Kementrian Lembaga: BPS

  • Kunjungan Wisman ke RI Naik Jadi 1,42 Juta, Tapi Belanjanya Menyusut

    Kunjungan Wisman ke RI Naik Jadi 1,42 Juta, Tapi Belanjanya Menyusut

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan pada jumlah wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia pada Juni 2025 mencapai 1,42 juta kunjungan.

    Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan bahwa jumlah kunjungan tersebut mengalami kenaikan 8,42% jika dibandingkan 1,19 juta kunjungan pada Mei 2025.

    “Serta naik 18,20% jika dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/8/2025).

    Kendati mencatatkan kenaikan kunjungan, rata-rata pengeluaran per kunjungan oleh wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada triwulan kedua tahun 2025.

    Kini, rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan hanya US$ 1.199,71 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$ 1.277,17 per kunjungan.

    “Pengeluaran wisman triwulan kedua 2025 rata-rata per kunjungan US$1.199,71 menurun dibandingkan triwulan I 2025 dan triwulan II 2024,” ujar Pudji.

    Adapun per kunjungan, akomodasi menjadi pengeluaran terbesar per kunjungan. Diikuti oleh makan dan minum, belanja cinderamata, hiburan serta paket tur lokal.

    “Ini tidak ada perubahan pada triwulan pertama dan kedua,” ujarnya.

    Dari segi kebangsaan, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia selama Juni 2025 didominasi oleh wisman berkebangsaan Malaysia sebanyak 236,42 ribu kunjungan atau 16,70%.

    Diikuti oleh wisman berkebangsaan Singapura 183,75 ribu kunjungan atau 12,98%, Australia 154,22 ribu kunjungan atau 10,89% , dan Tiongkok 113,52 ribu kunjungan atau 8,02%.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • RI Masih Rajin Impor Nonmigas dari China, Nilainya Tembus US Miliar Semester I/2025

    RI Masih Rajin Impor Nonmigas dari China, Nilainya Tembus US$40 Miliar Semester I/2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap China masih menjadi asal utama impor Indonesia sepanjang Januari—Juni 2025. Pada periode ini, nilai impor nonmigas Indonesia dari China mencapai US$40 miliar.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan pangsa impor nonmigas Indonesia didominasi oleh China sebesar 39,97% dari total impor nonmigas pada semester I/2025.

    “Sepanjang Januari—Juni 2025, tiga besar negara asal impor nonmigas adalah China, Jepang, dan Amerika Serikat dengan share sekitar 52,30% dari total impor nonmigas Indonesia dalam periode Januari—Juni 2025,” ujar Pudji dalam Rilis BPS, Jumat (1/8/2025).

    Data BPS menunjukkan, impor nonmigas dari China mencapai US$40 miliar yang utamanya terdiri dari mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

    Jika dirinci, impor nonmigas dari China berupa mesin dan peralatan mekanis (HS 84) mencapai US$9,28 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencapai US$8,34 miliar, serta kendaraan dan bagiannya (HS 87) yang mencapai US$2,23 miliar.

    “Mesin dan peralatan mekanis merupakan komoditas dengan penambahan nilai impor tertinggi dari China secara ctc [Januari—Juni 2025], yaitu naik US$1,30 miliar,” ungkapnya.

    Pada periode yang sama, Jepang menjadi negara asal utama impor nonmigas kedua Indonesia. Nilai impor nonmigas dari Jepang mencapai US$7,47 miliar. Adapun, pangsa pasar impor nonmigas dari Jepang adalah 7,47% sepanjang enam bulan pertama 2025.

    Pudji menyebut impor nonmigas dari Negeri Tirai Bambu itu utamanya terdiri atas mesin dan peralatan mekanis, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.

    Perinciannya, impor nonmigas mesin dan peralatan mekanis (HS 83) senilai US$1,56 miliar, kendaraan dan bagiannya (HS 87) US$1,15 miliar, serta besi dan baja (HS 72) senilai US$1,03 miliar.

    “Komoditas dengan penambahan nilai impor tertinggi dari Jepang secara ctc adalah mesin dan peralatan mekanis, yaitu naik US$205,64 juta,” imbuhnya.

    Berikutnya, Indonesia juga mencatat impor nonmigas dari AS dengan nilai US$4,87 miliar atau pangsa impor sebesar 4,86% pada Januari—Juni 2025.

    Pudji menyampaikan bahwa impor nonmigas Indonesia dari AS utamanya terdiri atas mesin dan peralatan mekanis (HS 84) senilai US$0,95 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) senilai US$0,62 miliar, serta biji dan buah mengandung minyak (HS 12) senilai US$0,51 miliar.

    Adapun, mesin dan perlengkapan elektrik mencatat penambahan nilai impor tertinggi dari Negara Paman Sam secara ctc, yaitu naik US$398,28 juta.

    Secara keseluruhan, nilai impor mencapai US$115,94 miliar sepanjang Januari—Juni 2025, atau naik 5,25% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu senilai US$110,15 miliar.

    Jika dibedah, nilai impor migas mencapai US$15,86 miliar atau turun 11,91% dari periode yang sama tahun lalu mencapai US$18,01 miliar. Di sisi lain, nilai impor nonmigas naik 8,6% dari US$92,14 miliar pada Januari—Juni 2024 menjadi US$100,07 miliar sepanjang periode yang sama tahun ini.

    BPS menyatakan peningkatan nilai impor terjadi pada bahan baku/penolong dan barang modal yang masing-masing mencapai US$82,75 miliar dan US$23 miliar pada Januari—Juni 2025.

  • Biaya Sekolah Masih Bakal Sumbang Inflasi hingga September 2025 – Page 3

    Biaya Sekolah Masih Bakal Sumbang Inflasi hingga September 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juli 2025 sebesar 0,30 persen secara bulanan salah satunya disumbang biaya sekolah dasar. Adapun, biaya sekolah diperkirakan masih akan menyumbang inflasi pada Agustus-September 2025.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, kelompok pendidikan mengalami inflasi pada Juli 2025 ini. 

    “Kelompok pendidikan mengalami inflasi pada Juli 2025 sebesar 0,82 persen dengan andil inflasi sebesar 0,05 persen,” kata Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Jumat (1/8/2025).

    Dia mencatat, kelompok pendidikan mengalami inflasi pada Juli dalam beberapa tahun terakhir. Inflasi ini diperkirakan terjadi hingga Agustus-September 2025.

    “Berdasarkan data historis, kelompok pendidikan masih berpotensi memberikan andil terhadap inflasi pada dua bulan berikutnya, yaitu Agustus dan September,” kata dia. 

    Adapun, pengumbang utama inflasi kelompok ini di antaranya biaya sekolah dasar dengan andil inflasi 0,02 persen, kemudian biaya sekolah menengah pertama dan biaya sekolah menengah atas, serta biaya bimbingan belajar dan biaya taman kanak-kanak masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen.

    Besaran Inflasi Biaya Sekolah

    Mengutip data yang ditampilkan Pudji, inflasi terjadi pada biaya taman kanak-kanak (TK), biaya SD, biaya SMP, biaya SMA, dan biaya bimbingan belajar. Seluruhnya mencatatkan inflasi pada Juli 2025.

    Rinciannya, biaya TK mengalami inflasi 1,59 persen, buaya SD mengalami inflasi 1,65 persen, biaya SMP mengalami inflasi 1,16 persen.Kemudian, biaya SMA mengalami inflasi 0,84 persen. Serta, biaya bimbingan belajar mengalami inflasi 1,91 persen. 

     

  • Surplus Dagang dengan AS Naik di Tengah Dinamika Tarif Trump, Defisit ke China Melebar

    Surplus Dagang dengan AS Naik di Tengah Dinamika Tarif Trump, Defisit ke China Melebar

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik alias BPS mencatat surplus perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mengalami kenaikan sepanjang semester I/2025. Sebaliknya, defisit perdagangan dengan China terus meningkat.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengumumkan bahwa neraca perdagangan barang bulan Januari—Juni 2025 atau semester I/2025 mencatatkan surplus sebesar US$19,4 miliar.

    “Surplus sepanjang Januari—Juni 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yang sebesar US$28,31 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$8,83 miliar,” jelas Pudji dalam konferensi pers Rilis BPS, Jumat (1/8/2025).

    Dia merincikan, tiga negara penyumbang surplus neraca dagang terbesar adalah Amerika Serikat (AS) sebesar US$8,57 miliar, India sebesar US$6,59 miliar, dan Filipina sebesar US$4,4 miliar. 

    Sedangkan tiga negara penyumbang defisit terdalam adalah China sebesar US$9,73 miliar, Singapura sebesar US$3,09 miliar, kemudian Australia US$2,66 miliar.

    Untuk AS, surplus neraca perdagangan sebesar US$8,57 miliar pada Januari—Juni 2025 meningkat 32,8% dari periode yang sama tahun lalu (US$6,45 miliar).

    Tiga komoditas nonmigas penyumbang surplus perdagangan terbesar dengan AS adalah mesin dan perlengkapannya (US$2,19 miliar), pakaian dan aksesorinya (US$1,28 miliar), serta alas kaki (US$1,27 miliar).

    Untuk China, defisit neraca perdagangan sebesar US$9,73 miliar pada Januari—Juni 2025 lebih dalam atau meningkat 86,3% dari periode yang sama tahun lalu (US$5,22 miliar).

    Tiga komoditas nonmigas penyumbang defisit perdagangan terbesar dengan China yaitu mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (US$9,15 miliar), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (US$8,09 miliar), serta kendaraan dan bagiannya (US$2,18 miliar).

    Neraca perdagangan semester I/2025. / dok BPS

    Neraca Perdagangan Segera Bergeser?

    Perkembangan neraca perdagangan Indonesia ini terjadi di tengah ketidakpastian global akibat tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan negara-negara mitra dagangnya.

    AS sendiri sempat mengancam tarif resiprokal 32% atas produk asal Indonesia. Kendati demikian, dalam perkembangan terbaru, AS menurunkannya tarif resiprokal atas produk asal Indonesia menjadi 19%.

    Senior Economist Natixis untuk kawasan Emerging Asia, Trinh Nguyen, menilai kesepakatan dagang terbaru antara Indonesia dan AS itu sebagai manuver strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mendiversifikasi ketergantungan ekonomi dari China dan meningkatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok manufaktur global.

    “Kesepakatan ini menunjukkan ambisi Indonesia untuk merebut peluang dari relokasi rantai pasok global keluar dari China,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).

    Trinh menjelaskan bahwa meskipun China merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia, hubungan dagang kedua negara justru mencatatkan defisit yang kian melebar yaitu US$11,4 miliar pada tahun lalu. Sebaliknya, AS memberikan surplus dagang terbesar bagi Indonesia yaitu sekitar US$16,8 miliar pada tahun lalu.

    Dalam konteks itu, komitmen Indonesia untuk membeli US$19 miliar tambahan produk Amerika Serikat dinilai sebagai bagian dari strategi menyeimbangkan neraca sekaligus memperkuat hubungan bilateral.

    “Ekspor ke AS menyumbang 2,1% dari PDB Indonesia pada 2024, sementara impor dari AS hanya 0,7% dari PDB. Angka ini menunjukkan potensi neraca yang positif jika dimaksimalkan,” ungkapnya.

    Menurut Trinh, pergeseran arah kebijakan ini mencerminkan perbedaan pendekatan antara Presiden Prabowo Subianto dan pendahulunya, Joko Widodo. Jika era Jokowi fokus pada rantai nilai penghiliran tambang dan logam, Prabowo justru ingin mengembalikan fokus pada sektor manufaktur padat karya.

    Dengan 193 juta penduduk usia produktif dan 59% pekerja berada di sektor informal, sambungnya, Indonesia butuh mesin pertumbuhan baru yang mampu menyerap tenaga kerja. Dia melihat strategi hilirisasi mineral Jokowi belum menjawab persoalan surplus tenaga kerja itu.

    Hanya saja, kesepakatan dagang RI-AS itu bukan tanpa risiko. Trinh menyoroti keberadaan klausul penalti atas praktik transshipment atau pengalihan barang dari negara ketiga yang berpotensi tetap dikenai tarif tinggi. Dia melihat klausul transshipment itu mempersulit strategi ekspor Indonesia yang masih bergantung pada bahan baku impor, terutama dari China.

    “Transshipment akan menjadi tantangan tersendiri. Apalagi Indonesia sudah dibanjiri barang murah dari China yang menekan industri dalam negeri. Padahal ekspor ke China setara 4,2% PDB, dua kali lipat dibanding ekspor ke AS, dan relasi investasi keduanya juga dalam,” jelas Trinh.

    Untuk benar-benar menarik investasi, dia menyarankan Indonesia membenahi faktor pendukung lainnya, mulai dari regulasi ketenagakerjaan, biaya input seperti listrik, hingga infrastruktur.

  • Stimulus dan libur sekolah picu lonjakan penumpang transportasi

    Stimulus dan libur sekolah picu lonjakan penumpang transportasi

    Peningkatan ini tidak hanya dipengaruhi oleh momen Idul Adha dan libur sekolah, tetapi juga didorong oleh stimulus ekonomi dari pemerintah berupa diskon tiket kapal sebesar 50 persen,

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut seluruh moda transportasi kecuali angkutan udara internasional mengalami peningkatan jumlah penumpang, salah satu penyebabnya adalah stimulus ekonomi dari pemerintah pada Juni 2025.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, angkutan laut domestik mencatat jumlah penumpang sebanyak 2,75 juta orang, angkutan udara domestik 5,00 juta orang, angkutan kereta 45,61 juta orang, dan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP) 4,84 juta orang.

    “Peningkatan ini tidak hanya dipengaruhi oleh momen Idul Adha dan libur sekolah, tetapi juga didorong oleh stimulus ekonomi dari pemerintah berupa diskon tiket kapal sebesar 50 persen,” ujar Pudji di Jakarta, Jumat.

    Peningkatan jumlah penumpang tertinggi secara bulanan terjadi pada moda angkutan sungai, danau, dan penyeberangan atau ASDP, yaitu sebesar 25,35 persen secara bulanan. Pada Mei 2025, jumlah penumpang tercatat 3,86 juta orang.

    Di sisi lain, jumlah penumpang angkutan udara internasional mengalami penurunan sebesar 5,87 persen secara bulanan, dari 1,76 juta orang pada Mei 2025 menjadi 1,66 juta orang pada Juni.

    “Faktor penyebabnya antara lain karena berakhirnya musim ibadah haji dan belum dimulainya kembali perjalanan ibadah umrah,” jelasnya.

    Secara tahunan, terjadi peningkatan jumlah penumpang pada hampir seluruh moda angkutan, kecuali moda angkutan udara domestik.

    Peningkatan jumlah penumpang tertinggi terjadi pada moda angkutan laut domestik, yakni sebesar 18,68 persen secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh momen Idul Adha dan liburan sekolah, serta adanya program diskon tiket kapal dari pemerintah.

    Sementara itu, pada perkembangan angkutan barang Juni 2025, secara bulanan terjadi penurunan jumlah angkutan barang pada seluruh moda transportasi dan penurunan tertinggi tercatat pada angkutan kereta sebesar 8,30 persen.

    Secara tahunan, terjadi peningkatan jumlah angkutan barang pada moda angkutan udara domestik dan angkutan laut domestik.

    Pertumbuhan tertinggi tercatat pada angkutan laut domestik, yaitu sebesar 17,26 persen dibandingkan dengan Juni 2024.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BPS catat jumlah kunjungan wisman capai 1,42 juta orang pada Juni

    BPS catat jumlah kunjungan wisman capai 1,42 juta orang pada Juni

    Kunjungan didominasi oleh wisman berkebangsaan Australia, dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan melalui Bandara Ngurah Rai ini salah satunya dipicu dengan adanya peningkatan jumlah penerbangan menuju Bali,

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman pada Juni 2025 sebanyak 1,42 juta kunjungan atau naik 8,42 persen secara bulanan dan naik 18,20 persen secara tahunan.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, pintu masuk utama, kunjungan wisman paling banyak masuk melalui Bandara Ngurah Rai, Bali.

    “Kunjungan didominasi oleh wisman berkebangsaan Australia, dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan melalui Bandara Ngurah Rai ini salah satunya dipicu dengan adanya peningkatan jumlah penerbangan menuju Bali,” kata Pudji di Jakarta, Jumat.

    Secara kumulatif sepanjang Januari hingga Juni 2025, total kunjungan wisman mencapai 7,05 juta kunjungan atau meningkat 9,44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024.

    Kunjungan wisatawan mancanegara ini paling banyak berasal dari Malaysia yaitu sebesar 16,7 persen, Singapura sebesar 13,0 persen dan Australia 10,9 persen.

    Lebih lanjut, Pudji mengatakan, jika dibandingkan dengan Mei 2025, secara bulanan terjadi peningkatan kunjungan wisman dari Singapura dan Australia, sedangkan kunjungan wisman dari Malaysia mengalami penurunan.

    Pada perkembangan pengeluaran wisatawan mancanegara di triwulan 2/2025, rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan mencapai 1,199,71 dolar AS atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran pada triwulan 1 2025 dan triwulan 2 2024.

    Berdasarkan jenis pengeluaran, pada triwulan 2/2025, proporsi pengeluaran terbesar dari wisman ini dialokasikan untuk akomodasi sebesar 37,48 persen, kemudian untuk makan dan minum sebesar 19,53 persen serta belanja dan cenderamata sebesar 11,17 persen.

    Pola pengeluaran ini relatif tidak berubah jika dibandingkan dengan pola pengeluaran pada triwulan 1/2025.

    BPS juga mencatat jumlah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 105,12 juta perjalanan atau naik 7,62 persen secara bulanan.

    Jika dibandingkan dengan Juni 2024, perjalanan wisnus mengalami peningkatan sebesar 25,93 persen secara year on year. Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga Juni 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 613,78 juta perjalanan atau meningkat sebesar 17,70 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

    Sementara itu, jumlah perjalanan orang Indonesia yang keluar negeri (wisnas) tercatat sebanyak 727,558 perjalanan. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 24,20 persen secara bulanan.

    “Karena didorong oleh adanya kepulangan jamaah haji Indonesia pada gelombang pertama,” ujarnya.

    Secara tahunan, perjalanan wisnas mengalami penurunan sebesar 15,02 persen.

    Secara kumulatif, jumlah perjalanan wisnas selama Januari hingga Juni 2025 mencapai 4,57 juta perjalanan atau meningkat 3,25 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Beras, Tomat hingga Cabai Rawit jadi Penyumbang Terbesar Inflasi Juli 2025 – Page 3

    Beras, Tomat hingga Cabai Rawit jadi Penyumbang Terbesar Inflasi Juli 2025 – Page 3

    Adapun, secara tahunan, angka inflasi sebesar 2,27 persen dan secara tahun kalender terjadi inflasi 1,69 persen.

    Pudji menuturkan, penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok manakan, minuman dan tembakau dengan inflasi 0,74 persen dan andil inflasi 0,22 persen. Komoditas yang mendominasi mengerek inflasi kelompok ini adalah beras dengan andil inflasi 0,06 persen.

    Komoditas lainnya dalam kelompok ini yang memberikan andil inflasi adalah tomat dan bawang merah dengan andil inflasi 0,05 persen, cabai rawit 0,04 persen, bensin 0,03 persen, dan telur ayam ras serta biaya sekolah dasar 0,02 persen.

    Inflasi Tahunan

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year on year) pada Juli 2025 sebesar 2,37 persen. Angka ini mengalami kenaikan dari inflasi tahunan Juni 2025.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan inflasi tahunan ini dicatat karena adanya kenaikan indeks harga konsumen menjadi 108,60 pada Juli 2025.

    “Secara year-on-year, pada Juli 2025 terjadi inflasi sebesar 2,37 persen atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 108,60 pada Juli 2025,” kata Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Jumat (1/8/2025).

     

     

     

  • BPS perkirakan produksi jagung pipilan kering capai 1,53 juta ton

    BPS perkirakan produksi jagung pipilan kering capai 1,53 juta ton

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada Juni 2025 diperkirakan mencapai 1,53 juta ton.

    “Naik sebesar 45,70 persen dibandingkan Juni 2024 yang sebesar 1,05 juta ton,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Jumat.

    Pudji mengatakan angka produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen Januari hingga Juni 2025 diperkirakan mencapai 8,52 juta ton atau meningkat sebesar 19,23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024.

    Potensi produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen sepanjang Juli hingga September 2025 diperkirakan sebesar 3,60 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar 0,99 juta ton atau 21,57 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

    Ia mengatakan angka sementara dan angka potensi produksi jagung tersebut dapat berubah sesuai dengan kondisi terkini dari luas panen dan produktivitas hasil pengamatan lapangan.

    Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan survei Kerangka Sampel Area (KSA) pada Juni 2025, realisasi luas panen jagung pipilan pada Juni 2025 adalah sebesar 0,26 juta hektare (ha). Angka ini lebih tinggi dibandingkan Juni 2024 yang seluas 0,18 juta ha.

    Dengan demikian, luas panen jagung sepanjang Januari hingga Juni 2025 mencapai 1,50 juta ha atau meningkat sebesar 17,76 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024, yang tercatat 1,27 juta ha.

    Sementara itu, potensi luas panen jagung sepanjang Juli hingga September 2025 diperkirakan sebesar 0,61 juta ha atau mengalami penurunan sebesar 0,16 juta ha, atau 20,45 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,77 ha.

    “Perlu kita ketahui bersama bahwa potensi luas panen sudah termasuk tanaman jagung yang akan dipanen bukan untuk dipipil, misalnya yang dipanen muda atau yang dipanen untuk hijauan pakan ternak,” kata Pudji.

    Pudji juga mengatakan angka potensi luas panen ini dapat berubah sesuai dengan kondisi pertanaman jagung hasil pengamatan lapangan pada di Juli 2025, sampai dengan September.

    Beberapa faktor yang menjadi perubahan angka tersebut antara lain, adanya serangan hama, organisme pengganggu tanaman, dan banjir, kekeringan, waktu realisasi panen petani, dan lain sebagainya.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Produksi beras konsumsi diprediksi capai 2,28 juta ton Juni 2025

    Produksi beras konsumsi diprediksi capai 2,28 juta ton Juni 2025

    luas panen padi Januari-Juni 2025 mencapai 6,26 juta ha atau meningkat 12,71 persen dibandingkan periode yang sama 2024

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras untuk konsumsi pangan masyarakat mencapai 2,28 juta ton pada Juni 2025, atau mengalami peningkatan sebesar 8,82 persen dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar 2,10 juta ton.

    “Dengan demikian, angka sementara produksi beras pada Januari hingga Juni 2025 diperkirakan mencapai 19,16 juta ton atau meningkat sebesar 13,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Jumat.

    Pudji mengatakan potensi produksi beras sepanjang Juli hingga September 2025 diperkirakan sebesar 9,08 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 0,91 juta ton atau 11,17 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

    Namun demikian, ia menekankan bahwa angka sementara dan potensi produksi beras dapat berubah sesuai dengan kondisi terkini luas panen dan produktivitas hasil amatan lapangannya.

    Sementara itu, produksi padi pada Juni 2025 diperkirakan sebesar 3,96 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan sebesar 8,81 persen dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar 3,64 juta ton GKG.

    Dengan demikian, angka sementara produksi padi sepanjang Januari hingga Juni 2025 diperkirakan mencapai 33,26 juta ton atau meningkat sebesar 13,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

    Potensi produksi padi sepanjang Juli hingga September 2025 diperkirakan sebesar 15,76 juta ton GKG atau mengalami peningkatan sebesar 1,59 juta ton GKG atau 11,21 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat 14,17 juta ton.

    Sementara itu, berdasarkan hasil amatan survei Kerangka Sampel Area (KSA) pada Juni 2025, sekitar 9,86 persen lahan pertanian untuk budidaya tanaman padi telah mengalami fase panen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar 9,55 persen.

    Hasil amatan juga memperlihatkan bahwa sekitar 42,38 persen lahan pertanian untuk budidaya tanaman padi sedang ditumbuhi tanaman padi atau yang dikenal dengan fase standing crop.

    Pada Juni 2025, luas panen padi mencapai 0,79 juta hektare atau mengalami peningkatan sebesar 8,73 persen dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar 0,72 juta hektar.

    “Dengan demikian, luas panen padi sepanjang Januari hingga Juni 2025 mencapai 6,26 juta hektar atau meningkat sebesar 12,71 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024,” papar Pudji.

    Potensi luas panen padi pada 3 bulan setelahnya, yaitu Juli hingga September 2025 diperkirakan akan mencapai 3,07 juta hektar atau meningkat sebesar 11,33 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BPS: Beras hingga tomat penyumbang utama inflasi bulanan Juli 2025

    BPS: Beras hingga tomat penyumbang utama inflasi bulanan Juli 2025

    penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,74 persen

    Jakarta (ANTARA) – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan sejumlah komoditas pangan, termasuk beras, tomat, bawang merah, cabai rawit dan telur ayam ras, menjadi kontributor terbesar inflasi bulanan Juli 2025.

    “Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,74 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,22 persen,” ujarnya di Jakarta, Jumat.

    Ia menuturkan bahwa beras menjadi salah satu komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok pengeluaran tersebut dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen.

    Sementara tomat dan bawang merah memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen, cabai rawit sebesar 0,04 persen, serta telur ayam ras sebesar 0,02 persen.

    Bensin dan biaya sekolah dasar merupakan komoditas lain di luar kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang juga menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi bulanan Juli 2025 dengan andil masing-masing sebesar 0,03 persen dan 0,02 persen.

    “Selain itu, masih terdapat juga komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada Juli 2025 ini, yaitu seperti tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen,” kata Pudji.

    Sedangkan menurut komponen, ia menyatakan kenaikan inflasi bulanan pada Juli 2025 terutama didorong oleh inflasi komponen harga bergejolak.

    Ia menuturkan komponen tersebut mengalami inflasi sebesar 1,25 persen dan memberikan andil inflasi terbesar, yakni sebesar 0,20 persen.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak ini adalah beras, tomat, bawang merah dan cabai rawit,” ucap Pudji.

    Komponen dengan andil inflasi bulanan terbesar selanjutnya adalah komponen inti yang mengalami inflasi sebesar 0,13 persen dengan andil sebesar 0,08 persen.

    Ia mengatakan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen tersebut adalah biaya sekolah dasar, biaya sekolah menengah pertama, biaya sekolah menengah atas, biaya bimbingan belajar dan biaya taman kanak-kanak.

    Sedangkan komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,09 persen dengan andil sebesar 0,02 persen.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga diatur pemerintah ini adalah bensin, bahan bakar rumah tangga dan sigaret kretek mesin,” imbuh Pudji Ismartini.

    BPS melaporkan terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,27 pada Juni 2025 menjadi 108,60 pada Juli 2025, atau inflasi sebesar 0,3 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Juli 2025.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.