Kementrian Lembaga: BPS

  • IHSG Dibuka Menguat! Pasar Saham Siap Ngebut atau Masih Wait and See?

    IHSG Dibuka Menguat! Pasar Saham Siap Ngebut atau Masih Wait and See?

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan hari ini, Selasa, 6 Mei 2025, mencatatkan kenaikan 32,88 poin atau 0,48 persen ke level 6.864,83. 
     
    Melansir Antara, Selasa, 6 Mei 2025, indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan juga ikut terdorong naik 3,69 poin ke posisi 771,01.
     
    Namun, euforia ini tampaknya belum sepenuhnya menjadi sinyal rally kuat. Pasalnya, pelaku pasar global masih bersikap “wait and see” terhadap hasil rapat penting bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) pekan ini.
    Pasar tunggu sinyal dari The Fed
    Menurut konsensus analis, pasar tengah menantikan keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada Selasa-Rabu, 6-7 Mei 2025 waktu setempat. 

    Diperkirakan ada kemungkinan penurunan suku bunga acuan sebesar 4,4 persen oleh The Fed.
     
    Sentimen ini menjadi faktor utama yang memengaruhi arah IHSG saat ini.
     
    “IHSG berpeluang menguat terbatas pada hari ini,” kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas.
     

    Data ekonomi AS kuat, tapi ada awan gelap
    Dari sisi makroekonomi global, data yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) pada Senin (5/5) menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa di AS untuk periode April 2025 justru tumbuh lebih kuat dari perkiraan.
     
    Namun, para pelaku bisnis mulai menyuarakan kekhawatiran soal kenaikan tarif yang dapat menekan laju pertumbuhan di masa mendatang.
     
    Selain itu, pernyataan dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahwa pemerintah hampir mencapai kesepakatan dagang memperkuat sentimen positif, meski sempat dibantah oleh Presiden Donald Trump.
     
    Trump mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk berbicara langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang justru menurunkan harapan pasar akan meredanya perang dagang antara AS dan Tiongkok.
    Pertumbuhan ekonomi RI melambat, tapi pasar tetap tahan banting?

    Dari dalam negeri, rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87 persen, atau terendah sejak pandemi covid-19 tahun 2021.
     
    Meskipun data ini kurang menggembirakan, pasar saham tampaknya masih cukup tangguh. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh harapan stimulus lanjutan atau rotasi portofolio investor ke saham-saham defensif.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Ini Senjata Indonesia Tangkal Dampak Gonjang Ganjing Ekonomi Global – Page 3

    Ini Senjata Indonesia Tangkal Dampak Gonjang Ganjing Ekonomi Global – Page 3

     

    Liputan6.com, Jakarta Di tengah perlambatan ekonomi global dan ancaman perang dagang, sektor pertanian Indonesia justru tumbuh paling tinggi pada kuartal I 2025 dengan laju 10,52%, berkontribusi sebesar 1,1% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menyoroti peran sektor pertanian yang kini makin vital. “Kekuatan sektor ini sangat penting untuk Indonesia di tengah gejolak global yang terjadi. Ke depannya, kebijakan seperti Makan Bergizi Gratis akan menjadi pendorong penting untuk sektor pertanian,” ujarnya, dikutip Selasa (6/5/2025).

    Selain pertanian, sektor manufaktur tumbuh 4,55% dan perdagangan 5,03%. Sektor informasi-komunikasi juga tumbuh tinggi sebesar 7,72%. Fakhrul menekankan bahwa sinyal pemulihan ini perlu diperkuat dengan eksekusi cepat dari program strategis pemerintah.

    “Ke depannya, pemerintah harus lebih lincah dalam melihat perubahan-perubahan di depan, untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada,” kata Fakhrul.

    Ia menambahkan bahwa kuartal kedua akan menjadi momen penting untuk mengakselerasi belanja negara agar dapat menjadi bantalan dari gejolak ekonomi global.

    BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Tembus Segini

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 sebesar 4,87% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,02% (yoy). Perkembangan ini dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi domestik dan kinerja ekspor.

    “Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2025 diprakirakan berada pada titik tengah kisaran 4,7-5,5% (yoy) dipengaruhi oleh dampak langsung dan tidak langsung kebijakan tarif Amerika Serikat (AS),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).

    Dari sisi pengeluaran, PDB triwulan I 2025 ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,89% (yoy) seiring dengan aktivitas perekonomian dan mobilitas masyarakat yang meningkat selama periode libur tahun baru dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.

    ​​​

     

  • Angka Pengangguran RI Naik saat Prabowo Getol Efisiensi dan Kebut MBG

    Angka Pengangguran RI Naik saat Prabowo Getol Efisiensi dan Kebut MBG

    Bisnis.com, JAKARTA —  Jumlah pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan pada Februari 2025, di tengah upaya pemerintah menggenjot efisiensi untuk mendanai sejumlah program pemerintah, termasuk Program Makan Bergizi Gratis. 

    Pada Februari 2025, Presiden Prabowo Subianto mengatakan pemerintah telah mengamankan dana sebesar Rp300 triliun. Dana tersebut selama ini terhambat oleh inefisiensi, korupsi, dan belanja-belanja yang kurang tepat sasaran. Dana tersebut ke depan akan dikelola oleh Danantara Indonesia. 

    Adapun di tengah upaya efisiensi tersebut, angka pengangguran Indonesia mengalami peningkatan. 

    Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah orang yang belum mendapat pekerjaan atau menganggur di Indonesia mengalami peningkatan pada Februari 2025 dibanding Februari 2024.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, sebanyak 7,28 juta orang atau 4,76% dari total angkatan kerja pada Februari 2025 sebanyak 153,05 juta orang.

    “Jumlah orang menganggur 7,28 juta orang. Dibanding Februari 2024, per Februari 2025 jumlah orang menganggur meningkat 83.000 orang yang naik 1,11%,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Senin (5/5/2025).

    Di Sulawesi Selatan, jumlah pengangguran menembus 238.800 orang, dari total angkatan kerja di wilayah ini yang mencapai 4,82 juta orang.

    Angka pengangguran tersebut meningkat 8.123 orang atau 3,97% sejak Februari 2024 yang saat itu ada sebanyak 230.670 orang.

    Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Riau mengalami kenaikan menjadi 4,12% pada Februari 2025. Angka ini naik 0,27 persen poin dibandingkan Februari 2024. 

    Menaker Yassierli

    Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menanggapi laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan bahwa angka pengangguran meningkat pada Februari 2025.

    Meski belum bisa berkomentar banyak, Yassierli menyampaikan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) akan melihat berapa banyak penambahan pengangguran dibandingkan dengan kesempatan kerja yang ada.

    “Kita sadar bahwa pengangguran itu ada, nanti kita harus lihat berapa penambahan pengangguran dibandingkan dengan kesempatan kerja,” kata Yassierli saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senin (5/5/2025).

    Yassierli mengungkap, Kemnaker besok akan menerima kunjungan dari tim BPS pada Selasa (5/5/2025). Dalam kesempatan itu, Yassierli berencana untuk melihat data ketenagakerjaan di Indonesia untuk kemudian menentukan langkah-langkah yang diambil Kemnaker ke depan.

    Untuk itu, Yassierli menyebut bahwa pihaknya belum bisa berkomentar banyak mengenai kondisi ketenagakerjaan, sebagaimana dilaporkan oleh BPS.

    “Tapi sekali lagi, data Sakernas itulah yang akan kita jadikan sebagai dasar kita untuk pengambilan kebijakan ke depan,” ujarnya. 

    Program MBG Buka Lapangan Kerja

    Sementara itu pada April 2025, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat menciptakan lapangan kerja langsung di masing-masing Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) untuk memacu kemandirian masyarakat.

    Dia menjelaskan,  dalam satu SPPG dibutuhkan sekurangnya tiga tenaga kerja inti yakni kepala SPPG, ahli gizi, dan akuntan yang menjadi pegawai BGN dibayar langsung melalui APBN.

    “Sedangkan yang bekerja di SPPG, mulai dari yang membantu masak dan lain-lain, atau menjadi relawan mitra, dibayar melalui dana operasional yang diberikan BGN kepada mitra,” ujar dia dilansir dari Antara.

    Selain itu, lanjut dia, peluang peningkatan ekonomi juga akan dirasakan oleh para penyalur bahan baku, karena tiap SPPG minimal membutuhkan 15 penyalur baru.

    “Jika masing-masing penyalur mempekerjakan 2-5 orang kan itu lapangan kerja yang tidak langsung,” ucapnya.

    Program MBG dijalankan di salah satu sekolah

    Di sisi lain, program MBG juga dapat memberi kesempatan bagi para pengusaha atau yayasan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan mendaftar sebagai mitra untuk SPPG melalui situs web resmi mitra.bgn.go.id.

    Dadan mengemukakan, program MBG merupakan langkah strategis Bangsa Indonesia dan investasi besar untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena penduduk Indonesia masih tumbuh enam orang per menit, 3 juta per tahun, dan akan mencapai 324 juta jiwa di tahun 2045.

    “Sumber pertumbuhan penduduk ini rata-rata lama pendidikannya hanya sembilan tahun, dan klasifikasi anggota rumah tangganya, pertumbuhan penduduk lahir dari kelas miskin dan rentan miskin. Persentase anak yang lahir dari keluarga miskin itu 4,78, artinya kalau ada satu ibu dan satu bapak, rata-rata anaknya tiga atau dua. Presiden itu resah karena anak-anak lahir dari keluarga dengan pendidikan rata-rata sembilan tahun, dengan pendapatan rata-rata di bawah Rp1 juta,” paparnya.

    Presiden Prabowo Subianto menargetkan penerima Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan mencapai 4 juta siswa pada bulan ini dan mencapai 82,9 juta pada akhir tahun.

    Menurutnya, sejak diluncurkan pada 6 Januari lalu, program ini telah menjangkau lebih dari 3,4 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Bahkan, pelaksanaan program berjalan secara bertahap dan penuh kehati-hatian. Hingga awal Mei 2025, MBG telah digelar di lebih dari 1.000 titik.

    “Sudah lebih dari 1.000 titik, 1.286 yang total penerima sudah di atas 3 juta, 3,4 juta di awal Mei, dan diperkirakan akhir Mei mencapai 4 juta. Di akhir Juni mencapai 6 juta, dan di akhir Agustus akan mencapai 22 juta. Sehingga di akhir November 2025 akan mencapai 82,9 juta penerima manfaat,” katanya di Kantor Presiden, Senin (5/5/2025). 

    Lebih lanjut, orang nomor satu di Indonesia itu menekankan bahwa dari sisi logistik, pelaksanaan program ini sangat kompleks dan menantang, bahkan melebihi penyelenggaraan katering skala besar.

    “Kami selenggarakan katering untuk upacara perkawinan tamu 3.000 orang saja setengah mati katering. Dan tidak jarang bahwa katering itu ada yang keracunan. Biasanya katering di kawinan ya makan begitu-begitu saja, sudah mahal,” ujarnya.

  • Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,87% di Awal 2025, Ini 5 Dampaknya ke Hidup Kamu

    Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,87% di Awal 2025, Ini 5 Dampaknya ke Hidup Kamu

    Jakarta: Pernah merasa cari kerja makin sulit, pengeluaran makin diawasi, tapi harga kebutuhan pokok terasa stabil?
     
    Itu bukan kebetulan. Kamu mungkin sedang merasakan langsung dampak dari perlambatan ekonomi nasional.
     
    Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87 persen secara tahunan (year-on-year). 

    Angka ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya, bahkan tercatat sebagai pertumbuhan paling lemah sejak kuartal III-2021. Secara kuartalan (quarter-to-quarter), ekonomi Indonesia juga terkontraksi 0,98 persen.
     
    Angka-angka ini bukan sekadar data. Di baliknya, ada dampak nyata ke kehidupan sehari-hari. Mulai dari peluang kerja, pola konsumsi, hingga peluang usaha.
     

    Berikut lima dampak utama perlambatan ekonomi Indonesia ke hidup kamu yang dirangkum dari berbagai sumber: 
    1. Peluang kerja baru menyusut
    Saat ekonomi tumbuh lambat, penciptaan lapangan kerja ikut melambat. Sektor-sektor padat karya seperti industri pengolahan dan konstruksi sedang lesu, sehingga perusahaan cenderung menahan perekrutan.
     
    Buat kamu yang sedang cari kerja, persaingan makin ketat. Ini jadi momen yang tepat untuk meningkatkan skill, ambil pelatihan daring, atau mulai melirik peluang usaha kecil-kecilan.
    2. Pengangguran 
    Data BPS menunjukkan jumlah pengangguran naik menjadi 7,28 juta orang per Februari 2025, atau naik sekitar 83.450 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Ini berarti 4,76 persen dari total angkatan kerja nasional.
     
    Kenaikan ini mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja yang makin menantang. Persiapan lebih matang dan fleksibilitas dalam mencari peluang kerja akan jadi kunci.
    3. Belanja masyarakat tetap hidup, tapi lebih selektif
    Meski pertumbuhan ekonomi melambat, konsumsi rumah tangga masih tumbuh 4,89 persen (yoy), menunjukkan belanja masyarakat tetap jadi penopang utama ekonomi.
     
    Momentum Ramadan dan Lebaran pada kuartal I jadi penyelamat konsumsi. Namun, gaya hidup konsumen kini cenderung lebih selektif. Orang-orang makin bijak membedakan kebutuhan dan keinginan.
    4. Investasi dan belanja pemerintah lesu
    Investasi (PMTB) hanya tumbuh 2,12 persen, sementara belanja pemerintah justru menyusut 1,38 persen. Ini jadi sinyal bahwa aktivitas pembangunan, proyek infrastruktur, hingga bantuan sosial sedang melambat.
     
    Kalau kamu bekerja di sektor konstruksi, kontraktor, atau penyedia jasa yang bergantung pada proyek pemerintah, mungkin mulai merasakan dampaknya.
    5. Pertanian jadi penopang utama
    kabar baiknya, sektor pertanian justru mencatat pertumbuhan tertinggi 10,52 persen. Kenaikan produksi padi dan jagung jadi motor penggerak di desa-desa dan daerah agraris.
     
    Buat kamu yang tinggal di daerah atau punya akses ke sektor pertanian, ini bisa jadi peluang. Usaha seperti beras kemasan premium, sayur organik, atau agritech punya prospek cerah di tengah tren pangan lokal.
     
    Perlambatan ekonomi Indonesia di awal 2025 memang menjadi tantangan, tapi juga membuka ruang untuk beradaptasi.
     
    Dengan strategi yang tepat, kamu tetap bisa bertahan dan bahkan berkembang di tengah perlambatan ekonomi.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Kemiskinan Masih jadi PR Besar Pemerintah

    Kemiskinan Masih jadi PR Besar Pemerintah

    GELORA.CO – Anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati menilai kajian Bank Dunia terkait kemiskinan yang disesuaikan menggunakan daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) dan mengkategorikan Indonesia berdasar standar negara upper-middle income bisa menjadi bahan evaluasi bagi BPS. 

    “Sebagai masukan bahan evaluasi serta menakar daya saing kita dengan negara-negara setara lainnya, tentu saja menjadi masukan yang baik,” kata Anis dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.

     

    Ia menyatakan bahwa BPS tidak boleh menutup diri terhadap kajian berbagai lembaga riset termasuk dari Bank Dunia. 

    “Karena jika datanya kurang akurat maka kebijakan pembangunan berisiko melenceng dari target, sehingga meninggalkan jutaan orang dalam lingkaran kemiskinan,” ungkapnya.

     

    Kendati demikian, politikus PKS itu mengingatkan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlahnya lebih dari 17 ribu pulau, dengan karakteristik yang berbeda tiap wilayah dan daerah, baik provinsi ataupun kabupaten/kota. 

    “Tentu garis kemiskinan tiap wilayah tidak bisa disamaratakan, antara Jakarta dengan di daerah tertentu misalnya,” ungkapnya.

     

    Ia menyebutkan kemiskinan masih menjadi tantangan nasional yang kompleks, akan tetap menjadi PR besar yang membutuhkan penanganan yang sangat serius. 

    “Negara perlu memfokuskan sumber daya fiskalnya terutama pada investasi yang berpihak pada masyarakat miskin dan kebijakan yang meminimalisir ketimpangan,” pungkasnya. 

  • Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Cuma 4,87%, Terendah Sejak 2021

    Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Cuma 4,87%, Terendah Sejak 2021

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 melambat ke 4,87%. Pertumbuhan itu menjadi yang terendah sejak tahun kedua pandemi COVID-19 atau kuartal III-2021 yang mencapai 3,51%.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi itu patut dihargai meski alami perlambatan. Pasalnya hal itu terjadi di tengah ketidakpastian global hingga tekanan dari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh 4,87% ini merupakan sesuatu yang perlu kita hargai karena di tengah ketidakpastian global, di tengah tekanan dari kebijakan Trump, faktor geoekonomi dan geopolitik, Indonesia masih bisa tumbuh 4,87%,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).

    Berdasarkan catatan detikcom, ekonomi Indonesia lebih banyak tumbuh di atas 5% setelah kuartal III-2021. Pertumbuhan di bawah 5% setelah kuartal III-2021 terjadi pada kuartal III-2023 sebesar 4,94%, kuartal III-2024 sebesar 4,95% dan kuartal I-2025 4,87%.

    Jika dibandingkan dengan beberapa negara mitra dagang utama Indonesia juga mengalami tekanan pada kuartal I-2025. Seperti ekonomi Malaysia 4,4%, Singapura 3,8%, bahkan Korea Selatan alami kontraksi 0,1% dan AS 0,3%.

    Konsumsi Rumah Tangga Melambat Meski Ada Lebaran

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 utamanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusi 54,53% dan tumbuh 4,89%.

    Amalia mengatakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu melambat jika dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang tumbuh 4,91%. Meski ada momen Lebaran, di tahun ini tidak ada momen Pemilu yang mendorong belanja seperti di tahun lalu.

    “Kalau kita bandingkan ke kondisi tanpa Pemilu, sebenarnya di kuartal I-2025 ini relatif bagus dibandingkan dengan kuartal I tahun-tahun sebelumnya yang tanpa Pemilu,” ucap Amalia.

    Berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal I-2025 memang lebih baik dibandingkan kuartal I-2022 yang tumbuh 4,35% dan kuartal I-2023 4,53%. Pertumbuhan itu didorong oleh momen Ramadan dan Idul Fitri, di mana subkomponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh tinggi adalah transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel.

    Alasan lain yang membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal I-2025 melambat dikarenakan momen Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025. Dengan demikian libur panjang Lebaran tidak terekam dalam kuartal yang sama, melainkan pada April atau kuartal II-2025.

    “Momen hari pertama Idul Fitri-nya jatuh di triwulan I, tetapi H+1 Lebaran, H+2 Lebaran, liburan selanjutnya itu tidak terekam dalam momen triwulan I, yang libur panjangnya itu nanti terekam di triwulan II-2025,” jelas Amalia.

    Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 54,53% dan tumbuh 4,89%. Kemudian disusul Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang kontribusinya 28,03%, namun tumbuh melambat 2,12%.

    Komponen pengeluaran yang tumbuh tinggi adalah ekspor yakni tumbuh 6,78% didorong oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan mancanegara. Di sisi lain, konsumsi pemerintah yang kontribusinya 5,88% mengalami kontraksi -1,38%.

    Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir yaitu sebesar 10,52%. Capaian ini berbanding terbalik dibandingkan kondisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, ketika sektor pertanian mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 3,54%.

    “Kinerja positif sektor pertanian tahun ini didorong oleh adanya peningkatan produksi padi dan jagung sebesar 51,45% dan 39,02% sepanjang triwulan 1-2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, serta meningkatnya permintaan domestik,” imbuhnya.

    (aid/kil)

  • Dibanding Banyak Negara, Kita dalam Kondisi Baik

    Dibanding Banyak Negara, Kita dalam Kondisi Baik

    JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87 persen (yoy) di kuartal I-2025 merupakan realisasi yang cukup baik dibandingkan negara-negara lainnya di tengah situasi global yang bergejolak.

    Sekadar informasi, negara tetangga seperti Malaysia pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025 sebesar 4,4 persen, sementara Singapura sebesar 3,8 persen.

    “Pertumbuhan 4,87 persen. Saya rasa banyak yang pernah memprediksi jauh di bawah. Artinya hasil 4,87 persen ini baik. Dan kalau kita komparasi juga dengan angka-angka di banyak negara, kita dalam kondisi yang baik dengan situasi yang seperti ini,” ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin, 5 Mei.

    Saat ini, kondisi global sedang bergejolak di tengah isu perang dagang, serta memanasnya konflik antara Pakistan dan India. Meski begitu, ekonomi Indonesia tetap mampu tumbuh.

    Selain itu, sambung Erick, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amarika Serikat (AS) juga mulai mengalami pemulihan. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

    “Rupiah sudah mulai kembali ke arah yang baik. Bursa juga sudah mulai bounce back. Saya rasa, seperti yang diprediksikan oleh banyak pengamat itu salah, justru kondisi kita baik,” ucapnya.

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 mencapai 4,87 persen secara year on year (yoy) atau melambat jika dibandingkan dengan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11 persen.

    Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 melambat 0,98 bila dibandingkan kuartal IV-2024 yang mencapai 5,02 persen (yoy).

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan ekonomi indonesia berdasarkan produk domestik bruto atau PDB Indonesia pada kuartal I 2025 atas dasar harga berlaku sebesar Rp5.665,9 triliun dan atas harga konstan mencapai Rp3.264,5 triliun.

    Selain itu, Amalia menyampaikan bila berdasarkan lima lapangan usaha tertinggi dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 yaitu industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan konstruksi yang menunjukkan pertumbuhan positif. Sedangkan pertambangan mengalami pertumbuhan negatif.

    Amalia menyampaikan sektor pertanian, tumbuh sebesar 10,52 persen didukung oleh panen raya dan meningkatnya produksi tanaman padi dan jagung sehingga berkontribusinya terhadap total PDB sebesar 12,66 persen.

    Kemudian, industri pengolahan tumbuh sebesar 4,55 persen sehingga berkontribusi terhadap total PDB sebesar 19,25 persen, selanjutnya transportasi dan pergudangan tumbuh 9,01 persen yang memberikan kontribusi ke PDB sebesar 6,08 persen.

    “Kemudian ada juga jasa lainnya yang relatif tumbuh tinggi karena ditopang oleh meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara selama triwulan I-2025,” katanya dalam konferensi pers, Senin, 5 Mei.

  • BPS Rilis Kondisi Ketenagakerjaan di Jakarta 2025, Pengangguran Bertambah per Februari 2025

    BPS Rilis Kondisi Ketenagakerjaan di Jakarta 2025, Pengangguran Bertambah per Februari 2025

    TRIBUNJAKARTA.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta merilis kondisi terbaru ketenagakerjaan di Jakarta tahun 2025.

    Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2025, jumlah angkatan kerja di Jakarta yakni sebanyak 5,47 juta orang.

    Jumlah tersebut bertambah 41,62 ribu orang dibanding Februari 2024.

    Penambahan jumlah angkatan kerja ini terjadi karena Penduduk Usia Kerja (PUK) yang cenderung meningkat setiap tahun. Faktornya karena adanya pertambahan penduduk di wilayah DKI Jakarta.

    Meski demikian, penambahan jumlah angkatan kerja tersebut faktanya juga dibarengi dengan jumlah pengangguran di Jakarta.

    Menurut data Sakernas, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jakarta pada Februari 2025 yakni sebesar  6,18 persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 6 orang penganggur.

    Jumlah tingkat pengangguran terbuka ini, alami peningkatan sebesar 0,15 persen jika dibandingkan dengan Februari 2024.

    Sementara jika diurutkan berdasar jenis kelamin, jumlah tingkat pengangguran terbuka laki-laki per Februari 2025 sebesar 6,77 persen, lebih tinggi dibanding tingkat pengangguran terbuka perempuan
    yang sebesar 5,29 persen.

    TPT laki-laki mengalami peningkatan sebesar 0,64 persen poin, sementara TPT perempuan turun 0,58 persen poin dibandingkan pada Februari 2024.

    Adapun dari keseluruhan jumlah keseluruhan, TPT terbanyak dialami oleh tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jumlah 9,07 persen.

    Sementara TPT yang paling rendah berasal dari pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu 3.00 persen.

    Banyak orang di PHK

    Sementara itu, tenaga kerja di Indonesia kini semakin dihantui oleh bayang-bayang PHK.

    Dikutip dari situs resmi Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), ada sebanyak 18.610 orang dilaporkan kena PHK dalam kurun waktu dua bulan.

    Data tersebut diambil pada periode bulan Januari-Februari 2025.

    Berdasar data tersebut, DKI Jakarta jadi provinsi kedua dengan gelombang PHK terbanyak setelah Jawa Barat.

    Adapun di Provinsi Jawa Barat, tercatat ada 10.677 orang dilaporkan kena PHK pada Januari-Februari 2025.

    Sementara di DKI Jakarta, jumlah pekerja yang kena PHK pada periode waktu tersebut berjumlah 2.650 orang.

    Alih-alih memberikan perlindungan kepada kaum buruh, Presiden RI Prabowo Subianto menyebut bakal membentuk satgas atau satuan tugas khusus sebagai respons terhadap maraknya fenomena PHK di Indonesia.

    Hal ini dumumkan secara langsung oleh Prabowo saat menghadiri peringatan Hari Buruh di Monas, Jakarta Pusat, pada 1 Mei 2025.

    Menurut Prabowo, pembengtukan Satgas ini diharapkan dapat mencegah terjadinya PHK secara tidak bertanggung jawab atau sewenang-wenang oleh pihak perusahaan.

    Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli pun memastikan bahwa Satgas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bakal segera diluncurkan.

    Ia menjelaskan, pemerintah kini masih menyiapkan regulasi serta tugas-tugas dari satgas tersebut.

    Selain melibatkan serikat pekerja, pengusaha juga akan masuk jadi bagian dari tim satgas.

    Nantinya satgas ini juga akan memiliki tugas untuk mengkoordinasikan penciptaan lapangan kerja.

    Jika terjadi PHK, satgas diharapkan mampu memberikan informasi juga soal peluang kerja.

    “Aturan (soal satgas) sedang disiapkan. Segera. Kami terlibat. Pak Presiden mintanya segera,” ujar Yassierli di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat (2/5/2025), dikutip dari Kompas.com.

    (TRIBUNJAKARTA/KOMPAS.COM)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya.

  • Menperin Beberkan Kondisi Industri di RI Terkini

    Menperin Beberkan Kondisi Industri di RI Terkini

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat industri pengolahan non-migas mengalami peningkatan dalam kontribusi terhadap perekonomian nasional, yang tercermin dari catatan pada kuartal-I tahun 2025 sebesar 17,50%.

    Capaian ini naik dibanding periode yang sama pada tahun 2024 sebesar 17,47%, dan lebih tinggi dari sumbangsih sepanjang tahun 2024 yang berada di angka 17,16%.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi para pelaku industri non-migas. Kinerja positif ini merupakan wujud nyata dari resiliensi dan daya saing industri nasional di tengah gejolak dampak ekonomi global dan banjir produk impor murah di pasar domestik.

    “Tren peningkatan kontribusi industri pengolahan nonmigas ini adalah sinyal positif bahwa upaya pemerintah dalam memperkuat struktur industri terus berjalan, karena untuk menciptakan industri yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dan menghasilkan nilai tambah tinggi bagi perekonomian serta penyerapan tenaga kerja,” ujar Agus dalam keterangan tertulis, Senin (5/5/2025).

    Dibandingkan dengan kuartal II-2022 pasca COVID-19, kontribusi ekonomi industri pengolahan nonmigas memiliki tren meningkat sampai dengan triwulan I-2025 ini.

    Menurut Agus, salah satu strategi utama yang terus dipacu untuk lebih menguatkan rantai pasok dan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, antara lain melalui kebijakan hilirisasi industri dan optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang diwujudkan dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    “Kami telah memulai reformasi kebijakan TKDN sejak awal Januari 2025 lalu. Hal ini menjadi krusial untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan penciptaan lapangan kerja,” tuturnya.

    Selain itu, lanjut Agus, hilirisasi adalah kunci untuk mengubah paradigma ekonomi berbasis komoditas mentah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Kebijakan ini terbukti memberikan efek yang luas bagi perekonomian nasional di antaranya membuka lapangan kerja, memperluas investasi, dan meningkatkan nilai ekspor.

    “Dengan kombinasi kebijakan hilirisasi, peningkatan TKDN, serta transformasi industri berbasis teknologi dan riset, kami optimistis kinerja dan kontribusi ekonomi sektor industri manufaktur akan terus meningkat dan menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan,” tuturnya.

    Bahkan, menurut data World Bank, terjadinya peningkatan Manufacturing Value Added (MVA) juga turut berdampak pada posisi Indonesia masuk ke dalam negara manufaktur global. Pada tahun 2023, Indonesia berhasil masuk di posisi 12 besar dalam Manufacturing Countries by Value Added di dunia.

    Tren MVA selalu naik sejak tahun 2019-2023 kecuali pada masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Untuk terus memacu value added ini perlu kebijakan yang strategis, pro-bisnis dan pro-investasi sehingga industri manufaktur kita semakin berdaya saing di kancah global, tambahnya.

    Merujuk data World Bank, MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai US$ 255,96 miliar atau meningkat 36,4% dibanding tahun 2022 sebesar US$ 241,87 miliar.

    Angka di tahun 2023 tersebut merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah dan mencerminkan peran strategis sektor industri pengolahan dalam perekonomian nasional. Untuk output dan global value, Indonesia setara dengan negara-negara maju lainnya seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.

    Sementara itu, BPS mencatat, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 4,31 persen pada triwulan I-2025. Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang kinerja industri manufaktur pada periode tersebut, antara lain industri makanan dan minuman yang tumbuh sebesar 6,04 persen. Hal ini didukung oleh permintaan yang cukup tinggi selama Ramadan dan Idulfitri.

    Selanjutnya, disokong oleh kinerja industri logam dasar yang tumbuh sebesar 14,47%, sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri untuk logam dasar, khususnya besi dan baja.

    Selain itu, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang tumbuh sebesar 6,95% karena didorong oleh peningkatan peningkatan permintaan domestik pada momen Ramadan dan Idulfitri, serta peningkatan ekspor.

    (ada/hns)

  • BPS: 338.000 Warga Jakarta Masih Menganggur per Februari 2025
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Mei 2025

    BPS: 338.000 Warga Jakarta Masih Menganggur per Februari 2025 Megapolitan 5 Mei 2025

    BPS: 338.000 Warga Jakarta Masih Menganggur per Februari 2025
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mencatat sebanyak 338.000 warga ibu kota masih belum memiliki pekerjaan atau berstatus menganggur per Februari 2025.
    “Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2025, angka
    pengangguran
    di Jakarta meningkat sebanyak 10,8 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Kepala BPS Jakarta Nurul Hasanudin, dilansir dari Antara, Senin (5/5/2025).
    Ia menjelaskan, pada Sakernas 2024 jumlah
    pengangguran di Jakarta
    tercatat sebanyak 327 ribu orang, sementara pada Februari 2025 meningkat menjadi 338 ribu orang.
    Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Jakarta mencapai 6,18 persen, naik 0,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 6,03 persen.
    Namun, bila dibandingkan dengan Agustus 2024, TPT justru mengalami sedikit penurunan. Pada Agustus tahun lalu, tingkat pengangguran berada di angka 6,21 persen.
    Hasanudin menambahkan, jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, TPT laki-laki mengalami kenaikan, dari 6,13 persen pada Februari 2024 menjadi 6,77 persen pada Februari 2025.
    “Sementara itu, TPT perempuan justru mengalami penurunan, dari 5,88 persen pada Februari 2024 menjadi 5,29 persen pada Februari 2025,” jelas dia.
    Untuk tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) secara keseluruhan tercatat sebesar 65,40 persen, yang mencakup partisipasi laki-laki dan perempuan.
    Dari sisi jenis kelamin, TPAK laki-laki mencapai 78,48 persen pada Februari 2025. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan Februari 2024 yang sebesar 79,01 persen, dan Agustus 2024 yang mencapai 79,95 persen.
    Sementara itu, TPAK perempuan mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada Februari 2024 tercatat sebesar 51,30 persen, turun sedikit pada Agustus 2024 menjadi 50,24 persen, lalu naik menjadi 52,33 persen pada Februari 2025.
    “Pada periode ini, partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan, sedangkan partisipasi laki-laki mengalami penurunan,” ucap Hasanudin.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.