Kementrian Lembaga: BPS

  • Semua Tuduhan Tak Terbukti, AS Tak Lagi Jegal Aluminium RI

    Semua Tuduhan Tak Terbukti, AS Tak Lagi Jegal Aluminium RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ekspor produk aluminium ekstruksi Indonesia ke Negeri Paman Sam berpeluang meningkat kembali, setelah Otoritas Penyelidik Amerika Serikat (AS) memutuskan hasil penyelidikan bea masuk antidumping (BMAD) dan antisubsidi (countervailing duty/CVD) dengan tanpa pengenaan BMAD dan CVD.

    Hasil penyelidikan BMAD dan CVD berlaku untuk negara-negara tertuduh, termasuk Indonesia, menjadi keputusan United States of International Trade Commission (USITC) pada Rabu, (30/10/2024) lalu.

    Menteri Perdagangan RI Budi Santoso mengapresiasi hal tersebut. Menurutnya, keputusan ini menjadi kabar baik bagi ekspor produk manufaktur Indonesia ke AS.

    “Keputusan ini menjadi berkah bagi industri manufaktur Indonesia. Hasil ini merupakan sinergi antar kementerian, lembaga, dan pelaku usaha yang dikoordinasikan Kementerian Perdagangan RI. Dihentikannya penyelidikan BMAD dan CVD ini juga memastikan pasar ekspor tradisional, khususnya AS sebagai mitra strategis Indonesia, tetap terjaga,” kata Budi dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat (15/11/2024).

    Rilis USITC menyebutkan, Pemerintah AS tidak mengenakan tindakan antidumping dan antisubsidi atas impor aluminium ekstrusi dari seluruh negara subjek penyelidikan. Indonesia juga dinilai tidak menyebabkan kerugian material bagi industri dalam negeri AS. Hasil ini dikeluarkan setelah komisioner dari USITC bersidang dan mengambil keputusan melalui mekanisme suara terbanyak (voting).

    Foto: Reuters
    An employee checks aluminium ingots for export at Qingdao Port, Shandong province, in this March 14, 2010 file photo. REUTERS/Stringer/Files

    Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag RI, Isy Karim menambahkan, kabar baik ini merupakan hasil kerja keras semua pemangku kepentingan di Indonesia.

    “Hasil tersebut juga menunjukkan komitmen Pemerintah Indonesia dalam menjaga akses pasar ekspor dan daya saing aluminium ekstrusi Indonesia di pasar AS,” imbuhnya.

    Sementara itu, Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag RI, Natan Kambuno menerangkan, selama masa penyelidikan, Direktorat Pengamanan Perdagangan Kemendag secara proaktif mengupayakan pembelaan terhadap eksportir Indonesia yang tertuduh. Untuk melakukan hal tersebut, Kemendag RI bersinergi dengan perwakilan dari kementerian dan lembaga terkait serta eksportir tertuduh.

    “Salah satu upaya penting yang dilakukan adalah bersinergi membuat pembelaan tertulis serta pertemuan dengan penyelidik AS yang datang ke Indonesia untuk proses verifikasi,” lanjut Natan.

    Natan menambahkan, pada periode Januari-Agustus 2024, ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke AS tercatat sebesar US$ 41 juta. Nilai ekspor tersebut turun drastis dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sempat menyentuh US$ 79,5 juta.

    “Penyelidikan antidumping dan antisubsidi AS telah menekan laju ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke AS. Kami harap, keputusan USITC ini dapat memulihkan kinerja ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke pasar AS di masa depan,” pungkas Natan.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam lima tahun terakhir (2019-2023), ekspor produk aluminium ekstrusi Indonesia ke Amerika Serikat dengan kode HS 7601, 7604, 7608, 7609, dan 7610 terus menunjukkan peningkatan. Pada 2023, ekspor produk tersebut mencapai US$ 102 juta, sedangkan pada 2019 hanya tercatat US$ 75 juta.

    (wur)

  • Perdagangan RI-AS Makin Cuan, per Oktober 2024 Raup US,55 Miliar

    Perdagangan RI-AS Makin Cuan, per Oktober 2024 Raup US$13,55 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS dalam 10 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Per Oktober tercatat surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai US$13,55 miliar. 

    Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyampaikan dalam paparannya, posisi surplus per Oktober hampir mendekati realisasi surplus 2023 yang mencapai US$14,01 miliar. 

    Peningkatan surplus terjadi seiring dengan nilai perdagangan nonmigas dengan Negeri Paman Sam tersebut yang juga melesat. 

    “Komoditas utama yang diekspor ke AS adalah pakaian dan aksesorisnya [bukan rajutan HS 62] serta pakaian dan aksesorisnya [rajutan HS 61],” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (15/11/2024). 

    Selain HS 61 dan HS 62 yang menjadi tonggak utama komoditas ekspor ke AS Sejak 2013 hingga Oktober 2024, komoditas karet dan barang dari karet (HS 40) juga tercatat menjadi primadona warga AS. 

    Komoditas lainnya yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) dan alas kaki (HS 64) rutin diekspor ke AS. 

    Dalam 10 tahun terakhir, surplus neraca perdagangan tertinggi tercapai pada 2022 dengan nilai US$18,87 triliun. Mengingat, kala itu adanya ‘durian runtuh’ dari kenaikan harga komoditas unggulan. 

    Secara historis, ekspor nonmigas pada 2013 tercatat senilai US$15,08 miliar. Kemudian pada 2023 ekspor mencapai US$23,23 miliar. Per Oktober 2024, ekspor nonmigas ke AS telah mencapai US$21,51 miliar. 

    Sementara nilai importasi yang dilakukan Indonesia dari AS cenderung stagnan. Pada 2013 di angka US$8,87 miliar. Kemudian pada 2023 impor meningkat ke angka US$9,22 miliar. Per Oktober 2024, impor nonmigas ke AS mencapai US$7,96 miliar.

    Komoditas utama yang diimpor dari AS, yakni mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84), biji dan buah yang mengandung minyak (HS 12), dan ampas makanan (HS 23). 

    Secara kumulatif tahun ini, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus senilai US$24,43 miliar. Berasal dari surplus nonmigas senilai US$41,82 miliar, namun terkoreksi dengan adanya defisit dari neraca migas senilai US$17,39 miliar. 

    Surplus neraca dagang Indonesia khusus Oktober 2024 senilai US$2,48 miliar atau turun US$0,75 miliar secara bulanan. Secara persentase, surplus tersebut anjlok 0,76% secara bulanan (month to month/MtM) dan 1% secara tahunan (year on year/YoY). 

    1731648058_6461dcad-fb43-4384-a5b4-4fd3bb03472b.Perbesar

  • Beras Impor Banjiri RI hingga Oktober 2024, Capai 3,48 Juta Ton

    Beras Impor Banjiri RI hingga Oktober 2024, Capai 3,48 Juta Ton

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total impor beras hingga Oktober 2024 mencapai 3,48 juta ton atau senilai US$2,15 miliar. Impor beras yang masuk dalam catatan BPS merupakan semua jenis beras yang masuk ke Indonesia.

    “Secara kumulatif, jumlah impor beras Indonesia sebesar 3,48 juta ton dengan nilai US$2,15 miliar,” kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jumat (15/11/2024).

    Dia menyampaikan, beras impor yang masuk ke Tanah Air didominasi dari Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Kendati begitu, dia tidak memerinci lebih jauh volume impor beras yang didatangkan Indonesia dari ketiga negara tersebut.

    Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Wahyu Suparyono sebelumnya menyampaikan, 700.000 ton beras impor masuk ke Indonesia pada pertengahan Desember 2024. Beras tersebut merupakan sisa dari penugasan 3,6 juta ton impor pada tahun ini. 

    “Itu harus di Desember lah masuk, pertengahan. Kita lebih cepat lebih baik,” kata Wahyu, Selasa (5/11/2024).

    Wahyu mengungkap hingga Oktober 2024, sebanyak 2,9 juta ton beras impor telah terealisasi. Pengadaan impor beras tersebut diperoleh Perum Bulog dari sejumlah negara dengan melalui proses tender. Utamanya, dari Kamboja, Myanmar, Pakistan, Thailand, dan Vietnam.

    Secara terperinci, hingga Januari-Oktober 2024, Indonesia paling banyak mendatangkan beras dari Thailand yakni sebanyak 1.041.154.300 kilogram atau 1,04 juta ton. Kemudian, ada Vietnam dengan total sebanyak 1,02 juta ton, diikuti Myanmar 451.468 ton, Pakistan 388.675 ton, dan Kamboja 22.500 ton.

    Dalam catatan Bisnis, pemerintah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menambah kuota impor beras tahun ini sebanyak 1,6 juta ton dari semula hanya 2 juta ton. Dengan demikian, total kuota impor beras di 2024 ditetapkan sebanyak 3,6 juta ton.  

    Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi kala itu menuturkan, Indonesia harus memiliki cadangan pangan pemerintah (CPP) dalam rangka mengantisipasi kekurangan pangan, gejolak harga pangan, bencana alam, hingga keadaan darurat.  

    “Jadi ini yang namanya early warning system. Jangan udah kejadian kita nggak punya stok, atau baru nyari-nyari [stok beras],” kata Arief usai menghadiri rakornas Bapanas di Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).

  • Indeks Pembangunan Manusia di Sulbar dan Papua Tengah pada 2024 Naik Level

    Indeks Pembangunan Manusia di Sulbar dan Papua Tengah pada 2024 Naik Level

    Jakarta, Beritasatu.com – Dua provinsi di Indonesia berhasil naik level dalam indeks pembangunan manusia (IPM) 2024. IPM di di Sulawesi Barat (Sulbar) meningkat dari kategori sedang menjadi tinggi dengan capaian IPM sebesar 70,46. Sementara itu, IPM di Papua Tengah meningkat dari status rendah menjadi sedang, dengan capaian IPM sebesar 60,25.

    Dengan peningkatan status pembangunan manusia tersebut, jumlah provinsi dengan IPM tinggi (70 ≤ IPM

    Sementara itu, Jakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta berstatus sangat tinggi (IPM ≥ 80). Sedangkan IPM terendah ada di Papua Pegunungan sebesar 54,43.

    Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, indeks pembangunan manusia Indonesia diukur berdasarkan tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak.

    “Seluruh dimensi pembentuk IPM pada 2024 mengalami peningkatan, terutama standar hidup layak dan pengetahuan,” kata Amalia Adininggar, Jumat (15/11/2024).

    IPM Indonesia selama 2020-2024 rata-rata meningkat 0,75% per tahun, dari 72,81 pada 2020 menjadi 75,02 pada 2024.

  • Indeks Pembangunan Manusia RI Naik Jadi 75,08, Harapan Hidup Bertambah

    Indeks Pembangunan Manusia RI Naik Jadi 75,08, Harapan Hidup Bertambah

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2024 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia 75,08 atau dalam kategori tinggi. Angka ini naik 0,85% dari 2023 yang sebesar 74,39.

    “Pertumbuhan IPM 2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2023 serta rata-rata pertumbuhan tahunan selama periode 2020-2023,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/11/2024).

    Dikutip dari laman BPS, IPM merupakan indikator komposit untuk mengukur capaian pembangunan kualitas hidup manusia. Ada empat golongan capaian IPM, yakni rendah skor kurang dari 60, sedang skor 60-70, tergolong tinggi 70-80, dan sangat tinggi 80 ke atas.

    Indeks ini terbentuk dari rata-rata ukur capaian tiga dimensi utama, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan/pendidikan, dan standar hidup layak.

    Jika secara rinci menurut komponen pembentuknya, capaian IPM 2024, pertama, angka harapan hidup saat lahir menjadi 74,15 tahun. Pada 2023, angka harapan hidup 73,93 tahun.

    “Artinya pada tahun 2024 rata-rata umur bayi baru lahir diperkirakan akan hidup hingga 74,15 tahun,” terangnya.

    Kedua, rata-rata lama sekolah 8,85 tahun. Artinya penduduk usia 25 tahun ke atas di Indonesia memiliki rata-rata halaman sekolah selama 8,85 tahun atau setara SMP kelas 3. Pada 2023, rata-rata lama sekolah 8,77 tahun dan harapan lama sekolah 13,15 tahun.

    “Harapan lama sekolah 13,21 tahun artinya penduduk Indonesia pada usia 7 tahun diperkirakan akan menumpuk pendidikan hingga 13,21 tahun atau setara kuliah tahun kedua,” ungkapnya.

    Ketiga, pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan Rp 12,341 juta per tahun. Artinya, pengeluaran rata-rata riil penduduk Indonesia Rp 1,02 juta per bulan. Sementara pengeluaran riil per kapita per tahun pada 2023 sebesar Rp 11,89 juta per tahun.

    (ada/ara)

  • Standar Hidup Layak dan Pendidikan Naik, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2024 Makin Tinggi

    Standar Hidup Layak dan Pendidikan Naik, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2024 Makin Tinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada 2024 mencapai 75,02, naik 0,85% atau 0,63 poin dibandingkan 2023 yang sebesar 74,39. IPM Indonesia tersebut masuk kategori tinggi.

    Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, selama 2020-2024, IPM Indonesia rata-rata meningkat 0,75% per tahun, dari 72,81 pada 2020 menjadi 75,02 pada 2024. Indeks pembagunan manusia Indonesia diukur berdasarkan tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehar, pengetahuan, serta standar hidup layak.

    “Seluruh dimensi pembentuk IPM pada 2024 mengalami peningkatan, terutama standar hidup layak dan pengetahuan,” kata Amalia Adininggar, Jumat (15/11/2024).

    Untuk dimensi umur harapan hidup bayi yang lahir pada 2024 sebesar 74,15 tahun, meningkat 0,22 tahun dibandingkan yang lahir pada 2023.

    Pada dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun pada 2024 meningkat 0,06 tahun dibandingkan tahun sebelumnya, dari 13,15 tahun menjadi 13,21 tahun. Untuk rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas meningkat 0,08 tahun, dari 8,77 tahun menjadi 8,85 tahun.

    Sementara itu, dimensi standar hidup layak yang diukur berdasarkan rata-rata pengeluaran riil per kapita per tahun meningkat menjadi Rp 442.000 atau 3,71% dibandingkan 2023.

  • Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 54 Bulan Beruntun, Oktober 2024 Tercatat USD 2,48 Miliar – Page 3

    Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 54 Bulan Beruntun, Oktober 2024 Tercatat USD 2,48 Miliar – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia Oktober 2024 mengalami surplus USD 2,48 miliar. Surplus neraca perdagangan ini terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar USD 4,80 miliar, namun sektor migas defisit senilai USD 2,32 miliar.

    Dengan surplus neraca perdagangan yang dibukukan pada Oktober ini, neraca perdagangan Indonesia surplus 54 bulan secara beruntun sejak Mei 2020.

    “Pada Oktober 2024 nilai ekspor mencapai USD 24,41 miliar atau naik 10,69% dibandingkan September 2024,” kata Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/11/2024).

    Nilai ekspor migas tercatat senilai USD 1,35 miliar atau naik sebesar 16,88%. Nilai ekspor nonmigas juga tercatat naik sebesar 10,35% dengan nilai USD 23,07 miliar.

    Sedangkan nilai impor Indonesia Oktober 2024 mencapai USD 21,94 miliar, naik 16,54 persen dibandingkan September 2024 atau naik 17,49 persen dibandingkan Oktober 2023.

    Impor migas Oktober 2024 senilai USD 3,67 miliar, naik 44,98 persen dibandingkan September 2024 atau naik 14,32 persen dibandingkan Oktober 2023.

    Impor nonmigas Oktober 2024 senilai USD 18,27 miliar, naik 12,13 persen dibandingkan September 2024 atau naik 18,14 persen dibandingkan Oktober 2023.

    Prediksi

    Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan surplus perdagangan Oktober 2024 sebesar USD 2,74 miliar, didorong oleh permintaan domestik yang relatif kuat.

    “Kami memproyeksikan surplus perdagangan Indonesia menyusut menjadi 2,74 miliar dolar AS di bulan Oktober, turun dari 3,26 miliar dolar AS di bulan September,” kata Josua dikutip dari Antara. 

    Ia menuturkan meskipun ekspor dan impor diperkirakan akan mencatat pertumbuhan tahunan, laju pertumbuhan impor diperkirakan akan melebihi laju pertumbuhan ekspor.

    Pertumbuhan ekspor tahunan pada Oktober 2024 diperkirakan akan terus melambat, sejalan dengan pelemahan ekonomi global.

     

  • Ekspor Kakao RI Melesat Berkat Lonjakan Harga di Pasar Global

    Ekspor Kakao RI Melesat Berkat Lonjakan Harga di Pasar Global

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekspor komoditas kakao mengalami peningkatan didorong oleh kenaikan harga komoditas tersebut di pasar internasional.

    Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyampaikan, rata-rata harga kakao sepanjang Januari-Oktober 2024 di pasar global mencapai US$6,97 per kilogram. Nilai tersebut meningkat 112,58% dibanding rata-rata harga selama 2023 yang tercatat sebesar US$3,28 per kilogram.

    “Rata-rata harga kakao selama Januari-Oktober 2024 di pasar internasional adalah sebesar US$6,97 per kilogram atau naik 112,58% dari rata-rata harga sepanjang 2023,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jumat (15/11/2024).

    Peningkatan juga terjadi pada volume ekspor. Amalia menyebut, volume ekspor komoditas kakao hingga Oktober 2024 mencapai 288,25 ribu ton. Volume tersebut terkerek 1,92% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 282,81 ribu ton.

    Dengan demikian, lanjutnya, kenaikan harga kakao dan volume ekspor menjadi salah satu faktor kenaikan nilai ekspor kakao Indonesia selama periode Januari-Oktober 2024.

    Lebih lanjut, negara tujuan utama ekspor kakao Indonesia pada Oktober 2024 adalah India dengan jumlah ekspor mencapai 6.500 ton atau US$64,4 juta, Amerika 2.500 ton dengan nilai US$51,4 juta, dan China 3.500 ton atau US$ 31,2 juta.

    “Jadi negara tujuan ekspor kakao Indonesia pada Oktober 2024 adalah India, Amerika Serikat, dan China,” ungkapnya.

    Adapun, ekspor kakao didominasi oleh produk olahan seperti mentega, lemak dan minyak kakao atau HS 1804 yang mencapai 66,81% dari total nilai ekspor kakao tahun 2024.

    Berdasarkan paparan yang disampaikan BPS, nilai ekspor kakao dan olahannya (HS18) mencapai US$2,01 miliar sepanjang Januari-Oktober 2024. Nilai tersebut meningkat 104,58% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak US$0,98 miliar.

    Kinerja positif ini, menjadikan kakao sebagai salah satu komoditas yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor terbesar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Amalia mengungkap, nilai ekspor komoditas unggulan Indonesia secara kumulatif turun dibanding periode yang sama tahun lalu. Komoditas itu diantaranya bahan bakar mineral, lemak minyak hewani nabati, dan besi baja.

    Kendati begitu, Amalia menyebut bahwa penurunan ini dapat diimbangi dengan kenaikan ekspor nonmigas barang lain lain.

    “…sehingga secara total ekspor nonmigas Indonesia masih tercatat naik sampai dengan Oktober 2024 secara kumulatif,” ujarnya.

    Beberapa golongan barang yang mengalami peningkatan nilai ekspor sepanjang Januari-Oktober 2024 yakni Logam mulia dan perhiasan/permata (HS71) atau meningkat US$1,68 miliar c to c, dan barang dari besi dan baja (HS73) naik US$1,54 miliar.

    Kemudian, komoditas tembaga dan barang daripadanya (HS74) naik US$1,09 miliar, serta kakao dan olahannya (HS18) naik US$1,03 miliar.

  • Ekspor CPO dan Turunannya Melesat 70,90% pada Oktober 2024

    Ekspor CPO dan Turunannya Melesat 70,90% pada Oktober 2024

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor salah satu komoditas unggulan Indonesia yakni minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya mengalami peningkatan signifikan pada Oktober 2024.

    Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyampaikan, ekspor CPO dan turunannya mencapai US$2,37 miliar pada Oktober 2024, atau mengalami peningkatan sebesar 70,90% (month to month/MtM) dibanding bulan lalu sebesar US$1,38 miliar.

    “Ekspor CPO dan turunanya secara bulanan meningkat 70,90%,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jumat (15/11/2024).

    Kinerja ekspor CPO dan turunannya juga mengalami peningkatan secara tahunan. BPS mencatat, ekspor komoditas ini mengalami peningkatan sebesar 25,35% (year on year/YoY) dari Oktober 2023 sebesar US$1,89 miliar.

    Selain CPO dan turunannya, kinerja ekspor komoditas besi dan baja secara bulanan turun mengalami peningkatan. Amalia mengungkap, ekspor besi dan baja mencapai US$2,24 miliar pada Oktober 2024, atau meningkat 1,89% MtM dari bulan lalu sebesar US$2,20 miliar.

    Kendati mengalami peningkatan, kinerja ekspor besi dan baja menurun dibandingkan Oktober 2023. BPS mencatat, ekspor besi dan baja pada Oktober 2023 mencapai US$2,45 miliar. Dibandingkan nilai ekspor Oktober 2023, nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 8,38% YoY.

    “Untuk ekspor besi dan baja, nilainya mengalami kenaikan 1,89% secara bulanan. Namun secara tahunan nilai ekspor besi dan baja alami penurunan 8,38%,” ungkapnya.

    Sementara itu, kinerja ekspor batu bara pada Oktober 2024 tercatat menurun. Amalia menyebut, ekspor batu bara pada Oktober 2024 mencapai US$2,52 miliar.

    Nilai tersebut turun 0,73% MtM dibandingkan bulan lalu sebesar US$2.54 miliar, dan turun 7,93% YoY dibanding Oktober 2023 yang tercatat sebesar US$2,73 miliar.

    “Ekspor batu bara turun 7,03% secara bulanan dan tahunan turun 7,93%,” pungkasnya.

  • Neraca Perdagangan Oktober 2024 Surplus US,48 Miliar, 54 Bulan Berturut-turut

    Neraca Perdagangan Oktober 2024 Surplus US$2,48 Miliar, 54 Bulan Berturut-turut

    Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia masih mempertahankan tren surplus hingga 54 bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus neraca dagang Oktober 2024 senilai US$2,48 miliar.

    Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa dengan realisasi itu, neraca dagang Indonesia terus mempertahankan tren surplus sejak Mei 2020. Ekspor per Oktober 2024 tercatat senilai US$24,41 miliar, dengan nilai impor yang lebih kecil sehingga surplus terjaga.

    “Total nilai impor mencapai US$21,94 miliar atau naik 16,54% dari bulan September 2024,” ujar Amalia dalam konferensi pers pada Jumat (15/11/2024).

    Surplus neraca dagang Indonesia per Oktober 2024 itu tercatat turun 0,75% secara bulanan.

    “Pada Oktober 2024 neraca perdagangan barang mencatatkan surplus sebesar US$2,48 miliar atau turun sebesar US$0,76 miliar secara bulanan,” ujar Amalia.

    Komoditas yang memberikan sumbangsih surplus utama adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

    Sebelumnya, konsensus proyeksi 18 ekonom yang dihimpun Bloomberg memproyeksikan nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan Oktober 2024 adalah US$3,09 miliar.

    Angka tersebut tercatat lebih rendah dari realisasi neraca dagang September 2024 senilai US$3,26 miliar.

    Adapun estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom dari JP Morgan Chase Bank NA Sin Beng Ong dengan nominal US$3,6 miliar dan estimasi terendah oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual di angka US$2,16 miliar.

    David menyatakan penurunan surplus pada masa menjelang akhir tahun ini akibat harga-harga komoditas ekspor unggulan Indonesia yang cenderung naik. Seperti minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), batu bara, dan minyak.

    Di tengah kenaikan harga komoditas, David melihat ada kemungkinan volume ekspor yang melambat sehingga kinerja ekspor melandai. Secara tahunan, ekspor diprediksi kontraksi 2,33% (year on year/YoY) dan impor masih akan tumbuh 4,25%. 

    “Perlambatan ekspor didukung juga oleh perlambatan impor China pada bulan Oktober,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (14/11/2024).

    Meski demikian, David memproyeksikan akan ada sedikit akselerasi impor jelang akhir tahun karena faktor musiman terutama kebutuhan bahan baku dan barang jadi. 

    Senada, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang juga menyampaikan bahwa kinerja ekspor cenderung stagnan. 

    Sementara impor akan terkerek naik dengan tingginya permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru). Alhasil, surplus neraca perdagangan akan turun ke US$3,08 miliar dari posisi September 2024. 

    “Nilai impor cenderung naik di kuartal akhir, persiapan konsumsi Nataru. Jadi surplus perdagangan perkiraannya sedikit turun,” tuturnya.

    Pada September 2024, ekspor per September 2024 tercatat senilai US$22,08 miliar, dengan nilai impor yang lebih kecil sejumlah US$18,82 miliar sehingga surplus terjaga. Komoditas yang memberikan sumbangsih surplus utama adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

    Secara kumulatif atau sepanjang periode Januari—September 2024, ekspor tercatat senilai US$192,85 miliar dan impor senilai US$170,87 miliar, sehingga surplus neraca dagang barang Indonesia periode Januari—September 2024 mencapai US$21,98 miliar.

    Jumlah tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan di kisaran US$31,6 miliar hingga US$53,4 miliar di 2024.