah menggulirkan sejumlah program besar dan masif, yakni program Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa/Kelurahan Merah-Putih (KDMP), Klinik Gotong Royong untuk pemeriksaan kesehatan gratis, tiga juta rumah, pengiriman pekerja migran, dan peluasan kredit usaha rakyat (KUR).

    Presiden, kata Anin juga sangat serius mendorong pembangunan pertanian, industri, dan energi dengan mencanangkan program ketahanan pangan, ketahanan energi, hilirisasi, dan industrialisasi.

    Sumber : Antara

  • Ekonomi RI triwulan II tumbuh tinggi dibanding negara G20

    Ekonomi RI triwulan II tumbuh tinggi dibanding negara G20

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Menko: Ekonomi RI triwulan II tumbuh tinggi dibanding negara G20
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 22:55 WIB

    Elshinta.com – Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025, yang mencapai 5,12 persen year-on-year (yoy), termasuk tertinggi di antara negara-negara G20 dan ASEAN.

    Di antara negara-negara G20, Airlangga mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 hanya sedikit lebih rendah dibandingkan China yang mencapai pertumbuhan 5,2 persen yoy.

    “Beberapa negara (memiliki pertumbuhan ekonomi) di bawah kita (Indonesia), mulai dari Malaysia, Singapura, kemudian berbagai negara lain termasuk Amerika yang dua persen, kemudian Korea juga rendah,” ujarnya di Jakarta, Selasa.

    Amerika Serikat dan Korea Selatan yang merupakan negara anggota G20 masing-masing mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 2,0 persen yoy dan 0,05 persen yoy.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan Arab Saudi (3,9 persen), Spanyol (2,8 persen), Belanda (1,5 persen), Prancis (0,7 persen), Italia (0,4 persen), Jerman (0,4 persen), dan Meksiko (0,1 persen).

    Pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa juga hanya menyentuh 1,4 persen yoy pada triwulan II 2025.

    Sementara, Malaysia dan Singapura yang merupakan negara anggota ASEAN, masing-masing mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 persen yoy dan 4,3 persen yoy.

    Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah Vietnam, yang mencapai 8 persen.

    “Sehingga, di antara negara G20 dan ASEAN kita salah satu yang tertinggi,” ucap Airlangga.

    Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 tumbuh 5,12 persen secara tahunan (yoy), didorong konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, mengatakan konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni sebesar 54,25 persen.

    Sektor ini juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 2,64 persen dari total 5,12 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas masyarakat. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah,” ujar Edy.

    Sumber : Antara

  • Ekonom proyeksikan ekonomi RI bisa tumbuh 5,2 persen sepanjang 2025

    Ekonom proyeksikan ekonomi RI bisa tumbuh 5,2 persen sepanjang 2025

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ekonom proyeksikan ekonomi RI bisa tumbuh 5,2 persen sepanjang 2025
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 23:11 WIB

    Elshinta.com – Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah memproyeksikan ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran 5,1-5,2 persen year on year (yoy) sepanjang 2025.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,12 persen (yoy) pada kuartal II 2025, sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik (BPS).

    “Saya kira, kita bisa berharap pertumbuhan ekonomi kita bisa diselamatkan di atas kisaran 5,1 sampai 5,2 persen yoy (sepanjang 2025),” ujar Piter seusai acara bertajuk “Menjawab Tantangan Perusahaan Menengah dalam Akses Pembiayaan Pasar Modal” di Jakarta, Selasa.

    Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tetap akan mencapai kisaran 5,1 persen (yoy) pada kuartal III 2025, kemudian akan terus bertumbuh pada kuartal IV 2025, ditopang oleh adanya perayaan dan liburan Hari Raya Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

    “Mungkin di kuartal III nanti kita bisa 5,1 persen (yoy) lagi, di atas 5 persen (yoy). Kemudian, di kuartal IV mungkin agak diakselerasi karena adanya libur Natal dan Tahun Baru,” ujar Piter.

    Ia mengatakan tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut, apabila tren pertumbuhan seperti pada kuartal II 2025 terus berlanjut sampai akhir 2025.

    “Kalau pola (kuartal II 2025) memang terjadi, kekhawatiran kita bahwasanya pertumbuhan ekonomi akan di bawah 5 persen (yoy) mungkin bisa terelakkan. Kita bisa tumbuh di atas 5 persen (yoy) kalau seandainya tren ini terus ya,” ujar Piter.

    Dari mancanegara, Piter mengatakan kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump telah memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi AS, yang akhirnya akan merembet ke perekonomian global, termasuk Indonesia.

    Meskipun ada potensi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Fed, menurutnya kebijakan-kebijakan Trump tetap akan memberikan hambatan bagi perekonomian AS yang akhirnya berdampak terhadap perekonomian global.

    “Membaiknya perekonomian AS tidak otomatis menyebabkan perekonomian global membaik, karena ada hambatan-hambatan yang dipasang oleh Trump,” ujar Piter.

    Sebelumnya, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 54,25 persen atau berandil sebesar 2,64 persen dari total 5,12 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

    Ia mengatakan momen-momen seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, Idul Adha, hingga berlanjut libur sekolah mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.

    Selain itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menyumbang pertumbuhan sebesar 2,06 persen dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 27,83 persen.

    Pertumbuhan PMTB tersebut tercatat 6,99 persen (yoy), yang didukung oleh aktivitas investasi yang masih menggeliat, terutama di sektor konstruksi.

    Sumber : Antara

  • Ekonomi Tumbuh 5,12%, Apindo: Jangan Terlena, Daya Beli & Manufaktur Masih Lesu

    Ekonomi Tumbuh 5,12%, Apindo: Jangan Terlena, Daya Beli & Manufaktur Masih Lesu

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 yang mencapai 5,12% (year-on-year/yoy) tak lepas dari fondasi perekonomian Indonesia yang kuat. Namun, masih ada sejumlah tantangan yang mengintai. 

    Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan, pihaknya bersyukur melihat pertumbuhan ekonomi periode ini yang berhasil mencapai 5,12% atau lebih tinggi dari ekspektasi pasar. 

    “Di tengah tantangan global dan domestik yang cukup kompleks, capaian ini memberi sinyal bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki fondasi yang kuat,” kata Shinta kepada Bisnis, Selasa (5/8/2025). 

    Menurut Shinta, pertumbuhan ini juga tak lepas dari daya tahan lapangan usaha di sejumlah sektor, serta peran stimulus fiskal pemerintah yang mulai terasa pada bulan Juni lalu. 

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat lima sektor yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini. Adapun, industri pengolahan merupakan kontributor terbesar.

    Kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) sebanyak 18,67%, kemudian sektor pertanian 13,83%, perdagangan 13,02%, konstruksi 9,48%, dan pertambangan 8,59%.  

    “Namun, kita juga tetap perlu melihat pentingnya membaca data ini secara utuh. Pertumbuhan di atas 5% patut disambut dengan optimisme, tetapi jangan sampai membuat kita terlena dengan catatan di lapangan,” jelasnya. 

    Shinta melihat daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya, konsumsi rumah tangga masih di bawah rata-rata historis, dan sektor manufaktur masih dalam fase kontraksi. 

    Hal ini tercerminkan dari laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50. 

    Kinerja bulan Juli memang mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang berada di level 46,9 dan 47,4 pada Mei 2025. Dalam laporan terbaru S&P Global, tren kontraksi ini berlanjut sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7.

    “Karena itu, peluang menjaga pertumbuhan tahunan di kisaran 5% masih terbuka. Namun, sangat bergantung pada langkah lanjutan pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat, mempercepat realisasi belanja, memperkuat ekspor, dan memastikan iklim usaha tetap kondusif untuk mendorong investasi,” jelasnya. 

    Pada periode sebelumnya pemerintah memberikan sejumlah stimulus untuk menjaga konsumsi masyarakat selama masa libur sekolah, mulai dari diskon transportasi umum, tarif tol, listrik rumah tangga, bantuan pangan dan sembako, hingga subsidi upah bagi 17 juta pekerja dan 3,4 juta guru honorer. 

    Alhasil, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 54,25% dengan pertumbuhan 4,97% secara triwulanan dan 6,99% secara tahunan. 

    Shinta juga menerangkan bahwa pertumbuhan konsumsi ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan rumah tangga, termasuk kebutuhan primer dan makanan, serta meningkatnya mobilitas masyarakat.

    Kendati demikian, untuk menjaga laju pertumbuhan 5% hingga akhir tahun ini, maka bukan hanya angka pertumbuhan yang perlu dipertahankan. Dunia usaha juga disebut perlu menumbuhkan kepercayaan baik dari investor, pelaku industri, maupun konsumen. 

    “Pelaku usaha membutuhkan dua hal utama, kepastian dan efisiensi,” tuturna. 

    Pertama, Shinta menerangkan bahwa kepastian dalam regulasi, perizinan, dan penegakan hukum sangat penting agar pelaku usaha bisa ekspansi tanpa ragu. 

    Kedua, yang tak kalah penting yaitu efisiensi dalam biaya produksi, logistik, energi, dan pembiayaan juga perlu ditingkatkan, karena high cost economy masih menjadi keluhan utama di sektor riil.

    “Kami juga mendorong agar stimulus tidak hanya fokus pada sisi konsumsi untuk penguatan daya beli dan konsumsi, tapi juga diperkuat dari sisi produksi, terutama stimulus yang dapat berdampak terhadap cost structure industri,” terangnya. 

    Di sisi lain, percepatan pelaksanaan program strategis pemerintah, terutama di sektor infrastruktur, pangan, dan hilirisasi, juga dapat memberi efek pengganda terhadap permintaan domestik dan investasi swasta.

    Dalam hal ini, pemerintah tidak bisa sendiri, dunia usaha pun tidak bisa berjalan sendiri. Untuk itu, Apindo mendorong Indonesia Incorporated yakni kolaborasi semua elemen bangsa pemerintah, pengusaha, pekerja, akademisi.

    “Kita harus bersatu arah, membenahi hambatan, dan mengubah tantangan jadi peluang untuk mendorong pertumbuhan dan daya saing yang berkelanjutan,” pungkasnya. 

  • Sri Mulyani Bakal Gelontorkan Stimulus Ekonomi Rp10,8 Triliun pada Kuartal III/2025

    Sri Mulyani Bakal Gelontorkan Stimulus Ekonomi Rp10,8 Triliun pada Kuartal III/2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pemerintah akan menyalurkan stimulus ekonomi senilai Rp10,8 triliun pada kuartal III/2025. 

    Stimulus itu akan melanjutkan paket yang telah disalurkan pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat pada semester I/2025, senilai Rp24,44 triliun. 

    “Kemudian untuk triwulan ketiga kita akan terus masih ada Rp10,8 triliun stimulus aktivitas ekonomi yang akan terlaksana di triwulan ketiga,” ungkap Sri Mulyani pada konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025). 

    Sri Mulyani mengatakan stimulus yang akan diberikan ke masyarakat itu diharapkan bisa mendorong momentum pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan ketiga 2025, termasuk Juli 2025 yang sudah dilalui dan Agustus 2025 yang baru masuk lima hari ini. 

    Bendahara negara juga mengungkap belanja pemerintah bakal terakselerasi pada semester II/2025 usai pertumbuhannya terkontraksi 0,33% sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Selasa (5/8/2025). “Diharapkan momentumnya tetap terjaga. Beberapa yang memberikan optimisme tentu saja karena belanja pemerintah mulai terakselerasi.”

    Sebelumnya, pemerintah telah menyalurkan stimulus ekonomi dengan anggaran senilai Rp24,44 triliun untuk menjaga daya beli masyarakat pada kuartal II/2025. Paket stimulus itu meliputi beberapa di antaranya PPN DTP, penebalan bansos Rp11,9 triliun, dan bantuan subsidi upah (BSU) Rp10,72 triliun.  

    Adapun BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 sebesar 5,12% secara tahunan atau year-on-year (yoy). Pertumbuhan secara kuartalan yaitu 4,04% apabila dari kuartal I/2025 sebelumnya. 

  • Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2025, Pulau Jawa Mendominasi dengan Kontribusi Sebesar 56,94 Persen terhadap PDB Nasional

    Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2025, Pulau Jawa Mendominasi dengan Kontribusi Sebesar 56,94 Persen terhadap PDB Nasional

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data terbaru terkait kondisi perekonomian di Indonesia. Data tersebut dikutip dari laman BPS, 5 Agustus 2025.

    Disebutkan bahwa, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2025 mencapai Rp5.947,0 triliun, dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp3.396,3 triliun.

    Ekonomi Indonesia triwulan II-2025 terhadap triwulan I-2025 mengalami pertumbuhan sebesar 4,04 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikananmengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,53 persen.

    Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 21,05 persen.

    Sedang ekonomi Indonesia triwulan II-2025 terhadap triwulan II-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 5,12 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,31 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,67 persen.

    Adapun ekonomi Indonesia semester I-2025 terhadap semester I-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 4,99 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,59 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 8,57 persen.

    Pada triwulan II-2025, provinsi-provinsi di Pulau Jawa masih menjadi motor utama perekonomian Indonesia secara spasial, dengan kontribusi sebesar 56,94 persen terhadap PDB nasional dan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,24 persen (y-on-y).