Kementrian Lembaga: BPS

  • Neraca Dagang Indonesia-AS Masih Surplus per April 2025 usai Kena Tarif Trump 32%

    Neraca Dagang Indonesia-AS Masih Surplus per April 2025 usai Kena Tarif Trump 32%

    Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat tercatat masih menjadi negara dengan penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar sepanjang Januari—April 2025, yang mencapai US$6,42 miliar dari surplus RI secara keseluruhan senilai US$11,07 miliar.

    Neraca perdagangan bahkan tetap mencatatkan surplus pada April—walaupun lebih rendah dari surplus Maret 2025—di saat Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif impor ke Indonesia hingga 32%. 

    “Total nilai ekspor ke Amerika Serikat bulan April 2025 US$2,08 miliar dan total nilai impor dari AS bulan April 2025 US$0,96 miliar,” ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Senin (2/6/2025). 

    Alhasil surplus khusus April 2025 mencapai US$1,12 miliar, lebih rendah dari Maret yang senilai US$1,98 miliar. 

    Tercatat terdapat tiga komoditas penyumbang surplus terbesar, yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$1,25 miliar. 

    Kemudian komoditas unggulan alas kaki (HS 64) serta pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) yang masing-masing menyumbang US$838,4 juta dan US$801,4 juta. 

    Secara umum, kinerja ekspor Indonesia April 2025 mencapai US$20.743,8 juta (pembulatan US$20,74 miliar), lebih rendah dari Maret 2025 yang mencapai US$23,25 miliar atau turun 10,77% secara (MtM).

    Sementara khusus ekspor Indonesia ke AS pada April 2025 tercatat anjlok sebesar 20,87% (MtM), namun secara tahunan (year on year/YoY) masih meningkat 18,43%. 

    Mengacu data BPS, ketiga komoditas tersebut memang menyumbangkan surplus, tetapi secara bulanan nilai ekspornya lebih rendah dari Maret 2025. 

    Komoditas mesin dengan kode HS 85 nilainya mengalami kontraksi sebesar 24,91% pada April (month to month/MtM), sementara pakaian dengan kode HS 61 dan alas kaki masing-masing kontraksi sebesar 11,97% dan 19,5%. 

    Melihat dari sisi volume ekspor, hanya komoditas mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) yang naik tipis 0,01% dari 42.200 ton (Maret 2025) menjadi 42.300 pada April 2025. 

    Dua komoditas lainnya mengalami penurunan volume pengiriman dari Tanah Air ke AS pada April 2025 sebesar 4,27% (MtM) dan 23,61%. 

    Penurunan besaran surplus bukan hanya tertekan ekspor yang melandai, juga sejalan dengan meningkatnya impor dari AS sebesar 2,47% (MtM).

    Dari 10 komoditas utama impor dari AS ke Indonesia, mesin dan perlengkatan elektrik dan bagiannya (HS 85) mengalami peningkatan hingga 285,89% (MtM) dan 487,34% (YoY). 

    Kemudian komoditas biji dan buah mengandung minyak (HS 12) tercatat melonjak hingga 118,03% (MtM). Selain itu, komoditas pulp dan kayu (HS 47) nilainya melesat 74,25% (MtM).

    Sebelumnya, pemerintah memang berencana untuk meningkatkan impor barang asal AS untuk mengurangi surplus neraca dagang dan dalam rangka ‘merayu’ Trump agar menurunkan tarif resiprokal 32%. 

    Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah peningkatan impor yang terjadi sejalan dengan rencana pemerintah atau bukan.

    Berikut 10 Komoditas Ekspor Nonmigas RI ke AS Terbesar pada April 2025:

    Komoditas 
    Maret 2025 (US$, juta)
    April 2025 (US$, juta) 

    Mesin dan perlengkapan elektrik (85)
    505,4
    379,5

    Pakaian dan aksesorinya (rajutan) (61)
    195,8
    172,4

    Alas kaki (64)
    243
    195,6

    Pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) (62)
    174,8
    138,4

    Lemak dan minyak hewan/nabati (15)
    238,7
    128,7

    Karet dan barang dari karet (40)
    135,3
    126,6

    Perabotan dan alat penerangan  (94)
    131,9
    92,7

    Ikan dan udang (03)
    95,7
    84,9

    Mesin dan peralatan  mekanis (84)
    87,2
    71,3

    Olahan dari daging dan ikan (16)
    71,5
    52,8

    Berikut 10 Komoditas Impor Nonmigas dari AS ke RI Terbesar pada April 2025:

    Komoditas
    Maret 2025 (US$, juta)
    April 2025 (US$, juta)

    Mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (84)
    114,2
    99,7

    Biji dan buah mengandung minyak (12)
    41
    89,4

    Mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya (85)
    43,4
    167,3

    Bahan bakar mineral (27)
    69,7
    46,6

    Ampas dan sisa industri makanan (23)
    36,5
    43,7

    Instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis (90)
    31,7
    27,8

    Pulp dari kayu (47)
    20,6
    35,9

    Plastik dan barang dari plastik (39)
    25
    27,7

    Bahan kimia anorganik (28)
    26,9
    13,9

    Serealia (10)
    28,8
    1,1

    Sumber: BPS, diolah

  • Deflasi Terdalam Mei 2025, Daya Beli Anjlok, PHK Meluas

    Deflasi Terdalam Mei 2025, Daya Beli Anjlok, PHK Meluas

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,37% secara month to month (MtM) pada Mei 2025. Angka ini menjadi deflasi terdalam dalam periode yang sama selama beberapa tahun terakhir, bahkan lebih tinggi dibanding Mei 2024 yang hanya mencatat deflasi 0,03%.

    Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Moh Faisal menilai, deflasi ini di luar prediksi banyak kalangan. “Itu memang di luar perkiraan banyak pihak, termasuk kami sendiri,” ujar Faisal, Selasa (3/6/2025).

    Faisal menyebut, meskipun panen raya lazim menekan harga pangan, deflasi kali ini tidak hanya dipicu pasokan berlimpah, tetapi juga lemahnya permintaan masyarakat. “Demand-nya yang juga melemah. Ini disebut sebagai demand pull disinflation,” jelasnya.

    Komoditas, seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih menjadi penyumbang utama deflasi. Menurut Faisal, kondisi tersebut, menunjukkan turunnya daya beli masyarakat secara luas.

    Faisal menyoroti, deflasi ini memperlihatkan stimulus ekonomi pemerintah tidak berjalan efektif. Ia menyoroti fenomena PHK massal dan minimnya penciptaan lapangan kerja layak sebagai pemicu utama.

    “Beberapa bulan terakhir terjadi PHK besar-besaran. Namun, pemerintah tak menyediakan lapangan kerja baru yang layak,” katanya.

    Menurutnya, stagnasi upah di sektor formal juga berdampak besar terhadap pendapatan masyarakat sektor informal. Kondisi tersebut, sangat tergantung pada aktivitas ekonomi kelompok formal.

    Faisal pun mendorong pemerintah agar merespons deflasi ini secara strategis. Beberapa langkah yang disarankannya antara lain:
    1. Menciptakan lapangan kerja berkualitas.
    2. Meningkatkan upah sektor formal.
    3. Mempercepat penyaluran bantuan sosial yang tepat sasaran.

    “Kebijakan jangka pendek tak cukup. Harus ada langkah strategis dan berkelanjutan,” pungkasnya.

  • Mentan Amran Ungkap Modus Mafia Beras Kerek Harga

    Mentan Amran Ungkap Modus Mafia Beras Kerek Harga

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan kekesalannya atas dugaan praktik mafia beras di tengah lonjakan produksi nasional.

    Ia mengungkapkan adanya kejanggalan dalam data stok beras yang keluar dari Food Station Tjipinang atau Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pada 25 Mei 2025, yang tercatat mencapai 11.410 ton dalam satu hari. Padahal, biasanya pengeluaran harian hanya berkisar 2.000-3.000 ton.

    “Begitu mendengar harga beras eceran naik, saya langsung cek. Sekarang tidak ada lagi alasan, dulu masih bisa berdalih,” kata Amran dalam konferensi pers di kantor Kementerian Pertanian, Selasa (3/6/2025).

    Amran menduga praktik tersebut merupakan upaya sejumlah pihak yang mengedepankan keuntungan pribadi. Salah satu modusnya, menurut dia, adalah mendorong harga eceran naik dengan menciptakan ilusi kelangkaan.

    “Kalau stok Bulog rendah, mereka dorong untuk impor. Paham? Ini dimainkan. Kalau stok tidak banyak, pasti minta impor, kan? Padahal stok kita 4 juta ton,” tegasnya.

    Ia juga mengungkap modus lain berupa pengeluaran beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) untuk dicampur dengan beras lokal, lalu dijual dengan harga tinggi. Amran menerima laporan dari bawahannya mengenai hal ini.

    “Dikeluarkan SPHP untuk apa?” tanya Amran kepada jajarannya.
    “Untuk di-blending, Pak. Dicampur dengan beras lokal,” jawab seorang staf.

    “Baru dijual mahal, ini tidak benar,” timpal Amran.

    Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi beras nasional meningkat 14,49% menjadi 21,76 juta ton. Ironisnya, harga beras justru naik menjadi Rp13.735 per kilogram di tingkat grosir dan Rp 14.748 per kilogram di tingkat eceran pada Mei 2025.

    Amran mengaku heran dengan kenaikan harga tersebut di tengah stok melimpah. Apalagi, harga di tingkat penggilingan yang dekat dengan petani justru mengalami penurunan.

    “Data BPS sudah keluar. Di penggilingan, harga turun. Kenapa di pengecer justru naik?” ujarnya.

    Ia pun menekankan bahwa investigasi akan segera dilakukan untuk menyelidiki keanehan ini, terutama setelah ditemukan lagi data pengeluaran sebanyak 11.410 ton beras dari gudang Cipinang pada 28 Mei 2025.

    “Biasanya 3.000, 2.000, paling tinggi 4.000 ton. Ini tiba-tiba 11.000 ton dalam sehari. Masuk akal tidak? Aneh, kan?” tutup Amran.

  • Pengamat Sebut RI Sulit Ekspor Beras, Mengapa?

    Pengamat Sebut RI Sulit Ekspor Beras, Mengapa?

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai Indonesia memiliki tantangan dalam mengekspor beras konsumsi ke luar negeri, salah satunya lantaran harga beras dalam negeri yang lebih mahal di pasar dunia.

    Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan harga beras Indonesia lebih mahal dari harga beras di pasar dunia, kecuali jika negara lain tetap ingin mengimpor beras Indonesia dengan harga yang tinggi.

    “Saya belum menghitung [berapa mahalnya beras Indonesia dari harga beras di pasar dunia], sepertinya antara 1,7 hingga 1,8 kali dari harga beras dunia alias hampir dua kali lebih mahal. Tidak mudah kita mengekspor [beras],” kata Khudori kepada Bisnis, Selasa (3/6/2025).

    Selain itu, Khudori menuturkan bahwa kualitas beras yang dikelola Perum Bulog merupakan beras kualitas medium. “Beras kualitas rendah yang relatif tidak dikenal di pasar dunia,” ujarnya.

    Dia menambahkan, pemerintah juga harus memastikan produksi beras dalam negeri aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sebelum memutuskan ekspor beras ke luar negeri.

    Jika menengok data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia berpotensi mencapai 21,76 juta ton pada Januari—Juli 2025. Angkanya naik 14,93% dibandingkan Januari—Juli 2024 yang hanya mencapai 18,93 juta ton beras.

    Menurutnya, Indonesia berpotensi mencatatkan surplus beras sepanjang Januari—Juli 2025. Namun, dia mewanti-wanti volume surplus apakah akan bertahan sampai akhir tahun. Pasalnya, dinamika produksi masih dinamis ke depan.

    Khudori mengingatkan bahwa saat ini belum bisa dipastikan apakah ke depan segala sesuatunya aman, termasuk stok beras, sehingga produksi beras cukup untuk memenuhi konsumsi.

    Selain itu, sambung dia, produksi beras dalam negeri tahun lalu jika dikurangi dengan konsumsi mengalami angka defisit, atau pertama kali terjadi dalam 8 tahun terakhir.

    “Kapan kita bisa memperkirakan produksi aman? Sekitar akhir September atau Oktober. Kenapa? Karena pada saat itu produksi beras sudah mencapai 80–85% dari produksi setahun,” terangnya.

    Kendati demikian, Khudori menuturkan bahwa Indonesia setiap tahun bahkan sejak dahulu mengekspor beras, terutama beras khusus, seperti beras organik dan beras aromatik. Namun, volume ekspor beras tersebut tidaklah besar alias hanya ribuan ton saja.

    “Kenapa? Karena memang produksi beras-beras khusus itu tidak besar. Beras-beras khusus seperti ini harganya mestinya baik, yang mengekspor adalah swasta,” ujarnya.

    Sebelumnya, Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan nilai ekspor beras Indonesia hanya mencapai US$175,4 atau sekitar Rp2.859.081 (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS) pada April 2025.

    BPS mengungkap Indonesia hanya mengekspor 60 kilogram beras dengan tujuan Uni Emirates Arab, Malaysia dan Belanda.

    “Jadi nilai ekspor beras pada April 2025 itu adalah sebesar US$175,4 dan volume ekspor beras pada April 2025 ini adalah 60 kilogram, jadi kecil sekali ya, dengan tujuan ekspor berasnya adalah Uni Emirates Arab, Malaysia dan Belanda,” kata Pudji dalam rilis BRS, Senin (2/6/2025).

    Di sisi lain, data BPS menunjukkan impor beras justru mencapai 119.100 ton pada Januari—April 2025. Menurut HS 8 digit, Indonesia paling banyak mendatangkan komoditas beras dengan HS 10063099 atau semi-milled or wholly milled rice (beras setengah giling atau seluruhnya digiling) mencatatkan volume impor sebesar 69.750 ton dengan share 58,56%.

    Diikuti komoditas beras dengan HS 10064090 atau broken rice, other than of a kind used for animal feed (beras patah, selain dari jenis yang digunakan untuk pakan ternak) mencatatkan volume 48.550 ton dengan share 40,76%.

    Indonesia juga mendatangkan beras dari jenis HS 10063050 atau beras basmati, beras setengah digiling atau sepenuhnya digiling, baik dipoles atau diglasir atau tidak (basmati rice, semi milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed) dengan volume impor beras mencapai 740 ton dan share 0,62%. Serta, HS lainnya adalah 60 ton beras atau share 0,05%.

    Tercatat, impor beras Indonesia utamanya berasal dari Thailand dengan volume 30.230 ton atau mencapai 25,39% dari total impor beras pada Januari—April 2025. Diikuti beras dari India yang mencapai 26.780 ton, Vietnam 25.050 ton, Myanmar 18.640 ton, dan Pakistan 18.380 ton. 

  • Geram dengan Mafia Beras, Mentan Amran: Ini Sabotase Pemerintah?

    Geram dengan Mafia Beras, Mentan Amran: Ini Sabotase Pemerintah?

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyinggung adanya dugaan keterlibatan mafia beras atas adanya kenaikan harga di kala produksi melimpah. Mentan Amran bahkan membeberkan adanya data janggal dibalik berkurangnya stok beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PBIC) sehingga menyebabkan adanya kenaikan harga.

    Amran membeberkan, berdasarkan data harga beras yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat adanya penurunan secara bulanan atau month to month dari Maret ke April 2025. Namun, dia memandang ada sumber kejanggalan yang mempengaruhi kenaikan harga beras dengan alasan stok berkurang seperti yang terjadi di PBIC.

    “Oke, sekarang pertanyaan saya, kenapa dikatakan hari ini stok di Cipinang kurang dan harga naik?” terang Amran saat jumpa pers di kantor Kementan, Selasa (3/6/2025).

    Amran pun membeberkan kejanggalan data stok beras di PBIC dengan membandingkan data yang berasal dari BPS dengan data PBIC atau food station Tjipinang. “Ini harus diluruskan. Jangan seenaknya kita menyampaikan ini bisa sebagai sabotase pemerintah. Sabotase data karena ada kepentingan pribadi,” kata Amran.

    Dalam data PBIC yang ditampilkan Amran, sejak tahun 2020, stok awal beras stabil berada di kisaran angka berkisar 30-an ribu ton hingga memasuki Januari 2025 melonjak menjadi 50-an ribu ton karena peningkatan produksi. Sementara angka pengeluaran dari stok beras, PBIC mengeluarkan antara 2000 sampai 3000 ton.

    Akan tetapi pada 28 Mei 2025, Amran menunjukkan pengeluaran dari stok beras melambung menjadi 11.410 ton beras. “Ini tadi 3.000; 3.000; 4.000; 2.000; 1.000 (beras yang keluar rata-rata di PBIC, red). Ini masuk akal enggak? Teman media, masuk akal enggak? Ini 11.000 keluar satu hari. Aneh kan?” tutur Amran.

    Amran menegaskan, dari data tersebut menampilkan kejanggalan yang dirinya sinyalir sebagai tindakan mafia beras.

    “Artinya apa? Ada middle man yang mempermainkan. Ini lah terkadang kita sebut sebagai mafia. Jangan mempermainkan kita setengah mati beproduksi. Kita setengah mati bantu petani,” tegas Amran. 

  • OPINI: Pekerjaan Baru dari AI

    OPINI: Pekerjaan Baru dari AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Saat kita disibukkan tantangan geopolitik dan ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data mengejutkan. Pengganguran per Februari 2025 menembus 7,28 juta orang.

    Proyeksi IMF, pengangguran naik ke level 5%, tertinggi di Asean. Menariknya, kenaikan ter -tinggi membekap cerdik pan dai, para sarjana, sekira 14,6%.

    Di sisi lain, bila menelisik dokumen Prabowo-Gibran 2024: Bersama Indonesia Maju, keduanya berjanji menciptakan 19 juta pekerjaan baru. Target itu, harapan-nya, tercapai dalam 5 tahun ke depan. Artinya, perlu 3,86 juta pekerjaan setiap tahun. Dengan bonus demografi dan perkembangan teknologi, akal imitasi atau kecerdasan artifisial (AI) bisa menjadi peluang. AI akan mengu-bah cara dan model kerja industri.

    Betul, AI berpotensi mengganti pekerjaan tradisional, tapi juga mencipta pelu-ang kerja baru.Pertanian, manufaktur, e-commerce, dan layanan umum berpotensi terdam-pak AI. Pekerjaan baru pasti muncul dari adopsi AI dan ekosistemnya. Inilah potensi penyerap tenaga kerja dan pencipta pekerjaan.Kita mulai dari pengem-bangan dan pemelihara AI.

    Pasar butuh AI engineers, architect, knowledge engineer, decision engineer, UX desig-ner hingga model manager. Mereka pembangun, pengembang, dan pengoptimal model AI. Lantas, insinyur machine learning, data scientists, dan analis, pemroses dan penga-nalis data agar AI efektif.Bagi pelatih AI dengan data berkualitas juga pelabelan data keakuratan tinggi, harus ada data & AI translators, trainers, prompt engineering, dan annotators.

    Agar AI berfungsi etis, adil, tanpa diskriminasi, dan sesuai regulasi, ada AI risk & governance spe-sialist dan AI ethics experts, pemonitor potensi bias algo-ritma dan dampak sosial.Pusat data berinfrastruktur AI dan komputasi awan tulang punggung AI, dikenda-likan teknisi pengelola data. Perangkat keras seperti GPU dan AI chips, pemroses AI, meminta spesialis pengem-bang dan pemelihara. Adapun spesialis cybersecurity menjadi penjaga keamanan dan perlindungan data.

    Di implementasi industri, manajer produk AI menjadi pengelola pengembangan solusi AI bagi kebutuhan pasar. Ada pula AI customer support untuk memenu-hi kebutuhan pelanggan. Lantas, AI integration consul-tants, membantu industri mengadopsi dan mengimple-mentasikan AI.

    Pertanyaannya, bagian mana yang jadi sumber kebutuhan pekerjaan masif? Untuk ini, mari kita masuk ke pekerjaan turunan dari AI sebagai multiplier effect.

    Solusi atau aplikasi AI itu harus memberikan dampak ekonomi secara luas.Untuk AI di kesehatan, peluang bagi tenaga medis, ahli radiologi, dan pengem-bang aplikasi AI untuk diagnosis kesehatan. Di per-tanian, pekerjaan di sektor agritech, seperti pemantauan hasil panen dan optimalisasi sumber daya. Tutor virtual, pelatihan berbasis AI, dan pelibatan pengajar digital akan muncul di pendidikan.

    Di retail dan manufaktur, optimalisasi rantai pasokan dan otomatisasi produksi, membuka peluang kerja di analitik bisnis. Di keuangan, dibutuhkan analis risiko AI, penasehat investasi berbasis AI, dan spesialis pemrosesan data keuangan. AI mengha-ruskan kita bertransformasi dan adaptasi.

    Di pemerintahan, solusi AI bisa dibangun sebagai soko guru program strategis. Dari penyediaan makanan bergizi gratis, pemeriksaan kesehatan gratis, pendidikan berkualitas, hingga pengen-tasan kemiskinan. Sehingga perencanaan dan pelaksa-naan program lebih efektif, efisien, dan berhasil secara terukur.Bagi mereka yang berke-lindan di AI, kultur inovasi jadi denyut perubahan. Dalam perjalanannya, setelah integrasi data dengan machine learning pada 2000-an, muncul AI generatif.

    Game changer berupa LLM dimu-lai teks, kini multimoda dari gambar, hingga audio, meningkatkan interaksi serta pengalaman pengguna. Sejak 2020, kita menyaksikan lompatan teknologi oto-nomi tingkat lanjut dan inter-aksi waktu nyata. Kombinasi keduanya, berpotensi meng-ubah berbagai industri, dari otomasi bisnis hingga layan-an personal cerdas. Bahasa kerennya, agentic AI. Ini karena otonomi tingkat lanjut memungkinkan sistem menyelesaikan tugas kompleks mandiri.

    Dia belajar dari data dan pengalaman, beradaptasi situasi baru, lalu mencipta keputusan cerdas. Interaksi waktu nyata mem-buat AI berkomunikasi dan merespon langsung penggu-na, menghasilkan rekomendasi, juga tindakan. Kehebohan terasa di layan-an pelanggan, kesehatan, dan transportasi. Tentu, pengadopsi awal dapat keuntungan. Sebagai pemula, kita jadi standar dan memaksimalkan AI menginovasi bisnis, jadi pembeda.

    Misalnya, membangun pengalaman baru pelanggan melalui solusi AI akan meng-ikat mereka. Jelas, AI meng-akselerasi operasional dan efisiensi. Hal ini meningkat-kan pangsa pasar, keuntungan, dan mencipta penghalang tinggi bagi kompetitor. Agar memanen peluang ini, pemerintah harus punya strategi tepat, pelaksana-annya bisa paralel. Dari integrasi AI ke kurikulum sekolah dan pelatihan, juga sertifikasi AI.

    Ini alasan Indosat bersama ekosistem membangun AI Experience Center dan AI skilling, ter-baru di Jayapura diresmikan 21 Mei 2025.Diperlukan juga ketegasan kebijakan infrastruktur di gital untuk soverign AI. Me wajibkan investor menyediakan infrastruktur AI di Indonesia sehingga data kekayaan budaya, bahasa, dan lokalitas terjaga dan termanfaatkan maksimal.

    Pengembangan industri AI dengan ekosistem AI menjadi energi penguat berikutnya. Pendekatan tepat akan menjadikan AI katalis pertum-buh an ekonomi dan penye-dia an lapangan kerja

  • Harga Beras Naik, Mentan Cium Gelagat Mencurigakan di Gudang Cipinang

    Harga Beras Naik, Mentan Cium Gelagat Mencurigakan di Gudang Cipinang

    Jakarta

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan adanya keanehan di mana harga beras naik saat stok melimpah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata harga beras naik di tingkat grosir dan eceran.

    Sementara, harga rata-rata beras turun di tingkat penggilingan. Melihat hal itu, Amran menilai apabila harga beras di tingkat penggilingan turun, seharusnya harga beras di tingkat eceran juga ikut turun.

    “Ini kalau harga di tingkat penggilingan, penggilingan itu identik petani, kenapa? Berada di sawah, itu turun berarti harus eceran? Turun,” kata Amran saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).

    Di sisi lain, Amran melihat ada anomali data stok pada gudang beras di Cipinang yang terjadi pada bulan Mei. Amran menyebut ada sebanyak 11 ribu ton beras yang keluar dari gudang Cipinang pada 28 Mei 2025. Padahal selama lima tahun terakhir, beras keluar dari gudang Cipinang rata-rata berkisar 1.400 hingga 3.500 ton.

    “Ini (beras yang dikeluarkan dari Cipinang) 3 ribu ton, 3 ribu ton, 4 ribu ton, 2 ribu ton,1 ribu ton, ini masuk akal nggak ini 11.000 (beras) keluar satu hari? Aneh kan? Ya selesai ini jawabannya (harga beras naik),” terang Amran.

    Menurut Amran, hal tersebut harus diinvestigasi lebih lanjut dengan Satgas Pangan. Menurut Amran, hal ini tak lepas dari permainan mafia.

    “BPS mengatakan (harga rata-rata beras di tingkat penggilingan turun Mei 2025), artinya apa? Ada middle man yang mempermainkan. Inilah terkadang kita sebut mafia,” terang Amran.

    Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan pihaknya akan menggandeng auditor dari Kementan untuk menyelidiki persoalan tersebut. Pihaknya akan mengecek langsung ke lapangan untuk membuktikan data tersebut.

    “Nah, dengan basic data nanti setelah kita bisa dapatkan proses penghitungnya seperti apa. Kita lakukan pendalaman, mengecek secara fisik 11.410 ribu ton itu siapa yang ngambil? Kita cek gudangnya, betul enggak?” ujar Helfi.

    Menurut Helfi, sebanyak 6.000 ton beras yang keluar di Cipinang dapat mengundang antrean dan padat hingga tak bisa selesai dalam satu hari. Apalagi dengan mengeluarkan stok beras sebesar 11 ribu ton.

    “Apalagi 11.000 ton beras, dua kali lipat, sangat tidak mungkin. Data awal dari itu, kita tampung. Kita lakukan pendalaman, tapi awal mereka belum bisa menyampaikan barang itu ada di mana sekarang, barang itu keluar. Mereka ditanya oleh penyedik kita, tidak bisa menyampaikan. Barang itu ke arah mana perginya, keluarnya dari mana, belum bisa disampaikan kepada kita,” terang Helfi.

    Lihat juga Video: Satgas Pangan Polda Metro Jaya Cek Pasar Induk Beras Cipinang

    (acd/acd)

  • Harga Beras Naik Saat Stok Melimpah, Mentan Sebut Biang Keroknya

    Harga Beras Naik Saat Stok Melimpah, Mentan Sebut Biang Keroknya

    Jakarta

    Anomali terjadi pada harga beras di tanah air. Harga beras naik di tengah melimpahnya stok dalam negeri.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada Mei 2025 turun tipis 0,01% secara bulanan, namun naik 2,37% secara tahunan. Harga beras di penggilingan pada Mei 2025 Rp 12.733/kilogram (kg), sementara bulan lalu tercatat Rp 12.734/kg.

    Sementara beras di tingkat grosir dan eceran pada Mei 2025 tercatat naik. Menurut catatan BPS, harga beras di tingkat grosir pada Mei 2025 sebesar Rp 13.735/kg, naik dibandingkan bulan lalu Rp 13.728/kg. Lalu, harga beras di tingkat konsumen pada Mei 2025 tercatat Rp 14.784/kg, naik dibandingkan bulan lalu Rp 14.754/kg.

    Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan ada permainan di tingkat distribusi. Dia menyebut ada distributor atau yang dia sebut sebagai middleman yang membuat rantai pasok beras makin panjang, pada akhirnya harga beras jadi mahal. Menurutnya, harga di tingkat penggilingan cenderung bisa diseimbangkan bahkan turun meski sedikit.

    “Harga di hulu turun, tapi di hilir naik sedikit. Ngerti nggak apa maksudnya. Kalau di petani turun, di grosir turun, di tingkat eceran, menurut Anda ada apa? (Ada permainan harga) Itu jawabannya. Tulis saja. Jadi ada middleman-nya ini,” kata Amran di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2025) kemarin.

    Amran mengatakan, bahwa sebentar lagi pemerintah akan meluncurkan Koperasi Merah Putih di tiap desa. Nah, koperasi ini bakal memotong apa yang dia sebut sebagai middleman dalam rantai pasok beras. Beras bisa makin murah karena rantai pasoknya tidak panjang.

    “Nanti ke depan, itu fungsi dari Koperasi Merah Putih, memotong rantai pasok dari kita hitung sampai 8 sekarang, nanti tinggal jadi 3 dari produsen, koperasi, langsung ke pembeli,” kata Amran.

    (hal/ara)

  • Harga Beras Naik Saat Stok Melimpah

    Harga Beras Naik Saat Stok Melimpah

    Jakarta

    Harga beras menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) naik di tingkat grosir dan eceran. Peningkatan ini terjadi di tengah cadangan beras pemerintah (CBP) melimpah, bahkan disebut mencetak sejarah.

    BPS mencatat untuk rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada Mei 2025 turun tipis 0,01% secara bulanan, namun naik 2,37% secara tahunan.

    “Secara kualitas beras di penggilingan beras premium turun 0,35% secara mtm (month to month) dan naik 0,01% secara yoy, beras medium naik sebesar 0,17% secara mtm dan naik 1,8% secara yoy (year to year),” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (2/6/2025).

    Harga beras di penggilingan pada Mei 2025 Rp 12.733/kilogram (kg), sementara bulan lalu tercatat Rp 12.734/kg. Sementara beras di tingkat grosir dan eceran pada Mei 2025 tercatat naik.

    Di tingkat grosir, menurut catatan BPS, harga beras di tingkat grosir pada Mei 2025 sebesar Rp 13.735/kg, naik dibandingkan bulan lalu Rp 13.728/kg.

    Sementara Harga beras di konsumen pada Mei 2025 tercatat Rp 14.784/kg, naik dibandingkan bulan lalu Rp 14.754/kg.

    “Di tingkat eceran terjadi inflasi 0,20% secara mtm dan terjadi inflasi sebesar 2,46% secara yoy. Harga beras yang kami sampaikan ini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup jenis kualitas dan harga beras di seluruh wilayah Indonesia,” terang Pudji.

    Sebelumnya diberitakan, Pemerintah mencatatkan sejarah baru dalam tata kelola pangan nasional. Untuk pertama kalinya sejak Perum Bulog berdiri pada 1969, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka fantastis 4 juta ton.

    Berdasarkan laporan real-time per Kamis, 29 Mei 2025 pukul 21.41 WIB, serapan setara beras oleh Bulog telah mencapai 2.407.257 ton, dan total stok beras nasional resmi tercatat sebesar 4.001.059 ton. Angka ini menjadi simbol konkret keberhasilan kolaborasi nasional dalam memperkuat ketahanan pangan dan menyejahterakan petani Indonesia.

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi terhadap capaian ini.

    “Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh petani Indonesia, Komisi IV DPR RI, TNI, Polri, Kejaksaan, Gubernur, Bupati, Kepala Dinas Pertanian, PIHC, Perum Bulog, para pengamat, akademisi, pelaku usaha penggilingan, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan para media. Semua pihak telah bekerja bahu-membahu hingga Indonesia mencapai cadangan beras terbesar dalam sejarah,” Amran di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

    Mentan menyebut capaian ini tak lepas dari gagasan Presiden Prabowo Subianto, yang secara konsisten mendorong berbagai terobosan strategis melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) untuk memperkuat produksi dan memudahkan petani dalam berusaha tani.

    (ada/hns)

  • RI Kian ‘Tergantung’ China, Lebih Untung Mana dengan AS?

    RI Kian ‘Tergantung’ China, Lebih Untung Mana dengan AS?

    Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia memiliki hubungan yang cukup erat dengan China dan Amerika Serikat. Kedua negara itu memiliki pengaruh yang cukup besar baik dari sisi politik, ekonomi, dan keamanan.

    Namun demikian, hubungan itu mengalami sejumlah tantangan, terutama setelah pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, mengerek tarif bea masuk resiprokal barang dari Indonesia hingga di angka 32%. Indonesia, sampai harus berjibaku melobi Trump untuk menurunkan tarif tersebut.

    Tidak tanggung-tanggung, Presiden Prabowo Subianto bahkan mengirim delegasi ke AS. Timnya adalah birokrat papan atas. Ada nama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

    Tidak jelas hasil dari proses negosiasi tersebut. Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto telah melaporkan hasil kunjungannya ke Amerika Serikat (AS) kepada Presiden Prabowo Subianto terkait negosiasi tarif resiprokal yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump.

    Airlangga mengaku bahwa dirinya bertemu dengan pejabat tinggi seperti USTR, Secretary of Commerce, Secretary of Treasury, dan Direktur National Economic Council. Dia juga berdiskusi dengan pelaku industri semikonduktor AS, US-Asean Business Council, Amazon, Boeing, Microsoft, dan Google.

    “Saya laporkan ke Presiden yang ditawarkan Indonesia secara prinsip, melalui surat yang disampaikan pada 7 April dan 9 April mendapatkan apresiasi ke Amerika,” tuturnya, Senin (28/4/2025) lalu.

    Dalam pertemuan tersebut, kata Airlangga, Indonesia menawarkan sejumlah proposal, termasuk keseimbangan neraca perdagangan dan penghapusan hambatan non-tarif.  “Karena surat kami relarif komprehensif, terkait non tarif, dan rencana Indonesia seimbangkan neraca perdagangan. Kami sebut fair and square. Mereka kan neraca perdagangannya sekitar US$19 miliar, kami berikan lebih dari US$19,5 miliar. Jual beli langsung US$19,5 miliar tetapi kami ada projek yang akan dibeli dari AS,” imbuhnya.

    Dia juga mengungkapkan bahwa perusahaan Indorama berencana berinvestasi US$2 miliar di Louisiana untuk proyek Blue Ammonia.  Selain itu, komoditas critical mineral yang juga turut dibahas dalam lawatannya tersebut dengan mengajukan permintaan untuk tarif yang sifatnya resiprokal atau untuk komoditas utama Indonesia yang melakukan ekspor ke AS. 

    Dia menekankan bahwa Indonesia mengajukan permintaan agar tarif ekspor utama Indonesia ke AS disetarakan dengan negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh. “Kami minta tarif kita setara dengan negara lain. Apakah ke Vietnam, Bangladesh, sehingga dengan yang lain kami ada equal level playing field,” pungkas Airlangga.

    AS atau China?

    Adapun jika melihat dari sisi data, Indonesia memang memiliki ekspor yang cukup besar ke AS. Namun demikian, eksportasi ke China juga jauh lebih besar. Impor juga demikian. Bedanya neraca perdagangan Indonesia dengan AS. Sementara itu dengan China mengalami defisit.

    Sekadar catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data kinerja perdagangan pada April 2025. Ekspor nonmigas Januari–April 2025 terbesar adalah ke China yaitu US$18,87 miliar. Komoditas utama yang diekspor ke China pada periode tersebut adalah besi dan baja, bahan bakar mineral, dan nikel dan barang daripadanya.

    Adapun, ekspor ke Amerika Serikat senilai US$9,38 miliar atau di peringkat kedua. Di tempat ketiga India US$5,59 miliar. Baik ke China maupun AS, eksportasi RI mengalami kenaikan lebih dari US$1 miliar year on year atau tepatnya ke AS US$1,34 miliar (16,73%); China US$1,23 miliar (7%).

    Berbeda dengan ekspor, importasi non migas RI juga didominasi oleh China. BPS mencatat bahwa 3 negara yang menjadi pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-April 2025 adalah China US$25,77 miliar (39,48%), Jepang US$5,04 miliar (7,72%), dan Thailand US$3,13 miliar (4,79%). Sementara itu AS hanya di angka sekitar US$2,9 miliar.

    Itu artinya, perdagangan antara Indonesia dengan China mengalami defisit sekitar US$6,7 miliar. Sebaliknya dengan AS, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sebesar US$6,48 miliar.

    Selain dari sisi perdagangan, China juga lebih mendominasi realisasi investasi selama kuartal 1/2025. Realisasi investasi China tercatat sebesar US$1,75 miliar. Namun kalau menggabungkan dengan Hong Kong, yang juga masih wilayah China, nilainya mencapai US$4 miliar. Sedangkan AS, realisasi investasinya selama kuartal 1/2025 hanya di angka US$802 juta.