Kementrian Lembaga: BPBD

  • Pria Hanyut di Pintu Air Kali Jagir Surabaya, Dicari Belum Ditemukan

    Pria Hanyut di Pintu Air Kali Jagir Surabaya, Dicari Belum Ditemukan

    Surabaya (beritajatim.com) – Seorang pria belum diketahui identitasnya dilaporkan hanyut terbawa arus Sungai Kali Jagir, Wonokromo. Peristiwa terjadi saat korban membersihkan badan, Rabu (29/10/2025).

    Di lokasi sungai, tepatnya tepi Pintu Air Wonokromo, hanya tertinggal barang-barang milik korban. Mulai dari sabun, tas ransel, dan pakaian.

    Galih, anggota Satpol PP Kota Surabaya mengatakan, pada pukul 06.42 WIB warga sekitar melaporkan ada orang tenggelam sekitar pukul 06.00 WIB. Kala itu, Galih sedang istirahat usai mengatur arus lalulintas Jalan Ngagel-Jalan Jagir Wonokromo.

    “Keterangan warga korban yang tenggelam itu pria. Dapat kabar tadi pagi sekitar pukul 06.42 WIB,” ujar Galih, Rabu (29/10/2025).

    Pencarian korban hanyut dari tepi pintu air sungai Kali Jagir Wonokromo Surabaya (dok. Rama Indra/beritajatim.com)

    Menerima informasi itu, Galih kemudian melapor ke Call Center Kedaruratan 112 Surabaya, Petugas BPBD, dan kepolisian setempat, Polsek Wonokromo.

    “Tidak jauh dari lokasi juga ada barang-barang diduga milik korban. Mulai dari sabun, tas, dan pakaian,” jelasnya.

    Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Wonokromo Ipda Warsito Adi mengungkapkan untuk korban tenggelam informasi awal berjenis kelamin laki-laki. Dan sampai dengan Rabu petang korban belum ditemukan.

    “Namun sampai saat ini belum muncul,” ungkap Ipda Warsito.

    Hingga saat ini dari pantauan beritajatim.com petugas gabungan masih melakukan pencarian terhadap korban dengan menyisir lokasi sungai Pintu Air Wonokromo, mengarahkan tim penyelam dan menggunakan perahu karet. (rma/but)

  • Kantor Desa di Sukabumi Hancur Diterjang Banjir, Data Penting Hilang

    Kantor Desa di Sukabumi Hancur Diterjang Banjir, Data Penting Hilang

    Liputan6.com, Jakarta Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda kawasan Cisolok, Senin (27/10/2025) telah menyebabkan kerusakan parah, bahkan menghancurkan kantor Desa Cikahuripan.

    Menanggapi dampak masif ini, Bupati Sukabumi Asep Japar, menetapkan status tanggap darurat bencana selama lima hari ke depan untuk mempercepat penanganan pascabencana.

    Banjir bandang akibat luapan Sungai Cisolok ini berdampak pada sedikitnya 1.500 jiwa dan enam desa di Kecamatan Cisolok, yaitu Cikahuripan, Cisolok, Wangunsari, Cikelat, Sukarame dan Karangpap.

    Dari keenamnya, Desa Cikahuripan mengalami dampak terparah, di mana kantor desanya mengalami kerusakan berat.

    Kepala Desa Cikahuripan, Heri Suryana, mengungkapkan bahwa seluruh berkas fisik dan data penting di kantor desa tersapu banjir.

    “Semua data-data dan berkas yang ada di desa itu hilang. Saat ini kami tinggal mengandalkan data online saja,” ujar Heri.

    Dia menambahkan bahwa dua unit komputer beserta printer yang terhubung dengan data kependudukan juga rusak.

    Staf desa kini hanya dapat mengandalkan data daring yang tersimpan di beberapa komputer jinjing yang dimiliki pihak desa.

    Asep Japar yang meninjau lokasi bencana menegaskan pentingnya penetapan status tanggap darurat, yang sudah ditetapkan mulai hari ini.

    “Tadi kita sudah meninjau dengan BPBD dan Kapolres. Insha Allah ini akan kita tindak lanjuti segera karena kalau dibiarkan kasihan juga warga masyarakat. Sekarang lagi di assesment dulu karena memang ada 500 kepala keluarga (KK) yang terdampak,” jelas Bupati.

    Bupati juga menyatakan bahwa penanganan bencana memerlukan koordinasi dengan pemerintah provinsi, terutama karena kerusakan tanggul sungai yang merupakan kewenangan provinsi.

    Ia memastikan relokasi sementara kantor desa dan sekolah yang rusak akan segera dilakukan.

    Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi telah mendirikan satu posko pengungsian di Sekolah Dasar Negeri Cisolok. BPBD juga telah membuka dapur umum untuk melayani kebutuhan logistik bagi lebih dari 1.500 jiwa warga yang terdampak.

  • Pemkab Tolitoli Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir

    Pemkab Tolitoli Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir

    Tolitoli, Beritasatu.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tolitoli, Sulawesi Tengah, menetapkan status tanggap darurat bencana selama tujuh hari setelah banjir dan angin kencang melanda sejumlah wilayah sejak akhir pekan lalu. Keputusan tersebut diambil untuk mempercepat penanganan warga terdampak dan mencegah risiko bencana susulan.

    Status tanggap darurat berlaku mulai 27 Oktober hingga 2 November 2025, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Tolitoli Nomor 360/656/BPBD/2025. “Penetapan status ini merupakan langkah cepat setelah hasil kaji Tim Reaksi Cepat BPBD menunjukkan tingginya dampak banjir dan potensi bencana lanjutan,” kata Bupati Tolitoli, Amran Hi Yahya, dalam keterangannya. Rabu (29/10/2025).

    Hujan deras disertai pasang air laut menyebabkan Sungai Lembe meluap dan merendam lima kelurahan di Kecamatan Baolan, yakni Tuweley, Baru, Nalu, Tambun, dan Panasakan. Sedikitnya 1.300 kepala keluarga terdampak. Sejumlah fasilitas umum juga rusak, antara lain pipa air bersih, bronjong sungai, sarana pendidikan, dan rumah ibadah.

    Sementara itu, angin kencang pada Rabu (29/10/2025) menumbangkan pohon besar di Desa Dungingis, Kecamatan Dakopemean, dan menutup sebagian badan jalan Trans Tolitoli–Buol. Warga bersama aparat desa dan petugas BPBD bergotong royong menyingkirkan batang pohon hingga jalur lalu lintas kembali dapat dilalui dalam beberapa jam.

    Menurut Kepala BPBD Sulteng, Akris Fattah Yunus, kebutuhan mendesak saat ini meliputi logistik bantuan, pasokan air bersih, normalisasi sungai, serta penguatan tebing sungai. “Kami terus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi serta lembaga terkait,” ujarnya.

    BMKG mengingatkan potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi di wilayah Sulawesi Tengah beberapa hari ke depan. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap hujan lebat, angin kencang, dan genangan air di kawasan rendah.

    Peristiwa ini menambah daftar bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sulawesi Tengah dalam bulan Oktober. Pemerintah daerah mengimbau warga tetap siaga dan menjaga kebersamaan dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu.

  • Hulu Sungai Rusak Diduga Karena Tambang Ilegal

    Hulu Sungai Rusak Diduga Karena Tambang Ilegal

    Liputan6.com, Jakarta – Banjir bandang menerjang Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, pada Senin (27/10/2025). Banjir diduga kuat berakar dari kerusakan lingkungan di kawasan hulu sungai seperti penggundulan hutan dan potensi aktivitas pertambangan ilegal di wilayah tersebut.

    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Eki Radiana Rizki menjelaskan hasil analisis awal menunjukkan adanya pendangkalan sungai karena banyaknya material lumpur yang terbawa dari hulu.

    Kondisi sungai yang dangkal ini lantas memperparah meluapnya air secara ekstrem saat hujan deras mengguyur wilayah selatan Sukabumi.

    “Jika melihat kondisi air sungai yang sangat keruh, indikasi kuatnya adalah terjadinya pendangkalan. Hal ini mungkin bersumber dari bagian hulu yang sudah tidak lagi berhutan (gundul),” ungkap Eki pada Rabu (29/10/2025).

    Selain tingginya curah hujan, jebolnya beberapa tanggul juga memperluas dampak bencana, membuat aliran air sungai meluber ke pemukiman warga di sejumlah kampung, termasuk Cikahuripan.

    “Debit air yang sangat tinggi ditambah jebolnya tanggul-tanggul mengakibatkan air tumpah ke segala arah. Inilah pemicu wilayah sekitar terendam sangat parah,” jelasnya.

  • Penjelasan BMKG soal Gumpalan Hitam Beterbangan di Langit Subang: Bukan Fenomena Atmosfer

    Penjelasan BMKG soal Gumpalan Hitam Beterbangan di Langit Subang: Bukan Fenomena Atmosfer

    BMKG menilai gumpalan hitam itu kemungkinan besar berasal dari aktivitas di permukaan bumi.

    “Fenomena yang tampak berupa gumpalan hitam tersebut lebih mungkin berasal dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin.”

    Untuk memastikan sumber dan kandungan materialnya, BMKG menyarankan agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) atau BPBD setempat melakukan pemeriksaan lebih lanjut di lokasi kejadian.

    BMKG Jawa Barat menyatakan akan terus memantau kondisi cuaca dan atmosfer di wilayah Subang serta siap memberikan dukungan data jika dibutuhkan untuk kajian lebih mendalam oleh instansi berwenang.

    “Kami terus melakukan pemantauan rutin terhadap dinamika cuaca dan atmosfer. Jika diperlukan, kami siap membantu analisis data untuk mendukung investigasi lanjutan,” tulis BMKG Jabar dalam pernyataannya.

  • Wawali Mojokerto Ajak Warga Gunakan Energi Listrik secara Bijak dan Bertanggung Jawab

    Wawali Mojokerto Ajak Warga Gunakan Energi Listrik secara Bijak dan Bertanggung Jawab

    Mojokerto (beritajatim.com) – Wakil Wali Kota Mojokerto, Rachman Sidharta Arisandi, mengajak masyarakat agar menggunakan energi listrik dengan bijak dan penuh tanggung jawab. Ajakan itu disampaikannya saat menghadiri Apel Maraton (Maksimalkan Pemeliharaan JTM dengan Borderless antar Unit) di Lapangan Raden Wijaya, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Rabu (29/10/2025).

    Dalam sambutannya, Cak Sandi—sapaan akrabnya—menegaskan bahwa energi listrik merupakan sumber daya penting yang ketersediaannya terbatas, sehingga penggunaannya perlu dilakukan dengan kesadaran dan tanggung jawab. “Energi listrik ini tidak boleh dikonsumsi dengan semena-mena. Kita harus ingat bahwa energi listrik ini terbatas,” ungkapnya.

    Ia menekankan bahwa jika digunakan secara berlebihan, maka pasokan listrik tidak akan mencukupi. Karena itu, ia mengajak warga Mojokerto untuk belajar berbagi dan memahami adab dalam menggunakan energi listrik. Menurutnya, penemuan listrik menjadi titik awal revolusi industri dan simbol kemajuan peradaban modern.

    “Dari listrik, kita bisa mengonversinya menjadi berbagai bentuk energi, panas, dingin, hingga gerak. Bahkan kini listrik menjadi sumber bagi ‘mesin berpikir’ seperti komputer dan kecerdasan buatan (AI). Artinya, kehidupan manusia modern tidak bisa lepas dari energi listrik,” tambahnya.

    Sementara itu, Manager PT PLN UP3 Mojokerto, Muhammad Syafdinnur, menyampaikan bahwa kegiatan Apel Maraton menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antarunit PLN dalam meningkatkan keandalan pasokan listrik. “Melalui kegiatan ini, kami ingin memperkuat koordinasi lintas unit agar pemeliharaan jaringan distribusi listrik lebih terkoordinasi,” ujarnya.

    Ia menegaskan bahwa kolaborasi yang solid menjadi kunci dalam menghadirkan pelayanan PLN yang andal, cepat, dan berkelanjutan bagi seluruh pelanggan—baik rumah tangga, usaha, maupun industri. Syafdinnur juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kota dan Kabupaten Mojokerto, Polres, BPBD, DLH, serta seluruh pihak yang mendukung upaya menjaga keandalan sistem kelistrikan.

    “Dukungan dari semua pihak menjadi bagian penting dalam menjaga keandalan pasokan listrik yang turut menopang pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat. Semoga kolaborasi ini membawa manfaat, memperkuat sinergi, serta menghadirkan keberkahan bagi kita semua,” pungkasnya.

    Apel Maraton kali ini diikuti oleh 208 personel PLN yang akan melaksanakan pekerjaan di 254 titik, terdiri dari 54 titik Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) dan 200 titik perabasan pohon di wilayah kerja Mojokerto. [tin/beq]

  • Tim Gabungan Temukan Bocah Hilang Tenggelam di Sungai Gedangan Jombang

    Tim Gabungan Temukan Bocah Hilang Tenggelam di Sungai Gedangan Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Tim gabungan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang, Forpimcam (Forum Pimpinan Kecamatan), dan Basarnas berhasil menemukan jenazah bocah berusia 5 tahun, Ahmad Alfin Mubarok, yang hilang tenggelam di sungai dekat rumahnya di Dusun Mojogeneng, Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Rabu (29/10/2025.

    Proses pencarian yang berlangsung sejak Selasa, 28 Oktober 2025, berakhir dengan penemuan tragis di sungai Desa Tambar, Kecamatan Jogoroto, sekitar pukul 09.45 WIB, dengan jarak sekitar 9,8 kilometer dari lokasi kejadian.

    Saat ditemukan, Ahmad sudah tidak bernyawa dan masih mengenakan pakaian yang sama seperti saat terakhir kali terlihat oleh keluarganya. Jasadnya ditemukan mengambang di sungai dengan kedalaman sekitar 1 meter. Petugas segera mengevakuasi jenazah dan membawanya ke kamar jenazah RSUD Jombang.

    Kepala Pelaksana BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, menjelaskan bahwa pencarian sempat dihentikan pada malam hari tanggal 28 Oktober dan dilanjutkan kembali pada pagi hari, 29 Oktober 2025.

    Tim gabungan terdiri dari relawan BPBD Jombang, Forpimcam, dan Basarnas melakukan pencarian dengan menyisir sungai yang diduga menjadi lokasi tenggelamnya korban. Posko bersama didirikan untuk mempermudah koordinasi dan pengumpulan informasi dari warga setempat.

    Pencarian memasuki babak baru setelah warga melaporkan temuan jenazah di sungai Desa Tambar. Tim gabungan segera menuju lokasi dan memastikan bahwa informasi tersebut benar. Orangtua korban memastikan identitas anaknya berdasarkan pakaian dan tanda lahir milik Ahmad.

    Kronologi peristiwa berawal pada Selasa sore, sekitar pukul 17.00 WIB, Ahmad sedang makan bersama ibunya di ruang tengah rumah. Setelah makan, ia masuk ke kamar, sementara ibunya pergi mandi.

    Dua kakaknya yang ada di ruang tengah tidak menyadari bahwa Ahmad tiba-tiba menghilang. Sekitar setengah jam kemudian, sang ayah pulang dan bertanya tentang keberadaan anaknya. Ibu korban baru menyadari bahwa Ahmad sudah tidak ada di rumah, dan pencarian pun dilakukan.

    Keluarga tidak menemukan jejaknya di dalam rumah dan mendapati pintu samping yang terbuka, yang mengarah langsung ke sungai. Mereka mencurigai bahwa Ahmad tercebur ke dalam aliran sungai.

    Pencarian yang dilakukan tim gabungan membuahkan hasil dengan ditemukannya jenazah Ahmad yang sudah tidak bernyawa. Keluarga dan warga setempat merasakan kesedihan mendalam atas kejadian tersebut. Meski upaya pencarian telah berakhir, tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. [suf]

  • Longsor di Dagangan Madiun Tutup Akses ke Dusun Tegir, 40 KK Terisolasi

    Longsor di Dagangan Madiun Tutup Akses ke Dusun Tegir, 40 KK Terisolasi

    Madiun (beritajatim.com) – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Kabupaten Madiun pada Selasa (28/10/2025) sore menyebabkan tanah longsor di Desa Padas, Kecamatan Dagangan. Material longsoran menutup jalan desa dan memutus total akses menuju Dusun Tegir, sehingga sedikitnya 40 kepala keluarga (KK) di wilayah tersebut terisolasi.

    Warga bersama petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan perangkat desa bergotong royong membersihkan timbunan tanah dan rumpun bambu yang menutup jalur utama desa. Petugas BPBD Kabupaten Madiun, Dodik Andika, mengatakan longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan pegunungan sejak siang hingga malam hari.

    “Longsoran tanah cukup tebal, bercampur akar bambu dan batu. Semua menutup jalan penghubung ke Dusun Tegir,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).

    Menurut Dodik, upaya pembersihan dilakukan secara manual karena medan di lokasi cukup berisiko jika menggunakan alat berat. “Lokasi longsor berada di tebing curam dan jalan sempit, jadi sementara kami gunakan alat seadanya,” terangnya.

    Meski akses warga terganggu, Dodik memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. “Tidak ada korban. Kami fokus membuka akses secepat mungkin agar mobilitas warga kembali normal,” tambahnya.

    Hingga Rabu siang, proses pembersihan material longsor masih berlangsung dengan melibatkan aparat gabungan dan warga sekitar. BPBD Madiun mengimbau warga di kawasan perbukitan untuk tetap waspada terhadap potensi longsor susulan, mengingat curah hujan di wilayah tersebut masih tinggi. [rbr/beq]

  • Atap Rumah Joglo Klasik di Ponorogo Hancur Disambar Petir

    Atap Rumah Joglo Klasik di Ponorogo Hancur Disambar Petir

    Ponorogo (beritajatim.com) – Musim penghujan yang baru datang membawa peringatan keras bagi warga Ponorogo. Sambaran petir menghantam rumah joglo milik Agus Santoso (56), warga Desa Kutu Wetan, Kecamatan Jetis, Selasa (28/10/2025) sore. Rumah berarsitektur klasik peninggalan keluarga itu hancur di bagian atap setelah tersambar petir dengan suara menggelegar yang mengguncang kawasan sekitar.

    Atap rumah yang terbuat dari genting dan kayu jati tua porak-poranda, sementara aliran listrik padam total. Meski tak menimbulkan korban jiwa, peristiwa ini membuat keluarga Agus panik dan masih trauma hingga kini.

    “Memang kondisinya gerimis, sekitar pukul 15.30 WIB suara petirnya keras sekali, tidak seperti biasanya. Menggelegar dan menggema,” kata Agus, Rabu (29/10/2025).

    Agus mengaku saat kejadian dirinya tengah duduk di teras bersama beberapa orang yang bekerja di tempatnya. Dalam hitungan detik, ledakan keras membuat genteng berhamburan. Bagian tengah rumah joglo yang berdiri sejak 1963 itu pun roboh.

    “Nggak tahu, kalau rumah bagian tengah roboh, mungkin bersamaan dengan suara petir itu,” ujarnya lirih sambil menatap tumpukan genteng yang masih berserakan.

    Dampak sambaran petir juga merusak sejumlah alat elektronik, seperti router WiFi dan sekring listrik. Agus memperkirakan kerugian mencapai sekitar Rp5 juta.

    “Yang rusak genteng, plafon kamar anak berlubang, alat WiFi juga rusak, listrik langsung mati,” jelasnya.

    Sementara itu, Nana Krisdiana, istri Agus, mengaku masih syok dengan kejadian tersebut. Saat petir menyambar, ia tengah memasak di dapur. Suara ledakan yang sangat keras membuatnya sempat mengira terjadi ledakan listrik.

    “Suaranya keras banget, saya kira petir biasa. Tahu-tahu tetangga datang bilang rumah bagian tengah roboh. Alhamdulillah anak-anak di ruang tamu, suami di depan, jadi semua selamat,” ungkap Nana.

    Sejak Rabu pagi, warga sekitar bergotong royong membantu keluarga Agus membersihkan puing-puing dan memasang terpal darurat untuk menutup bagian atap yang jebol agar tidak bocor saat hujan turun kembali.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di awal musim penghujan. Rumah dengan struktur lama dan tanpa penangkal petir disarankan untuk segera melakukan langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang. [end/beq]

  • Hari Ketiga Banjir Cisolok Sukabumi, Warga Bergelut dengan Lumpur dan Sampah
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        29 Oktober 2025

    Hari Ketiga Banjir Cisolok Sukabumi, Warga Bergelut dengan Lumpur dan Sampah Bandung 29 Oktober 2025

    Hari Ketiga Banjir Cisolok Sukabumi, Warga Bergelut dengan Lumpur dan Sampah
    Tim Redaksi
    SUKABUMI, KOMPAS.com
    – Bencana yang terjadi di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, memasuki hari ketiga pada Rabu (29/10/2025).
    Pantauan Kompas.com pada Rabu pagi di Kampung Tugu Desa Cikahuripan, tampak masyarakat, relawan, serta TNI dan Polri mulai melakukan evakuasi sampah serta lumpur yang terbawa akibat banjir limpasan pada Senin (27/10/2025) sore.
    Lumpur masih merendam beberapa titik di wilayah tersebut, termasuk area halaman kantor Desa Cikahuripan.
    Lumpur-lumpur yang menggenang di Kampung Tugu itu perlahan mulai surut.
    Sampah rumah tangga dan perabotan warga yang turut terbawa banjir pun mulai dinaikkan ke truk sampah.
    Dua truk sampah yang berada di Kampung Tugu itu sejak pagi terlihat hilir mudik mengangkut dan membuang sampah.
    Diberitakan sebelumnya, kejadian bencana banjir bandang melanda Desa Cikahuripan, Kampung Tugu, Kecamatan Cisolok, Jawa Barat.
    Di kampung itu terdapat sekitar 500 rumah yang terdampak.
    Selain banjir yang menerjang rumah warga, bangunan SDN Cikahuripan dan kantor desa turut rusak tersapu oleh air yang membawa material lumpur.
    Menyikapi kejadian bencana tersebut, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor.
    Hal tersebut tertuang dalam keputusan Bupati Sukabumi nomor 300.2.1/kep 859 – BPBD/2025.
    Dalam surat tersebut, status tanggap darurat bencana banjir dan longsor di wilayah Kecamatan Cisolok dan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, itu berlaku selama lima hari, sejak tanggal 27 hingga 31 Oktober.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.