Kementrian Lembaga: BPS

  • Ekosistem Danantara dan Akselerasi Kaum Muda Menuju Indonesia Emas 2045

    Ekosistem Danantara dan Akselerasi Kaum Muda Menuju Indonesia Emas 2045

    loading…

    Irfan Ahmad Fauzi, Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Ummat Islam (PUI). Foto/Dok.Pribadi

    Irfan Ahmad Fauzi
    Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Ummat Islam (PUI)

    BAYANGKAN sebuah Indonesia yang berdiri tegak sebagai negara maju pada tahun 2045, saat merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Sebuah negara dengan perekonomian yang kuat, inovasi teknologi yang berkembang pesat, dan generasi muda yang berperan aktif dalam pembangunan nasional.

    Apakah ini sekadar impian? Atau justru inilah peta jalan menuju Indonesia Emas 2045? Namun, apakah generasi muda Indonesia siap menghadapi era keemasan tersebut?

    Tantangan besar mengintai di berbagai sektor, mulai dari ketimpangan akses modal hingga kesenjangan keterampilan dengan kebutuhan industri. Di sinilah peran ekosistem Danantara (Daya Anagata Nusantara) sebagai katalisator utama percepatan pembangunan ekonomi yang berbasis pemuda.

    Bonus Demografi: Peluang dan Tantangan
    Indonesia saat ini berada dalam periode bonus demografi, sebuah fase di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai lebih dari 70% dari total populasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sejak tahun 2012 hingga 2035, Indonesia menikmati bonus demografi dengan puncaknya antara tahun 2020-2030. Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 324 juta jiwa, dengan 213,18 juta di antaranya berada pada usia produktif.

    Presiden kedua Indonesia, Soeharto, pernah berkata, “Jangan hanya berpikir tentang hari ini, tetapi pikirkan juga masa depan. Karena yang kita tanam hari ini adalah yang akan kita tuai di masa depan.”

    Kutipan ini menegaskan bahwa pembangunan harus dilakukan dengan visi jangka panjang, terutama dalam mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin masa depan. Namun, tanpa strategi yang tepat, bonus demografi ini bisa berubah menjadi bencana demografi, di mana jumlah angkatan kerja yang besar justru berujung pada meningkatnya pengangguran dan ketimpangan sosial.

    Sebuah studi dari World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa 65% dari anak-anak yang masuk sekolah saat ini akan bekerja di jenis pekerjaan yang belum ada saat ini. Tantangan ini semakin kompleks dengan disrupsi teknologi yang mengharuskan generasi muda untuk terus beradaptasi dan meningkatkan keterampilan digital. Tanpa kesiapan, Indonesia akan kehilangan peluang besar untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.

    Ekosistem Danantara: Solusi Strategis untuk Pemberdayaan Pemuda
    Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia meluncurkan Danantara, sebuah ekosistem investasi yang dirancang untuk mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembangunan nasional. Melalui ekosistem ini, Danantara menghubungkan BUMN, startup, UMKM, serta institusi pendidikan dan teknologi dalam satu jaringan ekonomi yang saling mendukung.

    Danantara berperan sebagai akselerator bagi kaum muda untuk berkembang dan berkontribusi dalam berbagai sektor strategis. Melalui program inkubasi dan akselerasi startup, ekosistem ini mendukung perusahaan rintisan dalam teknologi, energi terbarukan, dan ekonomi kreatif.

    Investasi dalam kewirausahaan muda juga menjadi salah satu langkah nyata dalam membantu UMKM berbasis digital untuk berkembang dengan pendanaan yang lebih mudah. Kemitraan dengan BUMN dan swasta membuka akses pasar dan jaringan industri yang lebih luas, sehingga anak muda tidak lagi menjadi penonton, tetapi justru pemain utama dalam pembangunan ekonomi.

    Menurut ekonom terkemuka Joseph Schumpeter, inovasi dan kewirausahaan adalah kunci utama pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan pentingnya konsep creative destruction, di mana inovasi yang dihasilkan oleh generasi muda menggantikan teknologi lama dan mempercepat transformasi ekonomi. Dengan ekosistem Danantara, Indonesia memiliki kesempatan untuk mendorong anak muda menjadi penggerak perubahan dalam berbagai sektor.

    Peran Aktif Pemuda dalam Ekosistem Danantara
    Pemberdayaan pemuda bukan hanya sekadar meningkatkan keterampilan individu, tetapi juga memastikan bahwa mereka memiliki akses ke peluang yang memungkinkan mereka untuk berkembang. John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat, pernah berkata, “Ask not what your country can do for you – ask what you can do for your country.” Kutipan ini menegaskan pentingnya peran aktif kaum muda dalam pembangunan.

  • Beras hingga Daging Sapi Sumbang Andil Inflasi Februari 2025

    Beras hingga Daging Sapi Sumbang Andil Inflasi Februari 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 12 komoditas harga pangan bergejolak (volatile food) teratas yang menyumbang andil inflasi, meski daging ayam ras, aneka cabai, hingga telur ayam mengalami deflasi pada Februari 2025 secara bulanan (month-to-month/mtm).

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa masih ada komponen atau komoditas yang memberikan andil inflasi secara bulanan pada Februari 2025, seperti beras, wortel, kelapa, hingga daging sapi.

    Sementara itu, Amalia menyampaikan komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah,cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah, dan tomat mengalami deflasi pada periode yang sama.

    “Tidak berarti kalau komponen dari harga pangan bergejolak itu mengalami deflasi, kemudian semua harga komoditas mengalami deflasi. Karena ada komponen-komponen yang mengalami deflasi, ada komoditas-komoditas yang juga masih memberikan andil inflasi,” kata Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025 di YouTube Kemendagri, Selasa (4/3/2025).

    Amalia merincikan, inflasi dari komoditas wortel mencapai 18,4% mtm pada Februari 2025. Namun, mengingat proporsi atau share keranjang konsumsi masyarakat pada komoditas ini tidak terlalu besar, maka hanya menyumbang andil inflasi sebesar 0,016%.

    “Komoditas kedua yang juga mengalami inflasi walaupun tipis adalah beras dengan inflasi 0,26%. Karena inflasinya tipis walaupun di dalam share keranjang konsumsi masyarakat relatif banyak, maka andil inflasinya juga tipis yaitu 0,011%,” tuturnya.

    Selain wortel dan beras, data BPS menunjukkan kentang, bayam, hingga kangkung masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,01%, 0,007%, dan 0,006%. Sementara itu, andil inflasi dari santan jadi dan kelapa masing-masing adalah 0,004% dan 0,003%.

    Amalia menuturkan bahwa aneka ikan, seperti ikan kembung, ikan tongkol, ikan layang, dan ikan dencis turut memberikan andil inflasi yang secara berurutan sebesar 0,003%, 0,003%, 0,003%, dan 0,002%. Serta, daging sapi juga memberikan andil inflasi sebesar 0,002%.

  • Efek Ramadan, Tren Deflasi Diperkirakan Akan Berakhir

    Efek Ramadan, Tren Deflasi Diperkirakan Akan Berakhir

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah ekonom meyakini tren deflasi yang terjadi dua bulan belakangan akan berakhir akibat momentum Ramadan.

    Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan deflasi yang terjadi dua bulan pertama 2025 tidak terlepas dari program diskon tarif listrik 50% yang dikeluarkan pemerintah.

    Listrik, sambungnya, merupakan salah satu komponen konsumsi yang punya kontribusi besar dalam perhitungan inflasi. Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa diskon listrik tersebut tidak berlaku lagi untuk Maret 2025 dan seterusnya.

    Pada Maret 2025 juga terdapat momen Ramadan yang secara historis kerap menaikkan harga barang dan jasa. Oleh sebab itu, Yusuf meyakini tren deflasi akan berakhir.

    “Pada bulan Maret, di mana ada momentum Ramadan dan lebaran, kami memperkirakan inflasi akan terjadi kembali,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (4/2/2025).

    Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menjelaskan secara tahunan terjadi deflasi sebesar 1,24% pada Februari 2025 yang sebagian besar karena diskon tarif listrik. Menurutnya, jika indeks harga konsumen tidak mencatat dampak diskon tarif listrik maka inflasi akan mencapai 0,9% secara tahunan pada Februari 2025.

    “Dengan kata lain, terdapat potensi normalisasi berupa kenaikan inflasi sebesar 2,14% setelah diskon tarif listrik berakhir,” ujar Josua, Selasa (4/2/2025).

    Apalagi, dia melihat adanya pemulihan permintaan konsumen sehingga dapat berkontribusi pada inflasi sisi permintaan yang moderat. Selain itu, depresiasi rupiah beberapa waktu terakhir turut akan mendorong terjadinya inflasi barang impor yang akan menambah tekanan harga secara keseluruhan.

    Sebagai informasi, secara bulanan terjadi deflasi sebesar 0,76% pada Januari 2025 dan 0,48% pada Februari 2025.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut, pada Februari 2025 kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi 3,59% MtM dan memberikan andil deflasi 0,52%.

    “Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67%,” kata Amalia, Senin (3/3/2025).

  • Usai Deflasi, Inflasi Ramadan Bakal Tetap Rendah Imbas Diskon dan PPN DTP Tiket Pesawat

    Usai Deflasi, Inflasi Ramadan Bakal Tetap Rendah Imbas Diskon dan PPN DTP Tiket Pesawat

    Bisnis.com, JAKARTA — Laju deflasi Indeks Harga Konsumen/IHK diperkirakan akan berakhir pada bulan Ramadan atau Maret 2025, sejalan dengan berakhirnya diskon tarif listrik 50% yang berlangsung pada Januari dan Februari. 

    Pada Februari 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi tahunan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, yakni sebesar 0,09%. Sementara deflasi secara bulanan sebesar 0,48%, yang menandai kelanjutan tren deflasi dari Januari 2025 sebesar 0,76%.  

    Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang menyampaikan bahwa ke depannya IHK akan mengalami peningkatan dan menunjukkan inflasi. 

    “Berakhirnya diskon listrik di bulan Maret dapat secara bertahap mengangkat inflasi di bulan-bulan berikutnya,” ujarnya, dikutip pada Selasa (4/3/2025). 

    Meski demikian, inflasi berpotensi tetap berada di bawah target pemerintah sebesar 2,5%±1% pada 2025. 

    Pasalnya, meski tak ada lagi diskon listrik, pemerintah telah menyiapkan sederet intervensi kebijakan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini dan membantu mengurangi tekanan harga. 

    “PPN di bawah PMK No. 18/2025, dan diskon tiket pesawat yang memberikan pengurangan 13-14% untuk penerbangan domestik kelas ekonomi, bersama dengan diskon jalan tol sebesar 20%,” jelasnya.

    Pemerintah telah mengumumkan akan memberikan diskon tarif pesawat melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.18/2025 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Jasa Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri Kelas Ekonomi yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2025. 

    Di mana insentif PPN DTP sebesar 6% berlaku untuk tiket yang dibeli antara 1 Maret hingga 7 April 2025, untuk penerbangan yang beroperasi dari 24 Maret hingga 7 April 2025. 

    Pada kesempatan yang lain, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual melihat memang adanya potensi inflasi yang signifikan pada Maret dan bulan-bulan selanjutnya. 

    “Tanpa diskon listrik, inflasi sekitar 1,5% year on year (YoY). Menjelang Lebaran, inflasi bisa naik signifikan secara YoY,” tuturnya kepada Bisnis.

    Untuk diketahui, Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen. 

    Inflasi/deflasi sebagai output akhir dari penghitungan IHK, juga sebagai pengukur pergerakan ekonomi terutama pola perubahan harga komoditas. 

  • BPS Catat Deflasi 0,48 Persen di Februari 2025, Apa Dampaknya?

    BPS Catat Deflasi 0,48 Persen di Februari 2025, Apa Dampaknya?

    PIKIRAN RAKYAT – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Februari 2025 terjadi deflasi secara bulanan sebesar 0,48 persen month-to-month (mtm), dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

    “Secara year-on-year (tahunan) juga terjadi deflasi sebesar 0,09 persen dan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) mengalami deflasi sebesar 1,24 persen,” ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (3/3/2025).

    Amalia mengatakan, penyebab deflasi adalah tarif diskon listrik dengan andil 0,67 persen. “Komoditas utama penyebab deflasi Februari adalah diskon tarif listrik, daging ayam ras, cabai merah, tomat, dan telur ayam ras,” katanya.

    Deflasi ini melanjutkan situasi Januari 2025, tetapi tidak lebih dalam. Jika melihat data lima tahun terakhir, tingkat inflasi Februari lebih rendah dibandingkan Januari 2021-2023. Sedangkan Februari 2024, inflasinya lebih tinggi dibandingkan Januari.

    Amalia menyatakan bahwa deflasi tahunan yang tercatat sebesar 0,09 persen year-on-year (yoy) pada Februari 2025 merupakan yang pertama kali terjadi sejak deflasi tahunan terakhir tercatat pada Maret 2000.

    “Terakhir menurut catatan BPS, deflasi yoy pernah terjadi pada bulan Maret 2000, di mana pada saat itu deflasi sebesar 1,10 persen, di mana deflasi itu disumbang didominasi oleh kelompok bahan makanan,” kata Amalia.

    Sementara itu, pengamat ekonomi Achmad Nur Hidayat menilai, deflasi bulan Februari 2025 yang tercatat 0,48 persen (mtm) menjadi sinyal melemahnya daya beli masyarakat.

    Meskipun BPS menyatakan deflasi ini disebabkan oleh diskon tarif listrik 50 persen bagi pelanggan rumah tangga dengan daya hingga 2.200 VA, tren ini menunjukkan indikasi yang lebih serius terhadap permintaan domestik.

    “Analisis lebih dalam mengungkapkan bahwa meskipun faktor ini berkontribusi pada penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK), angka deflasi yang signifikan ini merupakan bukti nyata dari melemahnya daya beli masyarakat,” katanya.

    Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terus mengalami penurunan sejak pertengahan 2024, mencerminkan kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja. Dia menilai, penurunan daya beli ini bukan sekadar fluktuasi ekonomi, tetapi mencerminkan tantangan yang harus segera diatasi.

    Data BPS menunjukkan jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia menyusut dari 21,5 persen pada 2019 menjadi 17,1 persen pada 2024. Hal itu berarti sekitar 10 juta individu mengalami ketidakpastian ekonomi tanpa mendapat bantuan signifikan dari pemerintah.

    “Kelas menengah memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekonomi nasional. Mereka adalah konsumen utama bagi sektor barang dan jasa, dan juga merupakan kelompok yang memiliki kemampuan investasi yang cukup besar. Penurunan jumlah kelas menengah berarti berkurangnya konsumsi rumah tangga, yang secara langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.

    Dikatakan, lemahnya daya beli masyarakat turut berdampak pada sektor usaha, terutama ritel dan manufaktur. Indeks penjualan ritel yang terus menurun sejak kuartal III-2024 menunjukkan bahwa konsumen semakin mengurangi pengeluarannya.

    Tingginya biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku dan energi global, juga semakin menekan margin keuntungan usaha. Akibatnya, beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terpaksa melakukan efisiensi, termasuk pengurangan tenaga kerja.

    “Beberapa di antaranya terpaksa menutup usaha, sementara yang lain harus melakukan efisiensi dengan mengurangi tenaga kerja. Fenomena ini menimbulkan efek domino, di mana meningkatnya angka pengangguran semakin memperburuk daya beli masyarakat,” katanya pula.

    Untuk mengatasi pelemahan daya beli, dia menyarankan beberapa langkah strategis. Pertama, penciptaan lapangan kerja berkualitas melalui insentif bagi industri padat karya. Kedua, penguatan program perlindungan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan subsidi bahan pokok yang lebih tepat sasaran.

    Ketiga, pengendalian harga komoditas strategis dengan memperkuat koordinasi antara Bank Indonesia dan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). “Penyederhanaan regulasi dan peningkatan insentif investasi dapat menarik lebih banyak modal asing dan domestik untuk mempercepat pertumbuhan industri. Dengan demikian, penciptaan lapangan kerja baru dapat dipercepat dan daya beli masyarakat dapat diperbaiki secara berkelanjutan,” tuturnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Sedikit Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.441 Per Dolar AS

    Sedikit Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.441 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini, Selasa (4/3/2025), sedikit menguat.

    Dikutip dari data Bloomberg pada pukul 09.18 WIB di pasar spot exchange, rupiah berada pada level Rp 16.441 per dolar AS atau menguat 39 poin (0,24%).

    Sebelumnya pada Senin (3/3/2025), nilai tukar rupiah menguat 0,70% menjadi Rp 16.480 terhadap dolar AS.

    Dalam pasar obligasi, indeks obligasi turut naik sebesar 0,17% dan imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 3 bps ke 6,88%.

    Pada saat nilai tukar rupiah sedikit menguat, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini dibuka melemah.

    IHSG hari ini pada pukul 09.15 WIB melemah 0,63% atau 41,03 poin ke level 6.478,6.

  • Kasus Sritex Bisa Jadi ‘Bencana’ Padat Karya, Prabowo Turun Tangan

    Kasus Sritex Bisa Jadi ‘Bencana’ Padat Karya, Prabowo Turun Tangan

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto turun tangan untuk menangani kasus pemutusan hubungan kerja alias PHK massal PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex. Dia memanggil sejumlah menteri ke istana. Salah satu yang tampak adalah Menteri BUMN, Erick Thohir.

    Kehadiran Erick Thohir di rapat tersebut,  memunculkan spekulasi mengenai kemungkinan BUMN ‘masuk’ dalam skema penyelematan puluhan ribu buruh Sritex. Apalagi, Erick juga ikut dalam konferensi pers pasca rapat yang berlangsung pada, Senin (4/3/2025). 

    Sayangnya, Erick tidak ikut memberikan pernyataan. Dia hanya berdiri di belakang Menteri Sekretariat Negara alias Setneg, Prasetyo Hadi, yang memimpin jalannya konferensi pers tersebut.

    Meski demikian, Prasetyo sempat mengungkapkan saat ini sudah ada investor yang berminat untuk menyewa pabrik ex-Sritex. Harapannya, dalam waktu dekat, para pekerja Sritex yang sebelumnya kena pemutusan hubungan kerja alias PHK secara massal bisa bekerja kembali. Dia juga sempat menyinggung nama BUMN.  

    “Belum tahu kalau investornya dari BUMN, yang pasti teman-teman dari tim kurator menyampaikan bahwa sudah ada investor yang berminat,” kata Prasetyo di Jakarta.

    Sritex telah dinyatakan bangkrut atau dalam status insolvensi pada akhir pekan lalu. Insolvensi adalah kondisi ketika perusahaan sudah tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Kurator menganggap skema keberlanjutan usaha atau going concern sudah tidak memungkinkan. Sritex tidak mampu membayar utang-utangnya kepada para krediturnya. Lebih dari 10.000 buruh di PHK. Pabrik tutup sejak 1 Maret 2025.

    Istana menggelar konferensi pers terkait kasus Sritex./Akbar Evandio Perbesar

    Dalam catatan Bisnis, total tagihan kreditur yang diberikan kepada tim kurator Sritex mencapai Rp35,7 triliun. Namun demikian, setelah proses verifikasi, jumlah tagihan yang diakui oleh kurator Sritex mencapai Rp29,8 triliun. Sementara yang tidak diakui sebanyak Rp4,3 triliun.

    Adapun dari jumlah Rp29,8 triliun tersebut, mayoritas tagihan berasal dari kreditur konkuren atau yang tidak memiliki hak istimewa dalam pelunasan piutang, senilai Rp28,3 triliun.

    Kemudian kreditur separatis atau yang memiliki hak jaminan kebendaan atas piutangnya senilai Rp919,7 miliar. Sedangkan tagihan kreditur konkuren atau kreditur yang memiliki hak istimewa misalnya pajak dan bea cukai, mencapai Rp619,5 miliar.

    Berdasarkan posisi laporan keuangan kuartal III/2024, SRIL mencatatkan total aset sebesar US$594,01 juta atau susut 8,47% dari posisi total aset yang berakhir 31 Desember 2023.

    SRIL melaporkan total aset lancar sebesar US$167,24 juta dan total aset tidak lancar mencapai US$426,76 juta.

    Di sisi lain, total liabilitas SRIL sampai September 2024 naik ke level US$1,61 miliar, yang berasal dari liabilitas jangka panjang sebesar US$1,48 miliar dan liabilitas jangka pendek sebesar US$133,84 juta.

    Adapun, SRIL mencatatkan kerugian sebesar US$66,04 juta pada periode 9 bulanan 2024. Posisi rugi itu cenderung berkurang dua kali lipat dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya yang sempat minus US$155,2 juta.

    Di sisi lain, tim kurator kepailitan PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex menyebutkan bahwa dalam 2 pekan ke depan akan memutuskan investor yang bakal menyewa aset Sritex Group.

    Perwakilan tim kurator Nurma Sadikin menyampaikan, penyewaan alat berat menjadi opsi untuk meningkatkan harta pailit dan menjaga agar nilai aset tidak mengalami penurunan.

    “Dalam 2 minggu ini kurator akan memutuskan siapa investor yang akan menyewa terhadap aset Sritex,” kata Nurma.

    Nurma menyebut, sejauh ini sudah ada sejumlah investor yang telah menghubungi tim kurator. Pihaknya juga telah berkomunikasi dengan investor-investor yang berminat untuk menyewa aset Sritex Group. Dia berharap, opsi ini menjadi peluang untuk menyerap tenaga kerja, utamanya para pekerja Sritex yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

    “Yang mana ini bisa karyawan yang telah ter-PHK dapat kembali di-hire oleh penyewa yang baru,” ujarnya.

    Bencana Industri Padat Karya?

    Kasus Sritex bisa menjadi bencana bagi industri padat karya apanula tidak ditangani dengan baik. Apalagi kasus tersebut telah berimbas kepada lebih dari 10.000 pekerja. Di sisi lain, kejadian tersebut, juga menambah daftar perusahaan yang gulung tikar entah karena bisnis, relokasi industri atau sengketa perdata seperti Sritex.

    Sekadar informasi, selain Sritex, perusahaan-perusahaan lain seperti PT Yahama Indonesia, PT Sanken Indonesia, PT Hung-A, hingga PT Asia Pasific Fiber Tbk (POLY) juga menutup operasional pabriknya dengan alasan tersebut.

    Banyaknya perusahaan yang gulung tikar menjadi alarm dini bagi pemerintah untuk membenahi sektor manufaktur. Manufaktur adalah urat nadi perekonomian. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto alias PDB paling tinggi dibandingkan sektor perekonomian lainnya.

    Sayangnya, data Badan Pusat Statistik alias BPS justru menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur terus melemah dan selalu berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2022, misalnya, pertumbuhan sektor manufaktur masih di angka 4,89%. Namun setelah itu, pada tahun 2023 melambat ke angka 4,64% dan tahun 2024 jatuh ke angka 4,43%.

    Tahun 2022 sengaja dipakai titik poin alias turning point untuk menilai kinerja industri, karena pada waktu itu Indonesia sedang dalam tahap pemulihan pasca pandemi Covid-19. Persoalannya, kendati pada tahun 2022 mampu tumbuh hampir 4,9%, tahun-tahun setelah itu, pertumbuhannya justru melambat.

    Tidak hanya dari sisi pertumbuhan, share manufaktur ke PDB juga berangsur menyusut. Kalau tahun 2022 – 2024 kontribusi manufaktur ke PDB masih stagnan di angka 18%. Memang ada penguatan kinerja dalam kurun waktu tersebut. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2021, misalnya, kontribusi manufaktur ke PDB masih mencapai 19,24%. Tahun 2020, meski pada waktu itu dihantam pandemi, kontribusi manufaktur ke PDB masih bisa mencapai 19,87%.

    Ilustrasi industri manufaktur./IstimewaPerbesar

    Kondisi yang terjadi di Indonesia seperti agak berbanding terbalik dengan Vietnam yang begitu ekspansif. Industri mereka berkontribusi di kisaran 23-24% (data World Bank). Negari Paman Ho itu sedang berada tahap industrialisasi. Aliran investasi ke Vietnam mengucur deras. Apple, misalnya, telah berinvestasi sebanyak Rp256 triliun ke Vietnam. Kontras dengan Indonesia yang hanya di angka Rp2,6 triliun. Itupun masih komitmen. 

    Tak heran, dengan kinerja sektor industri dan manufaktur yang cukup atraktif, pertumbuhan ekonomi Vietnam pada tahun 2024 lebih dari 7% year on year. Sesuatu yang masih di dalam angan dan belum pernah dicapai oleh Indonesia sejak era reformasi. 

    Sekadar catatan, kalau mengacu kepada data Bank Dunia, Indonesia memang pernah mencapai pertumbuhan di atas 7%, tetapi itu terjadi pada era Orde Baru. Pada tahun 1968, pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan mencapai 10,9%. Tahun 1996 atau setahun tahun sebelum krisis ekonomi dan 2 tahun sebelum reformasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di angka 7,8%. 

    Sementara itu, sejak reformasi bergulir, Indonesia belum pernah mencapai pertumbuhan di level 7%. Paling banter hanya di angka 6,3% pada tahun 2007. Itupun salah satunya karena booming komoditas. Namun setelah itu, ekonomi Indonesia berangsur menyusut, hingga sekarang stagnan di kisaran 5%.

    Adapun pemerintah selama beberapa tahun terakhir cenderung mengarahkan kebijakannya untuk mengakomodasi industri padat modal seperti logam dasar, teknologi, hingga pertambangan. Hal ini terbukti dari data realisasi investasi tahun 2024 yang menunjukkan bahwa kedua sektor itu cukup dominan.

    Industri logam dasar dan barang logam misalnya, realisasi investasinya sebanyak Rp238,4 triliun. Sektor ini menempati peringkat pertama. Sementara itu, sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi berada di peringkat kedua dengan total realisasi investasi sebanyak 189,8 triliun. 

    Kedua sektor ini padat modal. Namun tidak cukup signifikan untuk menyerap tenaga kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperbarui pada tanggal 5 Februari 2025, mencatat bahwa, proporsi tenaga kerja manufaktur terus menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jumlahnya hanya di angka 13,83% atau stagnan dibandingkan dengan tahun 2023. Padahal pada tahun 2022 lalu, proporsinya mencapai 14,17%.

    Proporsi pekerja di sektor industri logam dasar hanya 0,16% dari total proporsi pekerja manufaktur yang sebanyak 13,83%. Jika jumlah penduduk yang berkerja sebanyak 144,64 juta, maka orang yang bekerja di sektor manufaktur sekitar 20 juta. Artinya jika proporsi industri logam dasar hanya menyumbang 0,16%, serapan pekerjanya hanya sebanyak 32.000.

    Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan industri makanan minuman alias mamin yang tahun 2024 lalu realisasi investasinya sebanyak Rp117,87 triliun, tetapi memiliki kontribusi ke proporsi pekerjaan hingga 4% atau kalau 800.000 orang. 

    Dengan kondisi tersebut, pemerintah mulai membenahi sektor industri padat karya yang mulai kembang kempis. Apalagi, Presiden Prabowo Subianto memiliki target pertumbuhan ekonomi cukup ambisius di angka 8%. Di sisi lain, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. 

    Pada tahun 2023, total populasi penduduk Indonesia sebanyak 281,3 juta. Jumlah penduduk yang bekerja hanya di angka 144,64 juta. Pada tahun 2030 nanti, populasi penduduk akan mencapai 297 juta dengan 64% di usia produktif.

    Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengemukakan bahwa Presiden Prabowo Subianto juga telah memberikan arahan khusus terkait isu ini agar dapat disoroti dan dicarikan solusinya dengan segera.

    Meski begitu, saat ditanya mengenai kondisi industri padat karya yang melemah, Yassierli menjelaskan bahwa tidak semua sektor terdampak secara merata. “Ya, tidak semua. Industri tekstil memang agak turun. Tapi kalau industri pakaian jadi malah tumbuh. Ini memang dinamika industri,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Presiden.

  • RI Deflasi Lagi Gegara Diskon Tarif Listrik

    RI Deflasi Lagi Gegara Diskon Tarif Listrik

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,48% secara bulanan (month to month/mtm) dan deflasi 0,09% secara tahunan (year on year/yoy) pada Februari 2025. Deflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik 50% yang berlaku pada Januari-Februari 2025.

    “Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi 0,52% karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67%,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Wanita yang akrab disapa Winny itu melanjutkan, komoditas yang juga memberikan andil deflasi secara bulanan karena penurunan harga seperti daging ayam ras, bawang merah dan cabai.

    “Komoditas yang juga memberikan andil deflasi karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak seperti daging ayam ras yang harganya turun sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,06%, bawang merah dan cabai merah juga mengalami penurunan harga sepanjang Februari sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%,” tutur Winny.

    Diskon tarif listrik 50% telah membuat deflasi bulanan terjadi selama dua bulan berturut-turut sejak Januari 2025, di mana saat itu terjadi deflasi sebesar 0,76%. Khusus tarif listrik mengalami deflasi 32,03% dan memberikan andil terhadap deflasi 1,47% pada Januari 2025.

    Diskon Tarif Listrik Bikin Fenomena 25 Tahun Lalu Terulang

    Deflasi secara tahunan merupakan fenomena cukup langka di Indonesia. Terakhir kali deflasi tahunan seperti saat ini pernah terjadi pada Maret tahun 2000.

    “Menurut catatan BPS, deflasi year on year pernah terjadi pada Maret 2000 di mana pada saat itu deflasi sebesar 1,10%, di mana deflasi itu disumbang, didominasi oleh kelompok bahan makanan,” kata Winny.

    Winny membantah jika deflasi tahunan ini terjadi karena penurunan daya beli. Hal ini disebut tejadi karena pengaruh dari kebijakan diskon tarif listrik 50% yang berlaku pada Januari-Februari 2025.

    “Ini bukan karena penurunan daya beli, tetapi karena pengaruh dari diskon tarif listrik. Ini yang memberikan andil deflasi 2 bulan berturut-turut karena ini kebijakan pemerintah melalui diskon tarif listrik 50%,” jelas Winny.

    Menurutnya, penurunan daya beli biasanya dikaitkan dengan komponen inti, namun pada Februari 2025 komponen inti masih mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48%. Komponen ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi 1,58%, di mana komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk dan nasi dengan lauk.

    “Komponen inti masih mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48%. Biasanya daya beli itu dikaitkannya dengan komponen inti. Komponen inti ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi sebesar 1,58%,” tegas Winny.

    Komponen harga bergejolak juga masih mengalami inflasi sebesar 0,56% dengan andil inflasi sebesar 0,10%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara tahunan pada komponen ini adalah cabai rawit, bawang putih, kangkung dan bawang merah.

    “Untuk komponen harga bergejolak sebagian komoditas mengalami deflasi, tetapi juga ada sebagian komoditas yang masih mengalami inflasi secara yoy seperti cabai rawit, bawang putih, kangkung dan bawang merah. Oleh karena itu komponen harga bergejolak ini kalau sudah digabungkan semuanya mengalami inflasi 0,56%,” beber Winny.

    Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 9,02% dan komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 1,77%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada komponen ini karena adanya diskon tarif listrik.

    (aid/ara)

  • DKI kemarin, banjir Jakarta hingga Transjakarta gandeng D’Masiv

    DKI kemarin, banjir Jakarta hingga Transjakarta gandeng D’Masiv

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah berita seputar DKI Jakarta yang terjadi pada Senin (3/3), mulai dari banjir Jakarta hingga Transjakarta gandeng D’Masiv ajak masyarakat pakai transportasi umum.

    Berikut berita seputar DKI Jakarta yang masih menarik untuk dibaca kembali:

    1. Ketinggian banjir di Jaksel capai 230 sentimeter

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Selatan mencatat ketinggian banjir di empat kelurahan daerah itu mencapai 230 sentimeter (cm) hingga Senin pagi.

    “Untuk Jakarta Selatan sampai saat sekarang, di Kelurahan Tanjung Barat, Pejaten Timur, Rawajati dan Pengadegan ketinggiannya mencapai 230 cm,” kata Komandan Pleton BPBD Jakarta Selatan Muhammad Nur saat dihubungi di Jakarta, Senin.

    Selengkapnya di sini

    2. Wagub Rano tinjau lokasi pengungsian banjir di Jakarta Timur

    Wakil Gubernur (Wagub) Jakarta Rano Karno meninjau serta memberikan bantuan kepada korban banjir di lokasi pengungsian SDN Kampung Melayu 01/02 dan Kantor Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur.

    Rano Karno tiba di lokasi SDN Kampung Melayu 01/02 sekitar pukul 08.55 WIB. Para pengungsi pun menyambut kedatangan Wagub baru Jakarta tersebut dengan bahagia.

    Selengkapnya di sini

    3. Diskon tarif listrik beri andil utama deflasi DKI dua bulan terakhir

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penerapan diskon tarif listrik sebesar 50 persen memberi andil pada deflasi DKI Jakarta secara bulanan yaitu pada Januari 2025 dan Februari 2025.

    Pada Januari 2025, diskon tarif listrik memberikan andil deflasi bulanan sebesar 1,94 persen, sementara pada Februari 2025 andilnya sebesar 0,91 persen.

    Selengkapnya di sini

    4. Transjakarta gandeng D’Masiv ajak masyarakat pakai transportasi umum

    PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) berkolaborasi dengan band D’Masiv mengajak masyarakat memakai transportasi umum termasuk armada Transjakarta.

    Kolaborasi dengan band terkemuka tersebut juga diwujudkan dalam hak penamaan atau naming rights untuk Halte Petukangan Utara yang kini menjadi Halte Petukangan D’Masiv. Halte yang berada di koridor 13 tersebut berada dekat dengan markas D’Masiv di Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan.

    Selengkapnya di sini

    5. 1.229 warga di Jaksel dan Jaktim mengungsi akibat banjir

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan sebanyak 1.229 warga yang tersebar di beberapa kelurahan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mengungsi ke sejumlah lokasi pengungsian.

    “Ada 11 lokasi pengungsian yang tersebar di empat kelurahan,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta Mohamad Yohan di Jakarta, Senin.

    Selengkapnya di sini

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Politik kemarin, instruksi Prabowo hingga PSU Pilkada 2024

    Politik kemarin, instruksi Prabowo hingga PSU Pilkada 2024

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa politik telah diwartakan oleh pewarta Kantor Berita ANTARA pada Senin (3/3). Berikut beberapa berita pilihan yang masih menarik dibaca pagi ini.

    1. Prabowo panggil menteri terkait bahas harga pangan-cabai saat Ramadhan

    Presiden RI Prabowo Subianto memanggil sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ke Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, guna membahas stabilisasi harga pangan, termasuk harga cabai saat Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

    “Kami akan bahas harga pangan di bulan suci Ramadhan. Sesuai BPS, alhamdulillah pengumuman BPS tadi produksi kita Januari sampai April, angka sementara itu tertinggi selama tujuh tahun,” kata Mentan Amran Sulaiman kepada awak media.

    Baca selengkapnya di sini.

    2. Anggota DPR: Penempatan anggota TNI dalam jabatan sipil harus selektif

    Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengatakan bahwa penempatan anggota TNI dalam jabatan sipil harus dilaksanakan secara selektif.

    “Misalnya dia memang sangat dibutuhkan, dan kemudian harus sesuai dengan permintaan menterinya, dan ketiga juga harus kapabel,” kata anggota komisi yang membidangi pertahanan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta.

    Baca selengkapnya di sini.

    3. Pakar: TNI tak mungkin balik terapkan sistem “dwifungsi”

    Pakar keamanan dan pertahanan Dr. Kusnanto Anggoro mengemukakan bahwa TNI tidak mungkin kembali menerapkan sistem “dwifungsi” seperti yang terjadi pada era orde baru.

    Saat membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang TNI dengan Komisi I DPR RI di Jakarta, Senin, Kusnanto mengatakan ketika TNI masih bernama ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang menganut sistem dwifungsi, militer memiliki fungsi pertahanan negara serta fungsi sosial dan politik. Hal itu tidak mungkin terjadi lagi karena sudah tidak ada lagi fraksi militer di DPR.

    Baca selengkapnya di sini.

    4. Kepala Bakamla optimistis RUU Keamanan Laut rampung pada 2025

    Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Laksamana Madya TNI Irvansyah optimistis Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Laut akan rampung pada tahun 2025 ini.

    “Kalau dilihat dari pembicaraan, diskusi kami tadi (dengan Komisi I DPR), saya optimistis tahun ini akan selesai,” kata Irvansyah.

    Baca selengkapnya di sini.

    5. KPU: Hampir semua PSU pilkada digelar setelah Idul Fitri

    Mochammad Afifuddin mengatakan bahwa hampir semua jadwal pemungutan suara ulang Pilkada 2024 di 24 daerah akan digelar setelah Idul Fitri 2025.

    “Ternyata semuanya setelah Idul Fitri, kayaknya setelah itu, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi,” kata Afifuddin.

    Baca selengkapnya di sini.

    Pewarta: Nadia Putri Rahmani
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025