Kementrian Lembaga: BPBD

  • Ini penyebab tanggul Baswedan Jaksel jebol

    Ini penyebab tanggul Baswedan Jaksel jebol

    Jakarta (ANTARA) – Ketua RW 06, Kelurahan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Abdul Kohar menyebutkan penyebab tanggul Baswedan jebol karena lahan yang semakin sempit.

    “Kan makin lama diameter kali itu makin lama makin hilang menyempit karena ya begitulah keadaan wilayah kami, medan yang ada di Kali Pulo ini,” kata Abdul kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

    Abdul mengatakan mantan Gubernur DKI Anies Baswedan yang sebelumnya sudah delapan kali meninjau lokasi juga turut mengatakan demikian.

    Oleh karena itu, dia menyayangkan mengapa jalur kali semakin hilang sampai ke utara. Terlebih dulunya, lahan rumah di sekitaran Masjid Al Ridwan merupakan ruang hijau.

    “Sebetulnya ini di bawah itu masih zamannya Pak Soeharto, itu adalah jalur hijau. Semua ini sekitar 7,4 hektare itu adalah jalur hijau,” ucapnya.

    Dia juga menceritakan ketinggian banjir di lokasi yang paling parah yakni mencapai 1,5 meter atau setinggi leher orang dewasa. Dengan adanya tanggul Baswedan sangat terbantu untuk menangani banjir.

    “Yang memberi nama itu juga warga, bukan Pak Anies yang minta. Tanggul Anies Baswedan itu RT dan warganya semua,” ucapnya.

    Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan menyiapkan tujuh unit pompa stationer berkapasitas 400 sampai 1.000 liter untuk menangani banjir di kawasan Kemang, Mampang Prapatan dan Jati Padang, Pasar Minggu, akibat jebolnya tanggul di kawasan itu.

    Dua tanggul dua wilayah itu jebol pada Kamis (30/10) akibat tingginya curah hujan.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat 11 RT masih tergenang banjir, pada Jumat pagi.

    Di Jakarta Selatan terdapat 11 RT, yakni satu RT di Pela Mampang dengan ketinggian air 30 cm yang disebabkan curah hujan tinggi, lima RT di Duren Tiga dengan ketinggian 150 cm yang juga disebabkan curah hujan tinggi, serta lima RT di Jati Padang dengan ketinggian 40 cm yang diakibatkan curah hujan tinggi, luapan Kali PHB dan jebolnya tanggul Baswedan.

    Sebelumnya, hujan deras melanda Jakarta sejak Kamis (30/10) pukul 16.00 WIB, sehingga menyebabkan genangan dan banjir di sejumlah wilayah.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Retakan Tanah Meluas, Warga Dagangan Madiun Diungsikan, BPBD Siapkan Alat Pendeteksi

    Retakan Tanah Meluas, Warga Dagangan Madiun Diungsikan, BPBD Siapkan Alat Pendeteksi

    Madiun (beritajatim.com) – Retakan tanah sepanjang sekitar 500 meter yang muncul di Dusun Morowoso, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, semakin meluas sejak pertama kali terpantau pada Rabu (29/10/2025).

    Akibat pergerakan tanah ini, delapan rumah warga terdampak dan harus diungsikan untuk menghindari risiko longsor.

    Plt. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Boby Saktia Putra Lubis, menjelaskan bahwa laporan awal diterima pada Rabu siang. Tim BPBD langsung diterjunkan ke lokasi untuk memantau kondisi retakan dan dampak yang ditimbulkan.

    “Laporan pertama kita terima hari Rabu, dan teman-teman langsung ke lapangan untuk terus memantau,” terang Boby, Jumat (31/10/2025).

    Menurut Boby, hasil pantauan hingga Kamis malam menunjukkan bahwa retakan semakin melebar dan struktur tanah terus bergerak, menyebabkan kerusakan di sejumlah rumah warga.

    “Akhirnya diputuskan penghuni delapan rumah yang terdampak untuk diungsikan sementara. Informasi dari Kepala Desa, sementara mereka ditempatkan di Mushala,” ungkapnya.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis (foto : Rendra Bagus Rahadi)

    BPBD Kabupaten Madiun juga telah menyalurkan bantuan logistik, meliputi makanan siap saji, kasur, dan perlengkapan tidur bagi warga yang diungsikan. “Hari ini kami memastikan bantuan logistik tersalurkan dan warga terdampak mendapat tempat istirahat yang layak,” tambahnya.

    Terkait potensi bencana lanjutan, BPBD berencana memasang alat Early Warning System (EWS) untuk mendeteksi pergerakan tanah di wilayah tersebut.

    “Ada kemungkinan nanti kita pasang alat EWS untuk pergerakan tanah atau tanah longsor. Saat ini BPBD baru memiliki satu alat EWS yang terpasang di Desa Padas, tapi karena Desa Mendak ini berada di lereng yang tinggi, kemungkinan alat itu juga akan kita pasang di sana,” jelas Boby.

    Boby juga menyebut, laporan perkembangan retakan tanah di Desa Mendak sudah disampaikan ke BPBD Provinsi Jawa Timur. Pihak provinsi diharapkan dapat membantu dengan alat pemantau yang lebih canggih guna memperkuat pemantauan di lokasi rawan pergerakan tanah tersebut.

    “Untuk provinsi sudah kami laporkan. Kami berharap bisa mendapat dukungan alat dan tenaga teknis tambahan agar pemantauan bisa lebih maksimal,” ujarnya.

    Meski hingga kini belum ada korban jiwa, BPBD Madiun mengimbau warga sekitar agar tetap waspada, tidak beraktivitas dekat area retakan, serta segera melapor jika muncul tanda-tanda longsor susulan. Petugas juga akan terus bersiaga di sekitar lokasi hingga kondisi dinyatakan aman. (rbr/ted)

  • Fenomena “Cleret Tahun” Muncul di Waduk Bening Madiun, BPBD Imbau Warga Waspada

    Fenomena “Cleret Tahun” Muncul di Waduk Bening Madiun, BPBD Imbau Warga Waspada

    Madiun (beritajatim.com) – Fenomena alam langka kembali menarik perhatian warga Kabupaten Madiun. Pusaran angin di atas permukaan air atau yang dikenal masyarakat Jawa sebagai “Cleret Tahun” muncul di kawasan Waduk Bening, Kecamatan Saradan, pada Kamis (30/10/2025) sore.

    Video dan foto fenomena itu beredar di media sosial, memperlihatkan gumpalan awan hitam pekat dengan pusaran angin berputar di atas permukaan waduk. Meski hanya berlangsung beberapa menit, kemunculan fenomena ini sempat menghebohkan warga sekitar.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, menjelaskan bahwa “Cleret Tahun” merupakan istilah lokal untuk fenomena puting beliung yang terbentuk akibat peningkatan suhu udara ekstrem dalam beberapa hari terakhir.

    “Beberapa hari ini suhu udara cukup tinggi terutama di wilayah Madiun sehingga penguapan meningkat. Uap air naik dan membentuk awan cumulonimbus berwarna hitam. Saat tekanan udara tidak stabil, muncul pusaran angin di bawah awan itu yang bagi orang Jawa dikenal sebagai Cleret Tahun,” jelas Boby, Jumat (31/10/2025).

    Ia menambahkan, fenomena seperti ini umumnya muncul saat masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan atau pancaroba, ketika perubahan suhu dan tekanan udara di atmosfer berlangsung cepat.

    “Cleret Tahun atau Puting Beliung ini umumnya terjadi di atas perairan luas seperti waduk, rawa, sawah, atau laut. Perbedaan suhu antara udara panas dari permukaan dan udara dingin di lapisan atas menciptakan tekanan tidak seimbang yang memicu pusaran angin,” tambahnya.

    Boby juga mengingatkan bahwa selama masa pancaroba, potensi hujan deras disertai angin kencang dan petir akan meningkat di sejumlah wilayah Jawa Timur, termasuk Madiun. Karena itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

    “Masyarakat diimbau untuk menjauh dari area terbuka apabila melihat tanda-tanda kemunculan pusaran angin. Meski fenomena ini biasanya berlangsung singkat dan hilang dengan sendirinya, Cleret Tahun tetap bisa menimbulkan dampak seperti kerusakan ringan di sekitar permukiman,” ujar Boby.

    Ia menegaskan, jika pusaran angin terlihat mendekati wilayah pemukiman, warga disarankan segera mencari tempat aman untuk menghindari risiko tertimpa material terbang atau pohon tumbang.

    Menurut catatan BPBD, kemunculan “Cleret Tahun” di Waduk Bening kali ini merupakan yang pertama sepanjang tahun 2025. Namun, peristiwa serupa pernah terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Madiun pada tahun-tahun sebelumnya, terutama saat suhu udara tinggi menjelang datangnya musim hujan. [rbr/beq]

  • Luapan Sungai Jatiroto Rendam 1.225 Rumah di Lumajang, Warga Butuh Air Bersih dan Makanan

    Luapan Sungai Jatiroto Rendam 1.225 Rumah di Lumajang, Warga Butuh Air Bersih dan Makanan

    Lumajang (beritajatim.com) – Sebanyak 1.225 rumah warga di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terendam banjir akibat luapan Sungai Jatiroto pada Jumat (31/10/2025). Banjir melanda dua desa yakni Desa Rojopolo dan Kaliboto Kidul.

    Camat Jatiroto, Kutum Hadi Kasiyan, mengatakan total ada tiga dusun yang terdampak banjir. “Ini yang terdampak ada 3 dusun, Dusun Persil dan Dusun Pokapan di Desa Rojopolo, sama Dusun Petung di Desa Kaliboto Kidul,” kata Kutum di lokasi banjir, Jumat (31/10/2025).

    Berdasarkan data pemerintah kecamatan, sebanyak 1.185 rumah terdampak di Desa Rojopolo dan 40 rumah di Desa Kaliboto Kidul. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Jatiroto yang tidak mampu menampung debit air tinggi setelah hujan deras mengguyur wilayah setempat sejak Kamis (30/10/2025) malam hingga dini hari.

    “Jadi, banjirnya pagi tadi habis subuh datangnya, penyebabnya hujan lebat malam tadi sampai dini hari dan sungai itu meluap,” tambah Kutum.

    Air mulai naik sekitar pukul 04.30 WIB, sesaat setelah warga menunaikan salat Subuh. Ketinggian air di beberapa titik sempat mencapai hampir setengah meter dan merendam rumah-rumah warga di tiga dusun tersebut.

    Menurut Kutum, banjir kali ini menjadi yang pertama dalam 15 tahun terakhir. Kondisi ini disebabkan sedimentasi dan sumbatan di hilir sungai yang menghambat aliran air sehingga genangan sulit surut. “Ini sudah 15 tahun tidak banjir, baru sekarang ini banjir, karena di hilirnya ada sumbatan dan butuh dilakukan normalisasi,” ujarnya.

    Selain merendam pemukiman, banjir juga menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih karena sebagian besar sumur ikut terendam air sungai. Aktivitas memasak pun terhenti akibat genangan air di dapur rumah warga.

    “Yang dibutuhkan warga makanan karena dari pagi tidak bisa masak dan belum makan, termasuk pasokan air bersih untuk minum,” ungkap Kutum.

    Pemerintah kecamatan bersama BPBD Lumajang kini menyiapkan bantuan logistik darurat bagi warga terdampak sambil melakukan koordinasi untuk normalisasi sungai agar banjir tidak kembali meluas. [has/beq]

  • Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        31 Oktober 2025

    Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan Bandung 31 Oktober 2025

    Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    — Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bandung melaksanakan apel siaga bencana.
    Hal ini mengingat wilayah Kabupaten Bandung termasuk salah satu wilayah di Jawa Barat yang rentan terhadap bencana seperti longsor, puting beliung, dan banjir.
    Apel tersebut dilaksanakan lantaran beberapa waktu terakhir wilayah Bandung Raya, termasuk Kabupaten Bandung, dilanda hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan bencana banjir di beberapa titik.
    Wakil Bupati Bandung, Ali Syakieb, membenarkan beberapa hari terakhir di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung terjadi bencana, baik banjir maupun longsor.
    “Yang jelas untuk sekarang kami sama-sama bekerja itu dari saluran-saluran air yang harus kami awasi. Entah itu dari solokan, dari sungai-sungai, dari sampah-sampah. Itu poin-poin pertama yang harus kami selesaikan ke depan,” ujarnya saat ditemui pada Apel Siaga Bencana di Lapangan Panah, Sarana Olahraga (SOR) Stadion Si Jalak Harupat (SJH), Jumat (31/10/2025).
    Ali mengaku telah ditugaskan oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna, untuk mengecek beberapa lokasi bencana.
    Terkait banjir, dia menyebut ada beberapa faktor penyebab, di antaranya selokan, drainase, hingga tekstur dari tanah yang kerap menyebabkan longsor.
    “Kemarin saya ke Kecamatan Rancaekek, itu tanahnya berpotensi longsor karena tekstur tanahnya itu seperti cekungan,” terangnya.
    Kapolresta Bandung, Kombes Pol Aldi Subartono, mengatakan seluruh elemen di Kabupaten Bandung hadir dan merespons kesiagaan bencana.
    Apel tersebut, kata Aldi, diikuti sebanyak 800 personel yang terdiri dari unsur TNI AD dan AU, BPBD, Basarnas, dan PMI.
    Nantinya, semua personel tersebut akan bersiaga di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung.
    “Jadi, agar ke depan bisa respons cepat mitigasi ketika ada bencana sehingga semua personel ini nanti tersebar,” ujarnya.
    Saat ini, para personel tersebut akan dilengkapi dengan alat bantu mulai dari perkakas ringan hingga alat berat.
    Selain itu, para personel juga difokuskan pada titik yang rawan bencana alam.
    Di Kecamatan Pangalengan, misalnya, personel akan disiagakan untuk antisipasi adanya bencana longsor.
    Sementara itu, daerah rawan banjir ialah di Dayeuhkolot dan Bojongsoang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Satu Pengendara Tewas, Ini Fakta-fakta Pohon Tumbang di Jakarta Selatan

    Satu Pengendara Tewas, Ini Fakta-fakta Pohon Tumbang di Jakarta Selatan

    Jakarta: Seorang pengendara tewas tertimpa pohon tumbang di Jalan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 30 Oktober 2025. Peristiwa terjadi usai hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah tersebut pada sore hari.

    “Satu orang meninggal dunia ketika tiba di rumah sakit,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohamad Yohan, di Jakarta, hari ini.
     
    Pohon menimpa lima mobil

    Menurut Yohan, insiden pohon tumbang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB di Kelurahan Pulo, Kecamatan Kebayoran Baru. Pohon berukuran besar tersebut menimpa lima mobil yang tengah melintas di lokasi. 
     

     

    Korban lainnya mengalami luka-luka

    Selain menewaskan satu orang, peristiwa itu juga menyebabkan satu orang lainnya mengalami luka-luka. “Peristiwa ini juga mengakibatkan satu korban luka,” ujar Yohan.

    Petugas BPBD bersama unsur terkait telah mengevakuasi korban, kendaraan, serta batang pohon yang sempat menutup akses jalan.
     
    Petugas mendata kerugian material

    Yohan menambahkan, hingga kini petugas masih melakukan pendataan terkait kerugian material akibat kejadian tersebut.

    “Untuk kerugian akibat peristiwa tersebut masih dalam pendataan petugas di lapangan yang sampai saat ini masih bekerja,” bebernya.

    Jakarta: Seorang pengendara tewas tertimpa pohon tumbang di Jalan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 30 Oktober 2025. Peristiwa terjadi usai hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah tersebut pada sore hari.
     
    “Satu orang meninggal dunia ketika tiba di rumah sakit,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohamad Yohan, di Jakarta, hari ini.
     

    Pohon menimpa lima mobil

    Menurut Yohan, insiden pohon tumbang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB di Kelurahan Pulo, Kecamatan Kebayoran Baru. Pohon berukuran besar tersebut menimpa lima mobil yang tengah melintas di lokasi. 
     

     

    Korban lainnya mengalami luka-luka

    Selain menewaskan satu orang, peristiwa itu juga menyebabkan satu orang lainnya mengalami luka-luka. “Peristiwa ini juga mengakibatkan satu korban luka,” ujar Yohan.
     
    Petugas BPBD bersama unsur terkait telah mengevakuasi korban, kendaraan, serta batang pohon yang sempat menutup akses jalan.
     

    Petugas mendata kerugian material

    Yohan menambahkan, hingga kini petugas masih melakukan pendataan terkait kerugian material akibat kejadian tersebut.

    “Untuk kerugian akibat peristiwa tersebut masih dalam pendataan petugas di lapangan yang sampai saat ini masih bekerja,” bebernya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • 54 RT di Jakarta masih kebanjiran

    54 RT di Jakarta masih kebanjiran

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa banjir yang terjadi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur semakin meluas, kini 54 Rukun Tetangga (RT ) terendam.

    “Hingga pukul 21.00 WIB kami mencatat saat ini genangan terjadi di 54 RT,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, pada Kamis sore banjir merendam 29 RT di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Kini data terakhir menunjukkan daerah yang terendam semakin meluas.

    Yohan mengatakan bahwa penyebab banjir, yaitu hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya mengakibatkan kenaikan Pos Sunter Hulu Waspada/Siaga 3 pada Kamis pukul 16.00 WIB.

    Kemudian Pos Pesanggrahan Waspada/Siaga 3 pada pukul 17.00 WIB dan Pintu Air Karet Waspada/Siaga 3 pukul 19.00 WIB.

    Adapun data wilayah terdampak sebagai berikut:

    Di Jakarta Selatan terdapat 53 RT yang kebanjiran, yaitu:

    Kelurahan Cilandak Barat: 1 RT
    Ketinggian: 80 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Kelurahan Pondok Labu: 1 RT
    Ketinggian: 30 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Kelurahan Cipete Utara: 3 RT
    Ketinggian: 160 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Kelurahan Petogogan: 26 RT
    Ketinggian: 30 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Kelurahan Bangka: 2 RT
    Ketinggian: 110 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Mampang

    Kelurahan Kuningan Barat 6 RT
    Ketinggian: 110 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Mampang

    Kelurahan Pela Mampang 9 RT
    Ketinggian: 90 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi

    Kelurahan Cilandak Timur: 3 RT
    Ketinggian: 130 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Kelurahan Kebagusan 2 RT
    Ketinggian: 50 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi

    Jakarta Timur terdapat 1 RT yang kebanjiran, yaitu:

    Kelurahan Tengah: 1 RT
    Ketinggian: 60 cm
    Penyebab: Curah hujan tinggi.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BPBD Jatim Tinjau Kondisi Pesantren di Situbondo Setelah Ambruknya Atap Asrama

    BPBD Jatim Tinjau Kondisi Pesantren di Situbondo Setelah Ambruknya Atap Asrama

    Situbondo (beritajatim.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur mengunjungi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani Ra di Kecamatan Besuki, Situbondo, Kamis (30/10/2025).

    Kunjungan ini dilakukan pasca ambruknya atap asrama yang menewaskan satu santriwati dan melukai beberapa lainnya. Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto, menjelaskan bahwa tujuan utama kunjungan ini adalah untuk melihat langsung kondisi pesantren serta memberikan bantuan kepada pihak pondok.

    “Kami di sini melihat kondisi pesantren, di mana ada beberapa santri yang masih tinggal di sini, sebagian diliburkan akibat musibah tersebut. Hari ini kita juga memberikan bantuan kepada pihak pondok,” ujar Gatot.

    Gatot juga menekankan pentingnya evaluasi teknis terhadap bangunan pesantren, terutama mengingat menjelang musim penghujan yang berpotensi meningkatkan risiko bencana alam, seperti angin kencang.

    “Kita berharap seluruh pesantren di Jawa Timur bisa meninjau bangunannya. Beberapa memang perlu peninjauan teknis terkait kekuatan struktur bangunan agar lebih aman,” jelasnya.

    Selain itu, BPBD Jatim mendorong pentingnya pemberian pelatihan tanggap bencana kepada santri dan pengurus pondok pesantren. Gatot menegaskan bahwa pengetahuan mengenai cara-cara menyelamatkan diri sangat penting bagi santri.

    “Jika terjadi bencana, baik gempa bumi maupun angin kencang yang bisa merobohkan atap, para santri harus tahu cara menyelamatkan diri dan membantu temannya,” tegasnya.

    Gatot menambahkan bahwa upaya mitigasi bencana berbasis komunitas di pesantren sangat krusial. Mengingat banyaknya santri yang tinggal di lingkungan padat dengan bangunan yang sering kali tidak memenuhi standar keamanan struktural, penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan tentang bencana.

    “Dengan kesiapsiagaan ini, kita bisa meminimalkan risiko korban saat bencana terjadi,” pungkasnya. [awi/suf]

  • Tembok pembatas TPU Jeruk Purut roboh akibat hujan deras

    Tembok pembatas TPU Jeruk Purut roboh akibat hujan deras

    Jakarta (ANTARA) – Tembok pembatas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan roboh akibat hujan deras di daerah itu pada Kamis sore pukul 16.00 WIB.

    “Akibat hujan sangat lebat, mengakibatkan tembok (pembatas) roboh,” kata Kepala TPU Jeruk Purut Edi Nurzaman saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

    Edi mengatakan hujan di lokasi mengakibatkan tembok pembatas roboh sekitar pukul 17.00 WIB.

    Dia mengatakan kejadian tembok pembatas roboh di TPU tersebut hingga saat ini baru terjadi kedua kalinya.

    Oleh karena itu, pihaknya memastikan jalan di sekitar TPU itu ditutup agar warga mencari jalan alternatif lainnya.

    “Iya, jalan dialihkan sementara ke atas dulu karena memang hujan,” ucapnya.

    Ia juga menyebut, tak ada korban dari peristiwa ini.

    Ia tak merinci detail dari tembok pembatas yang roboh tersebut.

    Sementara itu, hingga pukul 18.00 WIB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat ada 28 RT di Jakarta Selatan yang masih tergenang banjir.

    Rinciannya yakni satu RT di Cilandak Barat dengan ketinggian 80 sentimeter (cm) yang penyebabnya curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut.

    Lalu, satu RT di Bangka dengan ketinggian 110 cm yang penyebabnya curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut. Kemudian, 26 RT dengan ketinggian 30 cm yang penyebabnya curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 8
                    
                        Pengemudi Mobil Tewas Tertimpa Pohon di Dharmawangsa Jaksel
                        Megapolitan

    8 Pengemudi Mobil Tewas Tertimpa Pohon di Dharmawangsa Jaksel Megapolitan

    Pengemudi Mobil Tewas Tertimpa Pohon di Dharmawangsa Jaksel
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Seorang pengemudi mobil meninggal dunia setelah tertimpa pohon yang tumbang di Jalan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2025) sore.
    “Korban sudah dinyatakan meninggal dunia oleh dokter RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina),” kata Kapusdatin BPBD DKI Jakarta, Mohammad Yohan, kepada wartawan, Kamis.
    Selain korban meninggal, satu orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka akibat kejadian tersebut.
    Yohan menjelaskan, pohon jenis rengas itu tumbang karena hujan deras disertai angin kencang.
    “Penyebab pohon tumbang diakibatkan hujan intensitas deras dan angin kencang,” ujarnya.
    Sementara itu, Satpol PP Kelurahan Kramat Pulo, Hendri, menyebut ada empat mobil dan satu sepeda motor yang tertimpa pohon di depan Restoran Plataran.
    “Empat mobil, Lexus satu, Avanza dua, Alphard satu, sama motor Scoopy satu. Perkiraan (kejadian) jam 15.00,” kata Hendri.
    Tak jauh dari lokasi kejadian, pohon lain juga dilaporkan tumbang di Jalan Dharmawangsa X dan menimpa dua unit mobil yang sedang terparkir.
    Petugas gabungan telah mengevakuasi pohon tumbang dan kendaraan yang rusak akibat kejadian tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.