Kementrian Lembaga: BPS

  • RI Masih Impor Beras dari Thailand-Vietnam di 2025, Ini Datanya

    RI Masih Impor Beras dari Thailand-Vietnam di 2025, Ini Datanya

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih impor beras dengan nilai mencapai US$43,2 juta atau setara Rp700,66 miliar (asumsi kurs Rp16.220 per dolar AS) pada Januari 2025.

    Namun, nilai impornya lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2024 yang pernah mencapai US$278,03 juta, atau turun 84,46% secara tahunan (year-on-year/yoy).

    Adapun, BPS mengungkap volume impor beras mencapai 79.361 ton pada Januari 2025. Kendati demikian, volumenya turun 82,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 442.112 ton.

    Berdasarkan data BPS, impor beras pada Januari 2025 yang diterima Indonesia mayoritas berasal dari negara tetangga, seperti Thailand, Vietnam, dan Myanmar.

    Untuk Thailand, misalnya, impor beras yang diterima Indonesia sebanyak 13.984 ton beras dengan nilai US$8,06 juta pada Januari 2025. Jika dibandingkan dengan periode yang sama 2024, volumenya mencapai 235.840 ton dengan nilai US$151,88 juta.

    Selain dari Thailand, Indonesia juga mengimpor 15.050 ton beras Vietnam atau nilainya mencapai US$8,27 juta pada Januari 2025. Sementara itu, pada Januari 2024, volume impor beras dari negara ini adalah 32.342 ton atau senilai US$21,04 juta.

    Ada pula impor beras dari Myanmar sebanyak 6.680 ton atau bernilai US$3,64 juta pada Januari 2025. Sedangkan pada periode yang sama di tahun lalu nilai impornya mencapai US$23,96 juta atau 41.640 ton beras.

    Di samping itu, pemerintah juga mengimpor sebanyak 16.876 ton beras dari Pakistan atau senilai US$8,98 juta pada Januari 2025. Pada Januari 2024, Indonesia menerima 129.781 ton beras asal Pakistan dengan nilai US$79,33 juta.

    Namun yang menarik, Indonesia tidak menerima keran impor beras dari India pada Januari 2024. Sedangkan di awal tahun ini, pemerintah membuka keran impor sebanyak 26.763 ton beras dari India dengan nilai US$14,07 juta.

    Janji Tidak Impor

    Dalam catatan Bisnis, Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan pemerintah tidak akan mengimpor beras konsumsi pada 2025. Namun, impor beras untuk kebutuhan hotel, restoran, dan kafe (horeka) tetap berjalan dengan volume yang sedikit.

    Hal itu disampaikan Zulhas dalam acara Indonesia Marine & Fisheries Business Forum: Blue Food Competent Authority Dialogue, Jakarta. 

    Zulhas menuturkan bahwa pemerintah telah memutuskan bahwa Indonesia tidak akan impor beras konsumsi pada tahun depan.

    “Apakah tidak ada [impor beras] yang lainnya? Ada itu beras yang dimakan Pak Wamen biasanya kalau ke restoran Jepang itu masih dikit-dikit impornya masih ada. Pembicara-pembicara biasanya kalau suka beras basmati, kita tidak bisa bikin itu, ada [impor] tapi sedikit,” ungkap Zulhas.

    Untuk itu, Eks Menteri Perdagangan 2022–2024 itu menjelaskan bahwa pemerintah tetap mengimpor beras untuk keperluan horeka, meski tidak akan membuka keran impor beras untuk konsumsi.

    “Jadi beras-beras restoran biasanya Itu masih ada sedikit [impor]. Tapi untuk konsumsi, kita tidak akan, konsumsi secara umum tidak ada impor lagi,” terangnya.

    Pasalnya, Zulhas menerangkan bahwa jika pemerintah menolak beras dari luar negeri, maka Indonesia akan mendapatkan sanksi. “Karena kalau restoran Jepang mau masukkan beras dari Jepang tidak boleh, kita bisa disanksi, Jadi itu masih kita perkenankan,” jelasnya.

    Sama halnya dengan beras jenis lainnya, seperti beras briyani dan basmati dengan jumlah impor yang mini.

    “Jadi kalau nanti restoran-restoran, briyani dan sebagainya perlu beras basmati, kalau kita tidak kasih Itu nanti Pakistan, India, Bangladesh bisa marah sama kita, tapi volumenya kecil,” tuturnya.

    Namun, dia kembali menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengimpor beras konsumsi. “Tapi beras yang biasa kita impor, yang tahun lalu hampir 3 juta lebih, tahun ini kita tidak akan impor lagi,” tandasnya.

  • Ekspor Januari 2025 Anjlok 8,56% jadi US,45 Miliar

    Ekspor Januari 2025 Anjlok 8,56% jadi US$21,45 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2025 tercatat mencapai US$21,45 miliar, anjlok 8,56% secara bulanan atau dibandingkan Desember 2024.

    Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan nilai ekspor minyak dan gas alias migas tercatat US$1,06 miliar atau turun 31,35% (month to month/MtM).

    Sementara nilai ekspor dari komoditas nonmigas juga turun sebesar 6,96% (MtM) dengan nilai US$20,4 miliar. 

    “Penurunan nilai ekspor Januari 2025 secara MtM terutama didorong penurunan nilai ekspor nonmigas, utamanya bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani nabati, serta biji logam terak dan abu,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (17/2/2025).

    Amalia menjelaskan penurunan nilai ekspor migas terutama didorong penurunan nilai ekspor gas dengan andil -1,08%.

    Sementara secara tahunan (year on year/YoY), secara YoY, nilai ekspor Januari 2025 mengalami peningkatan sebesar 4,68%.

    Kenaikan ini didorong peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada ekspor Kapal, Perahu dan Struktur Terapung (HS 89) senilai US$501,05 juta.

    “Kemudian Logam Mulia dan Perhiasan/Permata [HS 71], ini kenaikannya US$293,5 juta dan Bahan Kimia Anorganik [HS 28] naik US$240,25 juta,” jelasnya.

    Adapun realisasi ini melampaui perkiraan ekonomi. Sebelumnya Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memprediksikan Surplus perdagangan Januari 2025 masih akan melanjutkan tren 56 bulan berturut-turut, namun akan menyusut lebih lanjut dari bulan sebelumnya.

    Josua menjelaskan kondisi perdagangan global yang menurun tercermin dari Baltic Dry Index yang menunjukkan tren penurunan yang signifikan pada Januari 2025.

    Hal ini mengindikasikan perlambatan perdagangan global dan berkurangnya permintaan untuk pengiriman bahan baku di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai risiko Perang Dagang 2.0 dan perlambatan global.

    Akibatnya, pertumbuhan ekspor bulanan pada Januari 2025 diproyeksikan turun 7,42% month to month (MtM)—sejalan dengan tren awal tahun— ditambah pengaruh melemahnya permintaan eksternal.

  • BPS Wanti-Wanti Inflasi Komoditas Pangan saat Ramadan & Lebaran

    BPS Wanti-Wanti Inflasi Komoditas Pangan saat Ramadan & Lebaran

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa komoditas pangan seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, hingga bawang putih selalu mengalami inflasi pada momen awal Ramadan maupun Hari Raya Idulfitri dalam dua tahun terakhir.

    Hal itu disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 di YouTube Kemendagri, Jakarta, Senin (17/2/2025).

    “Di sini terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir komoditas kebutuhan pokok seperti daging ayam ras, telur ayam ras, beras, bawang merah, dan bawang putih selalu mengalami inflasi pada momen awal Ramadan maupun Idulfitri,” kata Pudji.

    Misalnya saja untuk daging ayam ras, Pudji menyampaikan bahwa pada lebaran 2024 yang jatuh di awal bulan, tepatnya 10 April 2024, inflasi pada komoditas ini tercatat cukup tinggi pada bulan Ramadan atau Maret 2024 sebesar 5,64% secara bulanan (month-to-month/mtm).

    Jika menengok data per Januari 2025, BPS mencatat bahwa masih terjadi inflasi untuk daging ayam ras sebesar 1,16% mtm. “Sehingga ini yang perlu diwaspadai pada saat menjelang Ramadan di 2025. Begitu juga dengan telur ayam,” tuturnya.

    Adapun, inflasi untuk telur ayam ras pada Maret 2024 adalah 9,4% mtm dan 0,44% mtm pada Januari di tahun ini. Sementara itu, beras menunjukkan fenomena yang berbeda. “Di saat itu sedang terjadi musim panen raya, sehingga disini tercatat bahwa harga beras pada bulan terjadi lebaran, itu mengalami deflasi,” imbuhnya.

    Namun pada Januari 2025, beras mengalami inflasi sebesar 0,36% mtm. Sama halnya dengan bawang merah dan bawang putih yang masih mengalami inflasi pada Januari 2025.

    Pada Maret 2024, inflasi bawang merah mencapai 2,33% mtm dan melonjak menjadi 30,75% mtm pada momentum lebaran atau April tahun lalu. Sedangkan inflasi bawang putih sebesar 3,86% mtm pada Maret 2024 dan 5,51% mtm pada April tahun lalu.

  • BPS catat impor kurma 20,68 juta dolar AS dua bulan jelang Ramadhan

    BPS catat impor kurma 20,68 juta dolar AS dua bulan jelang Ramadhan

    Kalau kita lihat dari negara asalnya, impor kurma terbesar berasal dari Mesir sebanyak 10,15 ribu ton dengan kira-kira share-nya adalah sebesar 61,8 persen

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor kurma Indonesia sebesar 16,43 ribu ton dengan nilai 20,68 juta dolar AS atau sekitar Rp335 miliar (kurs Rp16.200) pada bulan Januari 2025 atau dua bulan menjelang Ramadhan 2025.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin menyatakan negara pemasok terbesar impor kurma Indonesia adalah Mesir.

    “Kalau kita lihat dari negara asalnya, impor kurma terbesar berasal dari Mesir sebanyak 10,15 ribu ton dengan kira-kira share-nya adalah sebesar 61,8 persen terhadap total impor kurma Indonesia,” katanya.

    Selain Mesir, kurma yang masuk ke pasar Indonesia berasal dari Arab Saudi sebanyak 1,88 ribu ton atau 11,42 persen dari total impor, serta Uni Emirat Arab sebanyak 1,76 ribu ton atau 10,71 persen dari total impor kurma Indonesia.

    Lebih lanjut, ia mengatakan apabila dilihat dari tren, impor kurma mulai meningkat sekitar lima bulan menjelang periode Ramadhan dan Idul Fitri.

    Adapun untuk impor kurma pada bulan Desember 2024, pihaknya mencatat buah-buahan tersebut masuk ke pasar domestik sebanyak 10,5 ribu ton.

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik menyatakan, Indonesia memperoleh surplus dagang sebesar 3,45 miliar dolar AS pada bulan Januari 2025. Angka tersebut diraih berdasarkan perhitungan nilai ekspor sebesar 21,45 miliar dolar AS, dikurangi impor sebesar 18 miliar dolar AS di periode yang sama.

    Apabila dibandingkan bulan lalu (month to month/m-to-m), surplus yang didapat naik 1,21 miliar dolar AS, sementara secara tahunan (year on year/yoy) keuntungan dagang Indonesia naik 1,45 miliar dolar AS.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Impor Kurma Melonjak Jelang Ramadan, Paling Banyak dari Mesir

    Impor Kurma Melonjak Jelang Ramadan, Paling Banyak dari Mesir

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan impor kurma menjelang Ramadan yang jatuh pada 1 Maret 2025. Tren kenaikan ini disebut sudah terlihat sejak beberapa bulan lalu.

    Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan impor kurma pada Januari 2025 sebanyak 16.426 ton dengan nilai US$ 20,68 juta. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan Desember 2024 yang tercatat sebanyak 10.555 ton.

    “Dapat dilihat tren impor kurma dalam beberapa bulan terakhir ini sudah mulai terlihat persiapannya menjelang periode Ramadhan dan Lebaran,” katanya dalam konferensi pers, Senin (17/2/2025).

    Ia merinci impor kurma pada Januari 2025 paling banyak berasal dari Mesir sebanyak 10,15 ribu ton dengan andil 61,80%, dari Arab Saudi sebanyak 1,88 ribu ton dengan andil 11,42%, serta dari Uni Emirat Arab sebanyak 1,76 ribu ton dengan andil 10,71%.

    “Kalau kita lihat dari negara asalnya, impor kurma terbesar berasal dari Mesir sebanyak 10,15 ribu ton dengan kira-kira share-nya adalah sebesar 61,80% terhadap total impor kurma Indonesia,” imbuhnya.

    Berdasarkan Ramadan tahun lalu, Amalia dengan tegas menjawab tidak ada impor kurma dari Israel. Catatan BPS hanya menunjukkan bahwa impor kurma terbesar berasal dari Tunisia, Mesir, Iran, dan Arab Saudi.

    “Apakah ada impor kurma dari Israel? Tadi saya sudah sampaikan bahwa impor kurma terbesar dari Tunisia, Mesir, Iran, Arab Saudi. Tidak ada impor kurma yang berasal dari Israel, tidak ada,” tuturnya dalam konferensi pers, Jumat (15/3/2024).

    (aid/ara)

  • Mentan: Presiden ingin harga sembilan bahan pokok stabil

    Mentan: Presiden ingin harga sembilan bahan pokok stabil

    Sembilan bahan pokok harus turun harganya

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto ingin harga sembilan bahan pokok stabil untuk menjaga kesejahteraan masyarakat dan mencegah lonjakan harga yang dapat merugikan rakyat.

    Mentan mengatakan bahwa Presiden mengarahkan agar semua harga pangan terutama sembilan bahan pokok harus dalam keadaan stabil terutama menjelang bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri 2025.

    “Atas arahan Bapak Presiden Republik Indonesia, beliau menginginkan sembilan bahan pokok kita stabilkan,” kata Mentan saat membuka Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) bersama Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama Perum Bulog Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya di Jakarta, Senin.

    Diketahui, rapat yang dilaksanakan secara terbatas itu juga diikuti oleh Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, jajaran Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik, hingga BUMN di bidang pangan seperti PT Perkebunan Nusantara (PTPN), ID FOOD, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), PT Berdikari dan pihak terkait lainnya.

    Mentan mengaku bahwa Rakortas tersebut merupakan arahan dari Presiden agar masyarakat mendapatkan harga yang terjangkau dalam memenuhi kebutuhan di bulan Ramadhan hingga Lebaran. Meski begitu, Mentan tidak menyebutkan sembilan bahan pokok tersebut.

    “Sembilan bahan pokok harus turun harganya. Itu arahan beliau (Presiden),” tegas Mentan.

    Menurut Mentan, menjaga stabilitas harga pangan penting dilakukan oleh semua pihak, terutama komoditas beras yang saat ini dinilai mengalami peningkatan produksi.

    “Kita melihat produksi kita yang biasanya bergejolak adalah beras. Ini kita perhatikan, beras adalah tanggung jawab penuh. Kita serahkan Bulog sampai kita kolaborasi. Beras ini stoknya 2 juta ton. Jadi, tidak ada alasan harga beras naik,” ucap Mentan.

    Diketahui, pemerintah telah menetapkan sembilan bahan pokok di antaranya beras, jagung, gula konsumsi, telur ayam, daging/kerbau, minyak goreng, cabai rawit merah dan lainnya.

    Sebelumnya, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi memastikan ketersediaan pangan dalam kondisi yang aman menjelang Ramadhan 2025.

    “Menjelang bulan suci Ramadhan, ketersediaan pangan nasional dalam kondisi aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Selasa (4/2).

    Dia menyampaikan bahwa pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis guna menjaga ketersediaan pangan, stabilitas pasokan, dan harga pangan, termasuk penguatan cadangan pangan pemerintah (CPP).

    “Berdasarkan proyeksi neraca pangan periode Januari dan Desember 2025, update 21 Januari 2025, secara umum ketersediaan 12 komoditas pangan strategis diproyeksikan aman dan cukup,”ujar Arief.

    Khusus untuk beras, lanjut Arief, dengan adanya carry over stok di awal tahun 2025 sebesar 8 juta ton, bisa dipastikan kebutuhan pangan untuk masyarakat tidak akan mengalami kekurangan.

    Sementara itu, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog sebesar 1,9 juta ton yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga memudahkan pemerintah untuk melakukan intervensi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras di berbagai daerah.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • RI cetak surplus dagang 3,45 miliar dolar AS pada Januari 2025

    RI cetak surplus dagang 3,45 miliar dolar AS pada Januari 2025

    Surplus neraca perdagangan bulan Januari 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Indonesia memperoleh surplus neraca perdagangan sebesar 3,45 miliar dolar AS pada Januari 2025.

    Angka tersebut diraih berdasarkan perhitungan nilai ekspor sebesar 21,45 miliar dolar AS, dikurangi impor sebesar 18 miliar dolar AS di periode yang sama.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin menyatakan apabila dibandingkan bulan lalu (month to month/m-to-m), surplus yang didapat naik 1,21 miliar dolar AS, sementara secara tahunan (year on year/yoy) keuntungan dagang Indonesia naik 1,45 miliar dolar AS.

    “Surplus neraca perdagangan bulan Januari 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” katanya.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Cetak Rekor Lagi! Neraca Perdagangan RI Surplus 57 Bulan Beruntun

    Cetak Rekor Lagi! Neraca Perdagangan RI Surplus 57 Bulan Beruntun

    Jakarta

    Neraca perdagangan Indonesia surplus selama 57 bulan berturut-turut pada Januari 2025. Ini sekaligus menjadi rekor terbaru setelah pada bulan lalu surplus 56 bulan berturut-turut.

    Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor lebih besar daripada impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 sebesar US$ 21,45 miliar, sedangkan nilai impor pada Januari 2025 US$ 18 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 surplus sekitar US$ 2,45 miliar.

    “Pada Januari 2025 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$ 3,45 miliar atau naik sebesar US$ 1,21 miliar secara bulanan. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025).

    Wanita yang akrab disapa Winny menjelaskan, surplus neraca perdagangan Januari ditopang komoditas nonmigas, utamanya bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

    “Surplus pada Januari 2025 ini ditopang oleh surplus pada komoditas non migas, di mana komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar US$ 1,43 miliar di mana penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dan hasil minyak,” ujarnya.

    (ara/ara)

  • Pelunasan Biaya Haji Khusus Diperpanjang Hingga 21 Februari 2025

    Pelunasan Biaya Haji Khusus Diperpanjang Hingga 21 Februari 2025

    Jakarta (beritajatim.com) – Konfirmasi keberangkatan dan pelunasan jemaah haji khusus dibuka kembali. Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) memberikan tempo perpanjangan untuk pelunasan calon jemaah haji khusus hingga tanggal 21 Februari 2025 mendatang.

    Policy ini ditempuh karena masih ada 1.838 kuota yang belum terisi. Pada tahap pertama, konfirmasi keberangkatan dan pembayaran setoran lunas Bipih haji khusus 1446 Hijriyah/2025 Masehi dibuka pada 24 Januari sampai 7 Februari 2025, pukul 15.00 WIB.

    Dari periode tersebut, terdapat 11.232 jemaah yang melakukan konfirmasi keberangkatan dan pembayaran setoran lunas Bipih haji khusus. Selain itu, ada 3.235 jemaah yang melakukan pelunasan dengan status cadangan.

    “Sebanyak 3.235 jemaah haji khusus yang awalnya berstatus cadangan saat melunasi Bipih, telah ditetapkan statusnya menjadi masuk kuota Jemaah Haji Khusus 1446 H/2025 M. Sehingga, sisa kuota Haji Khusus menjadi 1.838 jemaah,” kata Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus, Nugraha Stiawan, di Jakarta, Minggu (15/2/2025) sebagaimana dilansir Kemenag.go.id, Senin (17/2/2025).

    “Karena masih ada sisa kuota, kita buka perpanjangan konfirmasi keberangkatan dan pelunasan Bipih khusus, dari 17 sampai 21 Februari 2025,” tambahnya.

    Nugraha Stiawan mengutarakan, merujuk SK Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2025 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengisian Kuota Haji Khusus Tahun 1446 H/2025 M, pada fase perpanjangan, pengisian sisa kuota haji khusus diperuntukkan bagi:

    a. Jemaah Haji Khusus yang saat konfirmasi dan pelunasan pengisian kuota mengalami kegagalan sistem;
    b. Pendamping Jemaah Haji Khusus lanjut usia;
    c. Jemaah Haji Khusus yang terpisah dari mahram atau keluarga;
    d. Jemaah Haji Khusus penyandang disabilitas dan pendampingnya; dan
    e. Jemaah Haji Khusus pada urutan berikutnya.

    “Konfirmasi dan pembayaran setoran lunas Bipih Khusus tahap perpanjangan ini dibuka pada 17 – 21 Februari 2025 mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB pada Bank Penerima Setoran (BPS) Bipih Khusus tempat setoran awal,” jelas Nugraha Stiawan. [air]

  • Nilai Ekspor RI Turun 8,56% Jadi US$ 21,45 M di Januari, Ada Apa?

    Nilai Ekspor RI Turun 8,56% Jadi US$ 21,45 M di Januari, Ada Apa?

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 sebesar US$ 21,45 miliar atau turun 8,56% dibandingkan Desember 2024 (month to month/mtm). Ekspor migas dan nonmigas kompak turun.

    Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, ekspor migas pada Januari 2025 sebesar US4 1,06 miliar atau turun 31,35% dan ekspor nonmigas US$ 20,40 miliar atau turun 6,96%.

    “Pada Januari 2025, nilai ekspor mencapai US$ 21,45 miliar atau turun 8,56% dibandingkan Desember 2024 atau secara month to month. Nilai ekspor migas tercatat senilai US$ 1,06 miliar atau turun 31,35% dan nilai ekspor nonmigas tercatat turun sebesar 6,96% dengan nilai US$ 20,40 miliar,” katanya dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025).

    Lebih lanjut, wanita yang akrab disapa Winny menjelaskan, turunnya ekspor pada Januari secara bulanan utamanya didorong penurunan nilai ekspor nonmigas terutama pada komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta bijih logam terak dan abu.

    Sedangkan penurunan nilai ekspor Migas terutama didorong oleh penurunan nilai ekspor gas dengan andil sebesar -1,08%.

    “Secara tahunan nilai ekspor Januari 2025 mengalami peningkatan sebesar 4,68%. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas terutama pada ekspor kapal perahu dan struktur terapung, logam mulia dan perhiasan, serta ekspor bahan kimia anorganik,” ujarnya.

    Komoditas nonmigas unggulan Indonesia yang memberikan andil besar pada ekspor Januari antara lain batu bara, besi dan baja, serta CPO dan turunannya.

    “Komoditas nonmigas unggulan Indonesia yaitu batu bara, besi dan baja serta CPO dan turunannya. Ketiga komoditas ini memberikan share sekitar 28,08% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari 2025,” tuturnya.

    Dijelaskan lebih lanjut bahwa nilai ekspor batu bara secara bulanan turun 19,33%, secara tahunan turun 9,99%. Nilai ekspor besi dan baja turun 10,41% secara bulanan dan tahunan turun 7,63%. Nilai ekspor CPO dan turunannya turun 24,10% secara bulanan dan secara tahunan turun 16,68%.
    Sebanyak tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia antara lain China, Amerika Serikat (AS), dan India dengan andil 39,9% dari total ekspor nonmigas pada Januari 2025.

    “Nilai ekspor nonmigas ke China tercatat sebesar US$ 4,57 miliar, nilai ekspor non migas ke as tercatat sebesar US$ 2,34 miliar, nilai ekspor non migas ke India tercatat sebesar US$ 1,23 miliar dan secara tahunan nilai ekspor ke Tiongkok dan AS mengalami peningkatan. Sedangkan nilai ekspor ke India mengalami penurunan,” ujarnya.

    (ara/ara)