Kementrian Lembaga: BPS

  • Impor RI pada Maret 2025 Capai US,92 Miliar, Naik 5,34% YoY

    Impor RI pada Maret 2025 Capai US$18,92 Miliar, Naik 5,34% YoY

    Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja impor Indonesia pada Maret 2025 tercatat senilai US$18,92 miliar. Nilai ini naik sebesar 5,34% secara year on year (YoY).

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan kinerja impor tersebut naik 0,38% jika dibandingkan dengan Februari 2025.

    “Impor migas sebesar US$3,13 miliar atau naik 9,07% secara bulanan. Sementara itu, impor nonmigas senilai US$15,79 miliar yang mengalami penurunan secara bulanan sebesar 1,18%,” ujarnya dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Senin (21/4/2025).

    Amalia menyebutkan peningkatan nilai impor secara bulanan didorong oleh kenaikan impor migas yang memberikan andil sebesar 1,38%.

    Secara tahunan, impor nonmigas naik 7,91% dan impor migas turun sebesar 5,98%. BPS mencatat peningkatan nilai impor secara tahunan didorong oleh kenaikan impor nonmigas dengan andil kenaikan terhadap total impor sebesar 6,45%.

    Berdasarkan penggunaan, terjadi peningkatan impor barang konsumsi dan barang modal secara bulanan. Nilai impor barang konsumsi naik 18,73%, sedangkan terutama terjadi di beberapa komoditas sayuran dan buah-buahan, seperti bawang putih dan apel segar.

    Sementara, kinerja ekspor Indonesia pada periode yang sama mencapai US$23,25 miliar atau tumbuh 3,16% YoY. Jika dibandingkan dengan kinerja bulan sebelumnya, ekspor pada Maret 2025 naik 5,95%.

    “Kinerja tersebut didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), nikel (HS 75), serta mesin dan perlengkapan elektrik dan perlengkapannya (HS 85),” ujar Amalia.

  • BPS: China Penyumbang Defisit Perdagangan Nonmigas Terdalam Maret 2025

    BPS: China Penyumbang Defisit Perdagangan Nonmigas Terdalam Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap, Indonesia mengalami defisit perdagangan nonmigas terdalam dengan China pada Maret 2025.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, dengan China menjadi negara penyumbang defisit perdagangan nonmigas mencapai US$1,11 miliar pada Maret 2025.

    “Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan yang terbesar adalah China US$1,11 miliar,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

    Secara terperinci, Amalia mengungkap bahwa defisit perdagangan dengan China utamanya disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) yakni -US$1,41 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) -US$1,30 miliar, dan kendaraan dan bagiannya (HS 87) -US$351 juta.

    Selain dengan China, Australia dan Thailand menjadi dua negara lainnya sebagai penyumbang defisit terbesar pada Maret 2025. Amalia mengungkap, Australia menyumbang defisit sebesar US$0,35 miliar, dan Thailand US$195 juta pada Maret 2025.

    Untuk Australia, Amalia menuturkan bahwa defisit terbesar dikontribusikan oleh komoditas serealia (HS10) terutama dari komoditas gandum yakni sebesar -US$103 juta, kemudian logam mulia dan perhiasan (HS71) -US$91,2 juta, dan bahan bakar mineral (HS27) -US$83,4 juta.

    Sementara untuk Thailand, BPS mencatat bahwa komoditas penyumbang defisit nonmigas terbesar yakni defisit terbesar dikontribusikan oleh gula dan kembang gula (HS17) -US$96,5 juta, plastik dan barang dari plastik (HS39) -US$68,7 juta, serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) -US$68,5 juta. 

    Sementara itu, Indonesia tercatat mengalami surplus perdagangan barang pada kelompok nonmigas dengan beberapa negara. Tiga terbesar diantaranya adalah AS US$1,98 miliar, India US$1,04 miliar, Filipina US$714 juta.

  • Nilai Impor Indonesia Naik 0,38% Jadi USD 18,92 Miliar pada Maret 2025 – Page 3

    Nilai Impor Indonesia Naik 0,38% Jadi USD 18,92 Miliar pada Maret 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Maret 2025 mencapai USD 18,92 miliar. Nilai tersebut naik sebesar 0,38 persen dibanding bulan sebelumnya. 

    Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti merinci impor migas selama Maret 2025 bernilai USD 3,13 miliar, atau meningkat sebesar 9,07% dibanding bulan sebelumnya. Di sisi lain, impor nonmigas turun 1,18% menjadi USD 15,79 miliar.

    “Peningkatan nilai impor secara bulanan didorong oleh kenaikan nilai impor migas yang memberikan andil sebesar 1,38%,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

    Amalia menambahkan, secara tahunan, nilai impor Maret 2025 meningkat sebesar 5,34% di mana impor non-migas naik 7,91% dan impor migas turun sebesar 5,98%. Peningkatan nilai impor secara tahunan didorong oleh kenaikan impor non-migas dengan andil kenaikan terhadap total impor sebesar 6,45%.

    Pada Maret 2025 terjadi peningkatan impor barang konsumsi dan barang modal secara bulanan. Secara bulanan, nilai impor barang konsumsi naik sebesar 18,73% dan peningkatan impor barang konsumsi terutama terjadi pada beberapa komoditas sayuran HS07 dan buah-buahan HS08 seperti bawang putih, baik yang fresh ataupun yang didinginkan, nilai impornya naik USD 46 juta dibandingkan bulan lalu.

    Buah apel segar, nilai impor-nya naik USD 32,8 juta dibandingkan bulan lalu. Sementara itu, bahan baku penolong yang menyumbang setidaknya 71,23% dari total impor Februari 2025 mengalami penurunan sebesar 3,26%. 

    Kemudian di sisi lain, barang modal mengalami peningkatan sebesar 7,28% dan secara tahunan nilai impor barang konsumsi turun 5,81%. Sementara itu, bahan baku penolong naik 2,05% dan barang modal naik 27,36%. 

  • Ekspor Indonesia Naik Pesat Ditopang Komoditas Logam dan Elektronik

    Ekspor Indonesia Naik Pesat Ditopang Komoditas Logam dan Elektronik

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$ 23,25 miliar. Angka tersebut naik sebesar 5,95% dibandingkan Februari 2025 (month to month/mtm) dan naik 3,16% dibandingkan Maret 2024 (year on year/yoy).

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, ekspor migas pada Maret 2025 mencapai US$ 1,45 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 28,81% secara bulanan dan naik 2,56% secara tahunan. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh peningkatan nilai ekspor hasil minyak yang memberikan kontribusi 1,18% terhadap total ekspor.

    Sementara itu, nilai ekspor nonmigas tercatat sebesar US$ 21,8 miliar, tumbuh 4,71% secara bulanan dan naik 2,56% secara tahunan. Pertumbuhan ekspor nonmigas disumbang oleh peningkatan pengiriman komoditas bijih logam, kerak dan abu, besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektronik.

    “Peningkatan ekspor Indonesia pada Maret 2025 secara bulanan terutama berasal dari lonjakan nilai ekspor nonmigas, khususnya pada komoditas logam dan produk elektronik,” ungkap Amalia dalam konferensi pers di kantor BPS, Senin (21/4/2025).

    Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas terbagi menjadi tiga kelompok utama. Pertama, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai US$ 570 juta, tumbuh 1,73% mtm dan melonjak 32,8% yoy. Kedua, sektor pertambangan dan lainnya sebesar US$ 3,07 miliar, naik 16,96% mtm, tetapi turun 26,35% yoy. Sektor industri pengolahan menyumbang US$ 18,16 miliar, tumbuh 2,98% mtm dan 9% yoy.

    Amalia menambahkan, kenaikan ekspor industri pengolahan terutama didorong oleh peningkatan ekspor logam dasar bukan besi, nikel, semikonduktor, aluminium, dan peralatan berbahan dasar besi.

    Secara kumulatif, total ekspor Indonesia selama Januari–Maret 2025 tercatat meningkat 7,84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh sektor industri pengolahan yang mencatat kontribusi sebesar 12,18%.

  • AS Sumbang Surplus Dagang Terbesar ke RI pada Maret 2025

    AS Sumbang Surplus Dagang Terbesar ke RI pada Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Amerika Serikat menjadi negara yang memberi surplus perdagangan terbesar dengan Indonesia pada Maret 2025, meski ada ancaman tarif resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan surplus perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS senilai US$1,98 miliar.

    Surplus tersebut lebih besar dari bulan sebelumnya atau Februari 2025, yang mana AS menyumbang surplus perdagangan ke Indonesia sebesar US$1,57 miliar.

    “Komoditas penyumbang surplus terbesar dengan Amerika seperti biasa ini didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian [US$465 juta], alas kaki [US$239,7 juta], dan lemak dan minyak hewan nabati [US$238,7 juta],” ungkap Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).

    Negara selanjutnya yang penyumbang surplus perdagangan terbesar ke Indonesia adalah India yaitu sebesar US$1,04 miliar, yang kemudian diikuti oleh Filipina yaitu sebesar US$714,1 juta.

    Di sisi lain, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Tiga negara penyumbang defisit terbesar yaitu China (US$1,11 miliar), Australia (US$353,2 juta) dan Thailand (US$195,4 miliar).

    Sementara itu, secara keseluruhan BPS mengumumkan neraca perdagangan tercatat surplus senilai US$4,33 miliar pada Maret 2025. Amalia mengatakan nilai surplus tersebut naik US$1,23 miliar secara bulanan. “Indonesia mencatatkan surplus 59 bulan beruntun sejak Mei 2020,” ujarnya.

    Amalia menyebutkan surplus ditopang komoditas nonmigas dengan surplus perdagangan senilai US$6 miliar. Sejumlah komoditas pendorong surplus antara lain lemak dan hewan minyak nabati, bahan bakan mineral, serta besi dan baja.

    “Pada saat yang sama, neraca perdagangan migas defisit US$1,67 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah,” jelasnya.

    Sebagai informasi, pemerintah sendiri sedang melakukan negosiasi tarif resiprokal Trump. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto resmi menyerahkan proposal tawaran negosiasi ulang penerapan tarif resiprokal yang dikenakan ke Indonesia sebesar 32% ke Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick di Washington DC, AS pada Sabtu (19/4/2025) waktu setempat.

    Airlangga menyampaikan Indonesia menawarkan untuk meningkatkan pembelian dan impor barang AS agar menyeimbangkan defisit perdagangan antar kedua negara. Memang, Indonesia merupakan negara penyumbang defisit terbesar ke-15 ke neraca perdagangan AS pada tahun lalu.

  • Sumatra Barat Catat Peningkatan Harga Bawang Merah Tertinggi April 2025

    Sumatra Barat Catat Peningkatan Harga Bawang Merah Tertinggi April 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bawang merah dan cabai merah perlu menjadi perhatian pemerintah, seiring terjadinya kenaikan indeks perkembangan harga (IPH) terhadap kedua komoditas ini pada minggu ketiga April 2025.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa pada minggu ketiga April 2025, komoditas andil kenaikan IPH meliputi bawang merah dan cabai merah.

    Pada periode ini, terdapat 23 provinsi yang mengalami kenaikan IPH, 14 provinsi yang mengalami penurunan IPH, dan 1 provinsi stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

    Perinciannya, Sumatera Barat menjadi provinsi dengan perubahan IPH tertinggi atau mencatatkan perubahan IPH sebesar 4% pada minggu ketiga April 2025.

    Disusul, Riau sebesar 3,55%, Papua Selatan 2,47%, Sumatera Utara 1,91%, Maluku 1,56%, Kepulauan Bangka Belitung 1,48%, Aceh 1,29%, DKI Jakarta 1,09%, dan Jambi 1,08%.

    “Mayoritas di daerah-daerah tersebut karena disumbang oleh komoditas cabai merah, bawang merah, kemudian sebagian juga ada cabai rawit dan juga bawang putih,” kata Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2025 di YouTube Kemendagri, Senin (21/4/2025).

    Jika ditelusuri menurut wilayah, BPS mencatat kenaikan IPH tertinggi di Pulau Sumatera terjadi di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat dengan nilai perubahan IPH 7,09%.

    Sementara itu, komoditas penyumbang andil kenaikan IPH terbesar di 10 wilayah di Pulau Sumatera didominasi oleh cabai merah, bawang merah, dan sebagian daging ayam ras.

    Untuk Pulau Jawa, kenaikan IPH tertinggi masih terjadi di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dengan nilai perubahan IPH sebesar 2,6%. Komoditas penyumbang andil kenaikan IPH terbesar di 10 wilayah Pulau Jawa didominasi oleh bawang merah dan cabai merah.

    Lebih lanjut, untuk kenaikan IPH tertinggi di luar Pulau Jawa dan Sumatera terjadi di Kabupaten Mappi, Papua Selatan dengan nilai perubahan IPH sebesar 5,55%.

    Data BPS menunjukkan, komoditas penyumbang andil kenaikan IPH di 10 wilayah di luar Pulau Jawa dan Sumatera adalah cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.

    Lebih lanjut, jika ditinjau dari jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga antara lain bawang merah, cabai merah, hingga bawang putih.

    Pada minggu ketiga April 2025, Amalia menyampaikan sebanyak 294 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga bawang merah, 217 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga cabai merah, dan 199 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga bawang putih.

  • Nilai Ekspor Indonesia Tembus USD 23,25 Miliar pada Maret 2025 – Page 3

    Nilai Ekspor Indonesia Tembus USD 23,25 Miliar pada Maret 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mencapai USD 23,25 miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 5,95% secara bulanan dibandingkan Februari 2025.

    Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti merinci, ekspor migas selama Maret 2025 bernilai USD 1,45 miliar, atau meningkat signifikan sebesar 28,81% dibanding bulan sebelumnya. Di sisi lain, ekspor nonmigas naik 4,71% menjadi USD 21,80 miliar.

    “Peningkatan nilai ekspor Maret 2025 ini secara bulanan terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor non-Migas, yaitu pada komoditas bijih logam, kerak dan abu atau HS26, yang kemudian besi dan baja HS72, dan mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya atau HS85,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025)

    Amalia menambahkan, kenaikan nilai ekspor Migas terutama didorong oleh peningkatan nilai ekspor hasil minyak yang memberikan andil sebesar 1,18%. 

    Secara tahunan, nilai ekspor Maret 2025 mengalami peningkatan sebesar 3,16%. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor non-Migas pada komoditas lemak dan minyak hewan abadi HS15, kemudian nikel dan barang daripadanya HS75, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS85.  

    Pada Maret 2025, total ekspor nonmigas adalah sebesar USD 21,80 miliar, yang dirinci menurut sektornya adalah sebagai berikut, sektor pertanian, perhutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar USD 0,57 miliar, sektor pertambangan dan lainnya sebesar USD 3,07 miliar, dan sektor industri pengolahan sebesar USD 18,16 miliar. 

    Seluruh sektor mengalami kenaikan secara bulanan dan peningkatan nilai ekspor non-Migas utamanya terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik sebesar 2,98% dengan andil sebesar 2,40%.

    Peningkatan secara bulanan ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya nilai ekspor pada komoditas logam dasar bukan besi, nikel, semikonduktor, dan komponen elektronik lainnya, aluminium, serta peralatan listrik lainnya. 

    Secara tahunan, semua sektor mengalami peningkatan kecuali sektor pertambangan. Peningkatan nilai ekspor non-Migas secara tahunan terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor industri pengolahan sebesar 9% dan memberikan andil sebesar 6,65%.

     

     

     

  • Nilai Ekspor Nonmigas RI ke AS dan China Meningkat, India Turun 14% Maret 2025

    Nilai Ekspor Nonmigas RI ke AS dan China Meningkat, India Turun 14% Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, China, Amerika Serikat (AS), dan India masih menjadi tiga besar tujuan ekspor Indonesia pada Maret 2025. Kendati begitu, nilai ekspor ke India tercatat turun pada bulan tersebut. 

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor ke India mencapai US$1,41 miliar pada Maret 2025 atau turun signifikan 14,54% (Month-to-Month/MtM), dari bulan lalu US$1,65 miliar.

    “Nilai ekspor ke India tercatat US$1,41 miliar atau turun 14,54% dibanding bulan sebelumnya,” ungkap Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

    Sementara itu, nilai ekspor ke China dan AS mengalami peningkatan pada Maret 2025. Amalia mengungkap, nilai ekspor nonmigas ke China tercatat mencapai US$5,20 miliar atau naik 21,50% dibanding Februari 2025 yang tercatat sebesar US$4,28 miliar.

    Dibanding Maret 2024, nilai ekspor non migas ke China juga mengalami peningkatan, mengingat pada Maret tahun lalu, nilai ekspornya mencapai US$4,75 miliar.

    Kemudian ke AS, BPS mencatat nilai ekspor ke Negeri Paman Sam mencapai US$2,63 miliar. Nilai tersebut meningkat 12,08% dibanding bulan sebelumnya yang tercatat mencapai US$2,35 miliar.

    “Nilai ekspor nonmigas ke China tercatat US$5,20 miliar atau naik 21,50% dibanding Februaru 2025. Nilai ekspor non migas ke AS tercatat US$2,63 miliar atau naik 12,08% dibanding bulan lalu,” ujarnya.

    Secara tahunan, Amalia menyebut bahwa nilai ekspor non migas ke negara dan kawasan tujuan utama mengalami peningkatan, kecuali ke India.

    Menurut paparan yang disampaikan Amalia, nilai ekspor non migas ke India pada Maret 2025 mencapai US$1,41 miliar atau turun dibanding Maret 2024 yang mencapai US$1,78 miliar.

    “Secara tahunan, nilai ekspor non migas ke negara dan kawasan tujuan utama mengalami  peningkatan, kecuali ke India,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, nilai ekspor non migas tiga negara, yakni China, AS, dan India memberikan share sekitar 42,37% dari total ekspor non migas Indonesia pada Maret 2025. 

  • BPS: Ekspor CPO dan Batu Bara Merosot pada Maret 2025

    BPS: Ekspor CPO dan Batu Bara Merosot pada Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, harga beberapa komoditas unggulan Indonesia mengalami penurunan pada Maret 2025, bila dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas itu yakni crude palm oil (CPO) dan turunannya serta batu bara.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor CPO dan turunannya pada Maret 2025 mencapai US$2,19 miliar atau turun 3,55% (Month-to-Month/MtM) dibanding bulan sebelumnya senilai US$2,27 miliar. 

    “Nilai ekspor CPO dan turunannya turun 3,55% secara bulanan,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

    Kendati mengalami penurunan, nilai ekspor CPO dan turunannya mengalami peningkatan jika dibandingkan Maret 2024. Dalam paparan yang disampaikan Amalia, nilai ekspor komoditas ini naik signifikan 40,85% (Year-on-Year/YoY) dari Maret 2024 yang tercatat sebesar US$1,56 miliar.

    Penurunan juga terjadi untuk komoditas batu bara. Amalia mengungkap, ekspor komoditas ini mencapai US$1,97 miliar pada Maret 2025 atau turun 5,54% dibanding bulan sebelumnya yang tercatat US$2,08 miliar.

    Secara tahunan, nilai ekspor komoditas ini juga tercatat turun signifikan yakni 23,14% dari tahun sebelumnya yang tercatat mencapai US$2,56 miliar.

    “Nilai ekspor batu bara turun 5,54% secara bulanan dan turun 23,14% secara tahunan,” ungkapnya.

    Sementara itu, komoditas unggulan Indonesia lainnya seperti besi dan baja menunjukkan kinerja yang positif. Amalia menyampaikan, nilai ekspor komoditas ini mencapai US$2,38 miliar atau naik 19,54% dibanding Februari 2025 sebesar US$1,99 miliar.

    Dibandingkan Maret 2024, nilai ekspor besi dan baja juga mengalami peningkatan sebesar 11,84% dibanding tahun lalu yang tercatat sebesar US$2,13 miliar. 

    Adapun, ketiga komoditas ini memberikan share sekitar 30.01% dari total ekspor non-migas pada Maret 2025.

  • Surplus Neraca Dagang US,33 Miliar pada Maret 2025, Rekor 59 Bulan Beruntun

    Surplus Neraca Dagang US$4,33 Miliar pada Maret 2025, Rekor 59 Bulan Beruntun

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan mencatatkan surplus senilai US$4,33 miliar pada Maret 2025.

    Sebagai informasi, pada Februari 2025 surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$3,12 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari hingga Maret 2025 mencapai US$10,92 miliar.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan nilai surplus tersebut naik US$1,23 miliar secara bulanan. “Indonesia mencatatkan surplus 59 bulan beruntun sejak Mei 2020,” ujarnya dalam Rilis BPS, Senin (21/4/2025).

    Amalia menyebutkan surplus ditopang komoditas nonmigas dengan surplus perdagangan senilai US$6 miliar. Sejumlah komoditas pendorong surplus antara lain lemak dan hewan minyak nabati, bahan bakan mineral, serta besi dan baja.

    “Pada saat yang sama, neraca perdagangan migas defisit US$1,67 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah,” jelasnya.

    Surplus tersebut juga didorong oleh kinerja ekspor Indonesia yang tumbuh 3,16% YoY menjadi US$23,25 miliar pada Maret 2025. Sementara, total nilai impor mencapai Us$18,92 miliar atau naik 5,34% YoY.

    Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan surplus neraca perdagangan yang berasal dari kinerja ekspor dan impor akan melanjutkan tren penurunan pada Maret 2025.

    Josua menilai meski pada bulan tersebut belum terdampak efek tarif resiprokal dari Presiden AS Donald Trump, tetapi penurunan mulai terjadi akibat faktor musiman. Umumnya, selama bulan Ramadan menyebabkan kinerja ekspor melemah dan impor meningkat.

    “Setelah mencatat surplus sebesar US$3,12 miliar pada Februari 2025, kami memproyeksikan surplus akan turun menjadi US$2,62 miliar pada Maret 2025,” ujarnya, Senin (21/4/2025).

    Proyeksi tersebut sedikit lebih rendah dari konsensus 15 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah atau median surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 diproyeksikan sebesar US$2,9 miliar.