Selain uji laboratorium, BPOM RI menemukan adanya ketidakpatuhan gudang importir dan distribusi dalam peredaran produk jajanan impor asal China, Latiao. Untuk keamanan masyarakat, Latiao yang sudah terkonfirmasi bakteri Bacillus cereus akan ditarik dan dimusnahkan, sementara produk lain yang masih dalam tahap pengujian peredarannya akan diamankan.
Kementrian Lembaga: BPOM
-

BPOM Umumkan Nasib Peredaran Anggur Muscat China Pekan Depan
Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan mengumumkan hasil uji laboratorium terhadap impor anggur shine muscat dari China yang diduga memiliki kandungan residu kimia berbahaya pada pekan depan, tepatnya pada Senin (5/11/2024).
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Badan Karantina Indonesia (Baranti).
“Hasil lab itu akan menjadi keputusan kami. Kita akan umumkan hari Senin. Mudah-mudahan jam 10 pagi kita konferensi pers lagi mengumumkan,” kata Taruna di Kantor BPOM, Jumat (1/11/2024).
Dia menerangkan bahwa BPOM telah memiliki data tersier dari negara asal yaitu China. Untuk data sekunder telah diterima dari Bapanas dan kementerian/lembaga terkait.
“Untuk primer, itu tim kami lagi bekerja, dan rencananya kemungkinan hari Minggu sudah hasil lab-nya keluar,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono ikut merespons soal anggur muscat dari China yang disebut memiliki kandungan residu kimia melebihi tingkat diizinkan.
Sudaryono menyebut, pihaknya bakal menunggu hasil kajian dan BPOM sebelum memutuskan apabila akan melarang anggur tersebut di Indonesia.
“Nah, kita lagi nunggu hasil dari BPOM ya untuk pengecekan ya. Intinya ya kita kalau memang di situ ada pelanggaran atau di situ ada kandungannya, tentu akan kita kaji dan akan kita larang,” ucapnya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Sudaryono menjelaskan, kementeriannya memiliki wewenang untuk memberikan rekomendasi impor terhadap suatu produk hortikultura. Rekomendasi itu diberikan kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk penerbitan persetujuan impor.
-

BPOM RI Ungkap Sumber Cemaran Bakteri di Jajanan Viral La Tiao China
Jakarta –
Jajanan viral la tiao China marak beredar di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) melaporkan sedikitnya tujuh kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat la tiao, camilan pedas yang digemari banyak anak.
Dari hasil pengujian laboratorium pada empat jenis la tiao, ditemukan bakteri bacillus cereus yang bisa memicu sejumlah keluhan akibat cemaran, yakni mual, diare, muntah, hingga sesak napas. Namun, sebagai kehati-hatian, Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menekankan akan menarik sementara 73 produk yang terdaftar di BPOM RI hingga benar-benar dipastikan aman beredar.
Waktu penarikan disebut akan berlangsung selama sepekan. Dari mana cemarannya?
“Harusnya kalau produk belum kedaluwarsa, tidak tumbuh bakteri, tetapi kenyataannya kan tumbuh bakteri dari hasil uji laboratorium. Berarti sebetulnya ini bisa jadi dari bahan pangan yang ada di dalam kemasan,” beber Taruna dalam konferensi pers, Jumat (1/11/2024).
“Bisa juga karena aspek suhu, udara, atau aspek sterilitas waktu dikemas, akhirnya tumbuh, dari bahan itu,” lanjut dia.
Taruna juga menyoroti cara pembuatan pangan olahan yang baik (CPPOB) yang bisa diawasi pemerintah. Mengingat, produk tersebut adalah impor, BPOM RI tentu tidak memiliki wewenang untuk memantau kondisi pengemasan sebelum diedarkan.
“Pabriknya di China, berarti itu BPOM RI, tentu tidak mengeluarkan CPOB, yang ada adalah bahan pangan olahan impor, tetapi sebagai tanggung jawab BPOM terhadap kejadian ini, makanya kita bersihkan kejadian ini,”
“Kita melakukan investigasi lebih dalam dan kita tarik sementara semua produk,” pungkasnya.
(naf/kna)
-

Menjawab Tudingan ‘Persaingan Bisnis’ di Balik Isu Bahaya BPA
Jakarta –
Edukasi tentang bahaya Bisphenol A (BPA) kerap dibenturkan dengan isu persaingan bisnis. Seolah, kebijakan yang mengatur penggunaan BPA dalam kemasan plastik hanya menguntungkan produsen tertentu yang tidak menggunakan bahan tersebut.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Ulul Albab, SpOG mengingatkan semua pihak untuk fokus pada upaya melindungi masyarakat dari dampak kesehatan. Bagaimanapun, riset-riset yang membuktikan risiko paparan BPA bagi kesehatan sudah banyak dipublikasikan di jurnal ilmiah.
Soal isu persaingan bisnis, dr Ulul menilainya sebagai hal yang wajar. Pemahaman baru yang dianggap mengganggu kestabilan, biasanya memang akan berhadapan dengan upaya-upaya pembelokan seperti itu.
“Dulu ketika COVID, ketika belum tahu banyak yang meninggal, maka isu COVID itu dibelokkan dengan isu yang macam-macam,” kata dr Ulul mencontohkan.
Faktanya, pemeriksaan BPOM pada fasilitas produksi air minum berkemasan polikarbonat periode 2021-2022 menunjukkan, kadar BPA yang bermigrasi pada air minum lebih dari 0,6 ppm (standar BPOM) meningkat berturut-turut hingga 4,58 persen. Begitu pula dengan hasil pengujian migrasi BPA di ambang 0,05-0,6 ppm, meningkat berturut-turut hingga 41,56 persen.
Sementara itu di negara maju, European Food Safety Authority (EFSA) makin memperkecil batas aman paparan BPA pada manusia. Jika pada 2015 badan ini telah menetapkan Tolerable Daily Intake (TDI) sebesar 4 mikrogram/kg berat badan/hari, pada April 2023 batas tersebut diturunkan lagi menjadi 0,2 nanogram/kg berat badan/hari atau sekitar 20 ribu kali lebih rendah.
Peserta detikcom Leaders Forum membahas kontroversi BPA. Foto: Rifkianto Nugroho/detikHealth
Di sisi lain, perilaku pengguna galon air guna ulang sulit untuk dikontrol sehingga dapat meningkatkan risiko lepasnya partikel BPA. Temuan Asosiasi Pemasok dan Distributor Depot Air Minum Indonesia (Apdamindo) menyebut, banyak warga masih menggunakan galon berusia 10-15 tahun hingga warnanya kekuningan.
Menurut dr Ulul, penggunaan BPA dalam kemasan makanan dan minuman dipermasalahkan bukan hanya di Indonesia. Banyak negara lain juga mempermasalahkan risikonya bagi kesehatan sehingga perlu diatur.
“Posisi IDI sebagai lembaga profesi untuk para dokter adalah kita menyampaikan bahwa hal yang sebenar-benarnya. Apakah itu diterima atau tidak? Itu adalah nomor dua, tapi yang pasti kita harus berani menyampaikan bahwa ini adalah masalah lho, terkait yang dialami oleh masyarakat dan harus kita suarakan,” jelasnya.
Sementara itu, pakar polimer Universitas Indonesia Prof Dr Mochamad Chalid, SSi, MScEng menjelaskan, BPA dalam industri plastik digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan plastik jenis polikarbonat (PC). Menurutnya, penggunaan yang tidak terkontrol berisiko menyebabkan leaching atau luruhnya partikel BPA.
“Ibaratnya, polimer seperti untaian kalung. Satu mata rantai dari kalung tersebut di antaranya adalah BPA. Pada saat digunakan, akan sangat mungkin tali tersebut ada yang copot, sehingga menimbulkan permasalahan,” jelas Prof Chalid dalam diskusi detikcom Leaders Forum di Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2024).
Prof Chalid mengingatkan, ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya leaching atau peluruhan BPA dalam kemasan polikarbonat ke dalam air minum di dalamnya. Misalnya seperti paparan cahaya matahari dalam proses distribusi, suhu tinggi, hingga proses pencucian.
“Bisa jadi karena faktor penggunaannya, faktor transportasi dari sistem produksi sampai kepada masyarakat, kepada retail, kemudian konsumen, kemudian konsumen itu dipakai lagi, kemudian digunakan ulang, setelahnya dibersihkan lagi, dan seterusnya,” kata Prof Chalid.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Ulul Albab, SpOG, mengatakan dampak klinis paparan BPA sudah dibuktikan dalam banyak jurnal ilmiah. Salah satunya terkait fertilitas atau kesuburan, karena sifat BPA dapat mengganggu keseimbangan hormon.
(avk/up)
-

Geger KLB Keracunan Pangan gegara Jajanan La Tiao, Ini Wilayah RI yang Terdampak
Jakarta –
Belakangan terjadi Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLB KP) di sejumlah wilayah Indonesia. Disebut keracunan pangan tersebut berasal dari makanan impor asal China, la tiao.
“Produk pangan la tiao yang diduga menyebabkan KLB keracunan pangan ini adalah produk pangan olahan yang berbahan dasar tepung, dan memiliki karakteristik tekstur kenyal serta rasa pedas gurih. Produk pangan olahan la tiao dimaksudkan terdaftar di BPOM sebagai produk impor yang diproduksi di China,” Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar.
Taruna mengatakan pihaknya menerima laporan keracunan pangan diduga imbas konsumsi makanan tersebut. Beberapa wilayah yang melaporkan KLB keracunan pangan di antaranya:
LampungSukabumiWonosoboTangerang SelatanBandung baratPamekasanRiau
Imbas menerima sejumlah laporan tersebut, BPOM langsung mengambil tindakan cepat bersama pihak-pihak terkait di masing-masing wilayah untuk mengambil pengambilan sampel pangan dan pengujian laboratorium.
Langkah cepat dan tanggap KLB, tentu sebagai lembaga yang bertanggung jawab pada rakyat, kami ingin melindungi rakyat sehingga badan POM mengambil tindakan cepat bersama pihak terkait di masing-masing wilayah melalui pengambilan sampel pangan, dan pengujian laboratorium.
“Hasil pengujian laboratorium berdasarkan pengujian pada produk yang menyebabkan KLB KP kami menemukan indikasi kontaminasi bakteri bacillus cereus pada produk la tiao,” katanya.
Taruna mengatakan bakteri tersebut menyebabkan gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, muntah, sesuai laporan dari korban. Pihaknya pun telah menginstruksikan agar produk la tiao yang diduga menyebabkan KLB keracunan pangan untuk ditarik dan dimusnahkan.
“Kami meminta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ke BPOM dan kami akan terus memantau kepatuhan mereka,” tandasnya.
(suc/up)
-

Jakpus rutin cek pasar untuk pastikan harga pangan tetap aman
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Pusat rutin melakukan pengecekan ke pasar-pasar tradisional, swalayan dan pasar lokasi binaan di wilayah tersebut untuk memastikan harga pangan aman dan terkendali.
“Kita rutin melakukan pengawasan pangan di pasar-pasar satu bulan sekali, semua kita cek mulai dari standar keamanan, stok dan juga harganya,” kata Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan
(KPKP) Kota Administrasi Jakarta Pusat, Penty Yunesi Pudyastuti di Jakarta, Jumat.Penty menyebutkan, setiap melakukan pengawasan pangan pihaknya juga memonitor melalui Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) di wilayah ataupun penyuluh dan seksi terkait.
Menurut Penty, ada beberapa pangan yang memiliki keadaan harga tidak tetap, bisa naik atau turun (fluktuasi). Seperti bawang merah, bawang putih, ayam, telur ayam, minyak goreng, cabai rawit merah, cabai merah keriting dan daging sapi.
Naik-turunnya harga pangan, kata Penty, bisa disebabkan beberapa faktor. Antara lain permintaan yang lebih tinggi dibandingkan penawaran, beberapa momentum seperti saat bulan Ramadhan, akhir tahun ataupun faktor cuaca.
Baca juga: Sudin KPKP Jakpus lakukan pengawasan pangan di pusat perbelanjaan
Setiap minggunya, menurut dia, biasanya yang sering fluktuasi harga bahan pokok tersebut. “Kalau ga naik ya turun, atau bisa juga stabil, tapi semua harga pangan masih masuk kategori aman terkendali,” ujar Penty.
Penty menyebutkan, harga bawang merah minggu ini berkisar Rp35 ribu per kilogram (kg), bawang putih bonggol Rp40 ribu, ayam ras Rp40 ribu, telur ayam Rp26 ribu per kg.
Minyak goreng Rp17 ribu per liter (1 botol), cabai rawit merah Rp50 ribu per kg, cabai merah keriting Rp45 ribu dan daging sapi kisaran Rp130-140 ribu per kg.
“Kalau telur dibandingkan minggu kemarin itu mengalami penurunan harga, dari Rp28 ribu per kg, jadi Rp26 ribu per kg,” katanya.
Sudin KPKP Jakarta Pusat bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta dan Dinas Kesehatan atau Suku Dinas Kesehatan juga sudah melakukan pengawasan keamanan pangan terpadu di beberapa pasar yang ada di Jakarta Pusat pada Selasa (8/10).
Kesimpulan dari hasil pengujian dan pemeriksaan bahan pangan usai diuji coba, yakni seluruh sampel layak dikonsumsi 100 persen.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (pemda) untuk mewaspadai kenaikan harga lima komoditas pangan dengan mengecek langsung harga komoditas di daerah masing-masing.
Adapun lima komoditas itu, yakni bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, jagung, dan minyak goreng. Langkah mengawasi komoditas tersebut menjadi bagian dari strategi pengendalian inflasi.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024

