Kementrian Lembaga: BPS

  • Duet Kompak Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono, Ujung Tombak Capai Swasembada Pangan

    Duet Kompak Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono, Ujung Tombak Capai Swasembada Pangan

    Jakarta, Beritasatu.com — Upaya percepatan swasembada pangan nasional tidak lepas dari peran duet kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono. Keduanya tampil sebagai ujung tombak di Kementerian Pertanian (Kementan), menggerakkan mesin pertanian nasional dengan strategi yang kompak, cepat, dan terarah.

    Duet kompak Mentan dan Wamentan ini tidak bisa dilepaskan dari kejelian Presiden Prabowo Subianto dalam memilih pasangan kerja yang saling melengkapi. Wamentan Sudaryono mampu mengimbangi kecepatan kerja Mentan Amran yang dikenal sebagai sosok pekerja keras, penuh dedikasi, dan tidak kenal waktu. Kombinasi ini menjadikan keduanya duet yang efektif dalam menjalankan visi besar Presiden Prabowo, yaitu meraih swasembada pangan secepat-cepatnya.

    “Kalau kita kompak, program cepat jalan dan hasilnya langsung dirasakan rakyat. Ini bukan hanya soal kebijakan, tapi soal keberpihakan pada petani,” tegas Amran.

    Sosok Wamentan Sudaryono kerap mendapat pujian dari Mentan Amran. Pada awal duet mereka, Sudaryono disebut Amran sebagai energi baru bagi Kementerian Pertanian. 

    “Alhamdulillah, ada Wamen. Ini energi baru, sebab tantangan pertanian ke depan makin kompleks, semua harus diselesaikan dengan secepatnya,” sebut Amran.

    Maka tak heran, dengan besarnya tugas yang dijalani, mereka pun berbagi tugas secara terstruktur. Amran memimpin pada tataran kebijakan makro, menyusun langkah strategis serta melakukan diplomasi pangan di tingkat nasional dan internasional. Sementara itu, Sudaryono mengawal langsung teknis pelaksanaan di lapangan, memastikan program berjalan tepat sasaran dan berdampak langsung bagi petani.

    “Pak Menteri selalu menekankan pentingnya eksekusi cepat dan kerja konkret. Kami bergerak bersama dengan semangat yang sama untuk memastikan petani benar-benar merasakan hasilnya,” ujar Sudaryono beberapa waktu lalu.

    Pembagian tugas ini mempercepat berbagai agenda prioritas seperti optimasi lahan (Oplah), peningkatan pupuk bersubsidi, percepatan tanam, dan penguatan infrastruktur pertanian. Keduanya juga aktif turun langsung ke lapangan dan berbagi wilayah kerja agar seluruh potensi lahan di Indonesia dimanfaatkan secara optimal.

    Penunjukan Wamentan sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog pun memperkuat sinergi antara Kementan dan Bulog. Hingga pertengahan April 2025, Bulog tercatat telah menyerap 2,7 juta ton gabah. Langkah ini menjadi salah satu strategi kunci dalam menjaga harga di tingkat petani serta ketahanan stok nasional.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi beras nasional sepanjang Januari–Mei 2025 mencapai 16,62 juta ton, mengalami peningkatan 1,83 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

    Dengan tingginya kapasitas penyerapan gabah dan potensi produksi sejauh ini, Mentan Amran bahkan memprediksi  stok beras yang ada di gudang Perum Bulog dapat mencapai 3,3 juta ton pada musim panen Mei 2025.  Stok beras ini merupakan yang tertinggi dalam 10 hingga 20 tahun terakhir.

    Kepemimpinan yang saling melengkapi antara Mentan dan Wamentan menjadi kekuatan utama di tubuh Kementan. Duet yang solid di level tertinggi kementerian ini terbukti menjadi ujung tombak dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.

  • Neraca Dagang RI di Tengah Pertarungan 2 Gajah: China Defisit, AS Surplus

    Neraca Dagang RI di Tengah Pertarungan 2 Gajah: China Defisit, AS Surplus

    Bisnis.com, JAKARTA — Perdagangan Indonesia berada di tengah-tengah perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China. Meski ekspor ke kedua negara memiliki nilai yang sama besar, di atas kertas, berdagang dengan AS menghasilkan surplus, berbanding terbalik saat berdagang dengan China.

    Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa Amerika Serikat (AS)  menjadi salah satu penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia selama 2015 hingga 2025 atau satu dekade terakhir, bersama dengan India dan Filipina.

    Dia mengatakan pihaknya melakukan tinjauan khusus perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk memberikan gambaran yang relevan terkait penerapan tarif resiprokal oleh negara tersebut.

    Apabila dilihat dari neraca dagang, menurut Amalia volume perdagangan dengan AS mengalami tren peningkatan dalam 10 tahun terakhir yang ditopang peningkatan pesat ekspor nonmigas.

    “Surplus neraca perdagangan tertinggi dengan Amerika Serikat terjadi pada tahun 2022, yakni sebesar 16,57 miliar dolar AS (Rp278,54 triliun, kurs Rp16.810),” katanya.

    Defisit China

    Sementara itu, perdagangan Indonesia dengan China mengalami defisit perdagangan nonmigas pada Maret 2025, bahkam menjadi salah satu defisit yang terdalam. 

    Amalia menyampaikan, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, dengan China menjadi negara penyumbang defisit perdagangan nonmigas mencapai US$1,11 miliar pada Maret 2025.

    “Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan yang terbesar adalah China US$1,11 miliar,” kata Amalia.

    Secara terperinci, Amalia mengungkap bahwa defisit perdagangan dengan China utamanya disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) yakni -US$1,41 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) -US$1,30 miliar, dan kendaraan dan bagiannya (HS 87) -US$351 juta.

    Pekerja sedang merakit mesin

    Selain dengan China, Australia dan Thailand menjadi dua negara lainnya sebagai penyumbang defisit terbesar pada Maret 2025. Amalia mengungkap, Australia menyumbang defisit sebesar US$0,35 miliar, dan Thailand US$195 juta pada Maret 2025.

    Untuk Australia, Amalia menuturkan bahwa defisit terbesar dikontribusikan oleh komoditas serealia (HS10) terutama dari komoditas gandum yakni sebesar -US$103 juta, kemudian logam mulia dan perhiasan (HS71) -US$91,2 juta, dan bahan bakar mineral (HS27) -US$83,4 juta.

    Sementara untuk Thailand, BPS mencatat bahwa komoditas penyumbang defisit nonmigas terbesar yakni defisit terbesar dikontribusikan oleh gula dan kembang gula (HS17) -US$96,5 juta, plastik dan barang dari plastik (HS39) -US$68,7 juta, serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) -US$68,5 juta. 

    Sementara itu, Indonesia tercatat mengalami surplus perdagangan barang pada kelompok nonmigas dengan beberapa negara. Tiga terbesar diantaranya adalah AS US$1,98 miliar, India US$1,04 miliar, Filipina US$714 juta.

    Hubungan RI dengan China dan AS

    Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono menjelaskan bahwa pada dasarnya Indonesia akan tetap membangun hubungan positif dengan sejumlah mitra dagang, termasuk China.

    Pernyataan tersebut juga tanggapan atas pernyataan China yang memperingatkan negara-negara untuk tidak bernegosiasi dengan AS. 

    “Berkait dengan pemerintah RRT [China], saya rasa Indonesia dan RRT juga kita selalu menjunjung tinggi, ya, prinsip perdagangan multilateral. Kita saling menghormati hak dan kewajiban kita masing-masing,” kata Djatmiko dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (21/6/2025).

    Dia juga mengaku enggan berspekulasi mengenai nasib hubungan dagang RI baik dengan Amerika maupun dengan Tiongkok ke depan. 

    Satu hal yang dia pastikan, pada dasarnya pemerintah Indonesia akan menjalin hubungan dengan mitra dagang sebaik mungkin. Djatmiko juga menyebut, pemerintah tidak segan menggelar forum diplomasi dan perdagangan dengan negara-negara mitra.

    “Kalau pun ada isu, ya, di lapangan selalu akan kita selesaikan di forum diplomasi dan negosiasi perdagangan. Tapi nanti praktiknya seperti apa, kita tunggu saja nanti. Karena ini masih perlu dibicarakan antara pemerintah Indonesia dan AS,” pungkasnya. 

    Untuk diketahui sebelumnya, pemerintah China menegaskan bakal tetap berpegang teguh dengan keputusannya dan menolak untuk melaksanakan negosiasi dengan AS terkait keputusan tarif baru yang dicanangkan Donald Trump. 

    Melansir AFP, pemerintah China tegas bakal menentang negara-negara yang bakal bersepakat negosiasi dengan AS. 

    “Cina dengan tegas menentang pihak mana pun yang mencapai kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan Cina,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan China.

  • Kemenperin Optimalkan Revitalisasi Sentra IKM demi Pacu Ekspor Produk Pengolahan Kulit

    Kemenperin Optimalkan Revitalisasi Sentra IKM demi Pacu Ekspor Produk Pengolahan Kulit

    JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengoptimalkan peran sentra industri kecil menengah (IKM) sebagai sarana penunjang produksi industri pengolahan kulit, melalui program revitalisasi sehingga meningkatkan ekspor produk tersebut.

    “Untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM, Kemenperin terus gencar memacu pengembangan sentra IKM di seluruh pelosok tanah air,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita dilansir ANTARA, Senin,

    Salah satu sentra IKM yang telah direvitalisasi oleh Kementerian Perindustrian yakni Sentra IKM Kulit Manding melalui UPTD Ndalem Kulit Jogja (NKJ) yang berlokasi di Jalan Parangtritis KM 11, Manding, Bantul, Yogyakarta.

    Disampaikan dia, sentra IKM tersebut direvitalisasi menggunakan skema pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2024 yang dilaksanakan dalam bentuk pembangunan gedung, pengadaan mesin dan peralatan, kegiatan pengembangan SDM dan daya saing, kegiatan manajemen dan teknis pengelolaan, pengembangan kemitraan, serta peningkatan akses pasar ekspor.

    Reni menjelaskan, pengembangan sentra IKM diharapkan dapat menciptakan efek berlipat bagi penguatan ekosistem industri secara keseluruhan, antara lain melalui hilirisasi sumber daya bahan baku lokal menjadi produk berkualitas, maupun pengembangan potensi komunitas IKM di wilayah tertentu.

    Reni juga menyampaikan, industri kulit dan produk kulit merupakan salah satu subsektor yang memiliki potensi besar di Indonesia. Secara nasional, ekspor produk kulit dan produk dari kulit Indonesia pada tahun 2024 mencapai 4,6 miliar dolar AS atau Rp77,2 triliun (kurs Rp16.801).

    Nilai ekspor tersebut didominasi oleh alas kaki dari bahan kulit sebesar 3,1 miliar dolar AS atau Rp52 triliun, kemudian diikuti oleh produk tas dan sejenisnya dari bahan kulit sebesar 1,1 miliar dolar AS atau Rp18,47 triliun.

    Berdasarkan data BPS, produk barang-barang dari kulit merupakan salah satu dari empat komoditas ekspor terbesar dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga bisa dinyatakan bahwa barang dari kulit wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi.

  • Video: AS Jadi Negara Pembeli Utama Produk Rajut – Alas Kaki Dari RI

    Video: AS Jadi Negara Pembeli Utama Produk Rajut – Alas Kaki Dari RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk komoditas pakaian dan alas kaki. Badan pusat statistik mencatat sepanjang periode januari hingga Maret 2025, volume ekspor pakaian rajut dari Indonesia ke Amerika Serikat mencapai lebih dari 38.000 Ton.

    Selengkapnya saksikan di Program Manufacture Check CNBC Indonesia, Senin (21/04/2025).

  • Catat! Kamu Bisa Dapat Rumah Subsidi Asal Gaji Maksimal Rp 14 Juta

    Catat! Kamu Bisa Dapat Rumah Subsidi Asal Gaji Maksimal Rp 14 Juta

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait kembali menegaskan syarat maksimal gaji warga untuk bisa mendapatkan rumah subsidi.

    “Nanti (penghasilan) Rp0 sampai misalnya Rp14 juta (per bulan) ya. Jadi makin luas. Jadi jangan salah ngerti,” sebut Ara kepada wartawan, Senin (21/4/2025).

    Sebelumnya, syarat penerima subsidi dengan status menikah, harus memiliki gaji maksimal Rp 13 juta, namun kini naik menjadi Rp 14 juta per bulan.

    Perubahan batas maksimal gaji merupakan rekomendasi dari Badan Pusat Statistik (BPS).

    Sekretaris Jenderal PKP Didyk Choiroel menyebut bakal memfinalkan regulasi mengenai syarat maksimal gaji ini dalam waktu tiga pekan ke depan.

    “Batas penghasilan MBR membutuhkan keputusan menteri PKP karena sebelumnya keputusan Menteri PUPR, saat ini lagi dibahas BPS dan PKP dan mempertimbangkan beberapa kajian jadi target kemarin dengan ditetapkan 21 April 2025,” kata Didyk yang dikutip pada Senin (21/4/2025).

    Beberapa tahun lalu, batasan maksimal penghasilan per bulan untuk lajang adalah Rp 7 juta dan yang sudah berkeluarga Rp 8 juta, sesuai dengan Keputusan Menteri PUPR Nomor 242/KPTS/M/2020. Regulasi ini juga menyesuaikan standar desil 8 penghasilan masyarakat di setiap provinsi.

    (wia)

  • Produsen Sepatu Butuh Stimulus Tembus Pasar Ekspor Potensial Selain AS

    Produsen Sepatu Butuh Stimulus Tembus Pasar Ekspor Potensial Selain AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) membutuhkan dukungan pemerintah untuk mempermudah ekspor produk alas kaki ke pasar potensial di Uni Eropa. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi dampak pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).  

    Direktur Eksekutif Aprisindo Yoseph Billie Dosiwoda mengatakan, pengusaha alas kaki yang berorienstasi ekspor saat ini sangat mendukung penyelesaian perjanjian dagang yaitu Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). 

    “IEU-CEPA sebagai FTA [free trade agreement] yang didorong teman-teman asosiasi saat pertemuan Kemenko untuk dapat segera dirampungkan agar Eropa menjadi akses alternatif pasar bagi Indonesia,” kata Billie kepada Bisnis, dikutip Senin (21/4/2025). 

    Selain itu, pihaknya tetap berharap selama pengenaan tarif tinggi bea masuk ke AS ditunda 90 hari, pihaknya mendukung pemerintah untuk melakukan negosiasi sebagai jalan yang dipilih agar tarif yang dikenakan terhadap barang asal Indonesia tidak tinggi.

    Untuk diketahui, pada 2 April 2025, pemerintah AS memutuskan untuk menerapkan tarif resiprokal sebesar 32% atas produk asal Indonesia. Tarif tersebut akan menjadi tarif tambahan dari tarif dasar 10% sehingaa menjadi 42%. 

    Sebelumnya, Aprisindo juga tengah berupaya mencari pasar ekspor yang potensial lainnya selain Eropa, seperti Timur Tengah, Asia, dan lainnya. Pengusaha juga akan memanfaatkan peluang dari perjanjian perdagangan bebas yang telah dimiliki Indonesia dengan berbagai negara. 

    Hingga saat ini, AS merupakan pangsa pasar ekspor utama bagi industri alas kaki nasional. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor alas kaki (HS 64) ke AS pada kuartal I/2025 memberikan pangsa sebesar 34,16% sebanyak 33.370 ton. 

    Selanjutnya, ekspor alas kaki ke Belanda mengambil andil 8,40% atau sebanyak 8.180 ton, disusul ke Belgia sebanyak 6.950 ton atau berkontribusi 7,14%, kemudian ke Jepang 5.750 ton atau 5,90% dan ke China sebanyak 5.470 ton atau 5,61%.  

    Adapun, nilai ekspor alas kaki ke AS pada Januari-Maret 2025 naik 16,62% menjadi US$657,90 juta dari periode yang sama tahun lalu seniai US$564,13 juta. 

  • Neraca Perdagangan Jateng Maret 2025 Defisit 48,69 Juta US Dollar

    Neraca Perdagangan Jateng Maret 2025 Defisit 48,69 Juta US Dollar

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Nilai neraca perdagangan Jawa Tengah pada Maret 2025 tercatat defisit sebesar US$48,69 juta.

    Defisit nilai neraca perdagangan bulan tersebut dipicu defisit pada sektor migas yang sebesar US$437,94 juta. Sedangkan neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus US$389,25 juta.

    Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih menjelaskan, nilai neraca perdagangan total Jawa Tengah pada Maret 2025 tak sedalam pada Februari 2025.

    Februari 2025, nilai neraca perdagangan Jateng mengalami defisit sebesar US$172,47 juta.

    “Meskipun defisit, ini tidak sedalam bulan kemarin. Ini juga cukup membantu kita dalam neraca perdagangan Jateng, yang defisit tipis sebesar US$48,69 juta,” katanya pada pemaparan secara daring, Senin (21/4/2025).

    Disebutkan, tiga negara penyumbang surplus tertinggi di Jawa Tengah pada Maret 2025, pertama adalah Amerika Serikat dengan surplus sebesar US$373,69 juta.

    Komoditas penyumbang terbesarnya adalah pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62); pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61); dan alas kaki (HS 64).

    “Kita ekspor ke Amerika Serikat besar, sehingga menyebabkan surplus untuk Amerika Serikat,” jelasnya.

    Negara penyumbang surplus berikutnya yakni Jepang, senilai US$67,67 juta. Surplus ke negara tersebut ditopang mesin, perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85); pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62); dan pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61).

    Adapun negara penyumbang surplus ketiga, yakni Belanda, senilai US$39,09 juta.

    Surplus tersebut ditopang komoditas alas kaki (HS 64) senilai US$12,52 juta; pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62); dan perabotan, lampu, dan alat penerangan (HS 94).

    Di sisi lain, tiga negara penyumbang defisit terbesar Jawa Tengah pada Maret 2025 adalah Tiongkok, dengan neraca perdagangan -US$285,63 juta.

    Penyumbang defisitnya, yakni mesin, peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84); mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85); serta plastik dan barang dari plastik (HS 39).

    Berikutnya adalah Saudi Arabia, dengan komoditas penyumbang terbesarnya adalah bahan bakar mineral (HS 27); dan plastik dan barang dari plastik (HS 39).

    “Ketiga, adalah Singapura. Penyumbang defisit terbesarnya adalah bahan bakar mineral (HS 27); plastik dan barang dari plastik (HS 39); dan mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84),” jelasnya.

    Di sisi itu, dia melanjutkan, sepanjang Maret 2023 sampai dengan Maret 2025, neraca perdagangan nonmigas Jawa Tengah surplus berturut-turut.

    Ia menjelaskan, komoditas penyumbang surplus tertinggi masih di pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62); pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61); dan alas kaki (HS 64).

    “Neraca perdagangan nonmigas, (Jateng) bersyukur tidak pernah defisit. Sepanjang Maret 2023 – Maret 2025 mengalami surplus dan surplus terakhir meningkat dibanding bulan kemarin.

    Sekarang tercatat US$389,25 juta kondisi maret 2025. Kondisi Maret sebelumnya hanya surplus US$351,41 juta,” jelasnya.

    Ia menambahkan, neraca perdagangan nonmigas Jawa Tengah secara kumulatif Januari – Maret 2025 surplus senilai US$1.001,32 juta. 

    Angka itu, ekspor Jawa Tengah tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,86 persen. Adapun impor turun 7,21 persen.

    Sementara itu BPS Jateng mencatat, neraca perdagangan barang Jawa Tengah dengan Amerika Serikat di sepanjang tahun 2022 – 2024, tidak pernah mengalami defisit.

    “Kita selalu surplus. Kalau kondisi Oktober sampai Desember 2024, mengalami kenaikan. Kemudian Maret 2025, dari
    Amerika Serikat juga mengalami surplus cukup tinggi,” imbuhnya. (idy)

     

     

  • Jasa Besar AS untuk Perdagangan Indonesia, Inikah Alasan Sulit Lepas?

    Jasa Besar AS untuk Perdagangan Indonesia, Inikah Alasan Sulit Lepas?

    PIKIRAN RAKYAT – Selama satu dekade terakhir, Amerika Serikat konsisten menjadi salah satu mitra dagang terpenting bagi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia sejak 2015 hingga 2025, sejajar dengan India dan Filipina.

    “India, Filipina dan Amerika Serikat merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir,” ungkap Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin 21 April 2025.

    Amalia menjelaskan bahwa surplus terbesar perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat terjadi pada 2022, yakni mencapai 16,57 miliar dolar AS atau setara Rp278,54 triliun (kurs Rp16.810 per dolar). Surplus ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang terus meningkat.

    Komoditas Ekspor Unggulan

    Pada kuartal I 2025, nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar 7,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp122 triliun. Komoditas ekspor utama meliputi:

    Mesin dan perlengkapan elektrik: 1,2 miliar dolar AS (Rp20,1 triliun) Alas kaki: 657,9 juta dolar AS (Rp11 triliun) Pakaian dan aksesoris rajutan/non-rajutan: 1,19 miliar dolar AS (Rp20 triliun) Lemak dan minyak nabati: 507,19 juta dolar AS (Rp8,52 triliun)

    “Sepanjang Januari sampai dengan Maret 2025, nilai ekspor keempat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” kata Amalia.

    Sementara itu, Indonesia juga mengimpor dari AS barang-barang seperti mesin, biji dan buah mengandung minyak, instrumen medis hingga ampas sisa industri makanan. Nilai total impor dari AS selama kuartal I 2025 mencapai 2,98 miliar dolar AS atau Rp50,12 triliun.

    Ketergantungan pada Pasar AS

    Ketergantungan Indonesia terhadap AS terlihat jelas dari posisi negara tersebut sebagai tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia pada 2024, setelah China. Nilai ekspor ke AS mencapai 26,31 miliar dolar AS (Rp442 triliun), jauh di bawah ekspor ke China sebesar 62,44 miliar dolar AS (Rp1.048 triliun), tetapi tetap sangat signifikan.

    Meski hubungan dagang terlihat menguntungkan, Indonesia kini berada dalam posisi sulit akibat rencana pemberlakuan tarif resiprokal oleh AS sebesar 32 persen. Kebijakan ini muncul sebagai bagian dari perang tarif global yang kian memanas, terutama antara AS dan China.

    Menurut Kepala Ekonom Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto, dampak kebijakan tersebut berpotensi besar mengubah peta perdagangan Indonesia.

    “Most likely implikasinya kita, apakah kita akan mengimpor lebih banyak barang-barang dari AS sekaligus kita juga akan terbanjiri oleh impor barang-barang dari China yang tadinya dikirim ke AS yang harganya sudah naik lebih dari dua, sampai tiga kali lipat,” tuturnya.

    Ancaman Terhadap Industri Manufaktur RI

    Negosiasi perdagangan yang dilakukan oleh delegasi Indonesia ke Washington DC dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Menlu Sugiono dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Namun, ada sejumlah kekhawatiran yang muncul dari para pengamat.

    Rully menyebut bahwa rencana impor tambahan dari AS senilai 18-19 miliar dolar AS bisa memberikan tekanan besar terhadap industri manufaktur domestik.

    “Kalau (impor) misalkan meningkat sampai 18 miliar dolar AS, ya pertama pasti impact-nya akan ada kepada trade balance kita. Jadi bisa dari tadinya surplus jadi ke defisit dan mungkin memang ini ada impact juga kepada produsen-produsen di dalam negeri terutama ya,” ujarnya.

    Selain itu, pelonggaran syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam negosiasi turut disoroti karena berisiko menghantam produsen lokal berskala kecil hingga menengah.

    “Kalau TKDN sendiri itu mungkin impact-nya akan mengganggu supplier manufaktur dari Indonesia sebenarnya,” ucap Rully.

    Jalan Tengah yang Menantang

    Pemerintah Indonesia membawa sejumlah usulan ke AS, termasuk revitalisasi perjanjian Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), pelonggaran Non-Tariff Measures (NTMs), serta peningkatan impor migas.

    Pemerintah juga menjanjikan insentif fiskal dan non-fiskal untuk menjaga daya saing ekspor. Namun, dalam negosiasi global, posisi Indonesia tidak sekuat China atau Uni Eropa.

    “Memang sayangnya posisi Indonesia itu salah satu yang mungkin tidak terlalu kuat, beda dengan China atau mungkin dengan Eropa. Mereka mungkin bisa melakukan retaliasi,” kata Rully.

    Harus Perkuat Daya Tawar

    Menurut pengamat intelijen ekonomi Dr Stepi Anriani, Indonesia harus memperkuat intelijen ekonomi di tengah fragmentasi ekonomi global yang mengarah pada pembentukan blok-blok ekonomi baru.

    “Tarif 32 persen terhadap impor dari Indonesia bukan angka kecil. Tiongkok bahkan menghadapi situasi yang lebih parah akibat balasan perang tarif karena transhipment yang digagasnya,” tuturnya.

    Stepi Anriani menyebutkan, Indonesia harus memilih sikap tegas antara membentuk blok tandingan, tunduk pada AS, atau mengambil jalan netral yang penuh risiko ekonomi.

    Optimisme Ekonomi Tetap Ada

    Di tengah tekanan eksternal, sejumlah ekonom menilai Indonesia masih memiliki peluang untuk mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang solid. Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menyebutkan tiga faktor kunci yang bisa membawa Indonesia tumbuh melampaui proyeksi IMF, yakni:

    Bonus demografi dan konsumsi domestik Optimalisasi sumber daya alam Peningkatan kualitas institusi dan tata kelola

    “Dalam situasi kualitas institusi dan governance yang belum baik saja Indonesia bisa tumbuh 5 persenan,” ujarnya.

    Dengan tata kelola yang lebih baik, Indonesia diyakini bisa mengejar target pertumbuhan hingga 8 persen seperti yang diharapkan Presiden terpilih Prabowo Subianto.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Ekspor Nonmigas Jadi Penyelamat, Surplus Dagang Indonesia Maret 2025 Naik Signifikan

    Ekspor Nonmigas Jadi Penyelamat, Surplus Dagang Indonesia Maret 2025 Naik Signifikan

    PIKIRAN RAKYAT – Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 4,33 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp72,78 triliun pada Maret 2025. Angka ini meningkat 1,23 miliar dolar dibanding bulan sebelumnya.

    “Pada Maret 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 4,33 miliar dolar. Angka tersebut berasal dari selisih ekspor pada Maret 2025 yang mencapai 23,25 miliar dolar atau Rp390,643 triliun dan impor yang mencapai 18,92 miliar dolar atau Rp317,94 triliun,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, Senin (21/4/2025).

    Ilustrasi Ekspor dan Impor. Pixabay

    Dengan capaian tersebut, Indonesia berhasil membukukan surplus perdagangan selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    Amalia menjelaskan, surplus tersebut terutama ditopang oleh sektor non-migas yang mencatatkan surplus sebesar 6 miliar dolar. “Komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewan nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72),” ujarnya.

    Sementara itu, sektor migas masih mengalami defisit sebesar 1,67 miliar dolar. Penyebab utama defisit ini adalah impor minyak mentah dan hasil olahannya.

    Surplus Perdagangan Kuartal I 2025 Naik

    Secara kumulatif, dari Januari hingga Maret 2025, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus 10,92 miliar dolar. Angka ini naik 3,51 miliar dolar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,47 miliar dolar.

    Amalia juga menyebutkan tiga negara penyumbang surplus terbesar pada perdagangan non-migas, yakni Amerika Serikat sebesar 1,98 miliar dolar, India 1,04 miliar dolar, dan Filipina 0,71 miliar dolar.

    “Dengan Amerika Serikat ini didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, alas kaki HS 64 dan lemak dan minyak hewan nabati HS 15,” katanya.

    Perdagangan Indonesia-AS Meningkat

    Amalia menambahkan, tren perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat terus meningkat sejak 2015 hingga 2024. Kenaikan ini terutama terjadi pada sektor non-migas.

    Hingga Maret 2025, Indonesia membukukan surplus perdagangan dengan AS sebesar 4,32 miliar dolar. Angka ini naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,61 miliar dolar.

    Ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh komoditas non-migas seperti mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), pakaian rajutan (HS 61), dan alas kaki (HS 64). Sementara itu, impor migas Indonesia dari AS meliputi minyak mentah, gas propana cair, dan butana cair.

    Untuk sektor non-migas, Indonesia banyak mengimpor mesin dan peralatan mekanis (HS 84), biji dan buah berminyak seperti kedelai (HS 12), serta mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85).***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kemendag Proyeksikan Kebijakan Tarif Resiprokal AS Bakal Ganggu Kinerja Ekspor Impor – Halaman all

    Kemendag Proyeksikan Kebijakan Tarif Resiprokal AS Bakal Ganggu Kinerja Ekspor Impor – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan, kinerja ekspor impor Indonesia bakal menurun imbas kebijakan tarif resiprokal yang berlaku di Amerika Serikat.

    Tercatat bahwa kebijakan tarif resiprokal AS untuk Indonesia sebesar 32 persen. Serta kebijakan tarif dasar baru dipatok sebesar 10 persen. 

    Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, kebijakan itu dipastikan memberikan dampak pada Indonesia. Meskipun dia belum mengetahui persisi besaran dampaknya seperti apa.

    “Buat Indonesia, ini berdasarkan kalkulasi kami, ini juga bisa menurunkan kinerja ekspor maupun impor. Dengan range yang berbeda-beda untuk masing-masing sektor,” kata Djatmiko, di Kantor Kemendag, Senin (21/4/2025).

    Sebab menurutnya, Amerika sendiri telah menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia. Sehingga kebijakan yang diambil AS akan berdampak terhadap negara-negara lain termasuk Indonesia.

    “Tentunya kepada negara-negara yang memiliki tingkat integrasi yang dalam dengan ekonomi Amerika Serikat. Ya contoh misalnya Kanada, Meksiko. Ya meskipun mereka punya perjanjian, tapi diberikan tadi tarif yang new baseline tarif tentunya juga akan berdampak,” jelas dia.

    Meski demikian, Djatmiko memproyeksikan bahwa penerapan tarif resiprokal ini juga akan meningkatkan investasi asing masuk ke Indonesia. 

    Namun sayangnya, dia enggan menjelaskan lebih rinci besaran investasi yang masuk itu berapa. Namun dia menegaskan akan berdampak pada peningkatan investasi asing.

    “Tapi juga ada satu hasil kalkulasi yang kita peroleh bahwa justru dengan penerapan tarif ini juga akan meningkatkan kesempatan untuk ataupun kegiatan investasi,” ucap dia.

    “Secara kuantitatif tidak disebutkan angkanya, tapi diprediksi akan meningkatkan aliran investasi Asia ataupun FDI apabila tarif ini diberlakukan, baik reciprocal ataupun yang new baseline tarif,” sambungnya.

    Naik

    Sejak 2015 hingga 2024, nilai perdagangan kedua negara secara umum terus mengalami peningkatan.

    “Tren peningkatan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika terlihat lebih didorong oleh tren peningkatan neraca perdagangan non-migas,” jelas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.

    Berdasarkan data BPS, hingga Maret 2025, Indonesia membukukan surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar 4,32 miliar dolar AS. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2024, yakni sebesar 3,61 miliar dolar AS.

    Amalia menuturkan, ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh komoditas non-migas, dengan komoditas utama antara lain mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), pakaian rajutan (HS 61), serta alas kaki (HS 64). Sementara itu untuk migas, Indonesia melakukan impor migas terutama untuk Crude Petroleum Oil, Liquefied Propane, dan Liquefied Butane.

    Di sisi impor non-migas dari AS, Indonesia banyak mengimpor mesin dan peralatan mekanis (HS 84), biji dan buah mengandung minyak seperti kedelai (HS 12), serta mesin perlengkapan elektrik (HS 85).

    59 Bulan 

    BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 4,33 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau naik 1,23 miliar dolar AS pada Maret 2025.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    “Surplus pada Maret 2025 lebih ditopang oleh surplus dari komoditas non-migas yang sebesar 6 miliar dolar AS,” kata Amalia.