Kementrian Lembaga: BPS

  • AirAsia Buka Rute Penerbangan Semarang-Kuala Lumpur

    AirAsia Buka Rute Penerbangan Semarang-Kuala Lumpur

    Bisnis.com, JAKARTA – Airasia membuka rute baru Kuala Lumpur–Semarang seiring dengan kembalinya Bandara Jenderal Ahmad Yani mengoperasikan penerbangan internasional.

    CEO AirAsia Malaysia, Dato’ Captain Fareh Mazputra mengatakan Indonesia menjadi pasar internasional terpenting bagi perusahaan. Ekspansi rute tersebut turut menambah pilihan destinasi AirAsia di Indonesia.

    “Kami bangga terus menjadi maskapai asing berbiaya hemat yang menghubungkan Malaysia dan Indonesia,” kata Fareh dalam siaran pers, Minggu (7/9/2025).

    Dia menambahkan Semarang menjadi salah satu jaringan kota sekunder yang memiliki potensi warisan budaya seperti Kota Lama, Lawang Sewu, Klenteng Sam Poo Kong, serta kuliner ikonik lumpia.

    AirAsia Malaysia saat ini melayani 17 destinasi di Indonesia langsung dari Kuala Lumpur, mulai dari Jakarta, Bali (Denpasar), Medan, Yogyakarta, Banda Aceh, Makassar, Padang, Pekanbaru, Balikpapan, Labuan Bajo, Lombok, Palembang hingga Semarang.

    Adapun, layanan penerbangan ke Pontianak akan segera dimulai pada 12 September 2025. Selain dari Kuala Lumpur, AirAsia juga mengoperasikan penerbangan langsung dari Kuching ke Pontianak serta dari Penang ke Jakarta.

    Sebelumnya, Indonesia AirAsia menambah tiga rute penerbangan domestik dari Balikpapan yakni menuju Surabaya (SUB), Tarakan (TRK), dan Berau (BEJ).

    Senior Executive Sales Office Indonesia AirAsia, Andriansyah mengatakan berdasarkan data BPS pada periode Januari-Mei 2025, potensi pasar domestik menunjukkan tren yang positif. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara ke Kalimantan Timur mencapai lebih dari 6,5 juta, sementara Kalimantan Utara mencatat sekitar lebih dari 640 ribu perjalanan.

    “Tingginya mobilitas ini menunjukkan permintaan yang kuat terhadap aksesibilitas ke wilayah Kalimantan, sekaligus memperkuat relevansi kehadiran rute-rute baru Indonesia AirAsia dari Balikpapan ke Surabaya, Berau, dan Tarakan, baik untuk mendukung sektor pariwisata maupun konektivitas antar wilayah,” kata Andriansyah dalam keterangannya, dikutip Senin (25/8/2025).

    Dia menambahkan ketiga rute tersebut akan mulai beroperasi pada awal Oktober 2025 dan diharapkan dapat mendukung mobilitas masyarakat serta mendorong pertumbuhan pariwisata dan perekonomian di wilayah Kalimantan dan sekitarnya.

    Balikpapan, lanjutnya, dikenal sebagai kota industri dan energi yang juga menjadi pintu gerbang menuju Ibu Kota Nusantara (IKN), serta menawarkan daya tarik wisata alam seperti Pantai Kemala dan Hutan Mangrove Margomulyo.

    Adapun, Berau berperan sebagai akses utama menuju destinasi wisata bahari unggulan di Kalimantan Timur, termasuk Kepulauan Derawan, Maratua, dan Kakaban, yang tersohor akan keindahan bawah lautnya.

    Terakhir, Tarakan menjadi kota terbesar di Kalimantan Utara, memiliki peran penting dalam konektivitas perdagangan dan logistik di wilayah perbatasan, serta menyimpan potensi wisata alam dan budaya yang terus berkembang.

  • Penyaluran Beras SPHP Baru 327 Ribu Ton, 22% dari Target

    Penyaluran Beras SPHP Baru 327 Ribu Ton, 22% dari Target

    Jakarta

    Pemerintah melalui Perum Bulog terus mengintervensi kenaikan harga beras di pasaran melalui penyaluran beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Dalam hal ini pemerintah sudah menyiapkan kuota 1,5 juta ton beras SPHP untuk operasi pasar.

    Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, mengungkapkan pihaknya telah menyalurkan 327.718 ton beras per hari ini. Jumlah ini setara 22% dari kuota yang telah ditetapkan pemerintah.

    “Total kami hari ini sampai 327.718 ton, yaitu setara dengan 22% dari total 1,5 juta ton yang diperintahkan kepada kami,” kata Ahmad saat mengunjungi Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Jakarta Utara, Sabtu (6/9/2025).

    Ia mengatakan penyaluran SPHP ini dilakukan melalui berbagai saluran seperti pengecer di pasar-pasar tradisional, Koperasi Desa Merah Putih, melalui lembaga pemerintah seperti Kementerian hingga TNI-Polri, outlet binaan BUMN dan Bulog, hingga retail modern.

    “Memang kan yang namanya penyaluran, distribusinya kan perlu waktu, tidak bisa langsung. Sedangkan yang butuh kan besar, demand-nya besar, penyalurannya yang kami akan masif kan,” tegasnya.

    Untuk diketahui, beras SPHP merupakan produk pemerintah yang diproduksi oleh Perum Bulog. Beras SPHP berasal dari penyerapan yang dilakukan pemerintah melalui Perum Bulog dari petani.

    Dalan prosesnya, harga beras SPHP akan menyesuaikan HET masing-masing daerah yang dibagi tiga zona. Misalnya untk zona 1 HET Rp 12.500/kg terdiri dari Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.

    Beras SPHP didistribusikan ke pasar tradisional dan ritel modern dengan penjualan sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium Rp 12.500/kg. Biasanya beras SPHP dijual dalam kemasan 5 kg, jadi harganya di pasaran Rp 62.000.

    Dalam catatan detikcom, penyaluran beras murah ini diprioritaskan untuk wilayah-wilayah yang mengalami kenaikan harga beras. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 214 kabupaten/kota tercatat mengalami kenaikan harga beras pada minggu keempat Agustus 2025.

    (igo/fdl)

  • Kelola Momentum Bonus Demografi, Lamhot: Alumni Untirta Harus Beri Kontribusi Nyata
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        6 September 2025

    Kelola Momentum Bonus Demografi, Lamhot: Alumni Untirta Harus Beri Kontribusi Nyata Nasional 6 September 2025

    Kelola Momentum Bonus Demografi, Lamhot: Alumni Untirta Harus Beri Kontribusi Nyata
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Lamhot Sinaga menegaskan bahwa momentum bonus demografi yang tengah dialami Indonesia harus dikelola secara tepat agar menjadi pendorong kemajuan bangsa.
    Saat ini, Indonesia berada pada fase bonus demografi dengan 70 persen populasi tergolong usia produktif antara 15–64 tahun. Kondisi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2030–2040 ketika 24 persen penduduk Indinesia atau 65,8 juta jiwa adalah pemuda.
    Lamhot menekankan bahwa bonus demografi adalah peluang emas dan tidak datang dua kali. Karena itu, jika tidak dikelola dengan strategi yang matang, peluang ini akan berubah menjadi beban.
    “Kuncinya ada pada penyediaan lapangan kerja berkualitas, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan investasi pada pendidikan serta kesehatan generasi muda,” ujarnya dalam siaran persnya, Sabtu (6/9/2025).
    Pernyataan tersebut disampaikan Lamhot dalam pidatonya di acara Pelantikan Pengurus Wilayah IKA Untirta Provinsi Lampung.
    Dalam kesempatan itu, ia juga mengingatkan pentingnya partisipasi semua elemen masyarakat, termasuk kalangan intelektual dan alumni perguruan tinggi.
    “IKA Untirta harus ikut memberikan kontribusi nyata untuk membantu pemerintah. Peran alumni perguruan tinggi sangat vital dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, baik melalui gagasan, karya, maupun jejaring strategis,” tegas Lamhot.
    Ia menyebutkan dua bidang yang dapat menjadi ruang kontribusi.
    Pertama
    , inovasi teknologi dan digitalisasi industri untuk mempercepat transformasi ekonomi.
    Kedua
    , pendidikan, pelatihan, dan pengembangan kewirausahaan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
    “Keduanya juga harus ditunjang dengan kolaborasi riset dan industri untuk menciptakan produk bernilai tambah, termasuk pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian rakyat,” kata Lamhot.
    Sebagai Ketua IKA Untirta sekaligus Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Lamhot juga menyoroti kondisi ekonomi nasional.
    Ia memaparkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa kinerja ekonomi Indonesia relatif stabil dibandingkan sejumlah negara mitra dagang utama.
    Berdasarkan data pada kuartal III-2025, sektor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri pengolahan atau manufaktur, pertanian, konstruksi, serta sektor informasi dan komunikasi.
    “Pertumbuhan ini tidak semata digerakkan oleh pengadaan barang dan jasa pemerintah, tetapi juga karena sektor riil bergerak tumbuh sehat. Industri manufaktur, yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, menjadi motor utama yang menopang ketahanan ekonomi kita,” jelas Lamhot.
    Menurutnya, arah kebijakan ekonomi Indonesia sudah berada di jalur yang tepat, tetapi perlu konsistensi dengan fokus pada kegiatan hilirisasi industri, peningkatan daya saing ekspor, dan penguatan ketahanan energi yang harus terus dikawal.
    “Dengan begitu, bonus demografi benar-benar akan menjadi modal pembangunan menuju Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia di 2045,” ucapnya.
    Sebagai informasi, acara pelantikan IKA Untirta Provinsi Lampung dihadiri juga oleh Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti dan Wakil Gubernur Provinsi Lampung Jihan Nurlela.
    Selain itu, hadir pula sejumlah anggota DPR RI dari Dapil Lampung, antara lain Chusnunia Halim, Hanan A. Rozak, dan Rycko Mendoza, serta para pengurus wilayah IKA Provinsi Lampung masa bakti 2025-2030 yang dipimpin Mohammad Hatta.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ada Maulid Nabi di Monas, Penumpang Diminta Turun di Stasiun Alternatif

    Ada Maulid Nabi di Monas, Penumpang Diminta Turun di Stasiun Alternatif

    Bisnis.com, JAKARTA — VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengimbau masyarakat yang akan menggunakan KRL menuju acara Maulid Nabi di kawasan Monas maupun tujuan lainnya, untuk memilih stasiun alternatif. 

    Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Doa Bersama di Jakarta berpusat di kawasan Monas pada Sabtu sore, (6/9/2025). Joni memperkirakan tingginya antusiasme masyarakat yang akan hadir ke lokasi kegiatan ini menggunakan Commuter Line.  

    Untuk itu, KAI Commuter mengambil langkah-langkah yang diperlukan, terutama untuk menjaga keselamatan dan keamanan para penggunanya. KAI Commuter juga akan mengoperasikan sebanyak 1.063 perjalanan Commuter Line Jabodetabek sebagai langkah antisipasi.  

    “Hal ini dikarenakan Commuter Line diperkirakan akan lebih banyak digunakan oleh masyarakat, mengingat lokasi stasiun yang dekat dengan tempat kegiatan,” jelas Joni dalam keterangan resmi, Sabtu (6/9/2025). 

    Adapun, stasiun Juanda dan Gondangdia yang berlokasi di sekitar kawasan Monas diperkirakan menjadi stasiun tujuan untuk menuju lokasi kegiatan dan sebagai stasiun keberangkatan pengguna usai kegiatan tersebut. Untuk itu KAI Commuter mengimbau untuk mencari stasiun alternatif lainnya sebagai stasiun untuk naik dan turun.

    Stasiun Sawah Besar dan Cikini sebagai stasiun alternatif untuk lintas Bogor, sedangkan untuk stasiun alternatif dari lintas Cikarang adalah Stasiun Sudirman dan BNI City. 

    Sementara itu untuk lintas Tangerang adalah Stasiun Duri dan lintas Rangkasbitung adalah Stasiun Tanah Abang. Pengguna bisa memilih stasiun tersebut sebagai stasiun alternatif untuk naik dan turun menuju atau dari lokasi kegiatan.

    Untuk antisipasi keramaian pengguna, KAI Commuter juga menambah 41 personel layanan di stasiun-stasiun sekitar lokasi kegiatan. Di Stasiun Juanda, menyiagakan 24 petugas dan di Stasiun Gondangdia sebanyak 17 petugas.

    “Petugas juga akan melakukan penyekatan di hall stasiun untuk membatasi kepadatan di peron serta memastikan keamanan dan keselamatan pengguna Commuter Line,” tambah Joni.

    KAI Commuter mengimbau seluruh pengguna untuk tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan, serta selalu ikuti arahan petugas di stasiun. Bagi pengguna yang menunggu di area peron, diminta untuk mendahulukan penumpang yang akan keluar, tidak melewati garis aman, dan menghindari menghalangi penumpang yang keluar dari Commuter Line.

    “KAI Commuter juga mengimbau masyarakat untuk selalu menjadi pengguna yang tertib demi keselamatan bersama serta selalu menjaga fasilitas umum,” tutup Joni.

    Adapun, angkutan umum massa KRL menjadi pilihan utama masyarakat dalam beraktivitas. 

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang kereta di Jawa dan non-Jawa termasuk kereta bandara, MRT, LRT, dan kereta cepat Whoosh, yang berangkat pada bulan Juli 2025 sebanyak 50,1 juta orang atau naik 9,85% dibanding bulan sebelumnya. 

    Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah penumpang Jabodetabek yang merupakan penumpang pelaju (commuter), yaitu sebanyak 31,4 juta orang atau 62,67% dari total penumpang angkutan kereta. 

  • Modal Asing Rp16,85 Triliun Kabur usai Gejolak Politik di RI

    Modal Asing Rp16,85 Triliun Kabur usai Gejolak Politik di RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat sebanyak Rp16,85 triliun modal asing keluar dari pasar keuangan Tanah Air pada 1—3 September 2025 atau usai aksi demonstrasi di berbagai daerah, menolak kenaikan tunjangan anggota DPR hingga kecaman aksi aparat.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso merincikan bahwa terdapat investor asing ramai-ramai menjual aset di pasar saham, surat berharga negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    “Berdasarkan data transaksi 1—3 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp16,85 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp3,87 triliun di pasar saham, Rp7,69 triliun di pasar SBN dan Rp5,29 triliun di SRBI,” rinci Denny dalam keterangannya, dikutip Sabtu (6/9/2025).

    Sementara itu, selama tahun ini atau 1 Januari—3 September 2025, masih lebih banyak aliran modal investor asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia atau minus Rp90,14 triliun. Perinciannya, jual neto sebesar Rp51,78 triliun di pasar saham, jual neto sebesar Rp106,38 triliun di SRBI, dan beli neto Rp68,02 triliun di pasar SBN.

    Sejalan dengan perkembangan tersebut, premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun tercatat di angka 71,57 basis poin (bps) per 3 September, naik dibandingkan 69,52 bps pada 29 Agustus.

    Di sisi lain, tingkat imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun tercatat turun sedikit ke 6,35% pada Kamis (4/9/2025) dari level 6,38% pada Rabu (3/9/2025). Sebagai perbandingan, imbal hasil UST (US Treasury) Note 10 tahun berada di level 4,217% pada Rabu (3/9/2025).

    Sementara itu, nilai tukar rupiah tercatat dibuka melemah ke posisi Rp16.430 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/9/2025) dari posisi Rp16.410 per dolar AS pada penutupan Rabu (3/9/2025).

    “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” tutup Denny.

  • Masih Ngerasa Pas-pasan? Ini 5 Tanda Kamu Sebenarnya Masuk Kelas Menengah

    Masih Ngerasa Pas-pasan? Ini 5 Tanda Kamu Sebenarnya Masuk Kelas Menengah

    Jakarta

    Masih sering merasa gaji cuma numpang lewat, padahal penghasilan sudah stabil? Bisa jadi kamu sebenarnya sudah masuk kelas menengah. Tapi, apa sih ciri-ciri orang kelas menengah? Apakah kamu salah satunya? Yuk cek faktanya!

    Kelas menengah sering disebut sebagai tulang punggung ekonomi suatu negara. Mereka bukan orang kaya, tapi juga bukan golongan miskin. Namun, garis batas siapa yang masuk kelas menengah kadang samar, apalagi di tengah perubahan gaya hidup dan biaya hidup yang terus naik.

    Menurut Scott Allen, pakar keuangan pribadi sekaligus pendiri Seniors Life Insurance Finder, kelas menengah biasanya punya penghasilan stabil, hidup cukup, dan sedikit ruang untuk bersenang-senang. Bedanya dengan kelas menengah atas? Mereka punya uang lebih untuk menabung, berlibur, bahkan membeli properti tambahan.

    Kalau kamu penasaran, ini 5 tanda kamu sebenarnya masuk kelas menengah atau menengah atas:

    1. Stabil Secara Finansial

    Tidak hidup pas-pasan adalah ciri khas kelas menengah. Artinya, penghasilanmu cukup untuk kebutuhan dasar, punya tabungan, bahkan investasi kecil. Bedanya, kelas menengah atas biasanya punya dana ekstra untuk liburan, membeli barang mewah, hingga pensiun lebih cepat.

    2. Punya Pendidikan yang Layak

    Mayoritas kelas menengah punya setidaknya gelar sarjana. Pendidikan ini biasanya jadi pintu untuk pekerjaan bergaji lebih baik. Kelas menengah atas? Lebih mungkin punya gelar lanjutan dan akses ke karier elit.

    Ilustrasi Rumah Foto: Getty Images/Thomas Northcut3. Memiliki Rumah

    Kepemilikan rumah sering jadi simbol keamanan finansial. Orang kelas menengah biasanya punya satu rumah, sementara kelas menengah atas bisa punya properti kedua atau rumah investasi.

    4. Akses Layanan Kesehatan Berkualitas

    Kelas menengah biasanya punya asuransi tambahan selain BPJS. Bedanya, kelas menengah atas lebih leluasa memilih layanan premium tanpa khawatir biaya.

    5. Punya Jaringan Sosial yang Kuat

    Relasi itu penting. Orang kelas menengah dan menengah atas punya koneksi yang membuka peluang karier, bisnis, bahkan akses ke klub sosial eksklusif seperti golf atau padel.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kelas menengah di Indonesia tahun ini tahun ini sebanyak 46,85 juta jiwa. Angka itu turun sejak 2019yang berjumlah 57,33 juta jiwa. Foto: Pradita UtamaKenapa Ini Penting?

    Dengan biaya hidup yang terus naik, definisi kelas menengah juga ikut berubah. Jadi, kalau kamu merasa pas-pasan padahal punya rumah, asuransi, dan penghasilan stabil, besar kemungkinan kamu sudah masuk kelas menengah.

    Kalau kamu sudah di level ini, langkah selanjutnya adalah bagaimana naik kelas ke menengah atas-mulai dari investasi, pengelolaan utang, hingga membangun koneksi.

    (igo/fdl)

  • Resiliensi Perdagangan RI-India di Tengah Guncangan Tarif Impor AS

    Resiliensi Perdagangan RI-India di Tengah Guncangan Tarif Impor AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia dengan India mencatatkan surplus pada Januari-Juli 2025. Tren positif itu terjadi di tengah penurunan harga komoditas serta ketidakpastian ekonomi akibat penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS).

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, India menjadi negara penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar Indonesia kedua setelah AS pada tujuh bulan pertama 2025. Secara berurutan, Indonesia memperoleh surplus nonmigas dari AS (US$12,13 miliar), India (US$8,13 miliar), serta Filipina (US$5,07 miliar). 

    Surplus nonmigas terbesar yang disumbangkan India berasal dari penjualan bahan bakar mineral US$3,29 miliar, lemak dan minyak hewani/nabati US$2,20 miliar serta besi dan baja US$900 juta dari Indonesia. 

    India juga adalah negara terbesar ketiga tujuan ekspor nonmigas Indonesia, apabila merujuk data BPS per Juli 2025. Nilai ekspornya mencapai US$1,89 miliar dan tumbuh 15,23% dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

    Nilai ekspor ke India pada Juli 2025 itu saja sudah masih lebih besar apabila dibandingkan dengan keseluruhan ekspor Indonesia ke Uni Eropa, yang tercatat sekitar US$1,71 miliar. 

    TANTANGAN HUBUNGAN INDONESIA-INDIA

    Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memperkirakan tantangan ke depan akan semakin besar setelah penerapan tarif impor oleh AS. Bagi Indonesia, para eksportir sudah melakukan pengiriman barang lebih cepat (frontloading) ke AS sebelum berlakunya tarif impor bulan lalu. 

    Hal itulah yang membuat kinerja ekspor Indonesia Juli 2025 tercatat sebesar US$24,75 miliar atau melesat hingga 9,86% dari Juli 2024. Ekspor itu ditopang oleh komoditas nonmigas yang mencapai US$23,81 miliar, dengan pertumbuhan tembus 12,83% dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

    “Itu juga yang membantu ekspor kita meningkat di bulan lalu termasuk juga dibantu oleh pemulihan harga CPO. Ke depan ini kan mulai diterapkan tarif dan mungkin akan berpengaruh juga ke demand. Jadi kami melihat mungkin outlook-nya untuk trade balance ini mungkin akan enggak setinggi yang sebelum-sebelumnya. Akan mengecil,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Sabtu (6/9/2025). 

    Akibatnya, David memperkirakan kinerja surplus neraca dagang Indonesia pada akhir tahun ini nantinya bakal menyusut akibat penerapan tarif impor sebesar 19% itu. 

    “Proyeksinya surplus perdagangan menyusut dari US$31 miliar 2024 ke sekitar US$25 miliar di 2025,” terang David. 

    Adapun di India, pemerintah juga sudah bersiap-siap untuk memberikan bantuan kepada eksportir yang terdampak tarif 50% oleh AS. Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman menyebut pemerintah akan menyalurkan bantuan untuk meringankan beban eksportir.

    “Pemerintah akan melakukan sesuatu untuk membantu mereka yang terdampak oleh tarif 50%,” ujar Nirmala kepada CNBC TV18, dikutip dari Reuters, Jumat (5/9/2025). 

    Sebagaimana diketahui, Indonesia dan India adalah di antara negara ekonomi terbesar di dunia yang turut terdampak tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. AS, serta Indonesia dan India juga adalah negara anggota G20. Negara Paman Sam itu mengenakan tarif impor ke barang-barang dari Indonesia sebesar 19%, sedangkan dari India 50%. Tarif itu diberlakukan Agustus 2025. Namun demikian, di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan akibat tarif tersebut, perdagangan antara Indonesia dan India mencatatkan tren positif. 

  • Menjaga Kelas Menengah dalam Perlindungan Negara

    Menjaga Kelas Menengah dalam Perlindungan Negara

    Jakarta

    Kelas menengah Indonesia tengah berada dalam posisi rentan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah mereka menyusut dari 57,33 juta orang atau 21,45% dari total penduduk pada 2019, menurun menjadi 47,85 juta orang atau 17,13% pada 2024. Penurunan sekitar 9,5 juta orang ini menandakan tekanan ekonomi yang nyata: kenaikan biaya hidup dan fluktuasi daya beli membuat kelompok ini sulit mempertahankan posisi ekonominya. Padahal, mereka menopang hampir 40% dari total konsumsi nasional. Hilangnya daya beli mereka senilai triliunan rupiah setiap tahun memperlambat roda konsumsi dan berpotensi mengguncang stabilitas ekonomi.

    Secara historis, kelas menengah bawah telah memperoleh manfaat dari berbagai bentuk subsidi, meskipun secara formal tidak dikategorikan sebagai bantuan sosial. Subsidi ini mencakup energi, seperti BBM, listrik, dan LPG 3 kilogram, serta sektor pendidikan dan kesehatan.

    Namun, mekanisme penyalurannya bersifat tidak langsung dan menunjukkan tingkat efisiensi yang rendah, sehingga sebagian besar manfaat sering kali “bocor” ke kelompok berpenghasilan lebih tinggi. Akibatnya, kelompok yang paling rentan, termasuk sebagian kelas menengah bawah, sering kali tidak memperoleh perlindungan yang memadai, sehingga efektivitas intervensi kebijakan dalam mencapai target distribusi kesejahteraan menjadi terbatas.

    Karena itu, langkah Presiden Prabowo Subianto patut di cermati secara seksama. Ia tidak sekadar mempertahankan subsidi yang penting bagi kesejahteraan rakyat, tetapi juga mulai mengarahkan belanja negara agar manfaatnya lebih langsung dan terukur.

    Dalam RAPBN 2026, alokasi untuk belanja sosial dan pemberdayaan ekonomi mencapai lebih dari Rp1.300 triliun, dengan mekanisme yang diperketat agar tidak berhenti di tingkat pemerintah daerah.

    Selama ini, penyaluran melalui pemerintah daerah sering menghadapi birokrasi panjang dan kompleks, sehingga efektivitas anggaran kerap tergerus. Keterbatasan kapasitas pemerintah daerah dalam menerjemahkan prioritas program nasional juga mengurangi dampak langsung bagi masyarakat.

    Menyadari hal ini, Presiden Prabowo mengarahkan lebih banyak program melalui Kementerian/Lembaga, sekaligus mendorong pemerintah daerah untuk berkolaborasi secara intens dengan K/L terkait agar program tepat sasaran di masing-masing wilayah.
    Unsur ketepatan sasaran menjadi sorotan utama Presiden.

    Dalam pidato nota keuangan RAPBN 2026 di hadapan Sidang Tahunan MPR RI dan Rapat Paripurna DPR-DPD RI, Presiden menegaskan kembali komitmennya untuk menurunkan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem secepat mungkin, dengan prinsip yang berulang-ulang ia tekankan: “Tepat Sasaran!”. Sebagai langkah strategis, ia meluncurkan Data Terpadu Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN), sebuah institusi data khusus yang dirancang untuk memastikan seluruh bantuan pemerintah, seperti Program Keluarga Harapan dapat sampai kepada kelompok miskin dan rentan secara cepat, efisien, dan dengan akurasi tinggi.

    Dengan mekanisme ini, upaya pengentasan kemiskinan tidak hanya lebih efektif, tetapi juga mampu menjawab masalah klasik distribusi yang selama ini menjadi hambatan utama keberhasilan program sosial.

    Dengan pola baru ini, rakyat di daerah akan lebih cepat merasakan manfaatnya. Apalagi, pemerintah juga memperkuat DTSEN (Data Terpadu Sistem Ekonomi Nasional) untuk memastikan bahwa sasaran penerima di seluruh pelosok, termasuk kelas menengah di daerah, lebih tepat dan akurat.

    Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kelas menengah secara eksplisit masuk dalam skema bantuan sosial. Diskon tarif listrik yang biasanya hanya berlaku untuk pelanggan PLN 450-1.300 VA, sejak awal 2025 diperluas hingga 2.200 VA. Dampaknya besar: sekitar 85% rumah tangga tercakup, termasuk keluarga kelas menengah di perkotaan maupun daerah.

    Langkah ini, menurut Anggota Dewan Ekonomi Nasional Arief Anshory Yusuf, adalah tonggak penting. Pemerintah mengakui bahwa tekanan ekonomi tidak hanya dirasakan rakyat miskin, tetapi juga kelas menengah. Konteksnya pun sejalan dengan praktik global, di mana banyak negara menempatkan middle class sebagai sasaran perlindungan agar konsumsi tetap hidup dan stabilitas ekonomi terjaga.

    Dampak dari perubahan pola distribusi anggaran ini akan terasa paling nyata di daerah. Selama ini, masyarakat desa maupun kota kecil kerap hanya menerima “sisa” manfaat dari program pemerintah pusat, sehingga tujuan pembangunan tidak tersalurkan secara merata. Dengan mekanisme baru, alokasi anggaran dari pusat diharapkan sampai ke tangan rakyat lebih bersih, lebih cepat, dan tanpa banyak tergerus birokrasi di jalan.

    Bagi kelas menengah bawah di daerah, langkah ini memiliki arti strategis. Kelompok ini sering tidak tergolong miskin sehingga jarang tersentuh bantuan sosial, tetapi pada saat yang sama daya belinya juga mudah terguncang akibat kenaikan harga pangan, biaya pendidikan, atau cicilan rumah. Dengan subsidi dan bantuan langsung yang lebih tepat sasaran, konsumsi di pasar lokal tetap hidup, UMKM dapat bertahan, dan stabilitas ekonomi daerah terjaga. Ini menegaskan bahwa kebijakan fiskal bukan sekadar angka di RAPBN, tetapi instrumen nyata untuk menjaga keseimbangan sosial-ekonomi.

    Meski demikian, beberapa catatan penting patut diperhatikan. Pertama, subsidi tetap krusial, namun harus diarahkan secara tepat agar tidak “bocor” ke kelompok yang tidak membutuhkan. Reformasi pola subsidi bukan sekadar pilihan, melainkan langkah mutlak untuk meningkatkan efektivitas intervensi pemerintah.

    Kedua, bantuan sosial hanyalah bantalan jangka pendek; untuk keberlanjutan, kelas menengah bawah memerlukan pekerjaan yang stabil, akses rumah yang terjangkau, serta biaya pendidikan dan layanan kesehatan yang terkendali. Ketiga, distribusi anggaran harus transparan dan akuntabel; pemindahan jalur ke Kementerian/Lembaga tidak boleh menciptakan birokrasi baru yang sama tidak efisiennya, karena tujuan utama tetap memastikan setiap rupiah belanja sosial sampai kepada mereka yang membutuhkan.

    Kebijakan ini menunjukkan kesadaran pemerintah bahwa pembangunan ekonomi bukan sekadar pertumbuhan angka, tetapi soal kemampuan masyarakat untuk merasa aman dan sejahtera.

    Kelas menengah bawah bukan hanya pembayar pajak, tetapi juga motor konsumsi yang menopang pasar lokal dan menjaga stabilitas ekonomi. Menjaga daya beli mereka berarti menjaga fondasi sosial dan ekonomi bangsa, sekaligus membangun kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan negara untuk menghadirkan pemerintahan yang adil dan berkelanjutan.

    Inilah esensi pembangunan ekonomi sejati: menempatkan manusia sebagai pusat, bukan sekadar angka statistik. Keberhasilan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan semata, tetapi dari sejauh mana rakyat, khususnya kelas menengah bawah, merasakan aman, sejahtera, dan memiliki masa depan yang jelas.

    Piter Abdullah, Policy and Program Director Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti)

    (yld/yld)

  • Penerbangan Domestik Kalah Saing dari Internasional, Ini Kata Pengamat

    Penerbangan Domestik Kalah Saing dari Internasional, Ini Kata Pengamat

    Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan penumpang angkutan udara domestik mencatatkan penyusutan sepanjang tahun berjalan sebesar 6,13% pada Januari—Juli 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, penerbangan internasional tumbuh 9,94%. 

    Pemerhati Penerbangan Alvin Lie mengatakan penurunan jumlah penumpang sejalan dengan menyusutnya rute domestik dari periode sebelum pandemi Covid-19 atau pada 2019 yang sebanyak 444 rute menjadi 312 pada 2024. Penurunan tersebut pun diikuti dengan terputusnya konektivitas domestik dari sebelumnya menghubungkan 145 kota di Indonesia, menjadi hanya 118. 

    “Indikasinya airline tidak berminat untuk melayani rute dalam negeri karena tidak menguntungkan,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (5/9/2025). 

    Menurutnya, sumber masalah tersebut berasal dari tarif batas atas (TBA) yang tidak disesuaikan dengan kenaikan biaya-biaya operasi sejak 6 tahun lalu atau 2019. Alhasil, rute-rute yang jelas rugi mengalami pemotongan. Maskapai pun mengurangi frekuensinya atau bahkan berhenti sama sekali.

    Dengan demikian, makin banyak kota-kota yang tadinya dilayani penerbangan menjadi tidak terlayani terutama yang menggunakan pesawat ATR karena biaya operasi ATR itu tinggi. 

    Alvin melihat maskapai-maskapai penerbangan nasional lebih suka mengembangkan rute keluar negeri karena rute keluar negeri itu tidak diatur tarif batas atas dan tarif batas bawahnya murni sesuai mekanisme pasar sehingga lebih menguntungkan. 

    “Ini memang konsekuensi dari kebijakan pemerintah untuk tidak memutakhirkan tarif batas atas sesuai dengan kondisi riil,” katanya. 

    Di samping itu, jumlah pesawat yang beroperasi sejak pandemi pernah naik ke 450an pesawat dan saat ini kembali turun ke 350 pesawat. Penurunan tersebut karena maskapai merasa lebih baik pesawatnya tidak diterbangkan daripada menuai rugi.

    Di sisi lain, pola kenaikan penumpang internasional didominasi warga negara Indonesia yang pergi untuk ibadah umrah dan berobat ke Singapura dan Malaysia. 

    Hal tersebut sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan jumlah perjalanan warga Indonesia ke luar negeri atau wisatawan nasional (wisnas) per Juli 2025 paling banyak ke Malaysia, Saudi Arabia, dan Singapura dimana besaran masing-masing mencakup 31,66%, 18,30%, dan 13,55% dari total 869.930 wisnas. 

    Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Lukman F. Laisa menuturkan penurunan memang terjadi, baik disebabkan oleh adanya efisiensi perjalanan hingga penurunan jumlah rute dalam negeri. Selain itu, faktor keterbatasan armada juga membuat turunnya jumlah penumpang angkutan udara domestik pada tahun ini. 

    “Penurunan angkutan udara domestik dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti pengurangan frekuensi penerbangan pada rute dengan permintaan rendah, keterbatasan armada pesawat, program efisiensi perjalanan, hingga distribusi bahan bakar yang belum merata,” ujarnya kepada Bisnis.

    Untuk menjaga keseimbangan antara penerbangan domestik dan internasional, Ditjen Hubud mendorong kolaborasi dengan pemerintah, maskapai, dan sektor pariwisata.

    Menurutnya, dari sisi maskapai dapat melakukan pengembangan rute baru, program harga dinamis, paket wisata bersama hotel/agen perjalanan, dan optimalisasi armada. Sementara dari segi pariwisata dapat melakukan promosi destinasi, event/festival di musim sepi, dan paket perjalanan domestik yang terjangkau.

  • Duduki Peringkat 6 di Jatim, Pengangguran di Kota Blitar Terus Menurun

    Duduki Peringkat 6 di Jatim, Pengangguran di Kota Blitar Terus Menurun

    Blitar (beritajatim.com) – Angka pengangguran terbuka di Kota Blitar terus berkurang. Berkembangnya industri yang ada di Bumi Bung Karno membuat tingkat pengangguran yang ada juga terus turun dari tahun ke tahun.

    Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Blitar, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kota ini pada tahun 2024 berhasil turun menjadi 5,11 persen. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,13 persen dibandingkan tahun 2023 yang tercatat 5,24 persen.

    Kepala BPS Kota Blitar, Hanung Pramusito, menjelaskan bahwa tren penurunan ini didorong oleh semakin banyaknya peluang kerja dan keberhasilan bursa kerja dalam menyerap para pencari kerja. Hanung menambahkan, penurunan ini adalah hasil dari upaya kolaboratif yang terus dilakukan setiap tahun.

    “Di Tahun 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Blitar sebesar 5,11%, turun 0,13% dari Tahun 2023 yang sebesar 5,24%,” jelas Hanung pada Jumat (5/9/2025).

    Menariknya, dalam hal daya serap tenaga kerja, Kota Blitar menempati peringkat ke-6 di Jawa Timur, hanya berada di bawah Sidoarjo, Gresik, Kota Malang, Bangkalan, dan Kabupaten Malang. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Kota Blitar memiliki pondasi yang kuat untuk menciptakan lapangan kerja.

    Struktur ekonomi Kota Blitar sendiri masih didominasi oleh sektor jasa, yang menyumbang 70,21 persen dari total lapangan usaha. Sektor manufaktur menyusul di urutan kedua dengan 22,86 persen, dan sektor pertanian di posisi terakhir dengan 6,93 persen.

    Dengan tren positif ini, BPS berharap penurunan tingkat pengangguran akan terus berlanjut. Ini menjadi sinyal positif bagi para pencari kerja di Kota Blitar, karena semakin banyak kesempatan yang terbuka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai.

    “Semoga tingkat pengangguran ini akan terus berkurang seiring bertambahnya waktu,” tandasnya. [owi/aje]