Kementrian Lembaga: BPS

  • Indonesia Catat Surplus Neraca Perdagangan 58 Bulan Berturut-turut

    Indonesia Catat Surplus Neraca Perdagangan 58 Bulan Berturut-turut

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada Februari 2025, dengan nilai mencapai US$  3,12 miliar. Tren positif ini telah berlangsung selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, menunjukkan ketahanan ekonomi nasional di tengah berbagai tantangan global.

    Surplus ini berasal dari nilai ekspor yang mencapai US$ 21,98, sementara impor tercatat sebesar US$ 18,86 miliar pada periode yang sama. Namun, surplus neraca perdagangan ini didapat dari penurunan sebesar US$ 380 juta secara bulanan, tetapi meningkat secara tahunan sebesar US$ 2,28 miliar.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, capaian ini mencerminkan daya saing produk ekspor Indonesia yang tetap kuat di pasar global.

    “Kinerja positif ini ditopang oleh tingginya permintaan dari negara mitra dagang utama, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan India, serta harga komoditas unggulan yang masih berada dalam tren menguntungkan,” ucapnya dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin (17/3/2025).

    Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 terutama didorong oleh kinerja positif komoditas nonmigas, yang mencatat surplus sebesar US$ 4,84 miliar. Meskipun demikian, angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 4,92 miliar.

    Komoditas utama yang berkontribusi terhadap surplus nonmigas meliputi lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72). Kinerja ekspor dari sektor ini tetap kuat meskipun terjadi sedikit penurunan dibanding bulan sebelumnya.

    Di sisi lain, neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit sebesar US$ 1,72 miliar, yang terutama disebabkan oleh impor hasil minyak dan minyak mentah yang masih tinggi.

    Secara keseluruhan, Indonesia tetap mencatat surplus neraca perdagangan karena nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Pada Februari 2025, total nilai ekspor mencapai US$ 21,95 miliar, mengalami penurunan sebesar 2,58% secara bulanan (mtm).

    Sementara itu, nilai impor tercatat US$ 18,86 miliar, meningkat 5,18% mtm. Kombinasi dari penurunan ekspor dan peningkatan impor ini tetap mampu menjaga surplus perdagangan Indonesia di tengah dinamika ekonomi global.

    Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah terus mendorong diversifikasi ekspor agar tidak hanya bergantung pada komoditas mentah. Produk bernilai tambah dan manufaktur semakin didorong ke pasar internasional untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

    Di sisi lain, pengendalian impor juga berperan dalam menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Efisiensi dalam pengadaan bahan baku industri dan pengurangan impor barang konsumsi yang tidak mendesak menjadi strategi utama dalam mempertahankan surplus perdagangan.

  • Neraca Perdagangan RI Surplus 58 Bulan Berturut-turut, Sentuh USD 3,12 Miliar di Februari 2025 – Page 3

    Neraca Perdagangan RI Surplus 58 Bulan Berturut-turut, Sentuh USD 3,12 Miliar di Februari 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,12 miliar pada Februari 2025, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS)“Surplus neraca perdagangan bulan Februari 2025 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau turun USD 0,38 miliar, namun lebih tinggi dibandingkan bulan yanh sama tahun lalu,” ungkap Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis BPS yang disiarkan pada Senin (17/3/2025).

    Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    Amalia memaparkan, surplus pada Februari 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas sebesar USD 4,84 miliar. Komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewan nabati HS15, kemudian bahan bakar mineral HS27, serta besi dan baja HS72.

    “Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD 1,72 miliar yang tentunya berasal dari defisit pada hasil minyak maupun minyak mentah,” beber Amalia.

    Amerika Serikat, India dan Filipina menjadi negara mitra yang menyumbang surplus terbesar neraca perdagangan Indonesia.

    BPS mencatat, Indonesia pada Februari 2025 mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan tiga terbesar diantaranya adalah dengan Amerika Serikat yang mencapai surplus USD 1,57 miliar, dengan India mengalami surplus sebesar USD 1,27 miliar, dan dengan Filipina USD 0,75 miliar.

    Komoditas Penyumbang Surplus Terbesar

    Komoditas penyumbang surplus terbesar pada Februari 2025 dengan Amerika Serikat yang didorong oleh mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, komoditas pakaian dan aksesorisnya yang berupa rajutan, serta alas kaki.Dengan India, surplus perdagangan terbesar Indonesia disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral terutama batu bara, lemak dan minyak hewan nabati terutama CPO, serta besi dan baja.

    Dengan Filipina, surplus perdagangan terbesar Indonesiadisumbang oleh komoditas kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral atau batu bara, serta lemak dan minyak hewan nabatu terutama oleh minyak sawit.

     

     

  • Terima Kasih CPO! RI Pesta Dagang 58 Bulan Beruntun

    Terima Kasih CPO! RI Pesta Dagang 58 Bulan Beruntun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Neraca perdagangan diproyeksikan masih berada di zona surplus periode Februari 2025. Surplus kali ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, yakni hanya mencapai US$ 3,12 miliar. Dengan capaian ini, maka Indonesia telah membukukan surplus selama 58 bulan beruntun sejak Mei 2020.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan Surplus pada Februari 2025 lebih ditopang oleh surplus nonmigas US$ 4,84 miliar dengan komoditas utama pertama lemak dan minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

    “Pada saat yang sama neraca perdagangan dan komoditas migas defisit US$ 1,72 miliar yang tentunya berasal dari defisit pada hasil minyak dan minyak mentah,” kata Amalia, dalam rilis data statistik BPS, Senin (17/3/2025).

    Sebagai catatan, ekspor industri pengolahan RI naik cukup besar. Pemicunya adalah ekspor minyak kepala sawit dan logam dasar, barang perhiasaan, dan barang kimia dasar organik, serta kapal laut dan sejenisnya.

    Khusus minyak kepala sawit (crude palm oil/CPO), BPS mencatat nilai ekspor CPO dan turunannya memang naik 58,35% (mtm) secara bulanan dan naik sebesar 89,54% (yoy) secara tahunan.

    “Terkait ekspor CPO dan turunnya HS 1511 di Februari 2025 ekspor HS 1511 ini sebesar US$ 2,27 miliar tertinggi sejak Agustus 2023, yang pada saat itu di Agustus 2023 nilai ekspornya mencapai US$ 2,04 miliar,” papar Amalia.

    Foto: Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
    Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

    (arj/haa)

  • Ekspor Batu Bara RI ke China hingga India Anjlok

    Ekspor Batu Bara RI ke China hingga India Anjlok

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan nilai ekspor batu bara terus berlanjut pada Februari 2025. Secara volume, ekspor batu bara ke negara-negara tujuan utama juga mengalami penurunan signifikan.
     
    Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor batu bara pada Februari 2025 mencapai US$2,09 miliar atau turun 3,79% (month-to-month/mtm) dibanding bulan sebelumnya US$2,17 miliar. Jumlah tersebut juga turun 19,73% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan Februari 2024 sebesar US$2,60 miliar.
     
    “Nilai ekspor batu bara turun 3,79% secara bulanan dan juga secara tahunan alami penurunan 19,73%,” ungkap Amalia dalam Rilis BPS, Senin (17/3/2025).
     
    Amalia menuturkan, menurunnya ekspor komoditas emas hitam ini didorong oleh harga batu bara di pasar internasional pada Februari 2025 tercatat sebesar US$106,93 per mt, menyentuh level terendah sejak Mei 2021.
     
    “Hal ini menjadi kontribusi nilai ekspor batu bara 3,79% secara bulanan pada Februari 2025,” ungkap Amalia. 
     
    Dari sisi volume, BPS mencatat terjadi kenaikan volume ekspor batu bara sebesar 1,35% mtm pada Februari 2025. Namun, sepanjang Januari-Februari 2025, Amalia mengungkap bahwa volume ekspor komoditas ini ke China, India, dan Jepang mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
     
    Secara terperinci, volume ekspor batu bara ke China turun 18,68% yoy, India turun 13,04% yoy, dan Jepang sebesar 16,08% yoy.
     
    Sementara itu, ekspor komoditas unggulan Indonesia lainnya seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya mengalami peningkatan. BPS mencatat nilai ekspor CPO dan turunannya pada Februari 2025 mencapai US$2,27 miliar atau naik 58,35% dibanding bulan sebelumnya US$1,44 miliar.
     
    Nilai tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 89,54% yoy dibanding Februari 2024 yang tercatat sebesar US$1,20 miliar.
     
    Untuk besi dan baja, nilai ekspor komoditas ini mencapai US$1,99 miliar atau mengalami penurunan sebesar 6,20% mtm dibanding bulan lalu US$2,12 miliar.
     
    Namun, secara tahunan, nilai ekspor besi dan baja mengalami peningkatan sebesar 19,52% dibanding Februari 2024 yang tercatat sebesar US$1,67 miliar.

  • Nilai Ekspor Capai US$ 21,98 Miliar pada Februari 2025

    Nilai Ekspor Capai US$ 21,98 Miliar pada Februari 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 21,98 miliar pada Februari 2025. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 2,58% dibandingkan Januari 2025 month to month (mtm) dan meningkat 14,05% dibandingkan Februari 2024 year on year (yoy).

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor migas pada Februari 2025 mencapai US$ 1,14 miliar, tumbuh 8,25% secara bulanan, tetapi mengalami kontraksi 5,98% secara tahunan. Kenaikan ekspor migas secara bulanan didorong oleh meningkatnya nilai ekspor minyak mentah yang berkontribusi sebesar 0,56%.

    Sementara itu, ekspor nonmigas tercatat sebesar US$ 20,84 miliar, mengalami pertumbuhan 2,29% secara bulanan dan 15,4% secara tahunan. Beberapa komoditas yang memberikan kontribusi terhadap kenaikan ekspor nonmigas secara bulanan antara lain lemak dan minyak hewani/nabati yang naik 37,04% dengan andil 3,7%, mesin dan peralatan mekanis yang meningkat 37,85% dengan andil 0,92%, serta logam mulia dan perhiasan yang tumbuh 16,45% dengan andil 0,66%.

    “Peningkatan nilai ekspor pada Februari 2025 secara bulanan terutama didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS pada Senin (17/3/2025).

    Secara tahunan, komoditas nonmigas yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekspor meliputi lemak dan minyak hewani/nabati, logam mulia dan perhiasan, serta besi dan baja.

    Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas terbagi menjadi tiga kelompok utama. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat nilai ekspor sebesar US$ 560 juta, tumbuh 3,06% secara bulanan dan 52,01% secara tahunan. 
    Sektor pertambangan dan lainnya mencapai US$ 2,63 miliar, mengalami kontraksi sebesar 3,41% secara bulanan dan 35,38% secara tahunan. Sementara itu, sektor industri pengolahan mencatat nilai ekspor US$ 17,65 miliar, tumbuh 3,17% secara bulanan dan 29,56% secara tahunan, dengan kontribusi sebesar 20,89% terhadap total ekspor Februari 2025.

    “Peningkatan ekspor sektor industri pengolahan secara bulanan terutama didorong oleh meningkatnya nilai ekspor minyak kelapa sawit, mesin keperluan umum, barang perhiasan dan barang berharga, serta timah,” tambah Amalia saat rilis nilai ekspor Februari 2025.

  • Neraca Perdagangan Februari 2025 Surplus US,12 Miliar, Rekor 58 Bulan Beruntun

    Neraca Perdagangan Februari 2025 Surplus US$3,12 Miliar, Rekor 58 Bulan Beruntun

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan barang Indonesia mencapai surplus US$3,12 miliar per Februari 2025.

    Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$4,84 miliar.

    “Pada Februari 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$3,12 miliar atau turun sebesar US$0,38 miliar secara bulanan,” ungkap Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS RI, Senin (17/3/2025).

    Surplus perdagangan pada Februari 2025 ditopang oleh keuntungan dagang dari pada komoditas nonmigas, di mana komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72)

    Di sisi lain, neraca perdagangan komoditas migas mencatat defisit US$,72 miliar yang berasal dari defisit hasil minyak maupun minyak mentah.

    BPS juga melaporkan bahwa ekspor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$21,98 miliar, mengalami kenaikan 2,58% secara bulanan (month to month/mtm) atau 15,04% secara tahunan (year on year/YoY). Kenaikan ini didorong oleh ekspor migas dan nonmigas yang masing-masing naik 8,25% dan 2,29%.

    Sementara itu, nilai impor Indonesia Februari 2025 mencapai US$18,86 miliar, naik 5,18% mtm dibandingkan dengan Januari 2025 dan 2,3% secara YoY. Impor migas mencapai US$2,87 miliar, naik 15,50%, sedangkan impor nonmigas mencapai US$16 miliar atau naik 3,52%.

    Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memperkirakan surplus neraca perdagangan menyusut ke angka US$1,85 miliar dari Januari yang mencapai US$3,45 miliar.

    Surplus yang menurun tersebut sejalan dengan moderasi ekspor akibat penurunan harga dan volume ekspor batu bara. 

    Asmo, sapaannya, memperkirakan ekspor masih akan tumbuh positif sebesar 7,8% secara tahunan atau year on year (YoY), namun terkontraksi sebesar 3,2% secara bulanan atau month to month (MtM).

    “Penurunan ekspor secara bulanan diperkirakan disebabkan oleh penurunan ekspor batu bara [data ESDM] yang secara volume turun 1% YoY atau turun 9% MtM,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu (16/3/2025).

    Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA David E. Sumual lebih optimistis dalam proyeksinya. Dia mengestimasi surplus perdagangan Februari 2025 menyentuh US$3,25 miliar.

    Dia memperkirakan adanya lonjakan ekspor secara tahunan sebesar 13,13% YoY. Ekspor juga akan tumbuh 1,64% secara bulanan setelah sempat terkoreksi hingga 8,56% month to month (mtm) pada bulan sebelumnya.

    Kenaikan ekspor secara tahunan terutama disebabkan oleh basis rendah pada ekspor komoditas tahun lalu seperti batu bara, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan gas alam.

    Dari sisi impor, David memperkirakan kenaikan secara bulanan sebesar 3,06% setelah kontraksi cukup dalam sebesar 15,18% mtm pada Januari 2025. Kenaikan importasi komoditas pangan menjadi faktor utama penopang pertumbuhan bulanan ini.

    “Menjelang Ramadan, mulai ada efeknya ke peningkatan impor,” ujarnya, Minggu (16/3/2025). 

  • Terima Kasih CPO! RI Pesta Dagang 58 Bulan Beruntun

    Impor RI Tumbuh Tipis, Capai US$ 18,83 Miliar di Februari 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai impor Indonesia Februari 2025 mencapai US$18,86 miliar, naik 5,18% (mtm) dibandingkan Januari 2025. Adapun secara tahunan, impor tercatat hanya tumbuh 2,3% (yoy).

    Hal ini dipaparkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis statistik, Senin (17/3/2025).

    Impor migas Februari 2025 senilai US$2,87 miliar, naik 15,50% dibandingkan Januari 2025. Adapun, impor nonmigas mencapai US$ miliar atau naik 3,52% dibandingkan bulan sebelumnya.

    “Peningkatkan impor secara bulanan (mtm) didorong peningkatan impor nonmigas yang andilnya 3,03% dan nilai impor migas yang andilnya sebesar 2,14%,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, Senin (17/3/2025).

    Kemudian, secara tahunan, impor Februari meningkat 2,30%. Jika dirinci, nilai impor nonmigas naik 3,74% dan impor migas turun 3,76%.

    “Peningkatan nilai impor secara tahunan didorong impor nonmigas yang andilnya 2,91%,” ungkap Amalia.

    Berdasarkan jenis barang, BPS mencatat baik secara bulanan dan tahunan terjadi peningkatan bahan baku penolong dan barang modal. Sementara itu, impor barang konsumsi mengalami penurunan.

    Impor barang modal naik sebesar 4,13% (yoy) dan impor bahan baku naik 4,78% (yoy). Sementara itu, impor konsumsi mengalami penurunan 21,05% (yoy) secara tahunan dan 10,61% (mtm) secara bulanan.

    “Penurunan terbesar (impor barang konsumsi) terjadi pada impor untuk frozen meat turun US$ 43,5 juta dibandingkan bulan lalu,” kata Amalia.

    Foto: Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
    Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

    (haa/haa)

  • Terima Kasih CPO! RI Pesta Dagang 58 Bulan Beruntun

    Breaking News! Neraca Dagang RI Surplus US$ 3,12 M di Februari 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada Februari 2025. Surplus kedua pada 2025 ini mencapai US$ 3,12 miliar, dipicu oleh nilai impor yang lebih rendah yakni US$ 18,86 miliar, sementara ekspor mencapai US$ 21,98 miliar.

    Ini adalah surplus selama 58 bulan beruntun sejak Mei 2020. Namun, surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Januari 2025 yang mencapai US$3,45 miliar.

    Nilai surplus ini lebih tinggi daripada hasil konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 akan mencapai US$2,08 miliar dengan median ekspor sebesar 6,81% year on year/yoy dan impor sebesar 1,2% yoy.

    “Surplus pada Februari 2025 lebih ditopang surplus non migas US$ 4,84 miliar dengan komoditas utama pertama lemak dan minyak nabati bahan bakar mineral serta besi dan baja,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis BPS, Senin (17/3/2025).

    Pada saat yang sama, dia mengatakan neraca perdagangan dan komoditas migas mengalami defisit US$ 1,72 miliar yang tentunya berasal dari defisit pada hasil minyak dan minyak mentah.

    Foto: Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
    Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

    (haa/haa)

  • Ekspor RI Melesat 14,05% Jadi US,98 Miliar per Februari 2025

    Ekspor RI Melesat 14,05% Jadi US$21,98 Miliar per Februari 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor Indonesia tercatat tumbuh sebesar 14,05% secara tahunan dengan nilai mencapai US$21,98 miliar pada Februari 2025.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan utamanya didorong peningkatan ekspor nonmigas, khususnya komoditas Lemak Minyak Hewani/Nabati (HS 15), Logam Mulia dan Perhiasan/Permata (HS 71), serta komoditas Besi dan Baja (HS 72). 

    Sementara secara bulanan, nilai ekspor tumbuh 2,58% month to month (MtM) yang disumbangkan oleh nilai ekspor nonmigas naik sebesar 2,29% MtM dengan nilai mencapai US$20,84 miliar.

    “Secara bulanan [ekspor] naik didorong kenaikan nilai ekspor nonmigas pada komoditas Lemak Minyak Hewani Nabati [HS 15] yang naik 37,04%, andilnya sebesar 3,71% MtM,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (17/3/2025). 

    Selain itu, nilai ekspor minyak dan gas (migas) yang  tercatat senilai US$1,14 miliar atau naik 8,25% month to month/MtM.

    Amalia lebih lanjut menjelaskan komoditas lainnya yang menopang ekspor adalah Mesin dan Peralatan Mekanis serta Bagiannya (HS 84) yang naik sebesar 37,85% MtM dan andilnya sebesar 0,92%.  

    Selain itu, komoditas Logam Mulia dan Perhiasan/Permata (HS 71), naik 16,45% MtM atau andil 0,66%.

    Adapun untuk kenaikan nilai ekspor migas terutama didorong peningkatan nilai ekspor minyak mentah dengan andil sebesar 0,56% terhadap ekspor bulanan. 

    Melihat ekspor nonmigas berdasarkan sektor, peningkatan nilai ekspor nonmigas secara bulanan utamanya didorong oleh sektor industri pengolahan. 

    Di mana nilai ekspor industri pengolahan naik 3,17% MtM pada Februari 2025, dari US$17,11 miliar menjadi US$17,65 miliar, dengan andil peningkatan sebesar 2,53%. 

    Sementara nilai ekspor dari sektor pertambangan turun 3,41% MtM dari US$2,72 miliar menjadi US$2,63 miliar pada Februari 2025. 

    Adapun nilai ekspor dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatatkan peningkatan dari US$0,55 miliar pada Januari 2025 menjadi US$0,56 miliar pada Februari 2025. 

    Pada Februari 2025, BPS pun mencatat adanya peristiwa yang mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, yakni dari perubahan harga komoditas di pasar internasional yang mengalami peningkatan secara bulanan maupun tahunan, kecuali komoditas energi. 

    “Komoditas energi turun diiringi penurunan harga minyak mentah dan batu bara. Batu bara di pasar internasional menyentuh level terendah sejak Mei 2021,” ujarnya. 

    Realisasi ini terpantau sejalan dengan proyeksi Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau Bank BCA David E. Sumual yang melihat akan ada lonjakan ekspor secara tahunan sebesar 13,13% YoY. 

    Secara bulanan, ekspor akan tumbuh 1,64% MtM usai pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi hingga 8,56% MtM. 

    “Utamanya secara YoY, ekspor meningkat tinggi karena low base harga komoditas ekspor tahun lalu, seperti batu bara, CPO, dan gas alam,” ujarnya, Minggu (16/3/2025). 

  • Laporan BPS: Ekspor RI Tembus US,98 Miliar di Februari 2025

    Laporan BPS: Ekspor RI Tembus US$21,98 Miliar di Februari 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor RI mencapai US$ 21,98 miliar pada Februari 2025, atau naik 2,58% (mtm) dibanding Januari 2025. Adapun, nilai ekspor secara tahunan meningkat hingga double digit, yakni 14,05%.

    Nilai ekspor nonmigas juga naik 2,29% dengan nilai US$ 20,84 miliar dan nilai ekspor migas tercatat senilai US$1,14 miliar atau naik sebesar 8,25%

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan peningkatan nilai ekspor pada bulan ini, yang secara bulanan, terutama didorong oleh ekspor nonmigas, yaitu pada komoditas lemak dan minyak hewan nabati yang naik 3,07% (mtm) dengan andil 3,71%.

    Kedua adalah komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) yang naik 37,85% dan andilnya 0,92% dan ketiga adalah komoditas logam mulai dan perhiasan atau permata yang masuk HS71 naik 16,45% atau andilnya 0,66%.

    “Secara tahunan nilai ekspor Februari 2025 mengalami peningkatan 14,05% atau secara tahunan,” tegas Amalia dalam rilis BPS, Senin (17/3/2025).

    Kenaikan secara tahunan ini didorong peningkatan ekspor nonmigas terutama pada lemak dan minyak hewani atau nabati, komoditas logam mulai dan perhiasan atau permata, dan besi baja.

    Ekspor nonmigas Februari 2025 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$4,29 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,35 miliar, dan India US$1,65 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 39,79%.

    Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2025 mencapai US$43,41 miliar atau naik 9,16% dibanding periode yang sama tahun 2024.

    Foto: Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
    Rilis BPS Senin, (17/3/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

    (haa/haa)