Kementrian Lembaga: BPOM

  • BPOM RI Pastikan Kawal Keamanan Pangan MBG untuk Anak di RI

    BPOM RI Pastikan Kawal Keamanan Pangan MBG untuk Anak di RI

    Jakarta

    Dalam rapat koordinasi terkait program makan bergizi gratis (MBG), beberapa Kementerian bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menekankan pentingnya keseriusan pengawalan keamanan pangan untuk anak. Kepala BPOM RI Taruna Ikrar mengatakan pihaknya memiliki peran sentral untuk menjamin keamanan pangan yang disalurkan melalui MBG.

    Taruna menuturkan aspek food safety dan security harus menjadi pondasi utama untuk menghadirkan program MBG yang lebih baik.

    “BPOM berkomitmen mengawal keamanan pangan MBG mulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi, semuanya harus memenuhi standar keamanan dan mutu. Kami juga melakukan pelatihan SDM serta sertifikasi sarana produksi untuk memastikan kualitas tetap terjaga,” kata Taruna melalui keterangan resmi yang diterima detikcom, Minggu (28/9/2025).

    BPOM RI mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah demi memperkuat pengawasan dan tindak lanjut atas setiap potensi kasus keracunan makanan. Kerjasama dari berbagai sektor, menjadi faktor penting dalam penyelenggaraan MBG yang aman.

    Rapat koordinasi itu menurut Taruna menjadi momentum penting untuk mempertegas program MBG bukan hanya soal pemenuhan gizi, tapi juga jaminan anak menerima makanan yang aman.

    “Anak-anak adalah aset bangsa. Tanggung jawab kita memastikan mereka mendapatkan makanan yang bukan hanya bergizi, tetapi juga aman. Itulah misi utama BPOM dalam mengawal program MBG,” tandasnya.

    (avk/naf)

  • Kala Prabowo Turun Tangan Bereskan Masalah Keracunan MBG

    Kala Prabowo Turun Tangan Bereskan Masalah Keracunan MBG

    Bisnis.com, JAKARTA — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi unggulan Presiden Prabowo Subianto tengah disorot imbas melonjaknya kasus keracunan yang belakangan ini terjadi. Namun, alih-alih menghentikan sementara, pemerintah memastikan program tersebut tetap berlanjut.

    Untuk menindaklanjuti maraknya temuan kasus keracunan, Presiden Prabowo pun langsung turun tangan memanggil sejumlah pejabat terkait sepulangnya dari agenda lawatan di luar negeri.

    Prabowo menegaskan bahwa kasus ribuan siswa yang keracunan MBG menjadi perhatian pemerintah dan akan dicarikan penanganan terbaik. Bahkan, dia menyebut kasus keracunan MBG ini sebagai masalah besar yang perlu segera ditangani.

    “Kita akan diskusikan. Ini masalah besar [penyediaan MBG di seluruh Indonesia] jadi pasti ada kekurangan dari awal ya. Tapi saya juga yakin bahwa kita akan selesaikan dengan baik,” kata Prabowo di Bandara Halim, Sabtu (27/9/2025).

    Pada saat yang sama, Presiden menyebut pihaknya berharap proyek makan bergizi gratis yang menyebabkan sejumlah siswa keracunan jangan sampai dipolitisir. “Kita harus waspada,” ujarnya.

    Kantor Staf Presiden sebelumnya mengungkap data terbaru terkait kasus keracunan makanan dalam program MBG. Data dari BGN menunjukkan, sebanyak 46 kasus dengan 5.080 orang mengalami keracunan per 17 September.

    Sementara itu, data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada sebanyak 60 kasus dengan 5.207 penderita per 16 September, sedangkan BPOM melaporkan 55 kasus dengan 5.320 penderita per 10 September.

    Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan bahwa penghentian program MBG hanya dilakukan secara terbatas kepada dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terindikasi terlibat dalam insiden keracunan.

    Wakil Kepala BGN Sony Sonjaya mengatakan bahwa penangguhan program MBG dilakukan secara selektif alias bukan menyeluruh. Adapun penghentian SPPG itu nantinya bakal dilakukan berbarengan dengan proses investigasi.

    “Dihentikan bagi SPPG yang terlibat. Jadi SPPG yang ketika ada keracunan langsung kan berhenti. Berhenti, lakukan investigasi. Yang dihentikan adalah SPPG yang terlibat. Yang lain kan kita kaji terus, kita perbaiki terus,” kata Sony saat ditemui di Hotel Artotel Cibubur, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025).

    Untuk itu, Sony menegaskan program MBG akan tetap dilanjutkan meski kasus keracunan melonjak “Tetap berjalan. [SPPG] yang bermasalah yang dihentikan,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, dia menjelaskan penghentian itu akan berlangsung sampai investigasi rampung. Setelahnya, barulah akan dikaji lebih lanjut apa penyebab dari kasus keracunan yang terjadi dalam program MBG.

    “Sampai investigasi selesai, kemudian nanti dikaji kembali apa sih permasalahannya. Kan tidak semuanya dipukul rata permasalahannya sama kan,” tuturnya.

    Evaluasi Total

    Di sisi lain, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda justru menyoroti masifnya kasus keracunan pada program MBG. Bahkan, Huda meminta agar program tersebut dihentikan total.

    “Dengan semakin masif kasus keracunan MBG, saya dapat katakan program MBG harus dihentikan total guna dilakukan evaluasi dan audit,” kata Huda kepada Bisnis, dikutip pada Minggu (28/9/2025).

    Huda menjelaskan, evaluasi tersebut harus mencakup segala proses produksi MBG, yakni mulai dari penyediaan bahan baku, proses memasak, penyimpanan, distribusi, pemberian ke penerima, hingga proses pencucian. 

    Selain itu, lanjut dia, evaluasi MBG juga harus didasarkan pada standar menjaga kebersihan yang sudah ditetapkan baik oleh BGN maupun instansi lainnya.

    “Banyaknya kasus keracunan dan makanan yang basi, disebabkan adanya proses yang salah, baik di sisi hulu, tengah, hingga hilirnya,” ujarnya.

    Untuk itu, Huda menyebut harus ada standar operasional yang dibuat berdasarkan keamanan makanan. Standay yang dimaksud harus didasarkan zero tolerance terhadap kasus keracunan program yang berurusan dengan kesehatan,” imbuhnya.

    Selain itu, menurut Huda, juga penting dilakukan audit keuangan dan transparansi dalam pemanfaatan dana negara, serta dilakukan secara menyeluruh.

    “Audit pertama di sistem penunjukkan mitra MBG ataupun penetapan SPPG. Badan Pemeriksa Keuangan harus masuk ke proses penetapan mitra dan SPPG di awal,” tuturnya.

    Setelahnya, audit dalam penggunaan uang pajak rakyat menjadi bahan baku hingga menjadi makanan MBG. Dalam audit ini harus mencakup daftar bahan baku berkualitas yang dibeli SPPG hingga infrastruktur penunjang.

    “Apakah benar yang dibeli adalah bahan baku berkualitas? Hingga pembelian infrastruktur penunjang di dapur SPPG dan Mitra MBG. Itu harus dicek semua apakah sesuai peruntukannya,” tuturnya.

    Polemik Food Tray

    Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai maraknya kasus keracunan MBG menunjukkan ketidaksiapan pelaksanaan pada program tersebut.

    Ketua YLKI Niti Emiliana mengatakan konsumen penerima manfaat MBG berhak mendapat keamanan, kenyamanan dan keselamatan.

    Bahkan bila perlu, sambung Niti, program MBG dilakukan penghentian sementara untuk menjamin evaluasi perbaikan secara sempurna dan menyeluruh. Sebab, dia mewanti-wanti program MBG bisa menjadi bom waktu atas keracunan makanan.

    “Jika tidak dilakukan evaluasi perbaikan secara serius dan komprehensif maka, MBG akan menjadi bom waktu bagi penerima manfaat lainnya dalam peningkatan angka kesakitan pada kasus keracunan,” ujar Niti dalam keterangan tertulis.

    Lebih lanjut, Niti juga mendesak adanya peningkatan standar higiene dan sanitasi dapur, kejelasan kehalalan food tray, serta keterlibatan tenaga ahli gizi dalam pengawasan kualitas makanan.

    “Bila terbukti food tray tersebut tidak terjamin kehalalannya, maka perlu ada penarikan dan penggantian alternatif untuk food tray,” sambungnya.

    Di samping itu, dia mendorong adanya audit sistem secara menyeluruh dari hulu ke hilir untuk memastikan keamanan pangan, termasuk pembentukan sistem pengaduan masyarakat.

    “Pemerintah wajib hadir dan bertanggung jawab terhadap setiap kasus/kerugian yang dialami oleh penerima manfaat,” pungkasnya.

  • Menkes Sebut Banyak SPPG Belum Punya Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi – Page 3

    Menkes Sebut Banyak SPPG Belum Punya Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi – Page 3

    Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) M Qodari mengungkap lebih dari 5.000 siswa yang tersebar di berbagai daerah mengalami keracunan makan bergizi gratis (MBG). Kasus terbesar terjadi di Jawa Barat.

    Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada September 2025, bahwa pada 1.379 SPPG ada sebanyak 413 yang memiliki SOP Keamanan Pangan dan 312 SPPG yang menjalankan SOP. Hal itu menjadi upaya penyelesaian masalah di setiap rangkaian peristiwa keracunan yang terjadi.

    “Dari sini kan sudah kelihatan kalau mau mengatasi masalah ini, maka kemudian SOP-nya harus ada SOP Keamanan Pangan harus ada dan dijalankan. Pada sisi lain, Kemenkes memiliki Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi, SLHS, sebagai bukti tertulis untuk pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan keamanan pangan olahan dan pangan siap saji,” tutur Qodari di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/09/2025).

    Singkatnya, lanjut Qodari, SPPG harus mempunyai SLHS dari Kemenkes sebagai upaya mitigasi dan pencegahan keracunan pada program MBG.

    “Ya ini kan contoh bagaimana satu program itu enggak bisa berdiri sendiri, terlibat juga kementerian lembaga yang lain. Berdasarkan data Kemenkes lagi, dari 8.583 SPPG per 22 September ada 34 SPPG yang sudah memiliki SLHS, 8.549 SPPG existing belum memiliki SLHS,” terangnya.

    “Hasil koordinasi dan pengecekan yang datang oleh Kedeputian III KSP, bahwa dari sisi regulasi dan aturan telah diterbitkan oleh BGN dan dibantu oleh BPOM. PR-nya adalah aktivasi dan pengawasan kepatuhan,” Qodari menandaskan.

  • BGN Larang Makanan UPF, ‘Sosis-Burger Cs’ Tak Lagi Masuk Menu MBG

    BGN Larang Makanan UPF, ‘Sosis-Burger Cs’ Tak Lagi Masuk Menu MBG

    Jakarta

    Menu makanan bergizi gratis berisi ultra processed food (UPF), spaghetti, burger, sosis, bahkan snack ramai disorot. Kekhawatiran yang muncul di balik penyediaan menu tersebut tidak lain karena kurangnya gizi yang dibutuhkan anak.

    Alih-alih bebas masalah, ada kekhawatiran kandungan tinggi gula garam dan lemak (GGL) memicu risiko kasus obesitas hingga diabetes. Teranyar, lauk MBG untuk siswa di Lumajang, Jawa Timur, dibeli dari warung atau toko kelontong seharga Rp 1 ribu per buah.

    Belakangan, puluhan pelajar SD dan SMP di Kabupaten Lampung Timur juga dilarikan ke rumah sakit usai menyantap menu MBG, keracunan pasca mengonsumsi roti sosis berjamur.

    Badan Gizi Nasional Buka Suara

    Menyoal sejumlah laporan, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyangmenegaskan pihaknya sudah melarang penyajian menu MBG dengan ultra processed food. Salah satunya juga demi membuka peluang UMKM setempat dalam proses penyediaan pangan lokal.

    “Begitu larangan ini dilaksanakan, ratusan ribu UMKM pangan akan hidup. Ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memberi gizi bagi anak bangsa, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat,” beber Nanik di Jakarta, Sabtu (27/9/2025).

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menjelaskan kebijakan ini sekaligus meluruskan misi Presiden Prabowo Subianto sejak awal meluncurkan MBG.

    Apa Saja yang Dilarang?

    Tigor merinci biskuit, roti, sereal, sosis, nugget, dan jenis pangan lain yang termasuk UPF tak boleh masuk menu MBG. Terkecuali susu di wilayah dengan keterbatasan peternakan.

    Hal yang sama diterapkan pada roti dan pangan sejenis.

    “Olahan daging (sosis, nugget, burger, dan lain-lain) mengutamakan produk lokal atau dari UMKM yang memiliki sertifikasi halal, SNI, terdaftar BPOM, serta masa edar maksimal satu minggu dari tanggal edar,” lanjutnya.

    Menurutnya, hal ini bukan hanya menjaga kualitas gizi tetapi memastikan UMKM di sektor pangan daerah juga ikut terbangun di sisi ekonomi.

    “Dengan kebijakan ini, kita bukan hanya bicara soal menu bergizi, tapi juga soal keberpihakan pada UMKM. MBG harus menjadi program yang menyehatkan sekaligus menyejahterakan,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/naf)

  • Prabowo minta kasus keracunan MBG tak dipolitisasi

    Prabowo minta kasus keracunan MBG tak dipolitisasi

    “Harus waspada, jangan sampai ini dipolitisasi,”

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto meminta kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah di tanah air tidak dipolitisasi.

    “Harus waspada, jangan sampai ini dipolitisasi,” kata Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.

    Presiden Prabowo mengatakan dirinya baru kembali dari kunjungan luar negeri selama tujuh hari, namun terus memantau perkembangan kasus tersebut.

    Kepala Negara menyampaikan akan memanggil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana beserta sejumlah pejabat terkait untuk membahas penanganan masalah ini.

    Menurut Presiden, persoalan ini merupakan masalah besar. Dirinya mengakui masih terdapat kekurangan sejak awal pelaksanaan. Namun, Prabowo menyatakan pihaknya akan menyelesaikan masalah ini dengan baik.

    “Ini masalah besar, jadi pasti ada kekurangan dari awal. Tapi saya juga yakin bahwa kita akan selesaikan dengan baik,” ucapnya.

    Presiden menambahkan bahwa tujuan utama program MBG adalah untuk membantu anak-anak yang sering kesulitan mendapatkan makanan bergizi.

    Presiden mencontohkan masih banyak anak yang hanya bisa makan nasi dengan garam. Karena itu, upaya memberikan makanan kepada jutaan anak pasti menghadapi hambatan yang harus diatasi bersama.

    “Ini yang harus kita atasi, untuk memberi makan juta pasti ada hambatan rintangan, ini kita atasi,” pungkasnya.

    Diketahui, terjadi peningkatan kasus keracunan usai mengonsumsi MBG di sejumlah daerah dalam beberapa minggu terakhir, yang mengakibatkan banyak siswa harus mendapatkan penanganan medis.

    Badan Gizi Nasional (BGN) yang menjadi leading sector program ini telah mengeluarkan keputusan terkait antisipasi kasus-kasus keracunan MBG.

    Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang menegaskan bahwa seluruh dapur mitra yang pernah terlibat kasus keracunan telah menerima surat pemberitahuan resmi.

    “Hari ini sudah kami keluarkan surat kepada semua dapur yang sebelumnya bermasalah. Proses verifikasi kini jauh lebih ketat,” katanya, Jumat (26/9).

    Sebagai bagian dari pengawasan, BGN akan mengerahkan tim inspeksi yang terdiri dari unsur BPOM, Dinas Kesehatan, dan kepolisian. Tim ini bertugas mengevaluasi langsung kondisi dapur dan memastikan pemenuhan standar yang ditetapkan dalam petunjuk teknis (juknis).

    “Jika kami menemukan dapur yang tidak memenuhi juknis, operasionalnya akan langsung dihentikan. Tidak ada toleransi dalam hal ini,” katanya.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Prabowo akan panggil Kepala BGN bahas kasus keracunan MBG

    Prabowo akan panggil Kepala BGN bahas kasus keracunan MBG

    “Saya baru dari luar negeri tujuh hari, saya monitor ada perkembangan itu. Habis ini saya langsung akan panggil Kepala BGN dengan berapa pejabat, kita akan diskusikan,”

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto akan memanggil Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana untuk membahas sejumlah kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis di sejumlah daerah di tanah air.

    “Saya baru dari luar negeri tujuh hari, saya monitor ada perkembangan itu. Habis ini saya langsung akan panggil Kepala BGN dengan berapa pejabat, kita akan diskusikan,” ujar Prabowo di Lanud Halim, Jakarta, Sabtu.

    Prabowo mengatakan program MBG pasti mengalami sejumlah kendala di awal. Apalagi ini merupakan program yang besar. Namun dia ingin kendala-kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

    “Harus waspada jangan sampai ini dipolitisasi, tujuan makan bergizi adalah untuk anak-anak kita yang sering sulit makan,” kata Presiden.

    Prabowo mengingatkan kembali tujuan dibuatnya program MBG yaitu untuk anak-anak yang sulit mendapatkan makan bergizi.

    “Mereka itu makan hanya nasi pakai garam, ini yang harus kita atasi, untuk memberi makan juga pasti ada hambatan rintangan, ini kita atasi,” kata Kepala Negara.

    Diketahui, terjadi peningkatan kasus keracunan usai mengonsumsi MBG di sejumlah daerah dalam beberapa minggu terakhir, yang mengakibatkan banyak siswa harus mendapatkan penanganan medis.

    Badan Gizi Nasional (BGN) yang menjadi leading sector program ini telah mengeluarkan keputusan terkait antisipasi kasus-kasus keracunan MBG.

    Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang menegaskan bahwa seluruh dapur mitra yang pernah terlibat kasus keracunan telah menerima surat pemberitahuan resmi.

    “Hari ini sudah kami keluarkan surat kepada semua dapur yang sebelumnya bermasalah. Proses verifikasi kini jauh lebih ketat,” katanya, Jumat (26/9).

    Sebagai bagian dari pengawasan, BGN akan mengerahkan tim inspeksi yang terdiri dari unsur BPOM, Dinas Kesehatan, dan kepolisian. Tim ini bertugas mengevaluasi langsung kondisi dapur dan memastikan pemenuhan standar yang ditetapkan dalam petunjuk teknis (juknis).

    “Jika kami menemukan dapur yang tidak memenuhi juknis, operasionalnya akan langsung dihentikan. Tidak ada toleransi dalam hal ini,” katanya.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polisi Selidiki Dugaan 130 Siswa Keracunan MBG di Sumbawa, Satu Dapur SPPG Ditutup
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        27 September 2025

    Polisi Selidiki Dugaan 130 Siswa Keracunan MBG di Sumbawa, Satu Dapur SPPG Ditutup Regional 27 September 2025

    Polisi Selidiki Dugaan 130 Siswa Keracunan MBG di Sumbawa, Satu Dapur SPPG Ditutup
    Tim Redaksi
    SUMBAWA, KOMPAS.com
    – Polisi tengah menyelidiki dugaan keracunan massal yang dialami 130 siswa usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
    Kasat Reskrim Polres Sumbawa AKP Dilia Pria Firmawan membenarkan hal tersebut. Menurut dia, langkah penyelidikan mencakup pengambilan sampel makanan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
    “Benar, saat ini kami sedang melakukan penyelidikan dugaan keracunan yang dialami ratusan siswa di Kecamatan Empang setelah menyantap menu MBG,” kata Dilia saat dikonfirmasi, Sabtu (27/9/2025).
    Ia menyebut, informasi awal diperoleh dari laporan masyarakat terkait adanya siswa sekolah di Kecamatan Empang yang mengalami gejala keracunan massal usai makan MBG. Polisi lalu bergerak cepat melakukan interogasi awal terhadap sejumlah saksi.
    “Penyidik juga langsung mendata jumlah siswa yang diduga keracunan, baik yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di dua fasilitas kesehatan terdekat, yakni Puskesmas Tarano dan Puskesmas Empang,” ujarnya.
    Polisi kemudian meninjau langsung dapur MBG di Desa Bukit Eja untuk memastikan sumber makanan yang diduga menyebabkan keracunan.
    “Kami mendata jenis menu makanan yang disajikan oleh MBG yang diduga menjadi penyebab keracunan,” sebut Dilia.
    Sebagai langkah penting, polisi mengambil sampel makanan dari dapur tersebut untuk diuji di BPOM Provinsi NTB dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa.
    “Hasil uji lab dari BPOM diperkirakan baru dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 14 hari. Pihak kepolisian saat ini masih menunggu hasil resmi tersebut untuk menentukan langkah hukum selanjutnya,” tegasnya.
    Sementara itu, dapur SPPG yang menyiapkan makanan untuk siswa terpaksa dihentikan sementara imbas kasus ini.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar Nomor Kontak Darurat Saat Kondisi Gawat, dari Ambulans hingga Pemadam Kebakaran

    Daftar Nomor Kontak Darurat Saat Kondisi Gawat, dari Ambulans hingga Pemadam Kebakaran

    Daftar nomor darurat penting: Ambulans 118/119, Pemadam 113, Polisi 110, SAR 115, Posko Bencana 129, dan Panggilan Darurat 112. Hubungi saat gawat.

    Bisnis.com, JAKARTA – Saat kondisi darurat atau gawat biasanya Anda selalu membutuhkan pertolongan.

    Selain pertolongan orang terdekat, ada juga kondisi Anda membutuhkan bantuan tim khusus seperti ambulan saat kondisi medis gawat, atau pemadam kebakaran saat terjadi kebakaran.

    Kadangkala, Anda bingung harus menghubungi siapa saat kondisi darurat tersebut, padahal layanan gawat tersebut sudah menyediakan nomor hotline yang bisa Anda hubungi.

    Berikut daftar nomor darurat yang bisa Anda hubungi saat kondisi gawat

    Ambulans (118 atau 119)
    Pemadam kebakaran = 113
    Polisi = 110
    SAR/BASARNAS = 115
    Posko bencana alam = 129
    Posko Kewaspadaan Nasional = 122
    Informasi dan perbaikan kerusakan dan gangguan listrik = 123
    Hotline Covid-19 = 119
    Palang Merah Indonesia atau PMI = (021) 7992325
    Sentra Informasi Keracunan BPOM (1500-533)
    Panggilan Darurat (112)

  • BGN soal Cuma 34 Dapur MBG yang Punya Sertifikat Higienis: Data dari Mana?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 September 2025

    BGN soal Cuma 34 Dapur MBG yang Punya Sertifikat Higienis: Data dari Mana? Nasional 27 September 2025

    BGN soal Cuma 34 Dapur MBG yang Punya Sertifikat Higienis: Data dari Mana?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang merespons soal data yang menyebut hanya 34 dari 8.583 dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang memiliki Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).
    Sebelumnya, Kepala Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari menyoroti soal 8.583 SPPG yang disebutnya hanya 34 yang memiliki SLHS.
    Nanik mengaku bahwa dirinya bingung dengan data itu. Dia pun mempertanyakan asal data yang disebutkan Qodari tersebut.
    “Kan katanya, siapa, Pak Qodari apa siapa itu nyebut. Saya juga enggak tahu data dari mana. Tapi, dalam arti saya enggak tahu Pak Qodari ini datanya dari mana,” ujar Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).
    Nanik menjelaskan, sejak awal, BGN sudah memiliki petunjuk teknis (juknis) untuk dapur umu atau SPPG.
    Menurut dia, isi dari juknis BGN ini sama saja seperti SLHS yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes).
    Dia pun memastikan hampir seluruh dapur MBG sudah memenuhi juknis yang BGN berikan untuk bisa beroperasi.
    “Jadi kontennya SLHS itu kan yang diperiksa juga IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah), kemudian sampahnya berapa meter, bagaimana udaranya, ruangannya. Kemudian, dimasukkan dalam juknis yang harus dipenuhi oleh mitra. Jadi sebetulnya, kalau sekarang ini tinggal kayak Dinkes ngelihat saja, nyamain, tinggal mengeluarkan suratnya saja,” katanya.
    Kemudian, terkait SLHS daripada dapur MBG, Nanik mengatakan bahwa masing-masing SPPG tinggal meminta ke Dinkes saja.
    Sebab, menurut dia, SPPG sudah memiliki semuanya untuk menyediakan MBG, hanya minus surat formalitas yang diminta oleh Qodari saja.
    Nanik pun kembali menekankan bahwa dia belum tahu berapa dapur MBG yang sudah memegang SLHS.
    “Ya tanya Pak Qodari, kita belum menyelidiki, saya juga enggak tahu,” ujar Nanik.
    Sebelumnya, Kepala KSP Muhammad Qodari menyoroti soal SLHS yang harus dimiliki oleh SPPG sebagai bukti pemenuhan standar mutu serta persyaratan keamanan pangan.
    Dikutip dari rilis resmi KSP, dari 8.583 SPPG atau dapur MBG, hanya 34 SPPG yang memiliki SLHS sehingga 8.549 lainnya belum mengantongi SLHS hingga 22 September 2025.
    “Jadi singkatnya, SPPG itu harus punya SLHS dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan) sebagai upaya mitigasi dan pencegahan keracunan pada program MBG,” kata Qodari, Senin (22/9/2025), dikutip dari siaran pers.
    Selain itu, Qodari juga menyoroti catatan Kemenkes terkait kesenjangan besar dalam penerapan standar keamanan pangan.
    Berdasarkan data yang diperolehnya, dari 1.379 SPPG, ternyata hanya 413 yang memiliki prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP) keamanan pangan.
    Bahkan, hanya ada 312 di antaranya yang benar-benar menerapkan SOP tersebut.
    “Dari sini kan sudah kelihatan kalau mau mengatasi masalah ini, maka kemudian SOP-nya harus ada, SOP keamanan pangan harus ada dan dijalankan,” ujar Qodari.
    Qodari pun menegaskan, setiap SPPG wajib memiliki SOP dan SLHS sebagai prasyarat operasional.
    Berdasarkan hasil koordinasi KSP dengan kementerian terkait, sebetulnya sudah ada regulasi yang diterbitkan oleh BGN dengan dukungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
    Namun, aspek pengawasan dan kepatuhan masih menjadi tantangan terbesarnya.
    “Bahwa dari sisi regulasi dan aturan telah diterbitkan oleh BGN dan dibantu oleh BPOM, PR (pekerjaan rumah)-nya adalah sisi aktivasi dan pengawasan kepatuhan,” kata Qodari.
    Dalam kesempatan itu, Qodari menegaskan pentingnya langkah cepat dan tegas untuk mencegah kasus keracunan pangan dalam program MBG setelah banyaknya kasus keracunan di berbagai wilayah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 4 Makanan-Minuman Ini Dipercaya Bisa Atasi Keracunan, Faktanya Belum Ada Bukti Ilmiah

    4 Makanan-Minuman Ini Dipercaya Bisa Atasi Keracunan, Faktanya Belum Ada Bukti Ilmiah

    Jakarta

    Kasus keracunan makanan kembali menjadi sorotan di Indonesia. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sepanjang tahun 2025 sempat diwarnai sejumlah kasus keracunan di berbagai daerah. Menurut laporan Badan Gizi Nasional (BGN), hingga September 2025 sudah tercatat lebih dari 4.700 penerima manfaat mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut faktor penyebab utamanya antara lain kualitas bahan mentah yang kurang baik, penyimpanan makanan di suhu yang tidak aman, serta proses pengolahan yang tidak sesuai standar.

    Kejadian ini memicu keresahan publik. Tak sedikit yang kemudian mencari cara cepat untuk mengatasi keracunan makanan, misalnya dengan minum air kelapa, makan kacang hijau, minum susu, hingga ramuan jahe madu. Informasi semacam ini cepat menyebar dan banyak dipercaya, seolah bisa menjadi solusi darurat di rumah.

    Namun, apakah benar makanan dan minuman tersebut mampu mencegah atau mengatasi keracunan makanan? Berikut ini ulasannya.

    1. Air Kelapa

    Air kelapa merupakan minuman yang paling sering didengar dapat mengatasi keracunan makanan. Faktanya, air kelapa tidak mampu mengatasi atau menyembuhkan keracunan makanan secara langsung.

    Air kelapa dikenal sebagai minuman alami yang menyegarkan dan membantu mengembalikan cairan tubuh. Kandungan elektrolit seperti kalium dan natrium bermanfaat menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat muntah atau diare.

    Memang ada studi yang menemukan air kelapa memiliki sifat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare yaitu Shigella sp., tetapi belum ada penelitian lanjut apakah efektif membunuh bakteri yang sudah berlimpah di saluran pencernaan atau mengatasi toksin yang dikeluarkan oleh bakteri.

    Klaim bahwa air kelapa bisa menetralisir racun secara langsung belum terbukti dalam penelitian klinis. Jadi, air kelapa lebih tepat dipandang sebagai minuman pendukung hidrasi, bukan untuk mengatasi keracunan makanan.

    2. Jahe + Madu

    Ramuan jahe madu kerap digunakan secara tradisional untuk “mengobati keracunan. Faktanya, jahe memang terbukti efektif mengurangi mual dan muntah. Sebuah meta-analisis pada International Journal of Food Science and Nutrition tahun 2024 menyimpulkan konsumsi jahe dapat meredakan mual dan muntah. Sedangkan, madu mengandung antioksidan alami dan dapat memberikan energi yang cepat, karena biasanya orang yang keracunan makanan mengalami lemas.

    Meski bermanfaat, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan jahe dan madu bisa mengikat atau menetralisir racun dalam tubuh. Ramuan ini lebih tepat digunakan sebagai pereda gejala, misalnya mengurangi rasa mual saat keracunan, tetapi tidak bisa dianggap sebagai penangkal keracunan makanan.

    3. Susu

    Ada anggapan bahwa susu dapat membantu mengatasi keracunan makanan. Sayangnya, hal ini justru berbahaya dalam beberapa kasus. Pemberian susu pada keracunan makanan tertentu malah bisa memperburuk kondisi, misalnya mempercepat penyerapan zat toksin dari bakteri atau malah mempercepat pertumbuhan bakteri.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laktosa yang terkandung di dalam susu dapat digunakan oleh bakteri sebagai sumber energi. Jadi, kalau sudah keracunan makanan, ada indikasi kuat disebabkan oleh bakteri. Jika diatasi dengan minum susu, malah akan memungkinkan bakteri jahat berkembang lebih banyak di dalam saluran pencernaan.

    4. Kacang Hijau

    Kacang hijau kaya protein nabati, vitamin, mineral, dan antioksidan. Beberapa orang percaya bubur kacang hijau dapat menetralkan racun dalam tubuh. Faktanya, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan kacang hijau bisa mengikat racun dari makanan.

    Kandungan serat dan antioksidannya memang mendukung kesehatan pencernaan dan sistem imun, tetapi tidak berfungsi sebagai penawar keracunan yang disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi.

    Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?

    Dari berbagai pilihan makanan dan minuman yang beredar, belum ada satupun yang terbukti secara ilmiah mampu menangkal atau menyembuhkan keracunan makanan. Klaim tersebut sebagian besar adalah mitos.

    Yang dapat dilakukan ketika terjadi keracunan adalah:

    Menjaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi (misalnya dengan air putih atau oralit).Menghindari makanan dan minuman yang justru bisa memperparah kondisi.Segera mencari pertolongan medis bila gejala berat muncul, seperti muntah hebat, diare terus-menerus, atau demam tinggi.

    Kasus keracunan massal, termasuk dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), menunjukkan bahwa keamanan pangan adalah isu krusial yang harus mendapat perhatian serius. Dengan memahami fakta ini, kita dapat lebih bijak dalam memilah informasi. Alih-alih bergantung pada makanan atau minuman yang dapat menyembuhkan keracunan makanan yang belum terbukti, langkah yang lebih bijak adalah segera mencari pertolongan medis jika gejala keracunan muncul.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video KuTips: Catat Pertolongan Pertama Jika Anak Keracunan Makanan!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)