Kementrian Lembaga: BPS

  • Produksi padi Jakarta turun 13,75 persen pada 2024

    Produksi padi Jakarta turun 13,75 persen pada 2024

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik mencatat produksi padi DKI Jakarta sepanjang Januari hingga Desember 2024 mencapai 2.306,54 ton gabah kering giling (GKG) atau turun 13,75 persen dibandingkan tahun 2023.

    “Jadi total produksi padi kita itu tercatat sebesar 2.306,54 ton,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Nurul Hasanudin di Jakarta, Senin.

    Dia menyebutkan bahwa penurunan produksi padi mencapai sebesar 13,75 persen dibandingkan produksi padi tahun sebelumnya di 2023. “Tahun 2023 kita mencatat produksi padi sebesar 2.674,26 ton,” katanya.

    Adapun berdasarkan wilayah, total produksi padi tertinggi selama tahun 2024 berasal dari Jakarta Utara sebesar 2.007,11 ton GKG, diikuti Jakarta Timur sebesar 158,68 ton GKG dan Jakarta Barat sebesar 140,75 ton GKG.

    Pada tahun yang sama, penurunan produksi padi terjadi di seluruh wilayah produsen padi, yakni Jakarta Timur sebesar 36,82 persen, Jakarta Barat sebesar 23,65 persen dan Jakarta Utara sebesar 10,35 persen.

    Lalu, apabila produksi padi dikonversikan menjadi beras, maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2024 setara dengan 1.359,57 ton atau mengalami penurunan 216,80 ton (13,75 persen) dibandingkan 2023 yang sebesar 1.576,37 ton.

    Kemudian, terkait luas panen padi pada tahun 2024, tercatat mencapai 498,31 hektare atau turun 44,62 hektare dibandingkan tahun 2023 yang memiliki luas 542,93 hektare.

    Sementara itu, untuk Januari 2025, produksi padi diperkirakan sebesar 115,33 ton GKG dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2025 mencapai 463,69 ton GKG.

    Lalu, untuk produksi beras pada Januari 2025 diperkirakan sebanyak 67,98 ton. Sedangkan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2025 sebesar 273,32 ton.

    “Tentunya ini adalah angka sementara mengingat Februari sampai dengan April ini menggunakan angka potensi luas panen dan juga rata-rata produksi,” ujar Hasanudin.

    Adapun luas panen padi pada Januari 2025 mencapai 24,39 hektare di dan potensi panen sepanjang Februari hingga April 2025 diperkirakan seluas 96,58 hektare.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Indonesia Deflasi Dua Bulan Berturut-turut, Ekonom CORE: Tidak Biasa Jelang Ramadan – Halaman all

    Indonesia Deflasi Dua Bulan Berturut-turut, Ekonom CORE: Tidak Biasa Jelang Ramadan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal berpendapat, deflasi selama dua bulan berturut dinilai tidak biasa apalagi menjelang Ramadan.

    Faisal bilang, deflasi pada Februari 2025 utamanya didorong oleh diskon tarif listrik untuk kalangan menengah yang berlaku selama dua bulan mulai Januari hingga Februari 2025. Namun, dia juga melihat pendorong deflasi berasal dari kelompok makanan.

    “Tapi di luar faktor insentif, sebenarnya pada Februari masih ada deflasi di beberapa komoditas pangan. Nah kalau dilihat dari keseluruhan kelompok makanan mengalami deflasi walaupun tingkat deflasi nya tidak sedalam dengan listrik ya,” ujar Faisal saat dihubungi Tribunnews, Senin (3/3/2025).

    Menurut Faisal, untuk komoditas makanan seharusnya mengalami inflasi apalagi menjelang Ramadan. Meskipun inflasinya tipis dan akan meningkat pada Ramadan yakni bulan Maret ini.

    “Tetapi menjelangnya harusnya sudah ada dorongan kenaikan harga-harga namun kali ini tidak. Jadi itu suatu perbedaan tidak biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,” papar Faisal.

    Bahkan, Faisal menyoroti belum ada dampak peningkatan supply dari faktor produksi padahal bulan Februari ini sudah memasuki musim panen di berbagai wilayah.

    “Jadi artinya ini lebih besar karena faktor demand dari sisi permintaan. Yang artinya merefleksikan dari sisi daya beli masyarakat belum pulih pada saat sekarang” ujarnya.
     
    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi deflasi secara tahunan atau year on year sebesar 0,09 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,58 pada Februari 2024 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi tahun ini utamanya didorong oleh kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi sebesar 12,08 persen secara tahunan.

    Kelompok tersebut memberikan andil deflasi sebesar 1,92 persen dengan komoditas andil deflasi tahun ini oleh tarif listrik sebesar 2,61 persen.

    “Komoditas dengan andil deflasi terbesar pada kelompok ini adalah tarif listrik dengan andil deflasi sebesar 2,16 persen,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (3/3/2025).

    Amalia menyebut, komoditas lain di luar kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang juga memberikan andil deflasi cukup dalam adalah beras, tomat, dan cabai merah dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,11 persen.

    Adapun berdasarkan wilayah, deflasi secara tahunan terjadi pada 22 provinsi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat yaitu 1,98 persen. Posisi kedua Bengkulu sebesar 1,26 persen dan ketiga Sulawesi Selatan sebesar 1,09 persen.

    “Sebaran inflasi tahunan menurut wilayah secara tahunan, 22 provinsi mengalami deflasi sementara 16 lainnya mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat yaitu 1,98 persen,” jelas Amalia.

    Sebelumnya, pada Februari 2025 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

    Tingkat deflasi bulanan atau month to month pada Februari turun 0,76 persen dibandingkan Januari 2025. Kelompok penyumbang deflasi pada Februari yaitu diskon tarif listrik.

    “Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,52 persen,” kata Amalia.

  • BPS Prediksi Produksi Beras Meningkat, Pemerintah Diharapkan Serap Gabah Petani

    BPS Prediksi Produksi Beras Meningkat, Pemerintah Diharapkan Serap Gabah Petani

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras Januari- April 2025 mencapai 13,95 juta ton beras, atau meningkat sebesar sebesar 2,88 juta ton (25,99%) dibanding Januari-April 2024. Proyeksi ini berdasarkan potensi produksi beras Januari 2025 yang sebesar 1,24 juta ton dan produksi beras Februari-April 2025 diperkirakan mencapai 12,71 juta ton.

    “Potensi produksi beras sepanjang Januari-April tahun 2025 diperkirakan menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir atau sejak Januari-April 2019,” ucap Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS pada Senin (3/3/2025).

    Terkait hal ini, peneliti dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian Eliza menilai laporan BPS ini memberi sinyal positif bagi para petani. Kepastian pasar akan meningkatkan motivasi petani untuk terus menanam. Terlebih lagi, pemerintah berencana untuk menyerap gabah dari petani.

    “Jika petani mendapat kepastian pasar, mereka akan lebih bersemangat untuk menanam. Wacana pemerintah untuk menyerap gabah petani tentunya disambut baik oleh para petani,” ujar Eliza kepada wartawan, Senin (3/3/2025).

    Dia berharap agar penggiling dan pemerintah dapat memenuhi komitmennya untuk menyerap gabah petani sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto. Dengan demikian, para petani tidak akan kecewa saat panen raya tiba.

    “Saat panen raya, pemerintah harus menepati janjinya untuk benar-benar menyerap gabah sehingga petani yang telah bekerja keras untuk menyediakan pangan dalam negeri tidak merasa dirugikan,” lanjut Eliza.

    Dia menilai kenaikan produksi padi tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mendukung, salah satunya adalah fenomena La Nina yang menyebabkan curah hujan lebih tinggi.

    “Curah hujan yang melimpah tentunya membantu pasokan air untuk irigasi. Namun jika tidak terkendali, bisa menyebabkan banjir yang akhirnya mengancam hasil panen,” jelas Eliza.

    Dikatakannya jika dibandingkan dengan tahun lalu yang masih terpengaruh El Nino 2023, pada 2025 ini akan mengalami produksi yang lebih tinggi karena kondisi cuaca yang lebih mendukung.

    Selain faktor cuaca, Eliza juga mencatat penggunaan varietas padi yang lebih unggul, yang disalurkan oleh pemerintah, turut mendongkrak produksi. Para petani kini tidak hanya bergantung pada varietas Ciherang, tetapi juga varietas padi Inpari 32 yang memiliki hasil lebih tinggi dan tahan terhadap penyakit.

    Menurutnya, perkiraan peningkatan produksi beras dan komitmen pemerintah dalam menyerap gabah petani akan membuat stok beras dalam negeri aman.

  • Pengamat Sebut Lonjakan Produksi Beras pada 2025 Dipicu Faktor Cuaca dan Varietas Baru – Halaman all

    Pengamat Sebut Lonjakan Produksi Beras pada 2025 Dipicu Faktor Cuaca dan Varietas Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras pada Januari hingga April 2025 diperkirakan sebesar 13,95 juta ton.

    Jumlah ini meningkat 25,99 persen atau naik 2,88 ton dari tahun lalu di bulan yang sama.

    Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian menanggapi laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang memprediksi ada lonjakan produksi padi di periode Januari-April 2025.

    Eliza menjelaskan, peningkatan produksi padi dapat terjadi karena faktor cuaca yang mendukung.

     La Nina dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena membawa peningkatan curah hujan.

    “Curah hujan yang cukup membantu ketersediaan air untuk irigasi. Namun jika curah hujan ini tidak terkendali bisa memicu banjir sehingga gagal panen,” ucap Eliza, Senin (3/3) kepada wartawan.

    “Dan memang kalau dibandingkan tahun kemarin yang masih terdampak El Nino 2023 ya, di tahun 2025 akan lebih tinggi dibandingkan 2024 kemarin karena cuacanya relatif menunjang,” katanya menambahkan.

    Selain itu, faktor penggunaan varietas padi yang diberikan pemerintah juga membantu peningkatan produksi padi, sebab para petani kini tidak hanya mengandalkan varietas seperti Ciherang.

    “Varietas inpari 32 ini jadi banyak digunakan petani karena produksinya yang relatif tinggi dan tahan terhadap penyakit. Bantuan benih pemerintah inpari 32. Ini adalah langkah awal yang baik untuk mulai memperbaiki tata kelola produksi pangan kita dimulai dari hulunya,” ujar Eliza.

    Eliza menilai kabar dari BPS ini dapat memberikan dampak positif bagi para petani. Pasalnya, kepastian pasar bisa membuat petani semakin semangat menanam. Apalagi, pemerintah berencana akan menyerap gabah dari petani.

    “Petani jika diberikan kepastian pasar, mereka akan semangat menanam. Kemungkinan wacana pemerintah yang akan menyerap gabah petani ini disambut positif oleh para petani,” papar Eliza.

    Ia berharap penggiling dan pemerintah dapat menyerap gabah petani sesuai arahan Presiden RI Prabowo Subianto. Dengan demikian, tidak ada kekecewaan yang muncul dari para petani ketika panen raya tiba.

    “Tinggal nanti ketika panen raya berlangsung pemerintah dapat menunaikan janjinya untuk betul betul menyerap gabah sehingga tidak mengecewakan petani yang sudah bekerja keras untuk menyediakan pangan kita di dalam negeri,” kata Eliza.

  • Panggil Menteri ke Istana, Presiden Prabowo Bahas Harga Pangan Saat Ramadan

    Panggil Menteri ke Istana, Presiden Prabowo Bahas Harga Pangan Saat Ramadan

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto mengadakan pertemuan dengan beberapa menteri di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, (3/3/2025). Pertemuan ini dilakukan untuk membahas langkah-langkah stabilisasi harga pangan selama bulan Ramadan hingga menjelang Hari Raya Idulfitri 2025.

    Fokus utama diskusi adalah menjaga kestabilan harga bahan pokok agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan lebih mudah selama periode tersebut.

    Beberapa menteri yang menghadiri pertemuan tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, serta Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana.

    Mentan Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), produksi pangan dalam negeri selama periode Januari hingga April 2025 mencatat rekor tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

    “Kami akan bahas harga pangan di bulan suci Ramadan. Sesuai BPS, alhamdulillah, pengumuman BPS tadi produksi kita Januari sampai April, angka sementara itu tertinggi selama tujuh tahun,” ungkapnya.

    Ia juga menambahkan bahwa harga beras di tingkat konsumen mengalami penurunan selama Ramadan 2025. Namun, di sisi lain, harga cabai justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

    Menurut data yang dihimpun dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga cabai rawit rata-rata nasional saat ini mencapai Rp 103.600 per kilogram, mengalami peningkatan sebesar 28%. Kondisi ini menunjukkan adanya dinamika harga yang perlu dikendalikan untuk menjaga daya beli masyarakat.

    Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengonfirmasi bahwa pemanggilan dirinya beserta beberapa menteri lainnya bertujuan untuk membahas stabilisasi harga pangan selama Ramadan hingga Idulfitri 2025.

    “Saya menduga pangan secara keseluruhan. Ada dua menko dan beberapa menteri terkait (yang diundang). Menko pangan dan menko ekonomi,” ucapnya.

    Sebagai upaya untuk mengendalikan harga pangan, Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) menyatakan bahwa pemerintah telah melaksanakan operasi pasar di berbagai daerah. Langkah ini dilakukan untuk membantu mengatasi lonjakan harga bahan pangan serta memastikan ketersediaan stok pangan yang cukup di seluruh Indonesia.

    Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, mengatakan bahwa operasi pasar telah berlangsung sejak 24 Februari 2025 dan akan berlanjut hingga 28 Maret 2025.

    Kementerian dan lembaga yang terlibat dalam operasi pasar yang digelar selama Ramadan hingga menjelang Hari Raya Idulfitri 2025 ini di antaranya adalah Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Satgas Pangan, serta sejumlah BUMN yang bergerak di industri pangan dan logistik.

  • Turun Lambat, Khofifah Minta Bupati Probolinggo Fokus pada Angka Kemiskinan
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        3 Maret 2025

    Turun Lambat, Khofifah Minta Bupati Probolinggo Fokus pada Angka Kemiskinan Surabaya 3 Maret 2025

    Turun Lambat, Khofifah Minta Bupati Probolinggo Fokus pada Angka Kemiskinan
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jatim
    Khofifah Indar Parawansa
    meminta Bupati dan Wakil
    Bupati Probolinggo
    , Muhammad Haris-Fahmi, memberikan perhatian khusus pada penurunan
    angka kemiskinan
    .
    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Probolinggo tertinggi keempat di Jatim.
    “Secara persentase dan kualitatif, kemiskinan di Probolinggo tertinggi keempat di Jatim. Ini memerlukan perhatian khusus,” kata dia dalam keterangan tertulis usai menghadiri sertijab, Senin (3/3/2025).
    Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2024 menurut data BPS mencapai 191.110 jiwa. Secara persentase mencapai 16,45 persen.
    Angka tersebut tercatat turun lambat dari sebelumnya 17,19 persen di tahun 2023.
    “Penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Probolinggo terkesan pelan atau lambat. Jadi, harus menjadi atensi Pemkab Probolinggo untuk melakukan intervensi lebih masif,” kata dia.
    Tingginya angka kemiskinan juga berdampak pada angka
    pertumbuhan ekonomi
    Kabupaten Probolinggo.
    Pada 2024, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,72 persen, angka itu turun 0,01 persen dari tahun 2023.

    Pertumbuhan Ekonomi
    Kabupaten Probolinggo pada 2024 juga cenderung lebih rendah dari nasional dan provinsi,” sambung dia.
    Khofifah juga menyoroti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Probolinggo yang berada di posisi empat terbawah dari seluruh Kabupaten dan Kota di Jatim.
    Karena itu, dia meminta agar RPJMD Kabupaten Probolinggo dapat mengacu pada Asta Cita ke-4, yaitu meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan, sains, dan teknologi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pedagang Jual Bahan Pokok di Atas HET, Mentan Amran: Kami Segel – Halaman all

    Pedagang Jual Bahan Pokok di Atas HET, Mentan Amran: Kami Segel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal menyegel lokasi usaha pedagang nakal yang sengaja menaikkan harga bahan pokok di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). 

    Penegasan ini disampaikan seusai adanya keluhan masyarakat soal bahan pokok yang melambung tinggi pada awal Ramadan 2025.

    “Sanksi administrasi bila masih tidak mematuhi aturan disegel,” ujar Amran kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/3/2025).

    Amran mengatakan kenaikan harga bahan pokok saat Ramadan tidak beralasan. Pasalnya, stok pangan masih aman hingga lebaran berdasarkan data BPS.

    “Kami meminta kepada seluruh pengusaha jangan menaikkan harga pangan di atas HET karena tidak ada alasan dimana produksi khususnya yang strategis beras minyak goreng itu lebih dari cukup stoknya banyak produksinya naik sesuai BPS. Jadi tidak ada alasan pengusaha menaikkan harga,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Amran menambahkan pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Polri untuk menindak pedagang nakal yang menjual harga di atas HET.

    “Kami sudah sepakat, kami sudah rapat koordinasi dengan Pak Menko dengan Pak Kapolri koordinasi bilamana ada menaikkan harga di atas HET akan ditindak,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso, mengungkapkan penyebab harga cabai rawit merah yang melonjak tinggi di awal bulan Ramadan.

    Disebutkan Budi, bahwa banyaknya hujan yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, membuat pasokan cabai rawit merah menjadi berkurang.

    Hal ini yang menjadi penyebab harga cabai rawit merah melambung tinggi di pasaran.

    Demikian diungkapkan Budi Santoso dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR RI pada Senin (3/3/2025).

    “Pada prinsipnya adalah karena pasokan yang berkurang karena banyak hujan pada bulan ini,” ujar Budi di Ruang Rapat Komisi VI DPR, Senayan, Jakarta.

    Menurut data yang dilaporkan Budi dalam rapat itu, harga cabai rawit merah mengalami lonjakan sebesar 23,23 persen secara month to month, yang kini dihargai sekitar Rp81.700 per kilogram.

    “Berdasarkan laporan yang kami terima, cabai rawit merah mengalami kenaikan harga sebesar 23,23 persen menjadi Rp81.700 per kilogram,” ucapnya.

  • Diskon tarif listrik beri andil utama deflasi DKI dua bulan terakhir

    Diskon tarif listrik beri andil utama deflasi DKI dua bulan terakhir

    Dari 11 kelompok pengeluaran, diskon tarif listrik ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap warna inflasi Jakarta dalam dua bulan terakhir ini

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penerapan diskon tarif listrik sebesar 50 persen memberi andil pada deflasi DKI Jakarta secara bulanan yaitu pada Januari 2025 dan Februari 2025.

    Pada Januari 2025, diskon tarif listrik memberikan andil deflasi bulanan sebesar 1,94 persen, sementara pada Februari 2025 andilnya sebesar 0,91 persen.

    “Dari 11 kelompok pengeluaran, diskon tarif listrik ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap warna inflasi Jakarta dalam dua bulan terakhir ini,” ujar Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin di Jakarta, Senin.

    Adapun pada Januari 2025, DKI Jakarta mengalami deflasi bulanan sebesar 1,50 persen, sedangkan pada Februari 2025 yakni 0,29 persen.

    “Di tingkat nasional deflasinya cukup dalam di minus 0,48 persen, kita berada pada level minus 0,29 persen,” kata Hasanudin.

    Dia mengemukakan berbeda dengan dua tahun sebelumnya, pada tahun ini terjadi deflasi untuk pertama kalinya pada Februari yang didorong diskon tarif listrik.

    Hasanudin lalu menyebutkan, selain tarif listrik, komoditas lain yang juga memberi andil pada deflasi Jakarta bulan Februari yakni bawang merah (0,04 persen), cabai rawit (0,03 persen), cabai merah (0,02 persen), dan tomat (0,02 persen).

    Sementara itu, secara tahunan, Jakarta juga tercatat mengalami deflasi. Hasanudin mengatakan deflasi Jakarta pada Februari 2025 secara tahunan sebesar 0,59 persen.

    Penyumbang utama deflasi bulan Februari 2025 secara tahunan adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil deflasi sebesar 2,16 persen.

    Sama seperti deflasi bulanan, komoditas utama penyumbang pada kelompok ini adalah tarif listrik dengan andil 2,28 persen.

    Komoditas lainnya yang juga berkontribusi pada deflasi Jakarta secara tahunan yakni cabai merah (0,12 persen), tomat (0,04 persen), daging ayam ras (0,02 persen), dan tarif kereta api (0,02 persen).

    Pemerintah menetapkan pemberian diskon sebesar 50 persen untuk tarif listrik pelanggan rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya sampai dengan 2.200 VA untuk pemakaian bulan Januari 2025 (yang akan dibayar pada bulan Februari 2025) dan Februari 2025 (yang akan dibayar pada rekening bulan Maret 2025).

    Sedangkan, pelanggan prabayar diberi diskon secara langsung ketika pembelian token listrik pada Januari dan Februari 2025. Dengan begitu, masyarakat cukup membayar harga token sebesar setengah dari pembelian bulan sebelumnya untuk mendapatkan kWh yang sama.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Prabowo panggil menteri terkait bahas harga pangan-cabai saat Ramadhan

    Prabowo panggil menteri terkait bahas harga pangan-cabai saat Ramadhan

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto memanggil sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ke Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, guna membahas stabilisasi harga pangan, termasuk harga cabai saat Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

    Sejumlah menteri yang terpantau tiba di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin sore, antara lain Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana.

    “Kami akan bahas harga pangan di bulan suci Ramadhan. Sesuai BPS, alhamdulillah pengumuman BPS tadi produksi kita Januari sampai April, angka sementara itu tertinggi selama tujuh tahun,” kata Mentan Amran Sulaiman kepada awak media.

    Amran mengatakan bahwa harga beras di tingkat konsumen sedang turun, namun harga cabai mengalami sedikit peningkatan.

    Berdasarkan pantauan harga melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, pada Senin harga cabai rawit rata-rata secara nasional mencapai Rp103.600 per kg, atau meningkat sebesar 28 persen.

    Senada dengan Amran, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan bahwa rapat akan membahas pangan secara keseluruhan.

    “Saya menduga pangan secara keseluruhan. Ada dua menko dan beberapa menteri terkait (yang diundang). Menko pangan dan menko ekonomi,” kata Dadan.

    Adapun terkait dengan stabilisasi harga pangan, Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) menyatakan pemerintah telah menggelar operasi pasar di beberapa daerah menjelang Ramadhan 1446 Hijriah.

    Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Adita Irawati menyebut operasi pasar digelar sejak 24 Februari 2025 sampai dengan 28 Maret 2025 di 215 titik Pulau Jawa dan 110 titik luar Jawa, dengan target ekspansi mencapai 4.500 gerai.

    Kementerian/lembaga yang terlibat dalam operasi pasar itu mencakup Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Satgas Pangan, serta sejumlah BUMN yang bergerak di bidang pangan dan logistik.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
    Copyright © ANTARA 2025

  • Diskon Tarif Listrik hingga Turunnya Harga Cabai Picu Deflasi Jateng Februari 2025

    Diskon Tarif Listrik hingga Turunnya Harga Cabai Picu Deflasi Jateng Februari 2025

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Jawa Tengah mencatatkan deflasi sebesar 0,78 persen secara month-to-month (m-to-m) pada Februari 2025.

    Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat, angka deflasi tersebut lebih dalam dari deflasi bulan Januari 2025 yang sebesar 0,46 persen.

    Deflasi ini juga lebih dalam dari angka deflasi nasional bulan Februari 2025 yang sebesar 0,48 persen.

    Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih memaparkan, deflasi secara m-to-m ini utamanya disebabkan turunnya tarif listrik, karena adanya diskon 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik 450 VA-2200 VA.

    “Penyumbang terbesar deflasi secara m-to-m adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Utamanya karena turunnya tarif listrik.

    Kemudian kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi terbesar kedua, yang disebabkan turunnya harga bawang merah dan cabai merah,” jelas Endang saat pemaparan secara daring, Senin (3/3/2025).

    Berdasarkan komoditas penyumbang deflasi, tercatat lima terbesarnya adalah tarif listrik dengan andil -0,79 persen; disusul cabai merah dengan andil -0,08 persen; bawang merah dengan andil -0,06 persen; daging ayam ras sebesar -0,03 persen; dan cabai rawit dengan andil -0,02 persen.

    Deflasi pada cabai merah dan rawit, disebutkan, karena harga mengalami penurunan setelah Desember 2024 mengalami kenaikan cukup tinggi.

    Pasokan cabai dari petani sudah kembali normal, setelah sebelumnya berkurang karena adanya faktor cuaca.

    “Kemudian turunnya harga bawang merah kembali memberikan sumbangan deflasi setelah mengalami kenaikan harga pada September – Desember 2024. Turunnya harga bawang merah disebabkan karena pasokan cukup saat panen raya di sejumlah sentra produksi di Jateng,” terangnya.

    Sementara itu, andil inflasi terbesar Jawa Tengah pada Februari 2025 tercatat berasal dari emas perhiasan yang memberikan andil sebesar 0,06 persen.

    Disusul tarif air minum Pam sebesar 0,03 persen; bensin sebesar 0,03 persen; sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 0,01 persen; dan wortel dengan andil sebesar 0,01 persen.

    “Harga emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi karena pergerakan harga emas memang mengikuti harga internasional, sejalan dengan peningkatan permintaan aset save haven di tengah ketidakpastian global,” jelasnya.

    Sementara itu, pada Februari 2025, Provinsi Jawa Tengah juga mencatatkan deflasi year on year (yoy) sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,75 dan deflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,23 persen. (idy)