Kementrian Lembaga: BPBD

  • 2 Alat Berat Diterjunkan Evakuasi Longsor di Jalur Pacet–Trawas, Mojokerto

    2 Alat Berat Diterjunkan Evakuasi Longsor di Jalur Pacet–Trawas, Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com) – Proses evakuasi material longsor di jalan penghubung Kecamatan Pacet–Trawas, Kabupaten Mojokerto terus dilakukan. Dua alat berat dikerahkan untuk membersihkan timbunan material longsor dari Tembok Penahan Tanah (TPT) milik warga di Dusun Kambengan, Desa Cempoko Limo, yang ambrol.

    Peristiwa longsor tersebut terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. TPT milik Prasetyo Budi setinggi delapan meter tersebut longsor. Material longsor berupa batu, tembok dan tanah menutup badan jalan dengan panjang 10 meter dan ketebalan empat meter hingga tak bisa dilalui kendaraan dari kedua arah.

    Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim mengatakan, proses evakuasi dilakukan segera setelah laporan diterima. “Kami bersama tim gabungan langsung menerjunkan dua alat berat untuk mempercepat pembersihan,” ungkapnya, Minggu (28/9/2025).

    Material longsor menutup jalur Pacet-trawas. [Foto : Misti/beritajatim.com]Meski malam, lanjutnya, evakuasi tetap berjalan karena kondisi di lokasi aman, tidak ada hujan muapun cuaca ekstrem. Ada dua alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mojokerto diterjunkan ke lokasi. Dengan alat berat lebih dari satu yang diterjunkan diharapkan proses evakuasi material longsor cepat selesai.

    “Untuk sementara, jalur dari arah Pacet maupun Trawas ditutup total hingga evakuasi selesai. Kami targetkan pembersihan cepat selesai sehingga jalan kembali bisa dilalui kendaraan, mengingat jalur ini merupakan akses utama penghubung Pacet–Trawas. Longsor juga mengakibatkan sebuah mobil Honda Jazz terperosok ke jurang,” jelasnya.

    Mobil Handa Jazz yang dikemudikan Widya Astutik bersama sang cucu yang berusia 5 tahum terperosok ke jurang sedalam lima meter. Beruntung, keduanya hanya mengalami luka ringan dan sudah mendapatkan perawatan di Puskesmas Pacet.

    Sebelumnya, Tembok Penahan Tanah (TPT) di Dusun Kambengan, Desa Cempoko Limo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto longsor, Minggu (28/9/2025). TPT setinggi delapan meter ambrol dan menutup total jalan penghubung dua kecamatan yakni Pacet–Trawas.

    Peristiwa tersebut juga menyebabkan sebuah mobil Honda Jazz yang melintas terperosok ke jurang sedalam lima meter. Sang sopir panik saat kejadian dan tidak mampu mengendalikan kendaraannya hingga terperosok ke dalam jurang. Beruntung korban hanya mengalami luka ringan dan dibawa ke Puskesmas Pacet. [tin/but]

  • Longsor, Jalur Pacet–Trawas Mojokerto Ditutup Sementara

    Longsor, Jalur Pacet–Trawas Mojokerto Ditutup Sementara

    Mojokerto (beritajatim.com) – Jalan penghubung Kecamatan Pacet–Trawas, Kabupaten Mojokerto untuk sementara ditutup total menyusul longsornya Tembok Penahan Tanah (TPT) di Dusun Kambengan, Desa Cempoko Limo, Minggu (28/9/2025). Hingga saat ini evakuasi material longsor masih berlangsung.

    TPT rumah milik Prasetyo Budi setinggi delapan meter ambrol hingga menutup penuh badan jalan dengan ketebalan material longsor mencapai 20–30 sentimeter. Akibatnya, arus lalu-lintas dari kedua arah dialihkan. Kendaraan dari arah Trawas menuju Pacet dialihkan melalui jalur Desa Cempoko Limo ke Bendungan Jati.

    Kapolsek Pacet AKP MK Umam mengatakan, kondisi jalur saat ini relatif aman, namun untuk memperlancar proses evakuasi material longsor, jalan ditutup sementara. “Kami bersama BPBD, Dinas PUPR, dan relawan sedang melakukan proses evakuasi material longsor,” ungkapnya.

    Material longsor menutup jalur Pacet-trawas. [Foto : Misti/beritajatim.com]Untuk sementara jalur ditutup agar tidak membahayakan pengguna jalan. Kapolsek membenarkan, peristiwa tersebut juga menyebabkan sebuah mobil Honda Jazz terperosok ke jurang sedalam lima meter. Mobil tersebut dikemudikan oleh Widya Astutik asal Pasuruan yang saat itu bersama cucunya berusia lima tahun.

    “Sopir panik saat terjadi longsor, karena kondisi jalan menanjak sehingga kendaraan mundur lalu terperosok ke jurang sedalam 5 meter. Alhamdulillah pengendara dan cucunya selamat, hanya luka ringan. Mereka hanya mengalami luka ringan,” katanya.

    Keduanya dievakuasi ke Puskesmas Pacet untuk mendapat perawatan. Kapolsek menghimbau kepada masyarakat yang akan melewati jalur tersebut untuk menggunakan jalur alternatif yang telah disiapkan hingga pembersihan material longsor selesai dilakukan.

    Sebelumnya, Tembok Penahan Tanah (TPT) di Dusun Kambengan, Desa Cempoko Limo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto longsor, Minggu (28/9/2025). TPT setinggi delapan meter ambrol dan menutup total jalan penghubung dua kecamatan yakni Pacet–Trawas.

    Peristiwa tersebut juga menyebabkan sebuah mobil Honda Jazz yang melintas terperosok ke jurang sedalam lima meter. Sang sopir panik saat kejadian dan tidak mampu mengendalikan kendaraannya hingga terperosok ke dalam jurang. Beruntung korban hanya mengalami luka ringan dan dibawa ke Puskesmas Pacet. [tin/but]

  • Longsor Pacet Mojokerto, Sopir Panik, Mobil Terperosok ke Jurang

    Longsor Pacet Mojokerto, Sopir Panik, Mobil Terperosok ke Jurang

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tembok Penahan Tanah (TPT) di Dusun Kambengan, Desa Cempoko Limo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto longsor, Minggu (28/9/2025). TPT setinggi delapan meter ambrol dan menutup total jalan penghubung dua kecamatan yakni Pacet–Trawas.

    Peristiwa tersebut juga menyebabkan sebuah mobil Honda Jazz yang melintas terperosok ke jurang sedalam lima meter. Sang sopir panik saat kejadian dan tidak mampu mengendalikan kendaraannya hingga terperosok ke dalam jurang. Korban hanya mengalami luka ringan dan dibawa ke Puskesmas Pacet.

    Kepala Desa (Kades) Cempoko Limo, Mahfud Sulaiman mengatakan, TPT rumah milik Prasetyo Budi longsor sekira pukul 15.00 WIB yang dipicu konstruksi pondasi yang tidak mampu menahan tanah uruk. “Di atas ada pengurukan. Diduga pondasi tidak kuat sehingga terjadi longsor,” ungkapnya.

    Material longsor menutup jalan Pacet-Trawas. [Foto : Misti/beritajatim.com]Material berupa tanah dan pondasi menutup jalan penghubung Pacet-Trawas. Akibatnya jalan ditutup sementara sampai proses evakuasi material longsor selesai dilakukan. Selain menutup akses jalan, material longsoran juga menimpa mobil yang nahas tersebut.

    “Sopir panik saat kejadian, kemudian atret (berjalan mundur), hingga akhirnya masuk jurang sedalam 5 meter. Beruntung hanya luka ringan tapi mobilnya terkena material longsor juga. Iya jalan ditutup sementara karena tidak bisa dilewati kendaraan baik roda dua maupun roda empat,” katanya.

    Untuk mempercepat penanganan, alat berat dikerahkan ke lokasi. Jalan Pacet–Trawas sementara ditutup total hingga proses evakuasi material selesai. Tampak sejumlah petugas dari BPBD, Dinas PUPR, Polsek Pacet, Koramil Pacet dan relawan di lokasi kejadian. [tin/but]

  • PAD Tambang Hanya Rp700 Juta, Ketua DPRD Magetan: Tak Sebanding dengan Risiko dan Kerusakan

    PAD Tambang Hanya Rp700 Juta, Ketua DPRD Magetan: Tak Sebanding dengan Risiko dan Kerusakan

    Magetan (beritajatim.com) – Ketua DPRD Kabupaten Magetan, Suratno, menyoroti kecilnya kontribusi sektor pertambangan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Magetan yang hanya sekitar Rp700 juta. Ia menegaskan angka tersebut tidak sebanding dengan risiko keselamatan, kerusakan lingkungan, hingga dampak sosial yang ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan.

    Pernyataan itu disampaikan usai insiden longsor di area tambang Desa Trosono, Kecamatan Parang, yang merenggut korban jiwa. Suratno menilai kejadian ini menjadi peringatan sekaligus pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah maupun provinsi.

    “Langkah cepat BPBD dan kepolisian 24 jam tanpa henti patut diapresiasi. Tentu, ini jadi pelajaran bersama. PAD dari tambang hanya Rp700 juta, sangat kecil bila dibandingkan dengan risiko dan kerusakan yang muncul,” tegasnya.

    Suratno mengungkapkan, DPRD bersama badan anggaran (Banggar) dan OPD sudah beberapa kali menggelar rapat untuk membahas persoalan tersebut. Menurutnya, perlu ada evaluasi menyeluruh, termasuk jumlah tambang yang sudah berizin maupun yang masih dalam proses.

    Suratno juga menyoroti pentingnya pengawasan pasca penambangan. Ia mencontohkan rehabilitasi tambang di kawasan Sobontor yang dinilai cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan di lokasi-lokasi lain.

    “Ke depan pengawasannya harus lebih ketat. Jangan hanya izin keluar, tapi pasca penambangan juga harus diperhatikan,” katanya.

    Sejalan dengan itu, Kapolres Magetan, AKBP Raden Erik Bangun Prakasa, menekankan bahwa faktor keselamatan harus menjadi perhatian utama. Ia menegaskan, evaluasi akan dilakukan bersama pemerintah daerah dan DPRD terkait aktivitas pertambangan di wilayah tersebut.

    “Kemudian dari masyarakat juga, ini kami bersama dengan Pak Ketua DPRD, ini nanti menjadi evaluasi kita ke depan terkait dengan kegiatan yang ada di lokasi ini. Faktor keselamatan itu adalah hal yang utama,” ujar Kapolres. [fiq/aje]

    .

  • Bandung Terancam Gempa Besar, Tandanya Sudah Terlihat di Gunung Batu

    Bandung Terancam Gempa Besar, Tandanya Sudah Terlihat di Gunung Batu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Warga Jawa Barat, khususnya Bandung dan sekitarnya, mungkin sudah akrab dengan sebutan Sesar Lembang. Sesar ini membentang sepanjang hampir 29 Km, mulai dari Padalarang hingga kawasan Cimenyan.

    Letaknya tidak jauh dari Kota Bandung, tepat di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Namun, sesar ini bukan sekadar garis di peta, melainkan bagian dari sistem geologi aktif yang nyata keberadaannya.

    Periset bidang Geologi Gempa Bumi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik R. Daryono, menjelaskan bahwa Sesar Lembang pada dasarnya adalah patahan besar di kerak bumi yang menjadi jalur pergeseran batuan. Pergeseran yang terjadi lebih banyak mendatar ke arah kiri, sehingga bagian utara dan selatan sesar bergerak saling berlawanan.

    “Bukti nyata bisa dilihat dari pergeseran Sungai Cimeta yang telah bergeser sejauh 120 meter, bahkan di beberapa lokasi mencapai 460 meter,” kata Mudrik dalam keterangan tertulisnya, Minggu (27/9/2025).

    Selain itu, ada juga pergeseran naik-turun permukaan tanah. Di bagian barat, mulai dari Km 0 sampai Km 6, permukaannya masih datar. Lalu, muncul perbedaan tinggi hingga sekitar 90 meter sebelum kembali mengecil ke arah timur.

    “Secara keseluruhan, pergeseran di Sesar Lembang hampir seluruhnya didominasi oleh pergeseran mendatar, yaitu sekitar 80 sampai 100%. Sedangkan pergeseran naik-turun hanya sekitar 0 sampai 20%,” ungkapnya.

    Bukti pergeseran sungai dan perubahan tinggi ini, jelas Mudrik, adalah proses sedikit demi sedikit yang berlangsung ratusan ribu tahun hingga sekarang. Proses sedikit demi sedikit gerak ini adalah gerak dari sesar aktif yang menghasilkan gempa bumi.

    Bergerak 3,4 Milimeter per Tahun

    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Sesar Lembang bergerak dengan kecepatan sekitar 1,9 hingga 3,4 milimeter setiap tahun. Meski terlihat sangat kecil, pergeseran yang terus berlangsung, bila terakumulasi selama ratusan tahun, dapat memicu terjadinya gempa bumi.

    “Hal ini terbukti dari hasil penelitian paleoseismologi melalui penggalian parit di kilometer 11,5, yang menemukan adanya pergeseran setinggi 40 sentimeter. Di mana, bagian selatan sesar terangkat dibanding sisi utara. Pergeseran sebesar itu menjadi bukti nyata bahwa di masa lalu pernah terjadi gempa dengan kekuatan sekitar magnitudo 6,5 hingga 7,” jelas Mudrik.

    “Perkiraan ini juga sejalan dengan panjang Sesar Lembang yang mencapai 29 kilometer, yang memang berpotensi menghasilkan gempa dengan besaran tersebut,” tambahnya.

    Penelitian paleoseismologi atau kajian jejak gempa purba menunjukkan bahwa Sesar Lembang telah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu. Peristiwa yang paling muda diperkirakan terjadi pada abad ke-15. Sementara, sebelumnya terdapat bukti gempa sekitar 60 tahun sebelum Masehi yang meninggalkan jejak pergeseran setinggi 40 sentimeter.

    Lebih jauh ke belakang, ditemukan pula jejak gempa yang jauh lebih tua, yaitu sekitar 19 ribu tahun lalu. Dari catatan tersebut, para ahli memperkirakan bahwa gempa besar di Sesar Lembang berulang dalam rentang waktu antara 170 hingga 670 tahun.

    “Jika mengacu pada siklus ulang gempa besar yang telah diperkirakan, maka secara teoritis gempa besar berikutnya dapat terjadi paling lambat sekitar tahun 2170. Artinya, secara waktu, perkiraan, siklus ini sudah relatif dekat dengan masa sekarang,” sebut Mudrik.

    Foto: BMKG ingatkan aktivitas di Sesar Lembang meningkat, Selasa (19/8/2025). (Dok. BMKG)
    BMKG ingatkan aktivitas di Sesar Lembang meningkat, Selasa (19/8/2025). (Dok. BMKG)

    Namun, dia menegaskan penting untuk dipahami, ini hanya gambaran rentang waktu, bukan kepastian tentang kapan gempa akan benar-benar terjadi.

    Sesar Lembang bukan sekadar garis patahan di peta, melainkan sistem geologi aktif yang keberadaannya dapat terlihat jelas di lapangan. Bukti bahwa pernah terjadi gempa bumi bermagnitudo 6,5-7 juga tampak dari hasil uji parit di kilometer 11,5.

    “Pemahaman ilmiah ini sangat penting agar masyarakat lebih siap dan senantiasa waspada dalam menghadapi potensi bencana,” tegas Mudrik.

    Gunung Batu di Lembang Naik 40 Cm

    BRIN terus meneliti perkembangan Sesar Lembang yang membentang membentang hampir 29 Km, mulai dari Padalarang hingga kawasan Cimenyan. Sesar ini bukan sekadar garis di peta, melainkan bagian dari sistem geologi aktif yang nyata keberadaannya.

    Salah satu lokasi yang menjadi bukti morfologi jalur sesar ini adalah Gunung Batu di Lembang, yang berada tepat di kilometer 17 jalur sesar. Belakangan, muncul kabar bahwa Gunung Batu semakin meninggi.

    Menanggapi hal ini, Mudrik menjelaskan bahwa memang benar setiap kali terjadi gempa bumi, permukaan tanah di jalur sesar bisa mengalami pergeseran atau kenaikan.

    “Gunung Batu bisa naik hingga 40 Cm dalam sekali kejadian gempa. Dan naik atau gesernya ini akan menghasilkan gempa bumi,” ungkap dia.

    Di sisi lain, gempa-gempa kecil yang akhir-akhir ini tercatat di wilayah sekitar Bandung, terutama di segmen Cimeta dan di Sesar Kertasari, merupakan hal lumrah dalam sistem sesar aktif.

    Fenomena ini bisa diartikan dua kemungkinan. Pertama, gempa kecil tersebut hanyalah pelepasan energi sesar dalam skala kecil yang kemudian berhenti begitu saja. Kedua, gempa kecil bisa saja menjadi bagian dari rangkaian proses yang suatu saat diikuti oleh gempa lebih besar.

    “Hingga saat ini, ilmu kebumian belum mampu memprediksi dengan pasti skenario mana yang akan terjadi. Karena itulah, sikap paling bijak yang bisa dilakukan adalah tetap waspada dan menyiapkan langkah mitigasi sejak dini,” ujar Mudrik.

    BRIN bersama BMKG, BPBD, serta pemerintah daerah terus melakukan riset, pemetaan, dan edukasi publik mengenai Sesar Lembang. Tujuannya sederhana, bukan menciptakan kecemasan, melainkan mendorong kewaspadaan yang sehat.

    Dengan riset berkelanjutan, kesiapsiagaan yang baik, dan pemahaman masyarakat yang semakin meningkat, Bandung dan juga Provinsi Jawa Barat dapat menjadi wilayah yang lebih tangguh menghadapi bencana.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Korban Longsor Galian C di Parang Magetan Ditemukan Meninggal Dunia

    Korban Longsor Galian C di Parang Magetan Ditemukan Meninggal Dunia

    Magetan (beritajatim.com) – Setelah hampir 2 hari tertimbun material longsor, korban bernama Suroso (55), warga Desa Nguri, Kecamatan Lembeyan, akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Minggu (27/9/2025) pukul 12.30 WIB.

    Suroso dilaporkan tertimbun longsoran di Galian C masuk Desa Trosono, Kecamatan Parang, Magetan pada Sabtu (26/9/2025) pukul 08.00 WIB. BPBD Magetan dan petugas gabungan dibantu dua unit alat berat milik penambang menggali timbunan. Setelah, sekitar 28 jam, korban akhirnya ditemukan.

    Dantim Basarnas Pos SAR Trenggalek, Fitra Adma Chasanda, menjelaskan bahwa tubuh korban pertama kali terlihat saat proses pencarian memasuki waktu istirahat siang. Sejumlah petugas pengaman (safety officer) melihat bagian tubuh korban yang muncul di antara timbunan tanah.

    “Awalnya terlihat bagian punggung hingga kepala korban dalam posisi tengkurap di pinggiran tebing. Saat ditemukan, korban sudah dalam kondisi meninggal dunia,” ungkap Fitra.

    Korban ditemukan dalam kondisi tertindih material tanah longsor. Hingga saat ini, sepeda motor yang digunakan korban untuk beraktivitas di tambang belum berhasil ditemukan.

    Jenazah kemudian dievakuasi dan dibawa ke RSUD dr. Sayidiman Magetan untuk proses identifikasi lebih lanjut.

    Dengan ditemukannya korban, operasi pencarian difokuskan pada pencarian kendaraan yang masih tertimbun material galian. [fiq/aje]

  • Gempa Jadi Momentum Pembentukan Desa Tangguh Bencana di Situbondo

    Gempa Jadi Momentum Pembentukan Desa Tangguh Bencana di Situbondo

    Situbondo (beritajatim.com) – Gempa bumi yang menyebabkan 118 rumah di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, rusak, Kamis (25/9/2025), menjadi momentum pembentukan desa tangguh bencana (destana).

    Saat mengunjungi korban gempa di Kecamatan Banyuputih, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengajak warga membangun kesiapsiagaan bencana melalui program desa tangguh bencana (destana). Dia mengingatkan posisi Jatim yang berada di ‘cincin api’ yang rentan guncangan alam.

    Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo sepakat dengan pernyataan Khofifah. “Ini momentum untuk membentuk desa tangguh bencana, seperti yang disarankan Bu Khofifah,” katanya.

    Selain membentuk destana, Rio juga berkomitmen untuk segera memperbaiki ratisan rumah dan fasilitas umum yang rusak. Janji itu dilontarkannya saat bertemu Risnawati, warga yang kehilangan dua kamar akibat gempa, bersama Wakil Bupati Ulfiyah.

    “Patennang ya Bu, nanti kita lakukan perbaikan,” kata Rio, Sabtu (27/9/2025).

    Bupati Rio juga menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan dinas terkait untuk membantu pemulihan trauma warga, terutama anak-anak, melalui kegiatan hiburan dan konseling. “Kami ingin warga, terutama anak-anak, tidak larut dalam ketakutan,” katanya.

    Kepala BPBD Kabupaten Situbondo Sruwi Hartanto mengatakan, selain rumah warga, kerusakan juga dialami masjid, musala, dan sebuah pesantren. “Data kerusakan terus bertambah, dan kami sedang memetakan penanganan lebih lanjut,” katanya. [wir]

  • Partai Demokrat Jatim Tanggap Bencana, 300 Paket Bantuan Disalurkan untuk Korban Gempa Situbondo

    Partai Demokrat Jatim Tanggap Bencana, 300 Paket Bantuan Disalurkan untuk Korban Gempa Situbondo

    Surabaya (beritajatim.com) – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Jawa Timur segera bergerak tanggap merespons bencana gempa bumi yang mengguncang Situbondo. Dengan kekuatan magnitudo 5,7, gempa yang terjadi pada 26 September 2025 ini cukup mengkhawatirkan warga, terutama di wilayah Kecamatan Banyuputih, Desa Sumberanyar.

    DPD Demokrat Jatim, atas instruksi langsung dari Ketua DPD, Emil Elestianto Dardak, segera menyalurkan bantuan darurat untuk korban terdampak. Bantuan sebanyak 300 paket ini diserahkan langsung oleh Bendahara DPD Demokrat Jatim yang juga Ketua Fraksi Demokrat DPRD Jatim, dr. Agung Mulyono, pada Jumat malam (26/9/2025).

    Dalam kunjungannya ke lokasi bencana, dr. Agung Mulyono didampingi oleh Ketua DPC Demokrat Situbondo, Janur Sasra Ananda, serta perwakilan dari BPBD Jatim dan Situbondo. Dalam kesempatan tersebut, dr. Agung menegaskan bahwa Partai Demokrat berkomitmen untuk hadir di tengah masyarakat, terutama saat-saat sulit seperti yang dihadapi korban gempa ini.

    “Mas Emil berpesan agar Demokrat selalu hadir di tengah masyarakat pada saat-saat sulit, bukan hanya dengan bantuan logistik, tapi juga ikut memastikan proses pemulihan berjalan cepat,” ungkap dr. Agung Mulyono, Minggu (28/9/2025).

    Bantuan darurat yang diserahkan meliputi berbagai kebutuhan dasar, seperti kit anak dan dewasa, selimut, terpal, perlengkapan mandi, serta kebutuhan pokok lainnya. Semua bantuan ini bertujuan untuk membantu meringankan beban warga terdampak hingga proses pemulihan dimulai.

    Fokus pada Rehabilitasi Rumah Korban

    Lebih lanjut, dr. Agung menekankan bahwa Demokrat Jatim tidak hanya fokus pada pemberian bantuan darurat, namun juga pada percepatan rehabilitasi rumah-rumah warga yang terdampak.

    Berdasarkan hasil inventarisasi awal, sejumlah rumah mengalami kerusakan yang cukup signifikan, seperti dinding roboh, genteng bergeser, dan beberapa kerusakan ringan lainnya. Namun, kerusakan tersebut cukup menimbulkan kecemasan bagi warga.

    “Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya Jatim sebagai mitra untuk membantu rehabilitasi rumah warga. Demokrat juga akan memberikan bantuan material bangunan untuk melengkapi penyaluran dari Pemkab, BPBD, maupun Dinas Sosial,” jelas dr. Agung.

    Sementara itu, dr. Agung juga memastikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam bencana ini. Namun, ia tetap mengingatkan pentingnya kolaborasi antara partai politik, pemerintah daerah, dan berbagai pihak lainnya agar proses pemulihan bisa berjalan dengan lancar.

    Demokrat Jatim berkomitmen untuk terus bersinergi dengan Pemkab Situbondo dan BPBD, sehingga kebutuhan warga terdampak pascagempa dapat segera dipenuhi. [tok/suf]

  • Bupati Magetan Tinjau Lokasi Longsor Galian C, Tegaskan Izin Masih Berlaku hingga 2026

    Bupati Magetan Tinjau Lokasi Longsor Galian C, Tegaskan Izin Masih Berlaku hingga 2026

    Magetan (beritajatim.com) – Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti, meninjau lokasi longsor galian C di Desa Trosono, Kecamatan Parang, Sabtu (27/9/2025). Ia menegaskan tambang tersebut memiliki izin resmi yang masih berlaku hingga September 2026.

    “Kalau izinnya ada, lengkap, dan masih berlaku sampai September 2026. Untuk penghentian sementara tambang ini, kewenangannya ada di provinsi. Jadi nanti segera kita koordinasikan,” kata Nanik.

    Korban longsor diketahui bernama Suroso (55), warga Desa Nguri, Kecamatan Lembeyan. Ia tertimbun material setinggi lebih dari 10 meter saat bekerja bersama rekannya. Hingga malam hari, korban belum berhasil ditemukan. Bupati Nanik sudah mendatangi rumah duka korban di Desa Nguri, Kecamatan Lembeyan, Magetan.

    Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, Eka Wahyudi, menyebut proses pencarian terkendala kondisi tebing setinggi 30 meter yang rawan longsor susulan serta material longsor setebal enam meter. Tim sempat menghentikan sementara pengoperasian alat berat karena muncul tanda-tanda longsor susulan.

    Sekitar 50 personel gabungan dilibatkan dalam pencarian, termasuk 10 anggota BPBD Magetan, dengan dukungan dua unit alat berat dari pihak pengelola tambang. Hingga kini, proses pencarian masih berlanjut dengan harapan korban segera ditemukan. [fiq/kun]

  • Tragedi Tambang Magetan: Pencarian Korban Longsor Terkendala Tebing Curam

    Tragedi Tambang Magetan: Pencarian Korban Longsor Terkendala Tebing Curam

    Magetan (beritajatim.com) – Proses pencarian terhadap Suroso (55), warga Desa Nguri, Kecamatan Lembeyan, yang tertimbun longsor di area galian C Desa Trosono, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, terkendala kondisi tebing curam dan timbunan material tebal. Hingga Sabtu (27/9/2025) pukul 20.00 WIB, korban yang tertimbun sejak pukul 08.00 WIB belum berhasil ditemukan.

    Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, Eka Wahyudi, menjelaskan posisi longsoran berada di antara tebing setinggi sekitar 30 meter yang rawan longsor susulan. “Proses pencarian masih berlanjut. Kendalanya, posisi longsoran berada di area tebing curam dan sangat rawan longsor susulan,” ungkapnya.

    Tim sempat menghentikan sementara pengoperasian alat berat karena muncul tanda-tanda longsor susulan berupa batu kecil yang jatuh dari atas tebing. Pencarian baru dilanjutkan kembali setelah kondisi dinilai aman. Tebalnya material, mencapai enam meter, menjadi tantangan lain bagi tim di lapangan.

    Eka menambahkan, pencarian melibatkan sekitar 10 personel BPBD Magetan, sementara total unsur gabungan yang terlibat mencapai 50 orang. Dua unit alat berat juga dikerahkan dari pihak pengelola tambang untuk mempercepat proses evakuasi.

    Peristiwa ini terjadi saat korban bersama rekannya, Rangga, tengah menunggu giliran muatan di area tambang. Korban sempat memperingatkan rekannya soal adanya longsor. Namun saat berlari ke arah berbeda, korban justru tertimbun material.

    “Korban yang memberi tahu saya soal longsor. Dia lari ke kiri, saya ke kanan. Saya selamat, tapi korban tertimbun,” ujar Rangga, saksi mata.

    Kapolsek Parang, AKP Sukarno, menambahkan, upaya pencarian difokuskan dengan mendatangkan alat berat karena tebalnya material menyulitkan evakuasi manual. “Timbunan cukup tinggi, sekitar 10 meter lebih. Karena itu evakuasi manual akan memakan waktu lama,” terangnya. [fiq/kun]