Kementrian Lembaga: BPOM

  • BPOM Tarik Camilan Latiao Asal China yang Terkontaminasi Bakteri

    BPOM Tarik Camilan Latiao Asal China yang Terkontaminasi Bakteri

    Selain uji laboratorium, BPOM RI menemukan adanya ketidakpatuhan gudang importir dan distribusi dalam peredaran produk jajanan impor asal China, Latiao. Untuk keamanan masyarakat, Latiao yang sudah terkonfirmasi bakteri Bacillus cereus akan ditarik dan dimusnahkan, sementara produk lain yang masih dalam tahap pengujian peredarannya akan diamankan.

  • Telanjur Beli Jajanan Viral La Tiao China? BPOM: Dibuang, Jangan Dimakan!

    Telanjur Beli Jajanan Viral La Tiao China? BPOM: Dibuang, Jangan Dimakan!

    Jakarta

    Kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat jajanan viral la tiao China dilaporkan di sejumlah daerah termasuk Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Pamekasan, hingga Riau. Korban didominasi usia anak sekolah dasar.

    Meski begitu, jajanan viral tersebut sebetulnya marak dikonsumsi melalui hand carry atau bawaan langsung dari negara asalnya, China. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Taruna Ikrar meminta masyarakat sementara berhenti mengonsumsi camilan viral tersebut hingga hasil investigasi benar-benar selesai.

    Pasalnya, dalam empat jajanan viral la tiao ditemukan bakteri bacillus cereus yang bisa memicu sejumlah keluhan mulai dari mual, muntah, hingga fatalnya sesak napas.

    “Sebaiknya kalau dia bawa tentengan dari luar negeri, jajanan camilan la tiao, dibuang saja, jangan dimakan, bila dimakan masih ada risiko terjadi seperti di 7 lokasi KLB keracunan pangan,” ungkap Taruna dalam konferensi pers, Jumat (1/10/2024).

    “Jadi tujuan kami itu untuk mengingatkan bagi masyarakat tentu yang sudah menyimpan, segera dibuang, tidak perlu dimakan mengingat ada risikonya. Dari 73 produk yang terdaftar di BPOM, juga kami hold sementara peredarannya,” pungkas dia.

    Adapun empat jenis la tiao yang ditemukan mengandung bakteri tersebut adalah:

    C&j Candy Joy LatiaoLuvmi Hot Spicy LatiaoKK Boy LatiaoLianggui Latiao

    (naf/kna)

  • BPOM Umumkan Nasib Peredaran Anggur Muscat China Pekan Depan

    BPOM Umumkan Nasib Peredaran Anggur Muscat China Pekan Depan

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan mengumumkan hasil uji laboratorium terhadap impor anggur shine muscat dari China yang diduga memiliki kandungan residu kimia berbahaya pada pekan depan, tepatnya pada Senin (5/11/2024). 

    Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Badan Karantina Indonesia (Baranti). 

    “Hasil lab itu akan menjadi keputusan kami. Kita akan umumkan hari Senin. Mudah-mudahan jam 10 pagi kita konferensi pers lagi mengumumkan,” kata Taruna di Kantor BPOM, Jumat (1/11/2024). 

    Dia menerangkan bahwa BPOM telah memiliki data tersier dari negara asal yaitu China. Untuk data sekunder telah diterima dari Bapanas dan kementerian/lembaga terkait. 

    “Untuk primer, itu tim kami lagi bekerja, dan rencananya kemungkinan hari Minggu sudah hasil lab-nya keluar,” ujarnya. 

    Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono ikut merespons soal anggur muscat dari China yang disebut memiliki kandungan residu kimia melebihi tingkat diizinkan.  

    Sudaryono menyebut, pihaknya bakal menunggu hasil kajian dan BPOM sebelum memutuskan apabila akan melarang anggur tersebut di Indonesia.  

    “Nah, kita lagi nunggu hasil dari BPOM ya untuk pengecekan ya. Intinya ya kita kalau memang di situ ada pelanggaran atau di situ ada kandungannya, tentu akan kita kaji dan akan kita larang,” ucapnya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).  

    Sudaryono menjelaskan, kementeriannya memiliki wewenang untuk memberikan rekomendasi impor terhadap suatu produk hortikultura. Rekomendasi itu diberikan kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk penerbitan persetujuan impor.

  • BPOM Tarik Sementara Izin Edar Snack China Latiao Buntut Kasus Keracunan

    BPOM Tarik Sementara Izin Edar Snack China Latiao Buntut Kasus Keracunan

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap kejadian luar biasa keracunan pangan (KLBKP) terhadap produk impor pangan olahan ‘Latiao’ yang diproduksi di China. 

    Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, terdapat 73 produk Latiao yang telah mendapatkan izin edar dari BPOM. Namun, baru empat produk yang terbukti menyebabkan keracunan. 

    “Hasil pengujian laboratorium berdasarkan pengujian terhadap produk yang diduga menyebabkan KLBKP, kami menemukan indikasi kontaminasi bakteri bacilus serius pada produk Latiao,” kata Taruna di Kantor BPOM, Jumat (1/11/2024). 

    Bakteri tersebut menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual muntah sesuai laporan dari korban. 

    Dia pun menyebutkan keempat produk Latiao yang dimaksud yaitu Luvmi Hot Spicy Latiao, C&J Candy Joy Latiao, KK Boy Latiao, dan Lianggui Latiao. Keempat produk ini telah ditarik peredarannya dari pasar dan izin edarnya ditahan. 

    “Ada lima importirnya, tapi nanti kita akan telusuri produk yang menyebabkan itu dari importir yang mana,” imbuhnya. 

    BPOM telah menerima laporan terkait keracunan pangan Latiao yang terjadi di beberapa wilayah indonesia, yaitu Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan dan Riau. 

    “Kami memeriksa sarana peredaran terhadap gudang importir dan distribusi setelah diperiksa dan memastikan pihak tersebut wajib cara peredaran pangan olahan yang baik [CPPOB] hasilnya menunjukkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang semakin menegaskan pentingnya tindakan segera sebagai langkah koreksi,” ujarnya. 

    Langkah yang telah dilakukan yaitu BPOM telah menyurati Kemenkominfo untuk takedown produk Latiao yang beredar di e-commerce. Pihaknya juga melakukan penarikan dan pemusnahan produk Latiao yang terbukti menyebabkan keracunan. 

    “Kami minta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ini kepada BPOM, dan kami akan terus memantau kepatuhan mereka,” jelasnya. 

    Dalam rangka pencegahan BPOM juga melakukan pengamanan sementara seluruh produk Latiao dari peredaran dan menangguhkan sementara registrasi dan importasi produk pangan Latiao. 

    “Itu dua langkah pencegahan sambil kita menelusuri lebih lanjut sampai proses pemeriksaan dan pengujian selesai,” tegasnya. 

  • Telanjur Beli Jajanan Viral La Tiao China? BPOM: Dibuang, Jangan Dimakan!

    BPOM RI Ungkap Sumber Cemaran Bakteri di Jajanan Viral La Tiao China

    Jakarta

    Jajanan viral la tiao China marak beredar di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) melaporkan sedikitnya tujuh kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat la tiao, camilan pedas yang digemari banyak anak.

    Dari hasil pengujian laboratorium pada empat jenis la tiao, ditemukan bakteri bacillus cereus yang bisa memicu sejumlah keluhan akibat cemaran, yakni mual, diare, muntah, hingga sesak napas. Namun, sebagai kehati-hatian, Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menekankan akan menarik sementara 73 produk yang terdaftar di BPOM RI hingga benar-benar dipastikan aman beredar.

    Waktu penarikan disebut akan berlangsung selama sepekan. Dari mana cemarannya?

    “Harusnya kalau produk belum kedaluwarsa, tidak tumbuh bakteri, tetapi kenyataannya kan tumbuh bakteri dari hasil uji laboratorium. Berarti sebetulnya ini bisa jadi dari bahan pangan yang ada di dalam kemasan,” beber Taruna dalam konferensi pers, Jumat (1/11/2024).

    “Bisa juga karena aspek suhu, udara, atau aspek sterilitas waktu dikemas, akhirnya tumbuh, dari bahan itu,” lanjut dia.

    Taruna juga menyoroti cara pembuatan pangan olahan yang baik (CPPOB) yang bisa diawasi pemerintah. Mengingat, produk tersebut adalah impor, BPOM RI tentu tidak memiliki wewenang untuk memantau kondisi pengemasan sebelum diedarkan.

    “Pabriknya di China, berarti itu BPOM RI, tentu tidak mengeluarkan CPOB, yang ada adalah bahan pangan olahan impor, tetapi sebagai tanggung jawab BPOM terhadap kejadian ini, makanya kita bersihkan kejadian ini,”

    “Kita melakukan investigasi lebih dalam dan kita tarik sementara semua produk,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Menjawab Tudingan ‘Persaingan Bisnis’ di Balik Isu Bahaya BPA

    Menjawab Tudingan ‘Persaingan Bisnis’ di Balik Isu Bahaya BPA

    Jakarta

    Edukasi tentang bahaya Bisphenol A (BPA) kerap dibenturkan dengan isu persaingan bisnis. Seolah, kebijakan yang mengatur penggunaan BPA dalam kemasan plastik hanya menguntungkan produsen tertentu yang tidak menggunakan bahan tersebut.

    Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Ulul Albab, SpOG mengingatkan semua pihak untuk fokus pada upaya melindungi masyarakat dari dampak kesehatan. Bagaimanapun, riset-riset yang membuktikan risiko paparan BPA bagi kesehatan sudah banyak dipublikasikan di jurnal ilmiah.

    Soal isu persaingan bisnis, dr Ulul menilainya sebagai hal yang wajar. Pemahaman baru yang dianggap mengganggu kestabilan, biasanya memang akan berhadapan dengan upaya-upaya pembelokan seperti itu.

    “Dulu ketika COVID, ketika belum tahu banyak yang meninggal, maka isu COVID itu dibelokkan dengan isu yang macam-macam,” kata dr Ulul mencontohkan.

    Faktanya, pemeriksaan BPOM pada fasilitas produksi air minum berkemasan polikarbonat periode 2021-2022 menunjukkan, kadar BPA yang bermigrasi pada air minum lebih dari 0,6 ppm (standar BPOM) meningkat berturut-turut hingga 4,58 persen. Begitu pula dengan hasil pengujian migrasi BPA di ambang 0,05-0,6 ppm, meningkat berturut-turut hingga 41,56 persen.

    Sementara itu di negara maju, European Food Safety Authority (EFSA) makin memperkecil batas aman paparan BPA pada manusia. Jika pada 2015 badan ini telah menetapkan Tolerable Daily Intake (TDI) sebesar 4 mikrogram/kg berat badan/hari, pada April 2023 batas tersebut diturunkan lagi menjadi 0,2 nanogram/kg berat badan/hari atau sekitar 20 ribu kali lebih rendah.

    Peserta detikcom Leaders Forum membahas kontroversi BPA. Foto: Rifkianto Nugroho/detikHealth

    Di sisi lain, perilaku pengguna galon air guna ulang sulit untuk dikontrol sehingga dapat meningkatkan risiko lepasnya partikel BPA. Temuan Asosiasi Pemasok dan Distributor Depot Air Minum Indonesia (Apdamindo) menyebut, banyak warga masih menggunakan galon berusia 10-15 tahun hingga warnanya kekuningan.

    Menurut dr Ulul, penggunaan BPA dalam kemasan makanan dan minuman dipermasalahkan bukan hanya di Indonesia. Banyak negara lain juga mempermasalahkan risikonya bagi kesehatan sehingga perlu diatur.

    “Posisi IDI sebagai lembaga profesi untuk para dokter adalah kita menyampaikan bahwa hal yang sebenar-benarnya. Apakah itu diterima atau tidak? Itu adalah nomor dua, tapi yang pasti kita harus berani menyampaikan bahwa ini adalah masalah lho, terkait yang dialami oleh masyarakat dan harus kita suarakan,” jelasnya.

    Sementara itu, pakar polimer Universitas Indonesia Prof Dr Mochamad Chalid, SSi, MScEng menjelaskan, BPA dalam industri plastik digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan plastik jenis polikarbonat (PC). Menurutnya, penggunaan yang tidak terkontrol berisiko menyebabkan leaching atau luruhnya partikel BPA.

    “Ibaratnya, polimer seperti untaian kalung. Satu mata rantai dari kalung tersebut di antaranya adalah BPA. Pada saat digunakan, akan sangat mungkin tali tersebut ada yang copot, sehingga menimbulkan permasalahan,” jelas Prof Chalid dalam diskusi detikcom Leaders Forum di Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2024).

    Prof Chalid mengingatkan, ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya leaching atau peluruhan BPA dalam kemasan polikarbonat ke dalam air minum di dalamnya. Misalnya seperti paparan cahaya matahari dalam proses distribusi, suhu tinggi, hingga proses pencucian.

    “Bisa jadi karena faktor penggunaannya, faktor transportasi dari sistem produksi sampai kepada masyarakat, kepada retail, kemudian konsumen, kemudian konsumen itu dipakai lagi, kemudian digunakan ulang, setelahnya dibersihkan lagi, dan seterusnya,” kata Prof Chalid.

    Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Ulul Albab, SpOG, mengatakan dampak klinis paparan BPA sudah dibuktikan dalam banyak jurnal ilmiah. Salah satunya terkait fertilitas atau kesuburan, karena sifat BPA dapat mengganggu keseimbangan hormon.

    (avk/up)

  • Telanjur Beli Jajanan Viral La Tiao China? BPOM: Dibuang, Jangan Dimakan!

    BPOM Tarik La Tiao Jajanan Asal China gegara Ada Kontaminasi Bakteri, Picu Keracunan

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melaporkan adanya kontaminasi bakteri pada produk jajanan la tiao. Diketahui, jajanan tersebut menyebabkan kejadian luar biasa keracunan pangan (KLBKP) di sejumlah daerah, seperti Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau.

    Berdasarkan hasil uji laboratorium, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengungkapkan la tiao yang dijual di pasaran memiliki indikasi bakteri bacillus cereus, yang menghasilkan toksin dan memicu beberapa gejala pada korban.

    “Produk ini menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, muntah, sesuai dengan laporan dari korban,” kata Taruna Ikrar dalam konferensi pers, Jumat (1/11/2024).

    Menindaklanjuti temuan tersebut, pihak BPOM telah berkoordinasi dengan pihak terkait tentang peredaran la tiao di pasaran. Taruna menyebut telah memeriksa gudang importir dan distribusi terkait cara peredaran pangan olahan yang baik atau CPerPOB.

    Hasilnya menunjukkan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang semakin menegaskan pentingnya tindakan segera sebagai langkah koreksi.

    “Sebagai langkah koreksi kami, yang pertama dan pengawasan karena barang ini dijual secara online, kami meminta kepada pihak terkait dan kementerian terkait untuk takedown produk online,” terang Taruna.

    Selain itu, BPOM juga akan melakukan penarikan dan pemusnahan produk la tiao yang menyebabkan KLB berdasarkan data-data yang didapat di lapangan.

    “Kami minta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ini kepada BPOM, dan kami akan terus memantau kepatuhan mereka,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Geger KLB Keracunan Pangan gegara Jajanan La Tiao, Ini Wilayah RI yang Terdampak

    Geger KLB Keracunan Pangan gegara Jajanan La Tiao, Ini Wilayah RI yang Terdampak

    Jakarta

    Belakangan terjadi Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLB KP) di sejumlah wilayah Indonesia. Disebut keracunan pangan tersebut berasal dari makanan impor asal China, la tiao.

    “Produk pangan la tiao yang diduga menyebabkan KLB keracunan pangan ini adalah produk pangan olahan yang berbahan dasar tepung, dan memiliki karakteristik tekstur kenyal serta rasa pedas gurih. Produk pangan olahan la tiao dimaksudkan terdaftar di BPOM sebagai produk impor yang diproduksi di China,” Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar.

    Taruna mengatakan pihaknya menerima laporan keracunan pangan diduga imbas konsumsi makanan tersebut. Beberapa wilayah yang melaporkan KLB keracunan pangan di antaranya:

    LampungSukabumiWonosoboTangerang SelatanBandung baratPamekasanRiau

    Imbas menerima sejumlah laporan tersebut, BPOM langsung mengambil tindakan cepat bersama pihak-pihak terkait di masing-masing wilayah untuk mengambil pengambilan sampel pangan dan pengujian laboratorium.

    Langkah cepat dan tanggap KLB, tentu sebagai lembaga yang bertanggung jawab pada rakyat, kami ingin melindungi rakyat sehingga badan POM mengambil tindakan cepat bersama pihak terkait di masing-masing wilayah melalui pengambilan sampel pangan, dan pengujian laboratorium.

    “Hasil pengujian laboratorium berdasarkan pengujian pada produk yang menyebabkan KLB KP kami menemukan indikasi kontaminasi bakteri bacillus cereus pada produk la tiao,” katanya.

    Taruna mengatakan bakteri tersebut menyebabkan gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, muntah, sesuai laporan dari korban. Pihaknya pun telah menginstruksikan agar produk la tiao yang diduga menyebabkan KLB keracunan pangan untuk ditarik dan dimusnahkan.

    “Kami meminta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ke BPOM dan kami akan terus memantau kepatuhan mereka,” tandasnya.

    (suc/up)

  • Telanjur Beli Jajanan Viral La Tiao China? BPOM: Dibuang, Jangan Dimakan!

    BPOM Jelaskan KLB Keracunan Cemilan La Tiao di Sejumlah Daerah, Korban Mual-Muntah

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menemukan adanya indikasi kontaminasi bakteri pada produk jajanan la tiao yang menyebabkan kejadian luar biasa keracunan pangan (KLBKP) di sejumlah daerah. Kepala BPOM Taruna Ikrar menyebut KLBKP terjadi di Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau.

    Taruna Ikrar mengatakan berdasarkan hasil uji laboratorium, la tiao yang dipasarkan memiliki indikasi adanya kontaminasi bakteri bacillus cereus. Bakteri itu disebut menghasilkan toksin dan memicu beberapa gejala pada korban.

    “Produk ini menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, muntah, sesuai dengan laporan dari korban,” kata Taruna Ikrar dalam konferensi pers, Jumat (1/11/2024).

    La tiao merupakan produk makanan impor asal China yang dibuat menggunakan bahan dasar tepung. Makanan ini memiliki karakteristik tekstur kenyal dan rasa pedas serta gurih.

    Setelah pemeriksaan lebih lanjut dilakukan di gudang importir, Taruna Ikrar menyebut bahwa pihak yang memasukkan produk la tiao ke wilayah Indonesia menunjukkan adanya ketidakpatuhan pada aturan BPOM sehingga kontaminasi bakteri dapat terjadi.

    Karena kejadian tersebut, Taruna menyebut pihaknya juga bersurat kepada Kementerian Komunikasi dan Digital Indonesia untuk melakukan takedown pada link penjualan la tiao secara online. Seperti yang diketahui, produk la tiao juga banyak dijual secara online.

    “BPOM telah menginstruksikan agar produk la tiao yang menyebabkan KLB dari data di lapangan untuk ditarik dan dimusnahkan. Kami meminta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ke BPOM dan kami akan terus memantau kepatuhan mereka,” tandasnya.

    (avk/up)

  • Jakpus rutin cek pasar untuk pastikan harga pangan tetap aman

    Jakpus rutin cek pasar untuk pastikan harga pangan tetap aman

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Pusat rutin melakukan pengecekan ke pasar-pasar tradisional, swalayan dan pasar lokasi binaan di wilayah tersebut untuk memastikan harga pangan aman dan terkendali.

    “Kita rutin melakukan pengawasan pangan di pasar-pasar satu bulan sekali, semua kita cek mulai dari standar keamanan, stok dan juga harganya,” kata Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan
    (KPKP) Kota Administrasi Jakarta Pusat, Penty Yunesi Pudyastuti di Jakarta, Jumat.

    Penty menyebutkan, setiap melakukan pengawasan pangan pihaknya juga memonitor melalui Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) di wilayah ataupun penyuluh dan seksi terkait.

    Menurut Penty, ada beberapa pangan yang memiliki keadaan harga tidak tetap, bisa naik atau turun (fluktuasi). Seperti bawang merah, bawang putih, ayam, telur ayam, minyak goreng, cabai rawit merah, cabai merah keriting dan daging sapi.

    Naik-turunnya harga pangan, kata Penty, bisa disebabkan beberapa faktor. Antara lain permintaan yang lebih tinggi dibandingkan penawaran, beberapa momentum seperti saat bulan Ramadhan, akhir tahun ataupun faktor cuaca.

    Baca juga: Sudin KPKP Jakpus lakukan pengawasan pangan di pusat perbelanjaan

    Setiap minggunya, menurut dia, biasanya yang sering fluktuasi harga bahan pokok tersebut. “Kalau ga naik ya turun, atau bisa juga stabil, tapi semua harga pangan masih masuk kategori aman terkendali,” ujar Penty.

    Penty menyebutkan, harga bawang merah minggu ini berkisar Rp35 ribu per kilogram (kg), bawang putih bonggol Rp40 ribu, ayam ras Rp40 ribu, telur ayam Rp26 ribu per kg.

    Minyak goreng Rp17 ribu per liter (1 botol), cabai rawit merah Rp50 ribu per kg, cabai merah keriting Rp45 ribu dan daging sapi kisaran Rp130-140 ribu per kg.

    “Kalau telur dibandingkan minggu kemarin itu mengalami penurunan harga, dari Rp28 ribu per kg, jadi Rp26 ribu per kg,” katanya.

    Sudin KPKP Jakarta Pusat bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta dan Dinas Kesehatan atau Suku Dinas Kesehatan juga sudah melakukan pengawasan keamanan pangan terpadu di beberapa pasar yang ada di Jakarta Pusat pada Selasa (8/10).

    Kesimpulan dari hasil pengujian dan pemeriksaan bahan pangan usai diuji coba, yakni seluruh sampel layak dikonsumsi 100 persen.

    Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (pemda) untuk mewaspadai kenaikan harga lima komoditas pangan dengan mengecek langsung harga komoditas di daerah masing-masing.

    Adapun lima komoditas itu, yakni bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, jagung, dan minyak goreng. Langkah mengawasi komoditas tersebut menjadi bagian dari strategi pengendalian inflasi.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024