Kementrian Lembaga: BPS

  • Tak Bisa Disepelekan, Ini Peran Penting Investasi Asing – Page 3

    Tak Bisa Disepelekan, Ini Peran Penting Investasi Asing – Page 3

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year). 

    Angka ini sedikit meleset dari ekspektasi beberapa ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen. Kendati demikian, sejumlah ekonom menilai bahwa capaian ini masih wajar dalam konteks perkembangan ekonomi nasional terkini.

    Menurut pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, angka 5,12 persen tersebut masih bisa diterima secara logis.

    “Data pertumbuhan ekonomi kuartal II dari BPS, dalam hemat saya, masih cukup reliable dan bisa dipercaya. Raihan 5,12 persen di kuartal II tahun ini sangat bisa dipahami,” kata Ronny dalam keterangan tertulisnya dikutip Liputan6.com, Minggu (10/8/2025).

    Ia menilai berbagai komponen pembentuk pertumbuhan seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor masih menunjukkan performa yang cukup stabil dan mendukung capaian tersebut.

    Ronny menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan tipis didorong oleh momen tahun ajaran baru. Fenomena ini biasanya mendorong pengeluaran tambahan di sektor pendidikan dan kebutuhan anak sekolah, yang pada akhirnya menyumbang pada pertumbuhan konsumsi nasional.

    “Kenaikan tipis konsumsi rumah tangga ditopang oleh momen tahun ajaran baru, yang mengharusnya banyak keluarga di Indonesia untuk berbelanja kebutuhan tahun ajaran baru,” ujarnya.

     

     

     

  • Rupiah melemah dipengaruhi ekspektasi kenaikan inflasi AS

    Rupiah melemah dipengaruhi ekspektasi kenaikan inflasi AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah melemah dipengaruhi ekspektasi kenaikan inflasi AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 12 Agustus 2025 – 16:59 WIB

    Elshinta.com – Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ekspektasi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS).

    “Fokus pasar hari ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) akan dirilis malam nanti pukul 19.30 WIB. IHK umum pada Juli diperkirakan akan berada di sekitar 2,8 persen secara YoY (year on year), naik dari 2,7 persen di bulan Juni. Sementara, IHK inti untuk Juli diperkirakan akan naik di atas ambang batas 3 persen untuk pertama kalinya sejak Februari 2025,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Mengutip Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), disebutkan bahwa pasar berpotensi mengurangi ekspektasi terhadap suku bunga sebesar 25 basis points (bps) pada pertemuan Federal Open Market Committee bulan September 2025.

    Melihat dari perspektif kebijakan moneter AS, pasar berpegang pada prospek dovish The Fed dengan probabilitas pemangkasan suku bunga di bulan September mencapai 85-89 persen menurut CME FedWatch Tool, serta ekspektasi minimal dua kali penurunan hingga akhir tahun.

    Gubernur The Fed Michelle Bowman secara eksplisit telah menyatakan dukungan untuk melakukan pemangkasan suku bunga pada setiap pertemuan FOMC yang tersisa tahun ini. Hal ini didasari alasan pelemahan pasar tenaga kerja lebih signifikan dibandingkan risiko inflasi yang berpotensi meningkat.

    Selain itu, pelemahan kurs rupiah juga dipengaruhi kesepakatan dagang AS-China terkait penundaan penerapan tarif.

    “AS dan Tiongkok memperpanjang gencatan senjata tarif mereka pada hari Senin (11/8/2025) selama 90 hari lagi, mencegah bea masuk tajam yang dapat mengganggu perdagangan,” ujar Ibrahim.

    Mengacu Kyodo, Presiden AS Donald Trump pada Senin menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang gencatan perang tarif dengan China selama 90 hari. Tanpa perpanjangan tersebut, produk-produk buatan China yang masuk ke AS akan dikenakan tarif tambahan sebesar 24 persen mulai Selasa (12/8/2025).

    Para pejabat memastikan bahwa kedua negara berencana memperpanjang penundaan itu setelah melakukan pembicaraan tingkat tinggi di Stockholm, Swedia, akhir Juli lalu.

    Pada pertengahan Mei, AS dan China sepakat untuk menahan tarif tinggi yang saling mereka terapkan selama perang dagang. Gencatan itu adalah hasil kesepakatan di Jenewa pada putaran pertama perundingan kedua negara.

    Saat ini, AS memberlakukan tarif 10 persen dari rencana kenaikan 34 persen untuk seluruh impor dari China. Tarif awal 10 persen itu diberlakukan sejak awal April di bawah skema tarif timbal balik, sementara sisa kenaikannya masih akan dirundingkan.

    China juga mempertahankan tarif 10 persen dari rencana kenaikan 34 persen untuk seluruh barang AS yang diimpor, sementara sisa 24 persen masih dalam tahap negosiasi.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.290 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.280 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.298 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.253 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Banyak Bansos Tak Tepat Sasaran, Ini Cara Mensos Mencegahnya
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        12 Agustus 2025

    Banyak Bansos Tak Tepat Sasaran, Ini Cara Mensos Mencegahnya Nasional 12 Agustus 2025

    Banyak Bansos Tak Tepat Sasaran, Ini Cara Mensos Mencegahnya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul buka suara soal banyaknya sorotan terhadap penyaluran bantuan sosial (bansos) yang tidak tepat sasaran.
    Ia mengatakan, Kementerian Sosial (Kemensos) akan terus berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melakukan perbaikan data penerima bansos.
    “Selama ini kan banyak itu, protes-protes bansos tidak tepat sasaran. Nah, maka itu Presiden menerbitkan Inpres nomor 4 tahun 2025. Dengan Inpres ini, kita memperbaiki data-data itu, dipimpin oleh BPS,” ujar Gus Ipul dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (12/8/2025).
    “Caranya bagaimana? Dimutakhirkan, dicek ke lapangan. Dilihat dari berbagai sisi, termasuk profil rekening penerima bansos kita,” sambungnya.
    Ia sendiri tidak menampik adanya kejanggalan terhadap penyaluran bansos. Salah satunya adalah penerima bansos yang memiliki saldo di atas Rp 5 juta.
    Menurutnya, penerima bansos yang memiliki saldo di rekeningnya lebih dari Rp 5 juta tidak masuk akan untuk kategori masyarakat desil 1 dan 2.
    “Yang intinya nanti, kalau semua itu sesuai dengan kenyataan, kita akan coret sebagai penerima bansos,” ujar Gus Ipul.
    Jika ada masyarakat yang tercoret sebagai penerima bansos, padahal memenuhi syarat, Gus Ipul mengimbau masyarakat untuk mengajukan sanggahan melalui aplikasi Cek Bansos.
    “Jadi bisa lihat di aplikasi Cek Bansos, di situ ada usul sanggah. Silakan usul, silakan sanggah. Tapi dengan beberapa bukti yang harus dilampirkan supaya kami bisa meninggalkan BPS,” ujar Gus Ipul.
    Diketahui, sejumlah kejanggalan ditemukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam data penerima bansos yang diajukan Kemensos.
    Salah satu kejanggalan adalah temuan 27.932 pegawai BUMN yang terindikasi menerima bansos tersebut.
    Selain pegawai BUMN, PPATK juga menemukan 7.479 penerima bansos yang berprofesi sebagai dokter.
    Lalu, PPATK juga menemukan lebih dari 6.000 penerima bansos yang bekerja sebagai eksekutif atau manajerial.
    dok. PosIND Ilustrasi bansos
    Sebelum itu, PPATK juga mengungkap, sebanyak 9,7 juta Nomor Induk Kependudukan (NIK) terindikasi bermain judi online.
    Dari 9,7 juta NIK itu, sebanyak 571.410 di antaranya merupakan penerima bantuan sosial (bansos) pada 2024.
    Sedangkan dari 571.410 penerima bansos itu, terdapat total deposit untuk judi online mencapai Rp 957 miliar atau hampir Rp 1 triliun.
    Ketua DPR Puan Maharani pun mengingatkan pentingnya verifikasi data dalam penyaluran bansos ke masyarakat agar tepat sasaran.
    “Jangan sampai kemudian rakyat yang berhak mendapatkan semua program itu tidak mendapatkan. Malah orang yang tidak berhak, mendapatkan program-program tersebut,” tegas Puan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (11/8/2025).
    Verifikasi data, kata Puan, menjadi salah satu yang ditekankan selama dirinya menjadi Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).
    Menurutnya, data merupakan pegangan paling penting bagi Kementerian Sosial (Kemensos) dalam penyaluran bansos.
    “Kalau saya tetap berharap mengimbau bahkan meminta terkait dengan hal-hal verifikasi data itu paling penting. Jadi verifikasi data dulu. Jangan sampai mengubah satu program tanpa verifikasi data yang baik, yang detail, yang benar, karena data itu yang paling penting, sebagai pegangan,” ujar Puan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sumber Daya Sektor Kelautan Potensial untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, KKP Tekankan Ini

    Sumber Daya Sektor Kelautan Potensial untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, KKP Tekankan Ini

    JAKARTA – Sumber daya alam di sektor kelautan diyakini turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti yang ditargetkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Menurut Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kartika Listriana, sektor kelautan di Indonesia menyimpan banyak sumber daya potensial.

    “Bapak Presiden (Prabowo) menugaskan seluruh jajarannya untuk menumbuhkan ekonomi sampai 8 persen, itu tugas berat. Kemarin sudah di-launching oleh BPS sampai pertengahan tahun ini pertumbuhan ekonominya baru kisaran 5,1-5,2 persen,” ucap Kartika dalam acara Morning Sea bertajuk “Menata Ruang Laut Bareng Gen Z” yang dipantau secara daring melalui YouTube Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Senin, 11 Agustus.

    “Ada pertumbuhan yang meningkat, ya, tetapi ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Lima tahun ke depan bukan waktu panjang, tapi singkat. Nah, laut ternyata sumber dayanya itu sangat potensial, selain bicara ekologi,” sambungnya.

    Kartika menjelaskan, sumber daya potensial yang ada di sektor kelautan. Misalnya, logistik maritim.

    “Kalau kami bicara logistik maritim itu juga ada di laut. Konektivitas antarpulau itu menggunakan laut,” kata dia.

    Lalu, berbicara soal energi. Menurut Kartika, sektor kelautan di Indonesia menyimpan banyak sumber energi, baik energi baru terbarukan (EBT) maupun energi tidak terbarukan.

    “Pariwisata itu juga banyak. Kemudian, konservasi itu sendiri juga banyak,” ujar Kartika.

    Kartika menilai, tata ruang kelautan sangat diperlukan.

    Dengan demikian, bisa tercipta keseimbangan bagi seluruh kalangan pada saat mengembangkan energi, pariwisata hingga kebijakan ekonomi biru seperti yang dicanangkan oleh Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono.

    “Kemudian, ada kegiatan pariwisata. Semuanya harus berjalan beriringan,” tegas dia.

    Dikatakan Kartika, hal terpenting untuk pengembangan semua aspek tersebut ialah tetap tidak boleh mengganggu ekologi.

    “Itulah pentingnya tata ruang, adanya keseimbangan (bagi) seluruh sektor untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen ke depan,” pungkasnya.

  • Industri Amankan Bahan Baku Meski Sinyal Kontraksi Manufaktur Berlanjut

    Industri Amankan Bahan Baku Meski Sinyal Kontraksi Manufaktur Berlanjut

    Bisnis.com, JAKARTA — Meski tren produktivitas manufaktur masih dalam fase kontraksi, pembelian bahan baku/penolong dan barang modal terus meningkat. Hal ini menunjukkan kesiagaan pelaku industri menghadapi tantangan usaha hingga akhir tahun.

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor bahan baku penolong naik juga mengalami kenaikan 2,56% yoy menjadi US$82,75 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$80,69 miliar.

    Tak hanya itu, impor barang modal pada Januari-Juni 2025 mencapai US$23 miliar atau melesat 20,90% (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$19,03 miliar. 

    Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ariyo DP Irhamna mengatakan peningkatan impor bahan baku dan barang modal saat PMI manufaktur kontraksi mengindikasikan dua hal. 

    “Pertama, sebagian pelaku usaha melakukan front-loading impor untuk mengamankan stok di tengah ketidakpastian harga global dan kurs rupiah,” kata Ariyo kepada Bisnis, Selasa (12/8/2025). 

    Artinya, meski Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia terkontraksi 4 bulan beruntun, pengusaha secara hati-hati tetap mempersiapkan diri untuk ekspansi di tengah ketidakpastian global.

    Adapun, indeks kinerja manufaktur Indonesia menurut laporan S&P Global anjlok ke level 46,7 pada April 2025 dan masih berada di level kontraksi, yakni 49,2 pada Juli 2025.

    Kedua, Ariyo melihat sektor tertentu, seperti otomotif, makanan-minuman, dan elektronik masih tetap berinvestasi karena melihat peluang ekspor pasca penurunan tarif, meski secara keseluruhan ekspansi industri belum meluas. 

    “Artinya, pembelian barang modal belum sepenuhnya mencerminkan optimisme luas, melainkan strategi antisipatif,” tuturnya. 

    Dia pun memproyeksi pemulihan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia baru akan terjadi pada kuartal I atau kuartal II 2026. 

    Di satu sisi, industri makanan misalnya, masih optimistis di tengah penerapan tarif bea masuk ke AS. Impor bahan baku terus ditambah, tak hanya untuk mendongkrak produktivitas, namun juga sebagai langkah negosiasi dengan AS untuk menurunkan tarif resiprokal.

    Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menegaskan komitmen impor biji gandum atau wheat grain dari Amerika Serikat (AS) untuk pabrik tepung RI yang akan berlangsung selama 5 tahun ke depan. 

    Komitmen impor biji gandum 1 juta ton per tahun senilai US$250 juta hingga 2030 disebut menjadi salah satu pemanis negosiasi tarif bea masuk ke AS yang diterapkan Presiden Donald Trump dari sebelumnya 32% menjadi 19%.

    Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan, pihaknya telah menandatangani kesepakatan impor bijih gandum AS dengan US Wheat Associates beberapa waktu lalu. 

    paya kita membantu pemerintah untuk negosiasi tarif, kami sekarang ini komitmen untuk pabrik kecil untuk mengambil gandum Amerika kami commit 1 juta ton per tahun 2025-2030,” kata Ratna kepada Bisnis, belum lama ini. 

    Dalam catatan Aptindo, impor biji gandum atau wheat grain dari Amerika Serikat sebanyak 692.882 metrik ton pada 2024. Tahun depan, pihaknya akan membeli gandum AS sebanyak 1 juta metrik ton per tahun hingga lima tahun ke depan. 

    Dengan demikian, nilai transaksi pembelian biji gandum selama 5 tahun mendatang dari AS dapat mencapai US$1,25 miliar atau setara Rp20,2 triliun (kurs Rp16.216 per USD). 

    Namun, di sisi lain, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI), Farhan Aqil Syauqi mengatakan hingga saat ini kondisi industri tekstil masih sulit untuk ekspansi dan tidak ada perubahan signifikan terkait produksi. 

    “Sangat sulit saat ini untuk bersaing di dalam negeri. Kami head to head dengan produk China yang melakukan dumping atau predatory pricing,” kata Farhan kepada Bisnis, dihubungi terpisah.

    Dia melihat konsumsi masyarakat saat ini memang cenderung naik namun lebih memilih produk-produk yang murah di pasar. Kondisi tersebut yang mengganggu daya saing industri dalam negeri.

    “Saat ini kami juga masih habiskan stok kami. Pasar domestik saat ini sangat penuh dengan produk bahan baku impor,” jelasnya. 

  • Bamsoet Dukung Sikap Tegas Presiden Prabowo Menjaga Persatuan NKRI

    Bamsoet Dukung Sikap Tegas Presiden Prabowo Menjaga Persatuan NKRI

    Jakarta

    Anggota DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendukung penuh sikap tegas Presiden Prabowo Subianto untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga tetes darah penghabisan.

    Pernyataan Presiden yang menyebut ‘daripada dijajah kembali, lebih baik mati’ adalah pesan moral yang relevan di tengah derasnya arus globalisasi. Menurutnya, saat ini, ancaman dapat masuk melalui teknologi, informasi bahkan ekonomi, semangat juang mempertahankan kemerdekaan harus menjadi bagian dari pendidikan karakter bangsa sejak dini.

    Data Global Firepower Index 2025 menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-13 dunia dalam kekuatan militer. Namun, peringkat ini tidak boleh membuat bangsa Indonesia lengah. Perlu kesiapan mental dan partisipasi rakyat sebagai kekuatan pertahanan semesta.Hal itu diungkapkan olehnya saat di Jakarta, hari ini.

    “Konsep pertahanan rakyat semesta, di mana kekuatan militer formal diperkuat oleh kesiapsiagaan seluruh warga, merupakan suatu keharusan di tengah dinamika keamanan global. Kita harus membangun mentalitas pertahanan yang menyeluruh, di mana setiap warga menjadi bagian dari benteng NKRI. Sejarah menunjukkan, bangsa yang siap bertahan di setiap jengkal wilayahnya adalah bangsa yang tidak akan mudah ditaklukkan,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Senin (11/8/2025).

    Bamsoet menjelaskan keseriusan yang disampaikan Presiden Prabowo mencerminkan kesadaran strategis bahwa kekuatan pertahanan nasional tidak boleh hanya terpusat di titik-titik perbatasan, tetapi harus menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

    “Mempertahankan kedaulatan NKRI merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa. Kita bukan hanya bicara soal senjata, tank ataupun pesawat tempur. Kita bicara tentang kesadaran nasional, kesiapan mental, solidaritas sosial, dan cinta tanah air. Seperti disampaikan Presiden, kalau seluruh bangsa ini kompak mempertahankan setiap jengkal tanahnya, maka Indonesia akan tetap tegak selama-lamanya,” kata Bamsoet.

    “Desa-desa harus menjadi basis pertahanan rakyat, sebagaimana ditekankan Presiden Prabowo. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024. mencatat sekitar 43,7 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Perlu ditanamkan, desa bukan hanya lumbung pangan, tetapi juga lumbung patriotisme. Kalau setiap desa siap, maka kedaulatan NKRI akan sulit sekali ditembus,” tutup Bamsoet.

    (akd/akd)

  • Menembus keterisolasian dengan semangat kemerdekaan di Tanah Papua

    Menembus keterisolasian dengan semangat kemerdekaan di Tanah Papua

    Sentani (ANTARA) – Di antara rimbun hutan tropis dan riak sungai yang berliku di perut pegunungan, Distrik Airu berdiri sebagai salah satu wilayah paling terpencil di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

    Terletak di ujung selatan kabupaten, wilayah ini berbatasan langsung dengan pegunungan Cycloop di Utara dan hamparan lembah luas di selatan.

    Untuk mencapainya dari Sentani Ibu Kota Kabupaten Jayapura, dibutuhkan perjalanan darat sekitar enam hingga tujuh jam, melintasi jalan berbatu, tanjakan curam, dan beberapa kali harus menyeberangi sungai tanpa jembatan permanen.

    Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura 2022 menyebutkan, Airu dihuni sekitar 1.104 jiwa yang tersebar di enam kampung, mayoritas warganya menggantungkan hidup pada pertanian lahan kering, berburu, dan menangkap ikan di sungai.

    Hasil kebun seperti ubi jalar, keladi, pisang dan kopi menjadi tumpuan dapur, sementara anyaman noken dan kerajinan tangan menjadi sumber tambahan pendapatan.

    Letak geografis Airu membuat wilayah ini kerap terputus dari Sentani saat musim hujan, jalan berlumpur bisa menahan kendaraan berhari-hari.

    Biaya transportasi pun melambung, mempengaruhi harga kebutuhan pokok, dalam kondisi seperti ini warga mengandalkan gotong royong dan kearifan lokal untuk bertahan.

    Namun di balik keterbatasan itu, denyut kehidupan di Airu menguat setiap bulan Agustus. Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI menjadi momentum istimewa yang dirayakan dengan penuh makna.

    Bagi warga, kemerdekaan tidak hanya dimaknai sebagai lepas dari penjajahan, tetapi juga sebagai perjuangan menembus batas-batas keterbatasan baik akses, pendidikan, maupun kesehatan.

    Pemerintah Kabupaten Jayapura menempatkan Airu sebagai salah satu prioritas pembangunan. Dalam dua tahun terakhir, pekerjaan pengerasan jalan menuju Airu di lakukan bertahap dari arah Nawa hingga Sungai Rouffaer.

    Pembangunan jembatan gantung juga telah dilakukan untuk memudahkan transportasi hasil kebun masyarakat, serta membuka aksesibilitas perekonomian antarwilayah.

    Di sisi telekomunikasi, menara Base Transceiver Station (BTS) dibangun agar warga dapat mengakses layanan seluler, meski signal masih belum stabil.

    Di bidang kesehatan, Puskesmas Airu kini memiliki fasilitas rawat inap sederhana dan ruang bersalin, pasokan obat dan logistik medis dikirim sebulan sekali dari Sentani.

    Tim medis secara rutin melakukan pelayanan keliling ke kampung-kampung, membawa vaksin, melakukan pemeriksaan ibu hamil, dan memberikan edukasi gizi.

    Di sektor pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan SMP di Airu mendapatkan bantuan buku, meja, dan kursi. Guru-guru honorer direkrut dari wilayah sekitar untuk memastikan kegiatan belajar tetap berjalan meskipun guru PNS bertugas di daerah lain.

    Pemerintah daerah juga mulai menyediakan beasiswa bagi siswa Airu yang ingin melanjutkan studi ke SMA di kota.

    Di tengah keterbatasan, perempuan Airu menjadi tulang punggung keluarga. Mereka mengurus kebun, menyiapkan makanan, merawat anak, hingga menganyam noken untuk dijual ke pasar di Sentani.

    Melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), pelatihan pengolahan hasil kebun telah diberikan, termasuk membuat keripik pisang, tepung keladi, dan sirup markisa. Edukasi kesehatan keluarga juga digelar, fokus pada pencegahan stunting dan perawatan anak balita.

    Pemberdayaan ini memberikan dampak langsung, beberapa kelompok ini kini mampu menjual produk olahan secara rutin ke pengunjung yang datang ke Airu, meski distribusi masih bergantung pada transportasi yang mahal.

    Pelayanan kesehatan di Airu tidak bisa hanya mengandalkan fasilitas puskesmas, petugas medis harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk menjangkau kampung yang lebih terpencil.

    Saat musim hujan, perahu menjadi satu-satunya transportasi, dan tim medis sering menginap di kampung karena jalan pulang terputus.

    Tantangan ini menuntut fisik dan mental yang tangguh, karena warga menggantungkan harapan mereka pada tenaga medis yang datang.

    Dengan kondisi seperti ini, setiap keberhasilan menggelar imunisasi massal atau pemeriksaan kesehatan menjadi pencapaian yang membanggakan.

    Pemerintah daerah merencanakan pembangunan rumah dinas tenaga medis dan penyediaan ambulans per tahun untuk mempercepat penanganan darurat.

    Sekolah-sekolah di Airu berfungsi lebih dari sekedar tempat belajar, mereka adalah pusat kegiatan sosial dan simbol kemajuan.

    Anak-anak berjalan kaki menempuh jarak hingga berkilometer setiap hari, sebagian guru tinggal di sekolah karena jarak rumah terlalu jauh. Di sini, kemerdekaan dimaknai sebagai kesempatan untuk memperoleh pendidikan layak, walau harus melawan keterbatasan.

    Makna kemerdekaan bagi Airu

    Menjelang 17 Agustus, suasana sekolah selalu berbeda, siswa berlatih paduan suara, menyiapkan lomba lari karung dan tarik tambang, dan membuat hiasan merah putih dari kertas bekas.

    Tiang bendera dibersihkan, lapangan diratakan dan setiap anak mempersiapkan diri untuk mengibarkan Sang Merah Putih.

    Bagi masyarakat Airu, kemerdekaan adalah perjuangan sehari-hari. Setiap kali warga memikul hasil kebun melewati jalan berbatu, setiap kali guru mengajar dengan papan tulis seadanya, atau setiap kali perawat menempuh sungai untuk memberikan pelayanan kesehatan. Semua itu adalah bentuk nyata dari semangat merdeka.

    Mereka tidak menunggu bantuan datang, tetapi bergerak bersama membangun kehidupan. Pemerintah Kabupaten Jayapura menginginkan pembangunan di Airu menjadi simbol pemerataan.

    Pemerataan berarti tidak ada warga yang terpinggirkan hanya karena jarak dan medan yang sulit. Percepatan pembangunan jalan, jembatan listrik desa, dan internet menjadi target lima tahun ke depan.

    Harapan untuk masa depan

    Dengan akses yang terbuka, hasil kebun Airu seperti kopi, vanili dan sayur-mayur berpotensi menjadi sumber pendapatan yang lebih besar.

    Generasi muda diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi lokal, memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk ke luar daerah.

    Di bidang kesehatan, fasilitas yang memadai akan memungkinkan program pemeriksaan rutin, operasi ringan, dan layanan gizi dilakukan tanpa harus bergantung pada cuaca.

    Sementara di bidang pendidikan, akses internet akan membuat dunia baru bagi siswa, memungkinkan mereka belajar daring dan mengenal dunia lebih luas.

    Beberapa hari menjelang 17 Agustus, kampung-kampung di Airu mulai ramai. Warga bergotong royong membersihkan halaman, memperbaiki jalan setapak, dan memasang bendera merah putih di depan rumah.

    Anak-anak berlarian membawa layang-layang, pemuda menyiapkan lomba panjat pinang, dan ibu-ibu menyiapkan bahan makanan untuk pesta kampung.

    Perayaan kemerdekaan di Airu memang sederhana, tetapi sarat makna. Itu adalah cara warga menunjukkan bahwa meskipun jauh dari pusat kota, mereka tetap bagian dari Indonesia, bangga mengibarkan bendera di tanah sendiri.

    Di tengah rintangan geografis dan cuaca yang tak menentu, Airu terus berdiri tegak bukan hanya sebagai titik di peta Kabupaten Jayapura, tetapi sebagai cermin ketangguhan warga Papua yang melangkah maju tanpa kehilangan jati diri.

    Dalam setiap lumpur yang dilalui, setiap jembatan yang dibangun, dan setiap bendera yang berkibar, terpatri keyakinan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika semua warga, di manapun mereka berada, dapat menikmati hak yang sama untuk hidup layak, sehat dan bermartabat.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Setumpuk PR Dirjen Pajak Baru Kejar Kekurangan Target Pajak Rp1.245,5 Triliun

    Setumpuk PR Dirjen Pajak Baru Kejar Kekurangan Target Pajak Rp1.245,5 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja penerimaan pajak yang masih belum sesuai ekspektasi menjadi pekerjaan utama Direktur Jenderal alias Dirjen Pajak Baru, Bimo Wijayanto. Apalagi realisasi penerimaan pajak pada semester 1/2025 lalu mencapai Rp831,27 triliun atau kurang dari Rp1.2456,3 triliun dari outlook yang tercatat sebesar Rp2.076,9 triliun. 

    Tidak tercapainya penerimaan pajak akan berimbas ke kinerja APBN secara keseluruhan, termasuk kemungkinan pelebaran defisit yang tahun ini memang sudah di-setting melebar ke angka 2,78%. 

    Namun demikian, untuk memenuhi kekurangan penerimaan pajak sebesar Rp1.245,63 triliun, bukan pekerjaan mudah. Tingginya restitusi telah memicu kontraksi penerimaan di jenis-jenis utama penerimaan pajak seperti PPN dan PPh.

    Sekadar ilustrasi, kalau merujuk kepada data Kementerian Keuangan, angka restitusi itu bisa ditelusuri melalui besaran jumlah pajak bruto dan pajak neto. Penerimaan PPN Bruto pada semester 1/2025 tercatat sebesar Rp443,93 triliun, sementara itu neto Rp267,27 triliun. Artinya jika selisih antara PPN bruto dan neto itu dianggap sebagai restitusi, maka nilainya akan mencapai Rp176,6 triliun. 

    Selain itu, ada kecenderungan ketidakelastisan antara penerimaan pajak dengan sektor-sektor produk domestik bruto (PDB). Sebagai contoh, pemerintah mengkaim bahwa daya beli pemerintah masih cukup terjaga. Klaim ini diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memaparkan bahwa sepanjang semester 1/2025 lalu pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di angka 4,96% atau lebih tinggi dibandingkan dengan semester II/2024 yang tercatat sebesar 4,92%.

    Namun demikian, tren pertumbuhan konsumsi ini tidak sejalan dengan kinerja penerimaan pajak pertambahan nilai atau PPN. Data penerimaan pajak pada Semester 1/2025 mencatat realisasi PPN sebanyak Rp267,27 triliun atau terkontraksi sebesar 19,7% dibandingkan realisasi tahun lalu yang tercatat sebesar Rp332,81 triliun.

    Artinya ada ketidakelastisan antara kinerja konsumsi rumah tangga yang merepresentasikan daya beli masyarakat dengan penerimaan PPN. Kalau merujuk data BPS, secara kumulatif konsumsi rumah tangga mencapai Rp6.317,2 triliun pada semester 1/2025. Menariknya, jumlah PPN yang dipungut otoritas pajak hanya di angka Rp267,27 triliun atau sekitar 4,2% dari total aktivitas konsumsi masyarakat.

    Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2 Humas) Ditjen Pajak Rosmauli menekankan bahwa linerja penerimaan pajak tidak semata-mata dipengaruhi oleh konsumsi dan sektor manufaktur, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor lain secara keseluruhan. Meski demikian, Rosmauli mengakui bahwa penerimaan pajak tahun ini menghadapi banyak tantangan.

    “Saat ini, pengumpulan penerimaan pajak menghadapi sejumlah tantangan, antara lain penurunan harga komoditas yang disebabkan oleh gejolak perekonomian global dan ketidakstabilan geopolitik yang terjadi di sejumlah negara,” ujar Rosmauli kepada Bisnis, dikutip Senin (11/8/2025). 

    Rasio Pajak Stagnan, Rasio Utang Melonjak

    Realisasi penerimaan pajak semester 1/2025 tercatat di angka Rp831,3 triliun atau terkontraksi sebesar 7% dari realisasi semester 1/2024 yang tembus di angka Rp893,8 triliun. 

    Tren pelemahan dari sisi penerimaan pajak ini berisiko bagi stabilitas pengelolaan anggaran. Apalagi, pemerintah juga harus menghadapi potensi lonjakan utang untuk menutup celah fiskal yang ditimbulkan akibat shortfall penerimaan pajak.

    Dalam catatan Bisnis, pada tahun 2024 lalu total outstanding utang pemerintah mencapai Rp8.909,13 triliun atau 39,6% dari produk domestik bruto (PDB). Artinya jika mengacu data realisasi pembiayaan utang semester 1/2025, total utang pemerintah pusat telah menembus angka Rp9.224,5 triliun.

    Sementara itu, jika dihitung menggunakan outlook APBN 2025 yang mencapai Rp772,9 triliun, posisi utang pemerintah pusat (SBN dan pinjaman) kemungkinan menembus Rp9.682 triliun atau tumbuh 8,67% year on year (yoy). Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2025 di angka 5% atau sekitar Rp23.245,9 triliun, maka proyeksi rasio utang terhadap PDB pada 2025 berada di angka 41,6%. 

    Perbandingan Rasio Pajak Vs Rasio Utang

    Angka 41,6% menjadi yang tertinggi selama 9 tahun terakhir. Proyeksi ini bahkan melampaui realisasi rasio utang pada masa pandemi Covid-19 (2020-2021) yang bila berdasarkan data Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2024 berada di angka 39,4% – 41,1%.

    Persoalannya, tren lonjakan rasio utang yang nyaris mencetak rekor selama 9 tahun terakhir berbanding terbalik dengan kinerja rasio pajak yang justru stagnan bahkan cenderung menurun.

    Tahun ini, misalnya, pemerintah telah menetapkan bahwa outlook penerimaan pajak sebesar Rp2.076,9 triliun. Artinya dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5%, maka rasio pajak pada tahun 2025 kemungkinan akan berada di angka 8,9%.

    Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa rasio pajak, khususnya penerimaan pajak pusat yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak, tidak pernah melonjak signifikan. Angka rasio pajak selalu terjebak di kisaran 8% selama 9 tahun terakhir. Angka pastinya di 7,5% – 8,9%. 

  • Kewenangan Besar Sri Mulyani ‘Utak-atik’ Efisiensi Anggaran

    Kewenangan Besar Sri Mulyani ‘Utak-atik’ Efisiensi Anggaran

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terus menginjak rem efisiensi sebagai konsekuensi dari keterbatasan ruang fiskal akibat tersendatnya sektor pendapatan negara. Efisiensi belanja ini akan dialihkan untuk program prioritas pemerintah.

    Salah satu penguat berlanjutnya kebijakan efisiensi itu tampak dari implementasi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.56/2025 tentang Tata Cara Pelaksanaan Efisiensi Belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Beleid baru ini memberikan kewenangan besar kepada Menteri Keuangan. 

    Ada sejumlah perbedaan beleid tersebut dengan aturan yang diterbitkan sebelumnya, sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) No.1/2025. Pada PMK No.56/2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak mencantumkan pos anggaran belanja lainnya ke dalam pos anggaran yang kena efisiensi. 

    Dengan kata lain, ada pengurangan pos anggaran dari 16 menjadi 15 pos yang diefisiensi kalau membandingkannya dengan jumlah yang tertera dalam Surat Menkeu No: S-37/MK.02/2025. 

    Adapun kalau merujuk beleid baru tersebut, pos-pos anggaran yang kena efisiensi antara lain, alat tulis kantor; kegiatan seremonial; rapat, seminar, dan sejenisnya; kajian dan analisis; diklat dan bimtek; honor output kegiatan dan jasa profesi; percetakan dan souvenir; sewa gedung, kendaraan, dan peralatan.

    Selanjutnya, lisensi aplikasi; jasa konsultan; bantuan pemerintah; pemeliharaan dan perawatan; perjalanan dinas; peralatan dan mesin; infrastruktur.

    Melalui keterangan tertulis, Kemenkeu menjelaskan bahwa 15 item belanja yang tercantum dalam PMK No.56/2025 merupakan item belanja yang termasuk dalam kategori belanja barang dan modal. 

    Sementara itu, item belanja lainnya yang tercantum dalam S-37 menjadi target identifikasi rencana efisiensi yang dilakukan oleh kementerian/lembaga sebagaimana diatur juga dalam ketentuan yang sama pada Pasal 3 ayat (3) dan ayat (5). 

    “Di mana dibuka ruang untuk pemenuhan target efisiensi dari jenis belanja lain sesuai dengan arahan Presiden,” ujar Kepala Biro Layanan Komunikasi dan Informasi Kemenkeu Deni Surjantoro kepada Bisnis, Kamis (7/8/2025).

    Kewenangan Besar Sri Mulyani

    Untuk diketahui, PMK No.56/2025 khususnya pasal 3 ayat (3) mengatur bahwa “Jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi belanja barang, belanja modal, dan/atau jenis belanja lainnya sesuai arahan Presiden.”

    Kemudian, pasal 3 ayat (5) mengatur bahwa nantinya Bendahara Negara dapat menyesuaikan 15 item belanja yang diatur dalam PMK tersebut sesuai arahan Kepala Negara. 

    “Menteri Keuangan dapat melakukan penyesuaian item belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berdasarkan arahan Presiden,” demikian bunyi pasal 3 ayat (5). 

    Masih terkait dengan kewenangan penetuan efisiensi, Kemenkeu melalui keterangannya juga menjelaskan bahwa besaran efisiensi yang diatur dalam PMK No.56/2025 masih merujuk pada Instruksi Presiden (Inpres) No.1/2025 yang diterbitkan Presiden Prabowo di awal tahun lalu. 

    Hal itu lantaran dalam PMK terbaru dimaksud, belum adanya keterangan berapa besaran anggaran yang menjadi objek dari efisiensi. Sebelumnya, pada Inpres No.1/2025, efisiensi anggaran belanja negara tahun 2025 diatur sebesar Rp306,6 triliun yang terdiri dari Rp256,I triliun belanja pemerintah pusat dan Rp50,59 triliun transfer ke daerah. 

    Namun demikian, pada keterangan tertulis yang sama, Deni menyebut pihaknya belum membuat kebijakan penyisiran anggaran sejalan dengan terbitnya PMK No.56/2025.

    “Sampai saat ini belum ada kebijakan penyisiran ulang efisiensi anggaran kecuali yang sudah tercantum dalam Instruksi Presiden alias Inpres No.1/2025,” terangnya. 

    Adapun saat dimintai keterangan lebih lanjut, Rabu (6/8/2025), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih enggan menjelaskan. Usai mengikuti rapat kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, kemarin, Bendahara Negara langsung menuju mobilnya lantaran ada kegiatan yang harus diikutinya lagi. 

    “Aku nanti ada rapat. Terima kasih, ya,” ucapnya sebelum menutup pintu mobilnya dan bertolak pulang dari Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu(6/8/2025). 

    Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara juga merespons singkat. Dia menjelaskan bahwa kementeriannya bakal mengumumkan lebih lanjut soal implementasi PMK tersebut. 

    Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) itu menuturkan, efisiensi akan terus dilakukan karena merupakan keinginan setiap lembaga.  “Kalau efisiensi kan memang sudah menjadi keinginan kita setiap lembaga. Terus mencari efisiensi dalam anggaran. Jadi lanjut terus aja, dalam pelaksanaan, dalam perencanaan,” tuturnya di Istana Kepresidenan.

    Belanja Gagal Jadi Katalis Ekonomi?

    Adapun berdasarkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut sebesar 5,12% secara tahunan (yoy) dibandingkan kuartal II/2024. 

    PDB menurut pengeluaran berupa belanja pemerintah tumbuh negatif 0,33% secara tahunan (yoy) dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan itu semakin merosot dari kuartal I/2024, yakni hanya 1,24% yoy. Efisiensi anggaran sesuai Inpres No.1/2025 memang diterapkan pada periode tersebut. 

    Sebagai respons, Menkeu Sri Mulyani sebelumnya mempercepat realisasi belanja pemerintah yang sebelumnya tertahan. Hal itu kendati statistik menunjukkan tuahnya belum dirasakan setidaknya hingga kuartal II/2025.

    Per akhir Maret 2025, atau akhir kuartal I/2025 ketika blokir anggaran kementerian/lembaga dibuka, Sri Mulyani memaparkan bahwa belanja negara terakselerasi hingga Rp516,1 triliun. Dia menjelaskan pada Januari hingga Februari 2025 atau dalam dua bulan, realisasi belanja pemerintah baru mencapai Rp316,9 triliun. Secara rata-rata, per bulannya belanja senilai Rp158,45 triliun.  

    Artinya, pada Maret saja pemerintah telah membelanjakan Rp200 triliun dari APBN, lebih tinggi dari rata-rata dua bulan sebelumnya.   

    “Ini menggambarkan pada Maret terjadi akselerasi belanja. Kabinet yang baru sudah fokus menjalankan programnya, sudah tidak transisi,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (30/4/2025). 

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

    Adapun penurunan belanja pemerintah secara tahunan, juga disebut pemerintah karena faktor musiman. Saat kuartal II/2024, belanja pemerintah digelontorkan akibat Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 serentak. 

    “Konsumsi pemerintah dibandingkan tahun lalu memang minus 0,33%, karena tahun lalu ada Pemilu sehingga government spending-nya besar,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada konferensi pers, Selasa (5/8/2025).

    Menko Perekonomian sejak 2019 itu menyebut ke depan pemerintah akan mendorong konsumsi guna meningkatkan utilitas serta penciptaan lapangan pekerjaan. Beberapa yang sudah diumumkan adalah stimulus ekonomi pada kuartal III/2025 sebesar Rp10,8 triliun, setelah sebelumnya digelontorkan Rp24,44 triliun. 

    Kemudian, pemerintah juga akan menyiapkan di antaranya paket stimulus untuk Libur Natal dan Tahun Baru. “Hingga tentu ke depan kita terus mendorong konsumsi untuk meningkatkan utilitas dan menciptakan lapnagan kerja untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang,” terang mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.

    Namun demikian, Direktur Ekonomi Digital pada Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai belanja negara sudah gagal memberikan dampak yang signifikan. Hal itu kendati sudah ada anggaran yang sebagian dibuka oleh pemerintah. 

    “Pertumbuhan pengeluaran pemerintah masih minus atau terkontraksi. Padahal seharusnya ketika daya beli masyarakat masih turun, belanja pemerintah bisa menjadi stimulus yang tepat bagi perekonomian,” katanya kepada Bisnis, Kamis (7/8/2025). 

    Nailul menyebut efek dari efisiensi pada awal 2025 berdampak negatif terhadap perekonomian, setidaknya hingga kuartal II/2025. Untuk itu, dia mendorong agar pemerintah bisa mendorong belanja di sektor perhotelan atau sektor transportasi yang dinilai bisa menjadi stimulus bagi ekonomi daerah. 

    “Maka, saya berharap pemerintah melakukan stimulus perekonomian di triwulan III dan IV tahun ini dengan melakukan belanja modal dan barang yang dapat menggerakan perekonomian,” tuturnya.

    Apa Imbasnya ke Penerapaan Negara?

    Sebelumnya, data APBN dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak semester I/2025 berada di level Rp831,3 triliun. Terjadi kontraksi sebesar 7% yoy dari semester I/2024 yang sebelumnya senilai Rp893,8 triliun. 

    Sebelumnya, outlook APBN 2025 terkait dengan penerimaan pajak yakni sebesar Rp2.076,9 triliun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5%. 

    Pranjul Bhandari, Chief Indonesia and India Economist dari HSBC Global Research mengatakan bahwa turunnya penerimaan negara pada paruh pertama 2025 disebabkan oleh perubahan kebijakan perpajakan korporasi dan sistem baru yang diperkenalkan (Coretax). 

    Namun, Pranjul memperkirakan pemerintah bakal menghimpun penerimaan negara yang meningkat pada semester II/2025. 

    “Saya rasa paruh kedua 2025 kita akan melihat pertumbuhan penerimaan, yang naik dibandingkan paruh pertama,” ujarnya pada media briefing secara daring, Jumat (8/8/2025). 

    Dengan penerimaan yang naik Juli-Desember 2025, maka pemerintah memiliki peluang untuk mendorong belanja lebih besar. Pranjul pun melihat, rencana-rencana pemerintah untuk menyalurkan kembali stimulus ekonomi maupun perpanjangan periode insentif yang telah disampaikan menunjukkan rencana pemerintah untuk menggeber belanja. 

    Kepala Ekonom HSBC untuk Indonesia dan India itu menilai, outlook defisit APBN yang direvisi dari awalnya 2,5% terhadap PDB ke sekitar 2,8% terhadap PDB menunjukkan bahwa pemerintah terbuka untuk lebih fleksibel dalam belanja. 

    Sekadar informasi, pada Juli 2025 lalu, Sri Mulyani telah melaporkan ke Prabowo bahwa outlook defisit APBN adalah 2,78% terhadap PDB. 

    “Bagi saya itu artinya pemerintah sedikit lebih terbuka untuk belanja, dengan saat yang sama masih menaati batas 3% defisit. Yang mana bagi saya adalah kabar baik untuk pertumbuhan ekonomi,” pungkas Pranjul.

  • Kala BPS Diadukan ke PBB soal Data Pertumbuhan Ekomi RI 5,12%

    Kala BPS Diadukan ke PBB soal Data Pertumbuhan Ekomi RI 5,12%

    Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengirimkan surat permintaan investigasi pada Badan Statistik PBB yakni United Nations Statistics Division (UNSD) dan United Nations Statistical Commission.

    Surat itu dilayangkan karena data pertumbuhan kuartal II 2025 yang dirilis BPS menimbulkan indikasi adanya perbedaan dengan kondisi riil perekonomian Indonesia.