Kementrian Lembaga: BPBD

  • Tangis Keluarga Iringi Pemakaman Santri Asal Sampang Korban Runtuhnya Ponpes di Sidoarjo

    Tangis Keluarga Iringi Pemakaman Santri Asal Sampang Korban Runtuhnya Ponpes di Sidoarjo

    Sampang (beritajatim.com) – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar almarhum Abdul Fattah (18), seorang santri asal Dusun Pendeh, Desa Asem Nonggal, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang.

    Abdul Fattah menjadi salah satu korban meninggal dunia dalam insiden runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

    Menanggapi laporan dari BPBD Provinsi Jawa Timur terkait adanya korban jiwa asal Sampang, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Sampang langsung bergerak cepat untuk memberikan pendampingan dan pengawalan terhadap jenazah korban.

    “BPBD Sampang berkoordinasi dengan pihak BPBD Jawa Timur guna memastikan jenazah dapat dipulangkan dengan aman hingga proses pemakaman selesai,” ujar Kalaksa BPBD Sampang, Fajar Arif Taufikurrahman, Selasa (7/10/2025).

    Jenazah tiba di rumah duka pada Senin (6/10/2025) sekitar pukul 23.40 WIB. Prosesi pemakaman kemudian dilangsungkan tak lama setelahnya, tepat pukul 00.00 WIB dan selesai sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

    Suasana haru dan penuh duka menyelimuti keluarga serta warga sekitar yang turut mengantar almarhum ke tempat peristirahatan terakhir.

    Sejumlah pihak, termasuk jajaran Forkopimcam Jrengik, juga hadir dalam prosesi pemakaman sebagai bentuk empati dan solidaritas terhadap keluarga yang ditinggalkan. “Alhamdulillah seluruh proses berjalan lancar tanpa hambatan,” inbuhnya.

    Sekedar diketahui, Mochammad Mashudulhaq (14) putra Martuki warga Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, juga dinyatakan meninggal dalam tragedi ambruknya asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Sehingga dua santri asal Sampang menjadi korban tragedi tersebut.[sar/kun]

  • Kebakaran Rumah di Tunggorono Jombang, Kerugian Ditaksir Mencapai Rp130 Juta

    Kebakaran Rumah di Tunggorono Jombang, Kerugian Ditaksir Mencapai Rp130 Juta

    Jombang (beritajatim.com) – Warga Desa Tunggorono, Kecamatan/Kabupaten Jombang, Jawa Timur, digegerkan oleh kebakaran yang melanda rumah milik Miftakul Roikah (38), Selasa, 7 Oktober 2025, sekitar pukul 09.25 WIB. Kebakaran diduga terjadi akibat korsleting listrik yang terjadi di kamar tidur rumah tersebut.

    Sejak awal kejadian, api cepat membesar dan mulai mengancam rumah yang terletak di Dusun Karang Kletak, RT.01 / RW.05. “Warga sempat berusaha memadamkan api menggunakan alat seadanya, namun api semakin membesar dan tak terkendali,” kata Andrik Prasetyo, salah seorang anggota Pos Damkar Jombang yang terlibat dalam penanganan kebakaran tersebut.

    Dalam upaya penyelamatan, sekitar pukul 09.45 WIB, salah seorang warga melaporkan kejadian ini ke Pos Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jombang. Tim pemadam kebakaran segera merespons dengan mengirimkan satu unit fire pumper truck dan satu unit supply truck ke lokasi kejadian pada pukul 09.50 WIB.

    Setelah tiba di lokasi pada pukul 09.58 WIB, tim Damkar langsung melakukan pemadaman dan pembasahan hingga api dapat dipadamkan sepenuhnya pada pukul 10.50 WIB.

    Menurut perkiraan awal, kerugian akibat kebakaran ini mencapai sekitar Rp130 juta, yang mencakup kerusakan pada rumah seluas ± 7 × 10 meter persegi tersebut. Selain itu, beberapa pihak terkait turut serta dalam penanganan kejadian ini, seperti Pos Damkar Jombang, Pusdalops PB, Polsek Kota, Agen Bencana BPBD Provinsi, perangkat desa setempat, dan warga.

    Proses pemadaman berjalan lancar berkat kerjasama yang baik antara warga dan petugas pemadam kebakaran. Meskipun sempat terjadi kesulitan dalam tahap awal pemadaman, api akhirnya dapat dikendalikan sebelum menyebar lebih luas. [suf]

  • 7 Potongan Tubuh Ditemukan di Puing, Investigasi Ponpes Ambruk Dimulai

    7 Potongan Tubuh Ditemukan di Puing, Investigasi Ponpes Ambruk Dimulai

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyelesaikan pembersihan puing runtuhan gedung musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, per hari ini, Selasa (7/10/2025). Menurut BNPB, hingga Selasa pagi, tidak ada lagi aktivitas alat berat di lokasi kejadian. 

    Selanjutnya, investasi atas kejadian ambruknya musala pondok pesantren ini akan dilakukan.

    Dalam proses operasi pencarian dan penyelamatan oleh Tim SAR, 61 orang jadi korban tewas akibat ambruknya musala pondok pesantren (ponpes) ini.

    “Dari seluruh rangkaian operasi SAR yang telah dilakukan, didapatkan 61 jenazah dari balik puing reruntuhan, termasuk tujuh potongan bagian tubuh yang saat ini masih proses identifikasi oleh pihak Disaster Victim Identification (DVI),” kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan dalam keterangannya, Selasa (7/10/2025).

    “Potongan beton bangunan dan puing lainnya yang sebelumnya menumpuk lokasi kejadian, kini telah rata dengan tanah. Seluruh petugas pencarian dan pertolongan pun telah memastikan tidak ada lagi korban jiwa yang ditemukan. Tandanya operasi SAR di bawah koordinasi Basarnas telah selesai dilakukan,” tambahnya menjelaskan.

    Terkait 7 potongan tubuh tersebut, kata dia, sampai saat ini belum dapat dipastikan apakah berasal dari 2 korban yang menurut data posko darurat masih dalam pencarian. Jawaban itu akan segera diketahui setelah seluruh proses identifikasi selesai dilakukan.

    “Masih ada dua dari data kami sebelumnya masih dalam pencarian, tetapi ada tujuh body part (potongan bagian tubuh) yang ditemukan. Nanti kita akan tunggu proses DVI untuk memastikan apakah itu adalah dari dua korban itu tadi,” kata Budi.

    Dia menegaskan, tim akan meninjau kembali tempat pembuangan puing dengan tujuan mencari obyek potongan tubuh manusia yang bisa jadi terbawa oleh truk pengangkut sampai titik akhir pembuangan.

    Total, BNPB mencatat, jumlah korban akibat musala Ponpes Al Khoziny ambruk adalah sebanyak 165 jiwa. Secara rindi, sebanyak 104 dinyatakan selamat, yaitu 4 masih dalam perawatan, 99 telah kembali ke rumah setelah perawatan dan satu orang tidak memerlukan perawatan.

    Selanjutnya, ujar Budi, tindakan yang dilakukan adalah fase peralihan menuju pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi. Yang akan diserahkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur. Dengan pendampingan BNPB.

    “Adapun pekerjaan dalam masa transisi ini meliputi beberapa hal di antaranya meneruskan proses identifikasi para korban yang saat ini masih berjalan. Adapun dari 61 korban meninggal dunia yang ditemukan, sebanyak 17 jenazah telah diidentifikasi dan sisanya masih dalam proses,” bebernya.

    “Berikutnya, lokasi kejadian akan disterilkan dari sisa-sisa temuan jenazah, limbah maupun zat-zat yang berbahaya. Upaya itu dimulai dari disinfeksi dan pembersihan lingkungan agar tidak mencemari sekitar area. Proses ini akan dilakukan mulai hari ini oleh Dinas Kesehatan setempat dan Pusat Krisis Kesehatan,” papar Budi.

    Investigasi Penyebab Musala Ponpes Ambruk

    Sementara itu, lanjut Budi, BNPB akan berkoordinasi dengan Kementerian PU untuk melakukan investigasi dan audit struktur bangunan lain yang masih berdiri. Termasuk, untuk mencegah kejadian serupa tidak terjadi di kemudian hari.

    “Sesuai arahan Bapak Presiden RI Prabowo Subianto, kita juga akan mendampingi seluruh asesmen semua bangunan yang ada, agar kejadian serupa tidak terjadi di kemudian hari,” tegas Budi.

    “Pihak Polda Jatim telah membawa beberapa barang bukti dari lapangan untuk proses penyelidikan lebih lanjut terkait penyebab runtuhnya bangunan musala empat lantai tersebut. Polda Jatim juga telah meminta beberapa saksi untuk memberikan keterangan untuk menggali fakta di lapangan,” pungkasnya.

    Foto: Tim gabungan melaksanakan apel penutupan pencarian dan pertolongan korban reruntuhan bangunan Musala Pondok Pesantren (ponpes) Al – Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Selasa (7/10/2025). (Dok. BNPB)
    Tim gabungan melaksanakan apel penutupan pencarian dan pertolongan korban reruntuhan bangunan Musala Pondok Pesantren (ponpes) Al – Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Selasa (7/10/2025). (Dok. BNPB)

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hujan Deras Berjam-jam, Dua Kecamatan di Mamuju Terendam Banjir
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 Oktober 2025

    Hujan Deras Berjam-jam, Dua Kecamatan di Mamuju Terendam Banjir Regional 7 Oktober 2025

    Hujan Deras Berjam-jam, Dua Kecamatan di Mamuju Terendam Banjir
    Tim Redaksi
    MAMUJU, KOMPAS.com –
    Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung selama Berjam-jam mengakibatkan dua kecamatan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) mengalami banjir, Senin (6/10/2025) malam.
    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju, Muhammad Taslim Sukirno mengatakan, dua kecamatan yang dilanda banjir setelah hujan deras sekitar pukul 15.30 Wita adalah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku.
    Titik banjir terparah berada di Dusun Rarani Selatan dan Dusun Rarani Induk, Desa Kabuloang, Kecamatan Kalukku.
    Di wilayah ini, banjir menggenangi permukiman warga dengan ketinggian hingga lebih dari satu meter.
    Selain disebabkan oleh hujan lebat, Taslim mengatakan banjir ini juga disebabkan adanya penyumbatan material pohon yang hanyut terbawa banjir di jenbatan. Akibatnya, air sungai meluap hingga ke daratan.
    “Dusun yang terdampak banjir ada dua dusun yaitu Dusun Rarani Selatan, warga terdampak sekitar 50 KK dan di Dusun Rarani induk sekitar 10 KK (terdampak),” kata Taslim kepada Kompas.com, Senin (6/10/2025) malam.
    Taslima menambahkan, warga yang tinggal di dalam lorong di dua dusun ini harus mengungsi ke rumah warga yang agak tinggi.
    Banjir ini juga sempat menimbulkan kemacetan di Jalan Poros Trans Sulawesi usai jalan tak bisa dilalui akibat tingginya genangan air.
    Kendaraan harus berhenti dan menunggu genangan air surut dari pukul 18.00-22.00 Wita.
    “Saat ini mobil sudah bisa melintas dan air sudah mulai surut,” kata Taslim.
    Sementara itu, banjir di Kecamatan Mamuju menyebabkan beberapa jalan digenangi air cukup tinggi.
    Beberapa titik jalan yang dilanda banjir adalah Jalan Ir. Juanda, Jalan Bau Maseppe, Jalan Usman Jafar, Jalan Cit Ditiro, Jala Pattalundru, Jalan Baharuddin Lopa, dan Jalan Pettarani.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Longsor Tutup Jalan Trans Ampana-Poso Sulteng, Lalu Lintas Lumpuh

    Longsor Tutup Jalan Trans Ampana-Poso Sulteng, Lalu Lintas Lumpuh

    Tojo Una-una

    Longsor menutup Jalan Trans Ampana-Poso di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah (Sulteng). Hal ini menyebabkan lalu lintas dari dua arah lumpuh.

    “Longsor terjadi sekitar pukul 16.00 Wita setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Sulteng Akris Fattah Yunus dilansir detiksulsel, Senin (6/10/2025).

    Longsor terjadi di dua titik sepanjang Jalan Trans Ampana-Poso pada Senin (6/10) sekitar pukul 16.00 Wita. Titik longsor pertama di Desa Podi, Kecamatan Tojo, dan Desa Marowo, Kecamatan Ulubongka.

    “Kondisi di lapangan masih hujan dan jalan belum dapat dilalui,” kata Akris.

    Dia mengatakan BPBD Provinsi dan TRC Kabupaten Tojo Una-una telah melakukan assessment dan berkoordinasi. Tim di lapangan kini fokus membersihkan material longsor.

    Simak selengkapnya di sini

    (isa/isa)

  • Tersesat di Bukit Klotok, Tiga Remaja Kediri Dievakuasi Tim BPBD dalam Gelap Malam

    Tersesat di Bukit Klotok, Tiga Remaja Kediri Dievakuasi Tim BPBD dalam Gelap Malam

    Kediri (beritajatim.com) – Suasana malam di Bukit Klotok, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, berubah menegangkan pada Minggu malam (5/10/2025). Tiga remaja yang masih berstatus pelajar dilaporkan tersesat saat hendak turun dari puncak bukit yang menjadi salah satu destinasi favorit warga Kediri untuk menikmati panorama sore.

    Ketiga pendaki tersebut masing-masing diketahui bernama Arga (16), pelajar SMA asal Kecamatan Gampengrejo, Lemia (16), warga Jalan Hayam Wuruk, dan Nayra (13), pelajar SMP asal Kelurahan Ngadirejo. Mereka semula mendaki Bukit Klotok dengan tujuan melihat matahari terbenam dari puncak Watu Bengkah yang berada di ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut.

    Perjalanan yang awalnya menyenangkan berubah menjadi pengalaman menegangkan. Saat hendak turun melalui jalur Puncak Pedang, ketiganya bertemu dengan pengendara motor trail yang mengarahkan mereka ke rute tertentu. Namun, di tengah perjalanan, mereka kehilangan jejak pengendara dan tersesat di jalur yang menanjak dan berliku.

    “Karena terlalu lama berjalan dan merasa tersesat, pendaki kemudian menghubungi 112. Pukul 18.53 WIB, Pusdalops-PB BPBD Kota Kediri mendapatkan laporan terkait adanya pendaki tersesat,” terang Kepala Pelaksana BPBD Kota Kediri, Joko Arianto, Senin (6/10/2025).

    Mendapat laporan tersebut, Unit Reaksi Cepat (URC) BPBD Kota Kediri segera bergerak melakukan pencarian di area sekitar Bukit Klotok. Tim menyusuri jalur pendakian yang gelap dengan peralatan pencahayaan terbatas. Setelah beberapa jam, ketiganya berhasil ditemukan dalam kondisi lelah namun selamat.

    “Semua pendaki berhasil kita evakuasi dengan selamat. Hanya ada satu yang mengalami luka lecet di kaki,” ujar Joko Arianto.

    Untuk memastikan kondisi kesehatan para pendaki, petugas kemudian membawa mereka ke RSUD Gambiran Kota Kediri. Insiden ini menjadi salah satu dari beberapa kasus pendaki tersesat di Bukit Klotok yang telah ditangani BPBD Kediri dalam beberapa bulan terakhir.

    Bukit Klotok sendiri berada di bawah lereng Gunung Klotok, gunung tidak aktif yang menjadi bagian dari gugusan Pegunungan Wilis. Gunung ini menyimpan nilai historis dengan tiga goa legendaris di lerengnya, yakni Goa Selomangkleng, Goa Selobale, dan Goa Padedean.

    Bentuknya yang menyerupai sosok perempuan tidur membuat masyarakat sekitar mengenalnya dengan kisah turun-temurun. Nama “Klotok” dipercaya berasal dari kata kolo yang berarti bahaya, dan tok yang berarti saja menggambarkan gunung yang berbahaya, namun sarat makna dan cerita. [nm/suf]

  • Duel Sengit Warga Sukabumi Vs King Cobra Besar, Ular Mati dengan Kepala Tertancap Tongkat

    Duel Sengit Warga Sukabumi Vs King Cobra Besar, Ular Mati dengan Kepala Tertancap Tongkat

    Dalam kondisi terluka parah dan racun yang mulai bereaksi, Ocang diduga berusaha sekuat tenaga untuk mencari pertolongan.

    Ia mencoba berjalan kaki mendatangi rumah tetangga terdekat. Nahas, jarak rumah Ocang yang cukup jauh dan terpencil dari pemukiman warga lain menjadi rintangan terakhirnya.

    “Diduga korban tidak kuat lagi menahan bisa ular di tengah perjalanan saat hendak meminta tolong. Ia akhirnya tersungkur dan meninggal dunia seorang diri di jalur setapak,” tambah Ade.

    Saat ini, pihak Pemerintah Kecamatan Cidadap, Polsek Cidadap, dan Puskesmas Cidadap telah berada di lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan jenazah.

    Pemerintah desa juga telah melakukan koordinasi penanganan. Camat Azwar Fauzi mengimbau agar warga yang tinggal di kawasan terpencil untuk selalu waspada terhadap serangan hewan berbisa, terutama di musim peralihan.

    “Kami juga akan berkoordinasi dengan Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi terkait kebutuhan mendesak, termasuk dukungan psikososial untuk keluarga yang ditinggalkan. Semoga almarhum Husnul Khotimah,” tutupnya.

  • Tim ekspedisi Natuna bentangkan bendera kabupaten di tiga gunung

    Tim ekspedisi Natuna bentangkan bendera kabupaten di tiga gunung

    Natuna (ANTARA) – Tim ekspedisi asal Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau berhasil membentangkan bendera daerah di tiga gunung tertinggi di Pulau Jawa, yakni Gunung Sindoro, Sumbing, dan Slamet, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Natuna.

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Natuna, Raja Darmika, dikonfirmasi dari Tanjungpinang, Senin, mengatakan kegiatan tersebut melibatkan enam orang peserta dari berbagai unsur masyarakat Natuna.

    “Pesertanya terdiri dari BPBD Natuna (Raja Darmika), Palang Merah Indonesia (PMI) Natuna Dede Muhammad Ramli, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna Rio, Rizky, dan Tegar, serta Korps Sukarela (KSR) Iwan,” ucap dia.

    Ia menjelaskan, ekspedisi tersebut dilakukan selama delapan hari, mulai 27 September hingga 4 Oktober 2025. Pendakian dilakukan bertahap, dengan durasi rata-rata dua hari satu malam untuk mencapai puncak setiap gunung yang memiliki ketinggian di atas 3.000 meter di atas permukaan laut.

    Menurut dia, selama perjalanan tim menghadapi berbagai kendala, terutama cuaca ekstrem dan suhu dingin di puncak gunung, namun seluruh peserta mampu menaklukkan tantangan berkat kerja sama dan semangat kebersamaan.

    Raja berharap keberhasilan ekspedisi ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda Natuna untuk terus berprestasi dan memperkenalkan potensi daerah melalui kegiatan positif yang menjunjung tinggi semangat nasionalisme dan cinta alam.

    “Meski cuaca sangat dingin dan tenaga terkuras, semua anggota tim tetap bersemangat membawa nama baik Natuna hingga ke puncak tertinggi. Ini menjadi kebanggaan bagi kami,” ucapnya.

    Pewarta: Muhamad Nurman
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kronologi Insiden Longsor Tambang Freeport dan Hasil Evakuasi Korban

    Kronologi Insiden Longsor Tambang Freeport dan Hasil Evakuasi Korban

    Bisnis.com, JAKARTA – Seluruh korban luncuran material basah atau longsor di Tambang Bawah Tanah Grasberg Block Cave Freeport telah ditemukan.

    Berikut ini adalah kronologi insiden longsor yang menjebak 7 pekerja di tambang Freeport. Pada Senin malam, 8 September 2025, sekitar pukul 22.00 WIT, terjadi longsor di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave yang terletak di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

    Longsor ini berupa aliran lumpur basah yang menutup akses ke beberapa area tambang.

    “Insiden ini menutup akses ke area tertentu di tambang, membatasi rute evakuasi untuk tujuh pekerja,” ujar VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati kepada Bisnis, Selasa (9/9/2025).

    Kejadian tersebut berimbas pada terjebaknya 7 pekerja. Pada awalnya, pihak Freeport menyampaikan bahwa lokasi para pekerja yang terjebak telah diketahui dan diyakini aman.

    Insiden ini menimbulkan tujuh pekerja yang sedang bertugas di lokasi tersebut terisolasi dan tidak dapat segera dievakuasi dan kekhawatiran terkait keselamatan pekerja serta gangguan operasional tambang.

    Seluruh Korban Longsor Freeport Ditemukan

    Tim Penyelamat PT Freeport Indonesia (PTFI) bersama Kementerian ESDM, Polres Mimika, Basarnas, dan BPBD, pada Minggu, 5 Oktober 2025, menemukan dan mengevakuasi lima rekan kerja dari lokasi. Kelima rekan kerja tersebut ditemukan dalam keadaan telah meninggal dunia.

    “Dengan penemuan ini, seluruh 7 rekan kerja kami yang terdampak insiden pada 8 September 2025 telah ditemukan dan proses penyelamatan dinyatakan selesai,” ujar pihak Freeport dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).

    Sebelumnya, pada Sabtu, 20 September 2025, dua korban telah ditemukan. Hasil identifikasi oleh tim medis bersama pihak Kepolisian mengonfirmasi bahwa kelima korban yang ditemukan pada tahap akhir penyelamatan adalah:

    1. Zaverius Magai, PT Redpath Indonesia
    2. Holong Gembira Silaban, PT Redpath Indonesia
    3. Dadang Hermanto, PT Redpath Indonesia
    4. Balisang Telile, warga negara Afrika Selatan, PT Redpath Indonesia
    5. Victor Bastida Ballesteros, warga negara Republik Chili, PT Redpath Indonesia

    Adapun, jenazah akan dibawa ke Jakarta untuk kemudian diantar ke kampung halaman masing-masing, kecuali jenazah Saudara Zaverius Magai akan dimakamkan di Kuala Kencana, Timika.

    Ucapan Belasungkawa Bos Freeport

    Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, menyampaikan rasa duka mendalam atas kehilangan ini.

    “Mereka adalah sahabat dan bagian dari keluarga besar Freeport Indonesia. Kehilangan ini membawa duka yang mendalam bagi kita semua. Atas nama pribadi dan perusahaan, saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang telah berada di Tembagapura sejak 14 September 2025. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi kekuatan dan ketabahan bagi kita semua,” ujarnya.

    Dia juga mengapresiasi Tim Penyelamat yang telah bekerja tanpa lelah, siang dan malam, di tengah kondisi yang sangat menantang. Penyelamatan memerlukan waktu panjang karena lokasi yang sulit dan volume material basah mencapai sekitar 800 ribu ton.

    “Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan tenaga, pikiran, dan doa,” imbuh Tony.

    PT Freeport Indonesia memastikan pendampingan penuh bagi seluruh keluarga rekan kerja yang telah berpulang, serta penanganan jenazah dengan penuh hormat. 

  • Pasar Wonogiri Terbakar, Pedagang Cium Bau Sangit, Api Berkobar Hebat Sejam Kemudian
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Oktober 2025

    Pasar Wonogiri Terbakar, Pedagang Cium Bau Sangit, Api Berkobar Hebat Sejam Kemudian Regional 6 Oktober 2025

    Kebakaran Pasar Wonogiri, Pedagang Cium Bau Sangit, Api Berkobar Hebat Sejam Kemudian
    Editor
    WONOGIRI, KOMPAS.com –
    Kebakaran hebat melanda Pasar Kota Wonogiri pada Senin (6/10/2025) dini hari.
    Meskipun penyebab pastinya masih dalam penyelidikan, kesaksian dari sejumlah pedagang dan relawan di lokasi memberikan gambaran kronologis peristiwa tersebut.
    Tanda-tanda awal kebakaran rupanya sudah tercium beberapa jam sebelum api membesar. Menurut kesaksian seorang pedagang kios, Utomo Honru Suryanto, warga pasar sempat mencium bau sangit sekitar pukul 01.30 hingga 02.00 WIB.
    Bau tersebut menjadi pertanda buruk. Api kemudian mulai terlihat membesar sekitar pukul 02.30 WIB.
    Dugaan kuat api berasal dari lantai dua pasar, sebagaimana diungkapkan oleh sejumlah saksi mata.
    “Informasinya dari lantai dua, tapi ya itu cerita yang saya dengar,” ujar Utomo pada Senin (6/10/2025), dikutip dari
    TribunSolo
    .
    Kabar kebakaran Pasar Wonogiri ini mulai menyebar luas dan diketahui secara resmi sekitar pukul 03.30 WIB.
    Mendengar informasi tersebut, para relawan, termasuk Wakhit Setiyono, segera meluncur ke lokasi kejadian.
    “Iya benar kebakaran di pasar Kota Wonogiri,” kata Wakhit saat dihubungi, Senin (6/10/2025). 
    Wakhit juga membenarkan keterangan saksi yang menyebutkan titik api pertama kali terlihat di lantai atas. Menurutnya, saksi di lokasi melihat api muncul dari lantai 2 sebelum akhirnya merembet ke bawah.
    Situasi di lokasi digambarkan penuh kepanikan. Para pedagang bergegas dan berusaha keras untuk menyelamatkan barang dagangan mereka dari amukan si jago merah.
    Tim pemadam kebakaran (damkar), dibantu oleh relawan dan masyarakat, berjibaku melakukan upaya pemadaman. Namun, api sulit dikendalikan. Hingga pukul 07.30 WIB, atau lebih dari 3,5 jam sejak kebakaran diketahui, pemadaman masih terus berlangsung.
    Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Fuad Wahyu Pratama, yang menyatakan bahwa upaya pemadaman masih terus dilakukan hingga pagi hari.
    Dia menjelaskan, berdasarkan informasi yang diterima, api sudah diketahui sejak pukul 03.30 WIB.
    Meski demikian, belum diketahui secara pasti dari mana sumber api. Petugas masih berjibaku menjinakkan api.
    “Belum diketahui secara pasti sumber apinya,” kata Fuad pada Senin (6/10/2025).
    Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kesaksian Pedagang Pasar Kota Wonogiri Sebelum Kejadian Kebakaran: Sempat Mencium Bau Terbakar
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.