Kementrian Lembaga: BPS

  • Angka Pemudik Turun, Waketum Kadin: Daya Beli Masyarakat Tidak Baik-baik Saja – Halaman all

    Angka Pemudik Turun, Waketum Kadin: Daya Beli Masyarakat Tidak Baik-baik Saja – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Sarman Simanjorang, menyampaikan saat ini daya beli masyarakat tidak baik-baik saja. Hal ini terpotret dari menurunnya angka pemudik sebesar 24 persen.

    “Penyebabnya adalah daya beli masyarakat kita yang sedang tidak baik baik saja,” ujar Sarman saat dihubungi, Rabu (2/4/2025).

    Selain itu, kata dia, masyarakat juga tengah melakukan penghematan. Misalnya, untuk mengantisipasi biaya masuk sekolah pada tahun ajaran baru bulan Juni nanti. Beberapa indikator lainnya, juga disebabkan menurunnya perekonomian kelas menengah.

    “Kondisi kelas menengah baru kita juga yang semakin menurun yang selama ini merupakan penggerak ekonomi kita,” tutur Sarman.

    Informasi mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), juga turut mempengaruhi psikologis masyarakat. Kini, warga lebih berhati-hati dan selektif dalam berbelanja.

    Sarman juga menyoroti realisasi Rp 67,1 triliun uang layak edar (ULE) untuk kebutuhan masyarakat pada periode Ramadan dan Idul Fitri atau hanya terserap sekitar 37 persen dari total yang disediakan Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 180,9 triliun hingga Senin (17/3/2025).

    “Tentu ini mengurangi perputaran uang,” tambahnya.

    Sarman meminta kepada pemerintah menjadikan Lebaran 2025 pembelajaran untuk tahun berikutnya. Misalnya, terkait pengumuman diskon tarif pesawat, kereta api, dan transportasi lainnya.

    “Sebaiknya diumumkan jauh-jauh hari sehingga masyarakat bisa membuat perencanaan,” tutur Sarman.

    Setelah momen Lebaran, ucap Sarman, pemerintah harus menggenjot daya beli masyarakat dengan menjaga stabilitas harga-harga pangan, gas, dan listrik. Penyaluran barbagai bantuan sosial juga harus tepat waktu dan tepat sasaran.

    “Termasuk mengevaluasi kembali pemangkasan anggaran seperti perjalanan dinas, seminar dan forum di hotel semakin selektif agar berbagai sektor usaha sektor pariwisata dapat semakin produktif,” tutur Sarman.

    Sarman juga menyoroti sejumlah kementerian teknis di bidang perekonomin harus lebih ‘lincah’ untuk menggerakkan perekonomian. Terutama, harus berorientasi bagaimana agar daya beli masyarakat semakin meningkat dan target pertumbuhan ekonomi tercapai.

    Berdasarkan, jajak pendapat Kompas pada 4-7 Maret 2025 menangkap fenomena ini. Berwisata masuk dalam lima besar aktivitas favorit untuk mengisi waktu pada hari libur Lebaran.

    Sebanyak 26,8 persen responden mengatakan bahwa berwisata menjadi salah satu kegiatan yang akan mereka lakukan pada Lebaran tahun ini. Berwisata merupakan aktivitas favorit tertinggi ketiga setelah silaturahmi (71,9 persen) dan menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah (38,8 persen).

    Sekalipun masih menjadi aktivitas pilihan saat Lebaran, gairah wisata masyarakat di tahun ini terbilang menurun. Saat ditanyakan secara spesifik ke mana responden akan berwisata, hanya 56,2 persen responden yang menjawab tujuan wisata mereka. Sementara, 43,8 persen lainnya dengan tegas menyatakan tidak akan berwisata pada libur Lebaran tahun ini.

    Minat wisata ini terpantau menurun dibandingkan Lebaran 2024. Tahun lalu, dalam jajak pendapat serupa yang dilakukan Litbang Kompas terpotret bahwa sedikitnya 71 persen responden menyatakan sudah memiliki rencana untuk berwisata.

    Hanya 28,6 persen responden yang memutuskan tidak berwisata. Bahkan, Statistik Wisatawan Nusantara 2024 oleh BPS mencatat, perjalanan wisatawan Nusantara saat itu mencapai puncak tertingginya pada saat Idul Fitri.

    Turunnya minat wisata pada Lebaran tahun ini juga menjadi perhatian banyak pihak, khususnya para pelaku usaha di bidang pariwisata.

    Angka Pemudik Turun, Ekonomi UMKM Lesu

    Ketua Umum Asosiasi PKL Indonesia Ali Mahsun, melihat ekonomi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ikut lesu, karena jumlah pemudik lebaran 2025 yang menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya.

    Ali melihat turunnya angka pemudik bisa jadi peringatan untuk pemerintah. Apalagi, ini terjadi meski diskon tarif tol, pesawat, hingga mudik gratis diberikan oleh pemerintah.

    “Kenyataan ini harus jadi warning bagi pemerintah,” ujar Ali saat dihubungi Rabu (2/4/2025).

    Seharusnya, kata Ali, mudik lebaran jadi peak season atau periode waktu di mana permintaan untuk produk atau layanan meningkat secara signifikan sehingga terjadi lonjakan perekonomian nasional.

    “Namun kenapa lebaran 2025 terjadi penurunan drastis pemudik sebesar 24 perseb? Banyak faktor yang jadi penyebabnya,” kata Ali.

    Menurutnya, saat ini perputaran ekonomi rakyat UMKM makin lesu akibatkan daya beli masyarakat melemah. Kemudian, lebih dari 9,8 juta kelas menengah jatuh miskin dan mereka perketat ikat pinggang atau efisiensi ditengah makin beratnya beban hidup.

    “Faktor lain, melonjaknya pengangguran akibat PHK marak dimana-mana sebelum dan jelang ramadhan 2025,” tutur Ali.

    Sebagian pelaku UMKM memilih tidak mudik lebaran 2025 daripada kehabisan modal usaha pasca lebaran. Dan, penggelontoran berbagai subsidi, bantuan sosial dan diskon tiket belum mampu mendongkrak jumlah pemudik kebaran 2025.

    “Turunnya pemudik lebaran 2025 hingga 24 persen akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian harus jadi lampu kuning bagi pemerintah untuk memberikan solusi tercepat dongkrak perputaran ekonomi rakyat, juga perekonomian nasional,” sambungnya.

    Pertumbuhan Ekonomi triwulan I 2025 Hanya 5,03 Persen

    Center of Economic and Law Studies (Celios) memaparkan sejumlah indikator pelemahan daya beli saat Lebaran 2025 melemah. Apa saja indikatornya?.

    Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda menerangkan, terdapat beberapa indikator penyebab melemahnya daya beli. Misalnya, karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi. 

    Pada Januari 2025, terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga 0,4 persen (month-to-month) dibandingkan IKK Desember 2024.

    “Situasinya cukup anomali. Jika kita mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun. Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” ujar Huda saat dihubungi, Rabu (2/4/2025).

    Data lainnya juga menunjukkan hal yang serupa dimana ada penurunan angka Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025. Pada Desember 2024, angka IPR sebesar 222 poin dan angka IPR turun menjadi 211,5 di Januari 2025.

    “Jika kita tengok pergerakan di Desember 2023 ke Januari 2024 masih bergerak positif. Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun. Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025,” imbuh Huda.

    Dengan kondisi tersebut Huda menyampaikan bahwa perputaran uang di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri akan melemah dibandingkan dengan tahun lalu.

    Tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025, akan melemah sebesar -16,5 persen dibandingkan momen yang sama di tahun 2024.

    “Tambahan uang beredar hanya di angka Rp114,37 triliun. Sedangkan tahun 2024, tambahan uang beredar ketika momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp136,97 triliun,” terang Huda.

    Uang Beredar

    Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, menambahkan dengan penurunan tambahan uang beredar di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini, maka berdampak pada pembentukan PDB secara nasional yang tidak optimal.

    “Berdasarkan modelling yang dilakukan Celios pada tahun 2024, tambahan PDB akibat adanya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp168,55 triliun. Sedangkan tahun 2025 hanya Rp140,74 triliun atau turun 16,5 persen,” katanya.

    Sedangkan keuntungan pengusaha hanya Rp84,19 triliun, jauh di bawah tambahan pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp100,83 triliun.

    Indikator lain yang memotret pelemahan daya beli masyarakat adalah menurunnya porsi simpanan perorangan yang hanya mencapai 46,4 persen terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK).

    Hal ini tidak pernah terjadi di awal pemerintahan sebelumnya. Pada awal periode Jokowi-JK, simpanan perorangan porsinya 58,5 persen dan Jokowi-Amin sebesar 57,4 persen.

    Pertumbuhan Ekonomi Stagnan

    Merosotnya porsi tabungan perorangan, mengindikasikan masyarakat cenderung bertahan hidup dengan menguras simpanan, karena upah riil terlalu kecil, tunjangan berkurang, dan ancaman PHK masih berlanjut.

    “Dengan berbagai indikator perekonomian tersebut, Celios memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2025 hanya 5,03 persen (year-on-year). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 yang mencapai 5,11 persen,” lanjut Bhima.

    Perkiraan pertumbuhan memperhitungkan dampak dari momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025 yang secara siklus mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2024. 

    Namun, faktor seasonal yang di ikuti pembagian THR tetap tidak mampu membuat ekonomi tumbuh lebih tinggi. Bahkan dikhawatirkan ekonomi bakal melambat paska lebaran, karena tidak ada lagi motor penggerak konsumsi yang signifikan.

    “Belanja pemerintah yang sedang efisiensi besar-besaran juga berpengaruh ke consumer confidences. Pelemahan kurs rupiah juga menambah kehati-hatian dari masyarakat untuk membelanjakan uangnya,” ujar Bhima.

    Hotel Sepi

    Okupansi atau jumlah hunian hotel yang terisi pada periode libur lebaran 2025 ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun lalu.

    Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan penurunan okupansi kali ini kisarannya mencapai 20 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini terjadi di beberapa daerah tujuan wisata, seperti Yogyakarta, Bali dan Solo.

    “(Penurunan okupansi hotel) seperti diduga lebih rendah dari tahun lalu. Saya tadi sempat telpon beberapa daerah Solo, Jogja, Bali memang turun,” tutur Hariyadi ditemui usai menghadiri halal bihalal di kediaman rumah dinas Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani di kawasan Widya Chandra Jakarta, Selasa (1/4).

    Ia menduga, penurunan okupansi hotel disebabkan daya beli masyarakat masih melemah tahun ini. Pasalnya, masa hunian hotel pada lebaran tahun ini lebih singkat bila dibandingkan tahun lalu.

    Hariyadi mencatat, rata-rata  waktu tinggal masyarakat di hotel hanya hingga h-2 lebaran saja, atau lebih pendek dan tidak menghabiskan waktu hingga libur selesai pada 7 Maret 2025.

    “Misalnya di Solo hanya sampai tanggal 4, tanggal 5 langsung check out, di Jogja tanggal 6. Bali turun juga nggak full sampai tanggal 7,” jelasnya.

    Lebih lanjut, untuk mengembalikan kondisi okupansi hotel setidaknya ke kondisi yang normal, ia berharap ada peranan pemerintah dalam eksekusi anggaran. Pasalnya, pasca adanya efisiensi anggaran, konsumsi perhotelan dari pemerintah menurun.

    Padahal pasar pemerintah untuk industri hotel masih cukup besar yakni mencapai 40 persen. Menurutnya, peranan pemerintah juga sangat penting agar hotel-hotel tidak banyak yang tutup, dan akhirnya berdampak pada PHK karyawan.

    “Jadi, kalau pemerintah tidak melakukan eksekusi untuk spending, pasti akan banyak yang tutup lagi (hotel),” ungkapnya.

  • Pemerintah Siapkan Bantuan Rumah Bersubsidi untuk Tenaga Kesehatan, Cek Syarat dan Kuotanya – Halaman all

    Pemerintah Siapkan Bantuan Rumah Bersubsidi untuk Tenaga Kesehatan, Cek Syarat dan Kuotanya – Halaman all

    Pemerintah Siapkan Bantuan Rumah Bersubsidi untuk Tenaga Kesehatan, Cek Syarat dan Kuotanya

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pemerintah menyiapkan bantuan rumah bersubsidi bagi tenaga kesehatan, termasuk perawat, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat. 

    Berikut syarat dan kuotanya jika ingin menerima manfaat rumah subsidi untuk tenaga kesehatan tersebut. 

    Syarat Pengajuan Rumah Subsidi untuk Tenaga Kesehatan

    Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, program ini ditujukan bagi tenaga kesehatan dengan penghasilan tertentu. 

    Individu yang hidup sendiri atau belum menikah dapat mengajukan bantuan jika memiliki penghasilan maksimal Rp 7 juta per bulan. 

    Sementara bagi mereka yang memiliki keluarga, batas penghasilan yang diizinkan adalah Rp 8 juta per bulan.

    “Tenaga kesehatan adalah garda terdepan dalam kesehatan masyarakat, sehingga mereka pantas mendapatkan rumah yang layak untuk tempat tinggal mereka,” ujar Menkes dalam konferensi pers di Jakarta, baru-baru ini. 

    Sebelumnya, pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), serta Badan Pusat Statistik (BPS). 

    RUMAH SUBSIDI (Endrapta Pramudhiaz/Tribunnnews)

    Kuota Rumah Subsidi untuk Tenaga Kesehatan

    Dalam kesepakatan ini, disiapkan kuota bantuan rumah bersubsidi sebanyak 30 ribu unit, dengan rincian 15 ribu unit untuk perawat, 10.000 unit untuk bidan, dan 5 ribu unit untuk tenaga kesehatan masyarakat. 

    “Kolaborasi ini sangat penting agar ekosistem mendukung pemenuhan kebutuhan rumah bagi tenaga kesehatan,” ujar Menteri PKP Maruarar Sirait. 

    .Untuk memastikan kebijakan ini berjalan efektif, pemerintah juga menggandeng BPS dalam melakukan pemutakhiran data tenaga kesehatan. 

    Pemerintah memastikan bahwa para perawat, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat tidak hanya memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan, tetapi juga bisa menikmati kehidupan yang layak. 

    Pemerintah berencana untuk terus memperluas cakupan bantuan rumah bersubsidi ini agar lebih banyak tenaga kesehatan yang bisa mendapatkan manfaatnya. 

  • APINDO: Lebaran Kali Ini Diwarnai Pelemahan Daya Beli Masyarakat – Halaman all

    APINDO: Lebaran Kali Ini Diwarnai Pelemahan Daya Beli Masyarakat – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengungkapkan, perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah tahun ini diwarnai oleh melemahnya daya beli masyarakat yaang belum sepenuhnya pulih sejak akhir 2024.

    “Lebaran tahun ini masih dibayang-bayangi sentimen daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih sejak akhir tahun lalu,” kata Ketua Umum APINDO Shinta Kamdani kepada Tribunnews, Rabu (2/4/2025).

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut dari Mei hingga September 2024 dan kemudian berlanjut hingga dua bulan pertama 2025.

    Pada Februari 2025, BPS mengumumkan deflasi tahunan sebesar 0,09 persen dan deflasi bulanan mencapai 0,48 persen.

    “Ini adalah deflasi tahunan yang pertama dalam sekitar dua dekade terakhir, sekaligus menjadi perhatian bersama karena terjadi menjelang periode musiman Ramadan dan Lebaran,” kata Shinta.

    Shinta juga merujuk pada data dari Kementerian Perhubungan yang memproyeksikan jumlah pemudik pada libur Lebaran 2025 mencapai 146,48 juta orang.

    Angka proyeksi tersebut turun 24,33 persen dibandingkan survei tahun lalu yang mencatat 193,6 juta pemudik.

    Sektor-sektor seperti perhotelan dan retail, menurut Shinta, juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Sehingga, meskipun periode lebaran biasanya terjadi peningkatan konsumsi masyarakat, kami mencermati bahwa peningkatan konsumsi tahun ini berpotensi tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

    Namun, Shinta juga menyoroti bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2025 masih berada pada level optimis, yakni 126,4, meski sedikit menurun dari bulan sebelumnya yang tercatat 127,2.

    Hal itu diharapkan dapat memberikan dorongan bagi konsumsi selama periode Lebaran.

    Angka Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian dan angka indeks PMI Manufaktur yang dikeluarkan oleh S&P Global juga menjadi hal yang dicermati APINDO.

    Kedua indeks tersebut menunjukkan indikator ekspansi di bulan Februari 2025 atau saat menjelang Ramadhan.

    IKI pada Februari 2025 menunjukkan ekspansi dengan nilai 53,15, naik dari Januari 2025. Sementara itu, capaian PMI Manufaktur Indonesia juga meningkat ke level 53,6 pada bulan Februari 2025.

    Angka tersebut merupakan ekspansi tiga bulan beruntun sejak Desember 2024, setelah lima bulan sebelumnya terus menerus mengalami kontraksi.

    Meskipun ada tanda-tanda ekspansi, Shinta mengingatkan bahwa dunia usaha tetap waspada terhadap berbagai risiko seperti fluktuasi nilai tukar, kenaikan biaya bahan baku, serta ketidakstabilan permintaan global.

    “Jadi meskipun ekspansi sedang berlangsung, perusahaan tetap selektif dalam memperbesar kapasitas produksinya,” katanya.

     

  • Maruarar Ungkap Kuota Rumah Subsidi Buat Buruh hingga Wartawan

    Maruarar Ungkap Kuota Rumah Subsidi Buat Buruh hingga Wartawan

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan kuota 220.000 rumah subsidi untuk berbagai kalangan profesi, termasuk salah satunya wartawan.

    Maruarar mengatakan, kementeriannya telah mengalokasikan 1.000 unit rumah dari skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan atau FLPP untuk kalangan pewarta.

    “Wartawan sudah kami alokasikan 1.000,” ujarnya saat ditemui pada sela-sela acara gelar griya di rumah dinas Menteri Investasi dan Hilirisasi, Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Selasa (1/4/2025).

    Maruarar juga menjelaskan pihaknya telah mengalokasikan kuota 20.000 unit rumah subsidi untuk petani, 20.000 unit untuk nelayan, 20.000 untuk buruh, 20.000 untuk tenaga migran, 30.000 unit untuk tenaga kesehatan termasuk perawat maupun bidan.

    Kemudian, 5.000 unit untuk prajurit TNI AD serta 14.500 unit untuk Kepolisian. Total kuota yang disiapkan adalah 220.000 unit rumah subsidi. Lokasinya terletak di seluruh Indonesia.

    Kementerian yang dipimpinan Maruarar itu nantinya akan mengajak perwakilan para kalangan profesi calon penerima rumah FLPP itu.

    “Nah buat wartawan, nanti saya akan undang perwakilannya. Karena semua ada perwakilan ya, enggak mungkin undang semuanya,” paparnya.

    Menurutnya, program rumah subsidi itu turut memeroleh dukungan dari berbagai pihak seperti Presiden Prabowo Subianto, pimpinan DPR serta Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara, yang kini dipimpin juga oleh Menteri Investasi Rosan Roeslani.

    Tidak hanya itu, Maruarar menyebut pembiayaan untuk proyek perumahan subsidi itu turut mendapatkan dukungan dari Bank Indonesia (BI) berupa giro wajib minimum atau GWM.

    “GWM-nya itu giro wajib minimum, yang tadinya 5% jadi 4%. Buat rumah subsidi dan juga buat komersial,” ucapnya.

    Ke depan, lanjut Maruarar, pemerintah juga akan memastikan kualitas rumah dan ketepatan sasaran penerima rumah subsidi. Kini, pemerintah akan merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang sudah disusun berdasarkan nama hingga alamat per orang (by name, by address).

    BPS disebut sudah memiliki data soal kemampuan belanja setiap individu sehingga nanti disesuaikan untuk kemampuan pembelian rumah yang disediakan pemerintah.

    “Nanti desil pertama itu, dia punya kemampuan beli, kemampuan belanja sekitar Rp400.000, desil kedua Rp600.000 berikutnya, desil ketiga Rp900.000. Jadi harus tepat sasaran. Jangan lagi ada rumah subsidi yang tidak tepat sasaran. Jangan lagi ada rumah subsidi yang tidak berkualitas,” jelasnya.

  • 4
                    
                        Mengapa Pemudik Lebaran Tahun Ini Menurun?
                        Megapolitan

    4 Mengapa Pemudik Lebaran Tahun Ini Menurun? Megapolitan

    Mengapa Pemudik Lebaran Tahun Ini Menurun?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada Lebaran 2025 jumlah pemudik menurun.
    Beberapa pihak menyebut
    penurunan pemudik
    Lebaran tahun ini terjadi karena masalah ekonomi masyarakat Indonesia.
    Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik pada tahun ini atau Lebaran 1446 Hijriah hanya mencapai 146,48 juta orang.
    Angka ini turun sekitar 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta orang.
    Selain itu, data Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) memperkirakan perputaran uang selama libur Lebaran 2025 hanya mencapai Rp 137,975 triliun.
    Angka ini lebih rendah dibandingkan 2024 yang mencapai Rp 157,3 triliun.
    Kemenhub memperkirakan jumlah pemudik sebanyak 193,6 juta orang pada Lebaran 2024 atau Idul Fitri 1445 Hijriah.
    Angka tersebut mencapai 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
    Perkiraan ini berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub bersama Badan Pusat Statistik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta melibatkan para pakar dan akademisi.
    Menteri Perhubungan saat itu, Budi Karya Sumadi mengatakan, perkiraan jumlah pemudik 2024 meningkat dibandingkan Lebaran 2023 yang mencapai 123,8 juta orang.
    “Melihat gambaran kondisi tersebut, kami melakukan langkah persiapan baik secara operasional maupun kebijakan dalam pengendalian, pengaturan transportasi, dan penanganan secara komprehensif bersama instansi kementerian dan lembaga pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, serta pihak swasta,” kata Budi, dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2024).
     
    Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno, menduga jumlah pemudik yang menurun pada tahun 2025 ini dikarenakan
    faktor ekonomi
    .
    Menurut Rano, hal tersebut membuat warga memilih merayakan Lebaran di Jakarta dibandingkan pulang kampung.
    “Memang enggak banyak yang pulang kampung. Mungkin saja karena faktor ekonomi, atau memang mereka ingin Lebaran di Jakarta saja, jadi banyak faktor,” kata Rano Karno dalam kegiatan open house yang digelar di Warung Bang Doel, Jakarta Selatan, Selasa (1/4/2025).
    Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, merespons soal turunnya jumlah pemudik Lebaran 2025 yang diduga ada kaitannya dengan situasi ekonomi nasional.
    Menurut Muhaimin, pemerintah sudah memberikan banyak bantuan dan stimulus untuk mendukung ekonomi warga.
    Ia yakin berbagai stimulus pemerintah bisa membantu perbaikan ekonomi secara umum.
    “Ya, stimulus sudah terus dikeluarkan. Bantuan-bantuan langsung kita percepat, termasuk berbagai skenario sudah disiapkan,” ujar Cak Imin usai mengikuti shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (31/3/2025).
    Cak Imin berharap ekonomi Indonesia dapat diperbaiki, tetapi hal paling penting adalah kerja sama seluruh elemen masyarakat.
    “Insya Allah (bisa bantu perbaikan ekonomi). Yang paling penting kita bahu-membahu menyadari beratnya tantangan, terutama akibat global, khususnya akibat kebijakan Amerika Serikat,” lanjutnya.
    Cak Imin menambahkan, kebersamaan masyarakat, pemerintah, dan para tokoh juga harus terus dijaga untuk saling bantu menghadapi kesulitan ekonomi.
    Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti jumlah pemudik Lebaran 2025 yang diprediksi mengalami penurunan.
    Hal ini diduga disebabkan oleh kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat, tak terkecuali kelompok kelas menengah.
    “Saat ini perekonomian memang sedang menghadapi tantangan yang sedemikian rupa,” ujar Puan dalam keterangan resminya, Rabu (26/3/2025).
    “Kondisi ini mencerminkan kesulitan ekonomi yang semakin dirasakan masyarakat, termasuk oleh kelompok kelas menengah,” sambung dia.
    Melihat kondisi tersebut, Puan pun meminta pemerintah untuk memastikan
    bantuan sosial
    (bansos) bagi masyarakat menjelang Lebaran terdistribusi tepat waktu.
    Dia juga berharap bansos tersebut tepat sasaran, dalam rangka mengurangi beban kebutuhan masyarakat menjelang hari Lebaran 2025.
    “Apalagi sebentar lagi Lebaran, pastinya ada banyak kebutuhan yang dirasakan rakyat. Jangan biarkan masyarakat kecil menanggung semua beban ini sendirian. Pemerintah harus hadir dengan solusi nyata dan langkah konkret,” kata Puan.
     
    Meskipun pemudik menurun, jumlah kendaraan di Jakarta telah berkurang.
    Saat Lebaran, Senin (31/3/2025), gemuruh kota Jakarta seolah tertelan bumi.
    Momen Lebaran 2025 kembali menghadirkan pemandangan kontras yang selalu dinanti, yakni jalanan Jakarta yang lengang.
    Hiruk pikuk kendaraan dan aktivitas warga Jakarta yang biasanya mendominasi setiap sudut kota, kini berganti dengan keheningan.
    Pantauan di berbagai ruas jalan utama sejak pagi hari menunjukkan pemandangan yang tak biasa.
    Jalan-jalan arteri yang akrab dengan kemacetan, seperti Jalan Sudirman dan MH Thamrin, tampak lapang.
    Beberapa warga terlihat memanfaatkan kesempatan ini untuk berolahraga santai atau sekadar mengabadikan momen di ikon kota seperti Bundaran HI, tanpa perlu berdesakan dengan kendaraan.
    Kondisi serupa juga terasa di kawasan lain.
    Jalan Tendean yang biasanya padat merayap, kini hanya sesekali dilewati kendaraan.
    Kontrasnya begitu terasa dibandingkan hari-hari kerja yang penuh dengan deru mesin dan klakson bersahutan imbas lalu lintas yang padat.
    Sebelumnya, PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat sebanyak 1.638.643 kendaraan telah keluar meninggalkan wilayah Jabotabek pada H-10 hingga H-2 Lebaran 2025 yang jatuh pada periode Jumat-Sabtu (21-29 Maret 2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Idul Fitri momentum pererat persaudaraan dalam keberagaman

    Idul Fitri momentum pererat persaudaraan dalam keberagaman

    Arsip foto – Bambang Soesatyo (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

    Bamsoet: Idul Fitri momentum pererat persaudaraan dalam keberagaman
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Selasa, 01 April 2025 – 18:01 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengimbau masyarakat untuk menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum strategis untuk mempererat persaudaraan dan menyatukan perbedaan dalam keberagaman.

    Ia mengatakan Hari Raya Idul Fitri tidak hanya menjadi waktu untuk merayakan kemenangan spiritual umat Islam, tetapi juga sebagai ajang pengingat bahwa keberagaman merupakan kekuatan bangsa.

    “Dengan semangat yang terus dipelihara, Idul Fitri dapat menjadi tonggak penting dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih inklusif, harmonis, dan sejahtera,” ucap Bamsoet dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Maka dari itu, dia menegaskan bahwa Idul Fitri bukan hanya merupakan hari kemenangan umat Islam, tetapi juga momen penting untuk mengukuhkan tali persaudaraan dan mempererat kebersamaan di tengah keberagaman bangsa.

    Di Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan keragaman suku, agama, dan budaya, kata dia, momen Lebaran dimanfaatkan untuk saling memaafkan, berbagi, dan menyatukan perbedaan.

    Momentum itu, menurut Bamsoet, yang menjadi landasan kuat untuk membangun kerukunan dan kesatuan nasional.

    Anggota Komisi DPR yang membidangi hukum, HAM, dan keamanan tersebut menjelaskan keberagaman bangsa Indonesia terwujud dalam berbagai aspek, seperti bahasa, tradisi, dan kepercayaan.

    Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bangsa Indonesia terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa dan lebih dari 700 bahasa daerah.

    Meskipun ada perbedaan, sambung dia, Idul Fitri dapat menjadi jembatan untuk menciptakan harmoni di antara berbagai kelompok.

    “Melalui perayaan ini, individu dari berbagai latar belakang berkumpul untuk saling mengunjungi, memberikan ucapan selamat, dan berbagi makanan, sehingga terbangun rasa saling menghargai,” katanya.

    Di sisi lain, Bamsoet menilai tradisi silaturahim yang dilakukan selama Idul Fitri juga berperan penting dalam penguatan hubungan antara warga.

    Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), sebanyak 64,4 persen responden menyatakan bahwa Idul Fitri merupakan kesempatan untuk mempererat hubungan antaragama dan memperkuat keharmonisan sosial.

    Di banyak daerah, dia menyebutkan bahwa kegiatan saling berkunjung tidak hanya dilakukan oleh sesama umat Muslim, tetapi juga melibatkan masyarakat dari agama lain.

    Hal tersebut mencerminkan semangat persatuan dan saling menghormati yang menjadi pilar dalam kehidupan berbangsa.

    Selain itu, dirinya menambahkan bahwa praktik berbagi saat Idul Fitri turut menjadikan momentum tersebut istimewa. Dalam banyak komunitas, terdapat tradisi pembagian zakat fitrah kepada yang kurang mampu, yang tidak hanya menjadi praktik keagamaan, tetapi juga memberikan kontribusi sosial.

    Sumber : Antara

  • Bakal Ada 1.000 Rumah Subsidi untuk Wartawan, di Mana Lokasinya? – Page 3

    Bakal Ada 1.000 Rumah Subsidi untuk Wartawan, di Mana Lokasinya? – Page 3

    Pada kesempatan yang sama, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, pihaknya telah menerima total 1,362 juta data tenaga kesehatan yang terdiri dari 781.664 tenaga perawat, 542.805 data bidan, dan 38.056 tenaga kesehatan masyarakat lainnya dari Kemenkes.

    Data tersebut kemudian direkonsiliasikan dengan DTSEN, dengan hasilnya disampaikan kembali kepada Kemenkes yang akan digunakan oleh kementerian untuk dijadikan dasar bagi intervensi kebijakan untuk bantuan perumahan terhadap tenaga kesehatan.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, pihaknya telah mengerucutkan data tenaga kesehatan tersebut menjadi 30 ribu orang yang memenuhi persyaratan atau masuk sebagai kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum memiliki rumah dengan penghasilan Rp7 juta untuk individu yang belum menikah dan Rp8 juta bagi yang sudah menikah.

    “Kami (Kemenkes) berterima kasih. Kenapa? Karena 30 ribu ini kalau dikalikan 80 meter persegi, ini mesti disiapkan 2,4 juta meter persegi tanah oleh pemerintah melalui Pak Presiden dan Pak Ara. Kalau dikalikan Rp160 juta (perkiraan harga satu unit rumah subsidi), itu ada Rp4,8 triliun disediakan (total nilai pembiayaan),” ujar Budi.

    Adapun 30 ribu unit rumah subsidi untuk tenaga kesehatan ini diharapkan dapat disalurkan seluruhnya pada 2025. Kementerian PKP memberikan target agar BP Tapera dan BTN menyiapkan 300 unit sebagai langkah awal untuk serah terima kunci yang dilakukan pada 28 April 2025.

    Penyediaan perumahan bagi tenaga kesehatan ditargetkan dapat tersebar di delapan titik, antara lain Aceh, Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

  • Menata asa di lorong kumuh

    Menata asa di lorong kumuh

    Jakarta (ANTARA) – Di tengah gemerlap gedung pencakar langit Jakarta, terselip lorong-lorong sempit yang menjadi saksi bisu perjuangan ribuan keluarga untuk mempertahankan hidup.

    Di sebuah sudut di Jakarta Selatan, ada gang-gang kecil berkelok di antara rumah-rumah berhimpitan. Dinding-dindingnya penuh coretan, atapnya saling menindih dan aroma tak sedap seakan dianggap normal dan bukan menjadi masalah.

    Sejumlah pakaian digantung seadanya di depan rumah, di samping itu ada sebuah selokan nampak mata tikus mengintip untuk sekedar keluar mencari remahan makanan.

    Sementara anak-anak berlarian di atas jalanan yang hanya cukup untuk satu motor melintas. Inilah wajah RW kumuh di Jakarta di mana realitasnya tak bisa disembunyikan di balik kemajuan kota metropolitan

    Di salah satu sudut Manggarai, seorang pria paruh baya terlihat sibuk memperbaiki atap rumahnya yang bocor.

    Pria bernama Ahmad itu mengatakan, “Kalau hujan, airnya masuk ke dalam. Tapi kalau direnovasi, biayanya mahal.”

    Sama seperti banyak warga lain, ia dihadapkan pada dilema yakni bertahan dengan kondisi seadanya atau merelakan rumahnya dibongkar demi kehidupan yang lebih layak.

    Terlebih, kebakaran yang melanda RW 06 dan RW 12 Manggarai pada Agustus 2024 yang menambah kompleksitas permasalahan pemukiman. Lebih dari 3.000 jiwa kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi.

    Arsip foto – Petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan memadamkan api di Jalan Remaja 5, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (13/8/2024). ANTARA/Luthfia Miranda Putri/aa.

    Meski berbagai langkah telah dilakukan, perjalanan menghapus RW kumuh dari Jakarta masih panjang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 mencatat masih ada 450 RW dengan kategori kumuh di Jakarta.

    Upaya penataan seperti di Manggarai hanyalah sebagian dari perjuangan besar yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

    Bagi warga, perubahan ini bukan sekadar soal perbaikan fisik rumah atau jalan, tetapi juga tentang harapan akan masa depan yang lebih baik.

    Seorang ibu bernama Yuni yang telah puluhan tahun tinggal di RW kumuh Manggarai menatap lorong kecil di depannya. “Kalau bisa lebih rapi dan bersih, anak-anak kita juga akan punya masa depan yang lebih baik,” katanya penuh harap.

    Adapun sejumlah kriteria dapat disematkan kepada suatu RW untuk dinyatakan kumuh yakni berdasarkan indikator kepadatan penduduk, kondisi/perencanaan bangunan, konstruksi bangunan, ventilasi bangunan, kepadatan bangunan, kondisi jalan, drainase, pengelolaan air limbah, persampahan, dan pencahayaan.

    Menuju Jakarta tanpa RW kumuh

    Semakin bergantinya tahun, perubahan mulai terasa. Di balik deretan rumah yang tampak tua dan rapuh, kini perlahan hadir sentuhan baru.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) terus berupaya membebaskan RW-RW dari label kumuh.

    Manggarai menjadi salah satu titik fokus di Jakarta Selatan, mengingat tujuh RW di sana masih masuk dalam kategori jumlah RW kumuh tertinggi di Jakarta Selatan. Upaya ini sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 90 Tahun 2018.

    Untuk mereka yang memilih bertahan, program bedah rumah menjadi secercah harapan. Pemerintah menawarkan bantuan perbaikan melalui dana non-APBD, termasuk program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

    Alternatif lainnya adalah pola konsolidasi tanah vertikal (KTV), di mana warga diajak menata ulang pemukiman agar lebih tertata, sehat, dan nyaman ditinggali.

    Di beberapa sudut, perubahan mulai terlihat. Jalan setapak yang dulu becek kini dilapisi beton. Saluran air yang sebelumnya mampet dibersihkan agar tak lagi menyebabkan banjir. Mural-mural warna-warni menghiasi tembok, membawa nuansa lebih hidup di tengah lingkungan yang sebelumnya tampak kusam.

    Pemerintah juga menambah fasilitas umum seperti tempat sampah dan alat pemadam kebakaran ringan (APAR), memastikan warga memiliki perlindungan dasar terhadap risiko kebakaran yang kerap mengancam permukiman padat.

    Kemudian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga memprioritaskan kembalinya warga gusuran ke Kampung Susun Bayam di Jakarta Utara.

    Upaya ini merupakan bagian dari 11 program prioritas yang akan dikebut dalam 100 hari pertama kepemimpinan Pramono Anung dan Rano Karno dengan tujuan menyediakan hunian layak bagi warga terdampak penggusuran.

    Terakhir tak kalah penting, komitmen pemerintah untuk menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi warga Jakarta khusus bagi mereka yang tinggal di RW kumuh.

    Salah satu strategi yang diusulkan adalah memanfaatkan tanah milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk pembangunan hunian tersebut. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kualitas hidup warga.

    Dilema relokasi ke rusunawa

    Namun, tak semua rumah bisa diperbaiki. Bagi yang tinggal di kawasan dengan risiko tinggi seperti di bantaran sungai atau lahan pemerintah, relokasi menjadi satu-satunya pilihan.

    Tawaran pindah ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Green Jagakarsa, Jakarta Selatan, menjadi solusi bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal maupun masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk bisa meningkatkan taraf hidup.

    Penyediaan rusun merupakan salah satu wujud dari janji kampanye Gubernur DKI Pramono Anung dan Wakil Gubernur DKI Rano Karno.

    Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Rano Karno (kedua kanan) berbincang dengan Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin (kanan) dan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) DKI Jakarta Kelik Indriyanto (kiri) saat melakukan peninjauan di rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Green Jagakarsa, Jakarta, Sabtu (15/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc/aa.

    Rusun yang akan diresmikan ini juga menjadi pembuktian bagi warga Kebon Pala, Jakarta Timur, untuk yang mau berpindah atau relokasi.

    Rusunawa ini bukan sekadar tempat tinggal baru, tetapi juga sebuah awal baru bagi warga berpenghasilan rendah. Dengan 723 unit yang tersedia, termasuk bagi penyandang disabilitas, rusun ini menawarkan fasilitas lengkap yakni taman bermain, perpustakaan, co-working space, hingga daycare untuk anak-anak.

    Rusunawa Green Jagakarsa berkonsep ramah lingkungan dan memiliki luas 19.886 meter persegi (m2) atau 1,5 hektare (ha) dengan alokasi anggaran sebesar Rp382 miliar.

    Unit rusun ini memiliki tipe 36 terdiri dari ruang tamu dengan keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur dan balkon. Untuk harga sewa unit rusun paling rendah Rp865.000 di luar token dan air.

    Sebanyak 40 persen penghuni Rusunawa Jagakarsa diperuntukkan bagi masyarakat terprogram yang terdampak dari sarana dan prasarana kota.

    Fasilitas yang disediakan, akses di rusun ini juga terbilang mudah yakni dekat dengan Pasar Pondok Labu, Rumah Sakit Fatmawati hingga RSUD Pasar Minggu.

    Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno atau Bang Doel meyakini Rusunawa Green Jagakarsa, Jakarta Selatan, lebih bagus dari rusun sejenis yang ada di Singapura.

    Rano mengatakan rusunawa ini mencontoh Singapura yang memiliki rumah susun dan apartemen layak bagi warganya.

    Ditegaskan bahwa syarat untuk menyewa rusun, yakni harus warga KTP DKI Jakarta sesuai Peraturan Gubernur (Pergub) 61 Tahun 2020.

    Namun, relokasi bukanlah keputusan mudah. Bagi sebagian warga, meninggalkan rumah lama berarti juga meninggalkan komunitas yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Tak sedikit yang ragu, takut kehilangan sumber mata pencaharian yang selama ini bertumpu pada interaksi sosial di lingkungan lama mereka.

    Kemudian, rasa khawatir akan beban biaya yang timbul jika tinggal di rusun, meskipun fasilitas yang disediakan lebih baik dibandingkan dengan tempat tinggal sebelumnya.

    Beragam opini yang melintas dari pandangan masyarakat, namun tidak sedikit pula yang bersyukur atas fasilitas yang diberikan.

    Jakarta mungkin tak bisa berubah dalam semalam. Namun, langkah-langkah kecil ini menunjukkan bahwa ibu kota terus berjuang untuk menata demi menyusun kembali asa bagi mereka yang memilih menetap.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2025

  • Harga Emas Terus Cetak Rekor Baru, Ini Prediksi Goldman Sachs hingga BofA – Page 3

    Harga Emas Terus Cetak Rekor Baru, Ini Prediksi Goldman Sachs hingga BofA – Page 3

    Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,4 persen pada Februari, dibandingkan ekspektasi analis sebesar 0,3 persen, serupa dengan kenaikan pada Januari.

    Grant menambahkan data tersebut kemungkinan tidak akan banyak mengubah ekspektasi penurunan suku bunga karena hanya sedikit lebih panas dari yang diharapkan.

    Adapun the Federal Reserve (the Fed) telah mempertahankan suku bunga sepanjang 2025 setelah tiga kali penurunan suku bunga pada 2024, tetapi isyaratkan potensi penurunan suku bunga setengah persen pada akhir tahun.

    Saat ini, pasar prediksi penurunan suku bunga the Fed sebesar 63 basis poin (bps) pada akhir tahun, dimulai pada Juli. Pasar kini bersiap hadapi rencana Donald Trump untuk tarif timbal balik yang akan ditetapkan pada 2 April 2025.

    Analis menilai, kebijakan Donald Trump dianggap sebagai inflasi yang menimbulkan risiko bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketegangan perdagangan.

    Di sisi lain, harga perak di pasar spot turun 1,4 persen menjadi USD 33,93 per ounce, platinum merosot 0,7 persen menjadi USD 979,10 dan paladium susut 0,3 persen menjadi USD 972,13. Ketiga harga logam itu akan alami kenaikan mingguan.

  • Gubernur Khofifah pantau pasokan bahan pokok di Pasar Besar Madiun

    Gubernur Khofifah pantau pasokan bahan pokok di Pasar Besar Madiun

    Secara umum, kondisi pasar sangat baik, tidak ada kenaikan harga yang signifikan.

    Madiun (ANTARA) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memantau pasokan dan ketersediaan bahan pangan pokok di Kota Madiun dengan mengunjungi Pasar Besar guna memastikan distribusi aman dan harga terkendali.

    Dengan didampingi Wali Kota Madiun Maidi, Gubernur Khofifah mendatangi lapak-lapak pedagang dan berbincang untuk menanyakan pasokan barang kebutuhan pokok dalam menghadapi Lebaran 2025.

    “Semua barang kebutuhan pokok, terpantau aman. Beras, telur, minyak goreng, dan gula, harga jualnya masih di bawah HET. Yang penting, suplai bahan pangan lancar dan stok terjamin aman,” ujar Khofifah.

    Menurut dia, Pasar Besar Madiun yang merupakan salah satu pasar tradisional yang dipantau untuk pengukuran inflasi dan deflasi di Jawa Timur terlihat ramai dikunjungi oleh masyarakat. Hal itu menunjukkan daya beli masyarakat yang cukup baik, terutama menjelang Lebaran.

    “Jadi, pasar ini menjadi salah satu sampel yang diawasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melakukan pengukuran inflasi di wilayah Jawa Timur. Tadi kami lihat pasar cukup ramai, artinya daya beli masyarakat cukup bagus,” kata Gubernur Khofifah.

    Wali Kota Madiun Maidi yang mendampingi Khofifah menyampaikan terima kasih karena Gubernur Jatim sudah memberikan perhatian pada Kota Madiun.

    Tidak hanya mengecek harga dan pasokan, Gubernur pertama perempuan di Jatim itu juga memborong berbagai produk jualan pedagang, kemudian membagikannya kepada pengunjung pasar.

    Gubernur juga membagikan bantuan sembako kepada abang becak dan santunan kepada anak-anak duafa.

    “Alhamdulillah, Bu Gubernur ke sini untuk mengecek harga kebutuhan pokok. Ke Madiun karena kota ini salah satu daerah untuk mengukur inflasi atau deflasi oleh BPS,” kata Wali Kota Maidi.

    Maidi menjelaskan bahwa pemantauan tersebut bertujuan untuk memastikan kestabilan harga serta ketersediaan bahan pangan saat Lebaran.

    “Secara umum, kondisi pasar sangat baik, tidak ada kenaikan harga yang signifikan. Harga-harga juga masih dalam batas wajar dan tidak terjadi inflasi tinggi,” kata Maidi.

    Ia menjelaskan bahwa kondisi harga yang cukup stabil tersebut tak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Madiun, salah satunya melalui program Warung Tekan Inflasi. Warung itu menyediakan bahan kebutuhan pokok di sejumlah titik dengan harga lebih murah.

    “Fungsinya untuk mengendalikan harga dan menjaga daya beli masyarakat. Saat harga di pasar naik, masyarakat bisa belanja di warung tekan inflasi,” katanya.

    Pantauan harga di pasaran, harga beras medium Rp13 ribu per kilogram, gula Rp17 ribu per kilogram, minyak goreng merek Minyakita Rp15.700,00 per liter, telur ayam ras Rp25 ribu per kilogram, dan daging ayam Rp35 ribu per kilogram.

    Untuk komoditas cabai, cabai rawit Rp75 ribu/kg, cabai merah keriting Rp50 ribu/kg, dan cabai merah besar Rp55 ribu/kg, sedangkan harga bawang merah Rp50 ribu/kg dan bawang putih Rp38 ribu/kg.

    Wali Kota Maidi mengatakan bahwa pasokan bahan pangan di Madiun dalam kondisi aman.

    Dengan kondisi tersebut, baik Gubernur Khofifah maupun Wali Kota Maidi berharap masyarakat dapat berlebaran dengan tenang, tanpa cemas akan kelangkaan atau lonjakan harga bahan pangan yang fantastis.

    Pewarta: Louis Rika Stevani
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025