Kementrian Lembaga: BPOM

  • Pemerintah Kaji 2 Skema Tarif Cukai MBDK, Sasar Industri atau Ritel?

    Pemerintah Kaji 2 Skema Tarif Cukai MBDK, Sasar Industri atau Ritel?

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan telah mengantongi dua skema tarif yang menjadi pertimbangan dalam implementasi cukai minuman berpemanis dalam kemasan atau MBDK.

    Kasubdit Tarif Cukai dan Harga Dasar DJBC Akbar Harfianto menyampaikan saat ini pihaknya memang masih mengkaji skema yang rencananya dijalankan pada semester II/2025 tersebut. 

    Skema tersebut terdiri atas pengenaan cukai di tingkat industri, pabrik, atau perusahaan MDBK atau on trade dan tarif cukai di tingkat gerai/ritel atau off trade. 

    “Nah, mana yang akan dikenakan, ini kita masih lakukan pembahasan secara teknis. Tetap kami akan memperhatikan kan beban administrasi dibandingkan dengan impact-nya,” tuturnya dalam Media Briefing di kantor DJBC, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (10/1/2025).  

    Dalam penerapan tarif bagi minuman dengan pemanis tambahan ini, Akbar masih akan melihat referensi dari penerapan serupa di negara lain. 

    Selain itu, ambang batas tambahan gula yang akan bebas dari cukai ataupun dikenakan cukai juga masih digodok dengan melihat contoh dari negara-negara lain. 

    Pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan menetapkan ketentuan tersebut. Satu hal yang dipastikan oleh Akbar, bahwa pihaknya berjanji tidak akan memberatkan pihak terkait pada awal implementasi. 

    “Kalau besarannya, pastinya kita tidak akan kemudian memberikan beban yang terlalu berat pada awal pengenaannya,” jelasnya. 

    Pada kesempatan itu pula, Akbar menegaskan bahwa kebijakan ini bukan untuk mengejar penerimaan negara, melainkan untuk pengendalian konsumsi gula yang menjadi akar berbagai penyakit. 

    Akbar menyampaikan meski rencananya semester II/2025, pemerintah akan tetap melihat kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat sebelum menerapkan cukai MBDK. 

    “Sambil menunggu tadi, apakah memang dari sisi kondisi daya beli masyarakat ini sudah cukup bisa atau mampu untuk ada penambahan beban,” tuturnya.  

    Sebelumnya dalam pembahasan RAPBN 2025 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sempat mengusulkan tarif cukai MBDK dimulai sebesar 2,5% dan akan naik bertahap hingga 20%. 

    Adapun definisi pemanis buatan dalam aturan cukai MDBK yakni pemanis yang diproses secara kimiawi dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam (meliputi Asesulfame-K, Aspartam, Siklamat, Sakarin, Sukralosa, dan Neotam). 

    Sementara pemanis alami merupakan pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meski prosesnya sintetik ataupun fermentasi (meliputi Sorbitol, Manitol, Isomalt, Thaumatin, Glikosida Steviol, Maltitol, Laktitol, Xylitol, dan Eritritol). 

    Untuk gula mencakup seluruh monosakarida dan disakarida, tidak termasuk laktosa dalam hal pangan olahan berupa susu dan hasil olahannya atau pangan olahan mengandung susu. 

  • BPOM Gagalkan Distribusi Sayur Basi di Program Makan Bergizi Gratis

    BPOM Gagalkan Distribusi Sayur Basi di Program Makan Bergizi Gratis

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan adanya indikasi sayur basi di program makan bergizi gratis. Kepala BPOM Taruna Ikrar mengungkapkan laporan ini didapatkan dari balai besar POM yang ada di bawah koordinasinya.

    “Ada sayur yang basi intinya begitu. Sayur yang basi kita cegah untuk tidak didistribusikan, itu contohnya,” beber Taruna kepada awak media, Jumat (10/1/2025).

    Taruna mengungkapkan laporan tersebut didapatkan dari balai besar POM yang ada di bawah koordinasinya. Setelah itu, laporan telah disampaikan ke satuan kerja untuk mencegah kejadian seperti itu terulang lagi.

    Namun, Taruna tidak menyebutkan secara jelas lokasi atau tempat ditemukannya sayur basi dari program makan bergizi tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kepanikan.

    “Dan tidak elok kalau saya menyampaikan tempatnya, kenapa? Karena kita tidak mau menimbulkan kepanikan,” tutur dia.

    “Tapi, artinya kami ingin menunjukkan bahwa BPOM sudah berperan di front terdepan untuk kesuksesan makan bergizi gratis ini,” sambungnya.

    Taruna menjelaskan bahwa BPOM memiliki tugas yang penting dalam penyelenggaraan program makan bergizi yang belum lama dijalankan. Pihaknya bertugas mengecek kemungkinan terjadinya keracunan atau pemenuhan gizi yang tidak cukup.

    (sao/kna)

  • BPOM Gandeng Polri Awasi Kualitas Obat hingga Makanan

    BPOM Gandeng Polri Awasi Kualitas Obat hingga Makanan

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar dan jajaran menyambangi Mabes Polri. Kedatangan mereka dalam rangka audiensi dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan sejumlah pejabat utama (PJU) Mabes Polri.

    Dalam pertemuan itu, Taruna Ikrar mengungkap bahwa mereka turut membahas mengenai perlindungan dan pengawasan distribusi obat dan makanan di Tanah Air.

    “Dalam konteks kerja kita pahami bahwa kontribusi obat dan makanan di Indonesia itu cukup besar, hampir 400 miliar USD yang tentu saja itu spread-nya sangat luas mulai dari obat, makanan, minuman dan seterusnya,” kata Ikrar usai audiensi di Gedung Utama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025).

    Ikrar menjelaskan mengenai praktik kejahatan di bagian makanan dan obat yang kerap kali terjadi melalui ranah daring maupun luring. Karena itu, kata Ikrar, pihaknya berkolaborasi dengan Polri untuk melakukan pengawasan hingga penindakan.

    “Tentu kita pahami dalam kondisi sekarang ini banyak kejahatan-kejahatan yang bersifat baik online maupun offline. Dari berbagai kita punya tupoksi dan itu membutuhkan sinergi dengan Polri, baik itu kejahatan perdagangan obat makanan dan sebagainya secara online maupun offline, serta pangan ilegal dan seterusnya, itu sangat besar,” jelas Ikrar.

    Meskipun, kata dia, BPOM memiliki Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di seluruh Indonesia. Namum jumlahnya, lanjut Ikrar sangat terbatas.

    “Oleh karena itu kita pahami dengan konteks itu lah BPOM juga berkomitmen untuk menuntaskan berbagai macam mafia yang terjadi di Indonesia, yang berhubungan dengan tupoksi kami,” pungkas dia.

    Di sisi lain, Kapolri menyambut baik rencana sinergi dengan BPOM. Dia memastikan Korps Bhayangkara akan mendukung penuh seluruh tugas BPOM.

    Jenderal Sigit menuturkan, poin-poin kesepakatan nantinya akan dituangkan dalam nota kerjasama antara Polri dan BPOM. Khususnya soal pengawasan kualitas obat dan makanan.

    “Ada beberapa hal yang tentunya menjadi catatan kami tadi bagaimana kita meningkatkan kerja sama yang nanti akan kita tuangkan di dalam penyempurnaan MoU dan PKS-PKS kita. Khususnya untuk menjaga agar kualitas baik makanan dan obat-obatan serta minuman ini betul-betul bisa terus terjaga,” tutur Sigit.

    (ond/isa)

  • BPOM Cegah Sayur Basi Terdistribusi pada Program Makan Bergizi Gratis

    BPOM Cegah Sayur Basi Terdistribusi pada Program Makan Bergizi Gratis

    loading…

    Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, turut terlibat aktif dalam pengawasan pendistribusian program Makan Bergizi Gratis (MBG) ke siswa. Foto: SINDOnews/Riana Rizkia

    JAKARTA – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengatakan, turut terlibat aktif dalam pengawasan pendistribusian program Makan Bergizi Gratis (MBG) ke siswa. Pihaknya berupaya menjaga kualitas makanan.

    “Mulai dari tahap bagaimana mengevaluasi produk yang akan diberikan, bagaimana dapurnya, bagaimana produknya,” kata Ikrar di Lobby Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025).

    “Dan ada beberapa yang seharusnya sudah hampir sampai terus kita cegah, ini jangan diberikan karena mungkin ada hal yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan,” sambungnya.

    Untuk itu, ketika menemukan makanan yang tidak layak, BPOM langsung mencegah pendistribusian. “Ada sayur yang basi intinya begitu, sayur basi ini kita cegah untuk tidak dimakan, tidak didistribusikan itu contohnya,” ujarnya.

    Dia tak merinci lokasi temuan sayur basi. Yang jelas, BPOM telah dilibatkan sesuai dengan tupoksinya selaku pengawas.

    “Intinya kan begini tupoksi BPOM mencegah terjadinya makanan yang diberikan kepada anak-anak sekolah ini bisa menyebabkan misalnya keracunan atau mungkin gizinya tidak pas,” kata Ikrar.

    (jon)

  • Kapolri Terima Kepala BPOM, Tekankan Terus Jaga Kualitas Makanan-Obat

    Kapolri Terima Kepala BPOM, Tekankan Terus Jaga Kualitas Makanan-Obat

    Jakarta

    Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menerima kedatangan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar dan jajaran. Kapolri menekankan soal komitmen terus menjaga makanan hingga obat-obatan agar berkualitas baik.

    “Hari ini kami menyambut baik dan tentunya mendukung penuh apa yang menjadi program dan kebijakan BPOM. Ada beberapa hal yang tentunya menjadi catatan kami tadi bagaimana kita meningkatkan kerja sama yang nanti akan kita tuangkan di dalam penyempurnaan MoU dan PKS-PKS kita, khususnya untuk menjaga agar kualitas baik makanan dan obat-obatan serta minuman ini betul-betul bisa terus terjaga,” kata Jenderal Sigit di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025).

    Sigit mengatakan BPOM punya program untuk mengembangkan dan mendukung UMKM. Sigit menyebut Polri dilibatkan untuk melakukan pendampingan dan pengawasan.

    “Di sisi lain, BPOM tentunya juga punya program untuk terus mengembangkan, mendukung UMKM, oleh karena itu Polri dilibatkan untuk melakukan pendampingan sehingga pencapaian target UMKM agar bisa bertambah dan UMKM bisa naik kelas menjadi UMK, namun di sisi lain barang-barang ataupun jenis makanan yang diproduksi tetap higienis dan memiliki standar kualitas kesehatan yang terjaga,” tutur dia.

    Sigit menyebut UMKM akan mendorong pemasukan bagi negara. Dia menyebut Polri bersama BPOM akan melakukan pengawasan agar kualitas produk bisa terjaga sehingga pelaku usaha akan bertumbuh.

    “Di sisi lain tentunya juga akan mendorong pemasukan bagi negara, sekaligus di satu sisi terus bisa mengembangkan dan mendorong pelaku usaha untuk terus bisa bertumbuh di Indonesia,” ucap dia.

    “Kami sangat berbahagia telah beraudiensi dengan Bapak Kapolri Bapak Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kami diterima dengan sangat terbuka. Yang intinya kami membicarakan hal-hal yang sangat penting bagi negara kita,” kata Taruna.

    Taruna mengatakan BPOM memiliki tugas untuk kualitas menjamin makanan, minuman dan obat-obatan. Sehingga, kata dia, masyarakat bisa mengkonsumsi dengan aman.

    Hadir dalam audiensi ini Sekretaris Utama BPOM Irjen Pol Jayadi, Inspektur Utama BPOM Yan Setiadi, sejumlah deputi BPOM hingga ahli BPOM.

    (lir/imk)

  • Dukung Pengembangan UMKM, LPPOM DKI Jakarta Gelar Bimtek Sertifikasi Halal – Halaman all

    Dukung Pengembangan UMKM, LPPOM DKI Jakarta Gelar Bimtek Sertifikasi Halal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dukung sertifikasi halal UMKM,  LPH Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM) DKI Jakarta bersama Maybank Indonesia mengadakanbimtek batch 3 di Ruang Teater, Gedung Sosial Budaya, Jakarta Islamic Centre, (09/01/2025).

    Kegiatan bimbingan teknis (bimtek) adalah pogram sertifikasi halal untuk UMKM di DKI Jakarta khususnya binaan LPH LPPPOM DKI Jakarta dan LP UMKM Muhammadiyah DKI Jakarta  dengan fokus utama Sosialisasi Undang Undang 33 Tahun 2014 yang mengamanatkan setiap produk beredar harus bersertfikat halal. 

    Direktur LPH LPPOM DKI, drg Deden Edi Sutrisna mengatakan kehadiran UMKM di DKI Jakarta adalah untuk mendukung pengembangan usaha UMKM.

    “Kegiatan bimtek dan pemberian sertifikat halal pada hari ini merupakan dukungan Maybank mendukung kegiatan sertifikasi halal. Tentu LPPOM berkhidmat di MUI dengan memberikan pelayanan, menyambut dengan senang hati sampai sampai usaha bapak dan ibu mendapatkan sertifikat halal, karena bisnis itu tidak bisa sendirian, bisnis harus ditopang ada regulasi,” pungkasnya.

    Ia menambahkan, bahwa pihaknya akan mengurus 4 hal yaitu, ijin usaha, izin edar, dalam bentuk PT dari dinas atau BPOM, mengurus Haqi Hak Intelektual dan yang ke empat sesuai amanah undang undang 33 tahun 2014 dimana seluruh produk makanan yang beredar di Indonesia wajib bersertifikat halal, tegasnya.

    drg. Deden berharap bimtekmemberikan pemahaman alur sertifikasi halal serta memotivasi agar usaha dapat tumbuh dan berkembang. 

    “Doakan kami konsisten dan membangun’ ekosistem halal,” pintanya.

    Kegiatan dikuti 178 peserta yang merupakan warga Jakarta yang terdaftar melalui G form yang sebelumnya sudah disosialisaikan oleh pemerintah daerah setempat.

    Sementara itu, Shariah Branch Sales dan Office Channeling Maybank, Barkah Santosa menyampaikan, Maybank akan terus berperan aktif serta membina UMKM dengan cara bekerjasama dengan LPPOM untuk pembinaan sertifikat halal 

    “Motivasi kami mensupport kegiatan ini adalah berperan aktif membina UMKM karena kami sadar bahwa bank sendiri itu sangat dibutuhkan oleh para pelaku UMKM. Bahwa bank mencari nasabah bukan hanya sisi korporasi saja. Tapi dari sisi pelaku usaha UMKM,” ucapnya.

    Ia menambahkan bahwa pihaknya mendapat amanah untuk menyalurkan bantuan, titipan dari nasabah berupa sedekah dan zakat. 

    “Oleh Karena itu implementasi yang kami lakukan dengan kegiatan memfasilitasi sertifikasi halal ini kepada UMKM, jadi dua hal tersebut yang mendorong kami melakukan kegiatan ini,” tambahnya.

    Hingga saat ini kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh Maybank sudah tersebar di 3 kota besar.  
    Program Bimtek Sosialisi halal dengan LPPOM DKI Jakarta, bekerjasama dengan  UMKM muhammadiyah di Jogja dan kerjasama LP UMKM yang ada di Surabaya, terangnya.

    Kegiatan dihadiri Pimpinan Maybank Syariah, Barkah Santosa, Bendahara Umum MUI DKI Jakarta Abi Ichwanudin, Arya Jaya dan Soleha perwakilan LK UMKM Pimpinan wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta direktur LPPOM DKI Jakarta Drg. Deden Edi Sutrisna.

  • Heboh Dugaan Minyak Kita Palsu Beredar di Kota Cirebon

    Heboh Dugaan Minyak Kita Palsu Beredar di Kota Cirebon

    Liputan6.com, Cirebon – Sejumlah masyarakat dihebohkan dengan beredarnya dugaan minyak goreng subsidi palsu bermerek Minyak Kita di Kota Cirebon. Kabar tersebut cukup menimbulkan keresahan di masyarakat.

    Informasi yang didapat, minyak goreng tersebut dikemas menyerupai produk asli Minyak Kita. Namun, memiliki perbedaan mencolok dari segi warna hingga kualitas saat digunakan.

    Minyak goreng palsu ini tampak lebih gelap, bahkan terdapat endapan hitam seperti minyak bekas. Amay, seorang pedagang warung, mengaku membeli minyak tersebut dari distributor di wilayah Kabupaten Cirebon.

    Ia mengaku semula tidak menyadari bahwa terdapat kejanggalan pada produk tersebut sampai beberapa pembeli mengeluhkan kualitas minyak goreng yang mereka beli.

    “Awalnya terlihat normal saja, tapi sejumlah pelanggan mengeluhkan warnanya yang gelap dan rasa minyaknya berbeda. Saya mendapatkan minyak ini dari salah satu distributor di Kabupaten Cirebon,” ujar Amay, Jumat (3/1/2025).

    Setelah menerima keluhan, Amay memeriksa stok minyak yang lainnya dan menemukan kejanggalan. Saat dicek, ia memastikan ada perebedaan yang jelas antara Minyak Kita asli dan yang palsu.

    Ia menyebutkan, Minyak Kita palsu yang diterima bentuk warnanya lebih gelap dan aromanya tidak sama dengan minyak asli. Amay berharap pihak berwenang, termasuk kepolisian dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), segera mengambil tindakan untuk mengusut peredaran minyak goreng palsu ini.

    “Minyak seperti ini bisa berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dan sangat merugikan,” tegasnya.

  • PB PGI Dorong Obat, Alkes dan Vaksin Bisa Diproduksi di Dalam Negeri – Halaman all

    PB PGI Dorong Obat, Alkes dan Vaksin Bisa Diproduksi di Dalam Negeri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor kesehatan sangat berperan besar berkontribusi sebagai salah satu masalah yang harus diselesaikan oleh bangsa ini. Menteri Kesehatan sebagai nakhoda harus bisa bekerja sama dengan semua pihak dalam pembangunan kesehatan.

    Selain itu riset kesehatan inovatif juga harus didukung terutama yang dilakukan oleh institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat.

    Terkait hal tersebut, Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), Prof Dr.dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,FACP,FACG mengatakan salah satu riset kesehatan inovatif yang harus segera ditingkatkan adalah upaya-upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin dan alat kesehatan yang memang dapat diproduksi dalam negeri.

    “Beberapa perusahaan farmasi dalam negeri bahkan produknya sudah diterima di negara tetangga. Di satu sisi, pembiayaan BPJS tidak terbatas juga harus dibatasi. Rekomendasi dari penilaian teknologi kesehatan atau health technology assessment (HTA) harus dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan karena rekomendasi yang diberikan bertujuan untuk menekan pembiayaan kesehatan. Harus ada regulasi yang kuat agar mengurangi produk impor alat kesehatan dan pemerintah mendorong  penggunaan produk-produk inovasi lokal yang sebenarnya tidak kalah dengan produk luar negeri,” kata Prof Ari Fahrial dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Senin(6/1/2025).

    Menurut Prof Ari Fahrial saat ini juga harus melihat negara-negara Asia lain maju pesat dalam produksi alat kesehatan berteknologi tinggi, seperti produksi India, China dan Turki yang mengikuti kemajuan produksi teknologi tinggi dari Korea dan Jepang.

    Bahkan saat ini kata dia ada aksesoris untuk tindakan endoskopi saluran cerna masih diimpor. “Para praktisi klinis tentu akan senang hati untuk menggunakan produk dalam negeri yang berkualitas ketika alat kesehatan tersebut memang ada di pasaran Indonesia. Pada akhirnya harapan untuk Indonesia yang lebih sehat selalu ada dan rasanya profesi kedokteran serta institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan harus diajak berkomunikasi dan berkolaborasi untuk mengejar ketertinggalan kita selama ini dalam hal pembangunan kesehatan,” kata Prof Ari Fahrial.

    Lebih jauh Prof Ari Fahrial juga menjelaskan peran organisasi profesi termasuk institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, swasta dan juga lembaga pemerintah lainnya memegang peranan penting dalam pembangunan kesehatan. Dalam periode tahun 2024 dirinya melihat kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan stakeholder dalam membangun kesehatan belum berjalan secara optimal.

    Semua stakeholder pembangunan kesehatan selama ini turut serta dalam pembangunan Kesehatan, serta turut serta memberikan masukan yang terbaik untuk nangsa ini mengatasi masalah kesehatan yang ada.  

    “Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan khususnya di bidang saluran cerna, dalam hal continuing medical education peningkatan capacity building para dokter umum, spesialis dan subspesialis di bidang gastroenterologi, melakukan riset multisenter termasuk uji klinik dan terus menerus mengedukasi masyarakat secara langsung melalui seminar dan webinar, serta melalui media sosial,” ujarnya.

    PB PGI lanjut Prof Ari Fahrial juga terus melakukan pembaruan-pembaruan konsensus dalam bidang gastroenterologi berdasarkan evidence based yang menjadi panduan bagi para tenaga medis di seluruh Indonesia. PB PGI juga rutin mengirimkan pakar ke BPOM dalam memberikan pandangan ahli untuk obat baru yang akan beredar di Indonesia. PB PGI juga aktif mengirimkan topik-topik untuk Health Technology Assessment (Penilaian Teknologi Kedokteran). PB PGI juga turut serta menjadi tim ahli dalam penyusunan formularium obat nasional.

    “Kementerian Kesehatan dalam 1 tahun terakhir ini berusaha keras untuk melaksanakan UU Kesehatan 17 2023 dan juga turunannya PP N0 28 2024. Tetapi upaya yang dilakukan tampaknya belum berjalan mulus dan bahkan terburu-buru sehingga terkesan mengubur upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya,” kata dia.

    Benturan yang terjadi menurut Prof Ari Fahrial kalau tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Transformasi kesehatan yang terdiri dari enam pilar utama yang mencakup layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan dan teknologi terus diupayakan dengan berbagai terobosan.

    Beberapa aturan dibuat untuk mendukung hal tersebut, tetapi problem utama adalah tatanan implementasi khususnya dalam hal pemerataan dan evaluasi berkelanjutan yang menunjukkan bahwa program turunan dari enam pilar transformasi Kesehatan masih menghadapi berbagai kendala.

    Kendala utama adalah upaya kolaboratif antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan masyarakat termasuk para pelaku kesehatan.

    “Ego sektoral masih kental dalam Pembangunan Kesehatan saat ini. Konsep sistem Kesehatan akademik yang telah dimulai sejak zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya didukung setengah hati oleh Kementerian Kesehatan saat ini. Padahal jika konsep ini dijalankan dengan konsisten dan didukung penuh, bisa mengurai berbagai permasalahan Kesehatan di Indonesia termasuk dalam pelaksanaan enam pilar transformasi kesehatan,” kata Prof Ari Fahrial.

    Karena lanjut dia konsep Sistem Kesehatan Akademik (AHS) menyatukan peran Kementerian Kesehatan dengan rumah sakit vertikalnya, institusi Pendidikan dengan sumber dayanya baik sumber daya manusia, fasilitas Pendidikan, riset dan fasilitas Kesehatan yang juga dimiliki oleh institusi Pendidikan dan juga melibatkan pemerintah daerah yang mempunyai Masyarakat termasuk calon SDM Kesehatan.

    “Target AHS bukan saja untuk menciptakan sumber daya Kesehatan yang handal, tetapi juga pelayanan Kesehatan yang mumpuni dan berorientasi pada penurunan berbagai target pembangunan Kesehatan.

    Melalui konsep AHS ini pembiayaan Kesehatan menjadi lebih efisien, distribusi tenaga Kesehatan menjadi lebih baik, penelitian kesehatan inovatif lebih meningkat yang akhirnya terjadi efisiensi pembiayaan kesehatan serta upaya-upaya pencegahan penyakit yang lebih optimal. Melalui AHS ini terjadi resources sharing atas semua stakeholder yang ada,” tutup Prof Ari Fahrial.

  • BPOM Periksa Menu Makan Bergizi Gratis

    BPOM Periksa Menu Makan Bergizi Gratis

    Foto Bisnis

    ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko – detikFinance

    Senin, 06 Jan 2025 20:00 WIB

    Jawa Tengah – Petugas BPOM secara acak menguji sampel makanan pada program Makan Bergizi Gratis di Tulungagung. Ini dilakukan untuk memastikan paket makanan aman dikonsumsi.

  • Sejumlah Siswa di Palembang Tak Mau Konsumsi Makanan Bergizi Gratis: Nggak Suka Makan Tempe – Halaman all

    Sejumlah Siswa di Palembang Tak Mau Konsumsi Makanan Bergizi Gratis: Nggak Suka Makan Tempe – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Program makan bergizi gratis yang diinisiasi oleh Presiden RI, Prabowo Subianto telah diterapkan di Kota Palembang, Sumatra Selatan.

    Namun, beberapa siswa di SD Negeri 25 Palembang menolak untuk mengonsumsi makanan yang disediakan.

    Pada Senin (6/1/2025) di SD Negeri 25 Palembang, menu yang disajikan terdiri dari nasi, tempe, tahu isi ayam atau ikan, sayur buncis, dan buah pisang.

    Namun, tidak semua siswa menyukai menu tersebut.

    Gibran, siswa kelas 3 berusia 9 tahun, mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap tempe dan tahu.

    “Saya nggak suka makan tempe tahu dan sayur buncis,” ujarnya.

    Kalaupun sayur, Gibran suka sayur kangkung.

    Ia menambahkan, sebelumnya ia juga sudah sarapan nasi goreng dan merasa masih kenyang.

    Senada dengan Gibran, Nafiza juga menolak makanan tersebut.

    “Saya nggak suka tempe dan tahu, jadi nggak makan. Tadi di rumah juga sudah makan,” katanya.

    Kendati demikian, tidak semua siswa menolak.

    Queen, salah satu siswa lainnya, justru menikmati makanan yang disediakan.

    “Saya suka makan tempe, tahu, ayam, sayur, dan buah, jadi saya makan semuanya,” jelasnya.

    Harapan untuk Menu yang Bervariasi

    Kepala Sekolah SD Negeri 25 Palembang, Wiwin Purwanti, menyatakan rata-rata siswa di sekolahnya sudah makan di rumah sebelum datang ke sekolah.

    Ia berharap agar menu makanan dalam program ini bisa lebih bervariasi.

    “Harapannya kedepan makannya lebih dimodifikasi supaya anak-anak suka. Kita juga berupaya mengedukasi anak-anak supaya mensyukuri makanan yang ada,” ungkapnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Adrianus Amri, menjelaskan menu makanan akan bervariasi, mulai dari nasi, sayur, dan buah dengan lauk yang berganti-ganti, seperti ikan, ayam, tempe, dan tahu.

    Anggaran untuk program ini adalah Rp 11 ribu untuk TK dan SD, serta Rp 15 ribu untuk SMP, yang semuanya berasal dari APBN.

    Pihak Balai BPOM Palembang juga melakukan pengecekan langsung terhadap makanan yang disajikan, dan hasilnya dinyatakan aman untuk dikonsumsi.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).