Kementrian Lembaga: BPBD

  • Diterjang Banjir Lahar Gunung Semeru, BPBD Lumajang Bakal Perpanjang Masa Tanggap Darurat Bencana

    Diterjang Banjir Lahar Gunung Semeru, BPBD Lumajang Bakal Perpanjang Masa Tanggap Darurat Bencana

    Lumajang (beritajatim.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berencana untuk memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor.

    Sebagai informasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang telah menetapkan status tanggap darurat bencana sejak 1 hingga 7 November 2025.

    Sebelumnya, penetapan status tanggap darurat bencana ini merupakan kebijakan yang diambil imbas dari kejadian bencana alam yang berdampak di 8 kecamatan pada, Sabtu (1/11/2025) malam.

    Selanjutnya, masa tanggap darurat bencana ini akan kembali diperpanjang imbas terjadinya banjir lahar Gunung Semeru yang menerjang pada, Rabu (5/11/2025).

    Akibat banjir lahar ini, tanggul penahan di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian sepanjang 200 meter jebol.

    Hal ini menyebabkan sawah dan sejumlah warung rusak disapu derasnya aliran lahar. Selain itu, akses warga antar Kecamatan Pasirian dan Tempursari juga ikut terputus hingga membuat warga di tiga dusun setempat terisolasi.

    Kepala Pelaksana BPBD Lumajang Isnugroho mengatakan, masa tanggap darurat bencana rencananya akan diperpanjang kembali selama 7 hari.

    Meski begitu, proses perpanjangan masih harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Bupati Lumajang terlebih dahulu.

    “Ini rencananya kami memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor. Inikan (sebelumnya) sampai tanggal 7, nanti akan diajukan ke bupati dan akan perpanjangan 7 hari lagi,” terang Isnugroho di kawasan banjir lahar Sungai Regoyo, Rabu (5/11/2025).

    Menurutnya, sesuai ketentuan, penetapan masa tanggap darurat bencana bisa dilakukan hingga tiga kali perpanjangan.

    Langkah perpanjangan masa tanggap darurat bencana ini dinilai penting untuk dilakukan. Sebab, dari segi kesiapan teknis masih belum bisa mengikuti penanganan kedaruratan dari bencana.

    “Jika melihat melihat kondisi kesiapan teknis belum bisa mengikuti untuk penanganan kedaruratan ini. Jadi saya menyarankan ke bu indah selaku Bupati Lumajang untuk memperpanjang (masa tanggap darurat bencana),” ungkap Isnugroho. (has/ian)

  • Remaja di Sampang Tewas Disambar Petir saat Hujan Deras, Warga Berduka

    Remaja di Sampang Tewas Disambar Petir saat Hujan Deras, Warga Berduka

    Sampang (beritajatim.com) – Seorang remaja bernama Firmansah (15), warga Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, dilaporkan meninggal dunia setelah tersambar petir saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada Rabu (5/11/2025) sore.

    Berdasarkan laporan warga kepada Tim BPBD Sampang, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 17.30 WIB. Saat kejadian, korban bersama tiga saudaranya dan satu sepupu sedang bersantai di ruang tamu. Tiba-tiba, sambaran petir menghantam dan langsung mengenai Firmansah, hingga meninggal dunia di tempat.

    Tim TRC BPBD Sampang segera berkoordinasi dengan unsur Forkopimcam Kedungdung untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

    “Laporan resmi pun telah kami sampaikan kepada pimpinan BPBD Sampang,” ucap Mohammad Hosin, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sampang.

    Saat ini, jenazah korban tengah diurus oleh pihak keluarga. Rencananya, almarhum akan dimakamkan pada Kamis pagi, menunggu kedatangan orang tua korban yang masih berada di luar kota.

    Hingga malam hari, cuaca di wilayah Kabupaten Sampang masih dilaporkan gerimis dengan potensi hujan ringan di sejumlah kecamatan.

    “Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan sambaran petir, terutama saat hujan deras disertai kilat,” tutupnya. [sar/ian]

  • Akses Terputus, Warga di Lumajang Nekat Gotong Kendaraan Seberangi Derasnya Aliran Lahar Gunung Semeru

    Akses Terputus, Warga di Lumajang Nekat Gotong Kendaraan Seberangi Derasnya Aliran Lahar Gunung Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Banjir lahar Gunung Semeru menyebabkan akses warga di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur terputus.

    Kondisi ini terjadi setelah sungai Regoyo diterjang banjir lahar dan menyebabkan tanggul penahan di Desa Gondoruso jebol.

    Akibat banjir, akses keluar masuk warga antar Kecamatan Pasirian-Tempursari terputus dan membuat terisolasi.

    Adapun tiga dusun yang terisolir banjir yakni Dusun Liwek, Glendang Petung, dan Dusun Kali Welang.

    Terputusnya akses membuat banyak warga nekat menggotong kendaraan sepeda motor mereka melintasi banjir.

    Warga tampak saling bantu menggotong satu persatu kendaraan bermotor melintasi luapan banjir lahar yang menutup akses mereka untuk pulang ke rumah masing-masing.

    Diyah, salah satu warga mengatakan, banjir lahar Gunung Semeru telah menutup akses keluar masuk kendaraan bagi warga yang hendak menuju ke Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian dari arah Kecamatan Tempursari.

    Menurut Diyah, saat berangkat di pagi hari jalanan masih dapat dilewati kendaraan. Namun, kondisi itu langsung berubah saat banjir datang.

    Untuk bisa pulang, Diyah mendapat bantuan dari warga dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang untuk menggotong kendaraannya menyeberangi derasnya banjir lahar.

    “Baru kali ini kendaraannya (digotong, Red), biasanya gak pernah, ini tadi habis dari rumah saudara di Jugosari, mau balek. Tadikan belum kayak gini, sekarang banjir. Tapi untungnya ada yang membantu menyeberangkan,” terang Diyah, Rabu (5/11/2025).

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang Yudhi Cahyono menjelaskan, aksi nekat warga yang menggotong kendaraan melintasi aliran lahar dilakukan lantaran tidak ada akses penghubung lain antar Kecamatan Pasirian dan Tempursari.

    Menyikapi hal ini, petugas dari BPBD Lumajang ikut terjun untuk membantu warga menyeberang lantaran sangat berbahaya.

    “Ini untuk warga yang menggotong kendaraannya kita ikut bantu evakuasi. Hal ini karena warga ada yang terisolir di wilayah sungai Regoyo,” katanya.

    Yudhi mengaku, saat ini pihaknya masih melakukan asesmen terhadap dampak yang disebabkan banjir lahar Gunung Semeru.

    Proses asesmen juga sudah dilakukan terhadap warga yang terisolir. Seluruhnya dipastikan aman.

    Meski begitu, Yudhi tetap menghimbau agar warga yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS) Gunung Semeru tetap waspada.

    “Sebab di bulan ini rilis dari BMKG masih hujan lebat, untuk itu warga tetap harus waspada dan mengutamakan keselamatan karena tanggul jebol,” ungkap Yudhi. (has/ian)

  • Puting Beliung Terjang Tiga Kecamatan, Farhan Pastikan Bantuan Cepat Tiba

    Puting Beliung Terjang Tiga Kecamatan, Farhan Pastikan Bantuan Cepat Tiba

    Bandung: Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bergerak cepat menangani dampak bencana angin puting beliung yang melanda tiga kecamatan di Kota Bandung, Selasa 4 November 2025 petang.

    Berdasarkan data sementara, total 289 rumah mengalami kerusakan akibat puting beliung tersebut, dengan sekitar 900 jiwa terdampak. Rinciannya, 103 rumah di Kecamatan Cinambo (Kelurahan Pakemitan), 93 rumah di Kecamatan Ujungberung (Kelurahan Pasir Jati, Pasanggrahan, dan Suka Mulya), serta 93 rumah di Kecamatan Cibiru (Kelurahan Pasir Biru dan Cisurupan).

    “Dengan penuh rasa prihatin, kami sudah langsung menghampiri para korban. Kondisinya sangat memprihatinkan, banyak rumah yang tidak bisa ditinggali karena atapnya hilang,” tutur Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan saat meninjau lokasi terdampak di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Rabu 5 November 2025.

    Farhan memastikan, langkah awal pemerintah adalah memastikan keselamatan warga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung segera melakukan asesmen ulang agar semua korban berada di tempat aman dan tidak ada korban susulan.

    “Hal yang utama, pastikan korban sudah aman. Jangan sampai ada korban tambahan jika terjadi hujan atau angin kencang susulan,” ujarnya.

    Selain itu, Farhan memerintahkan Dinas Sosial (Dinsos) dan Kampung Siaga Bencana untuk segera melakukan pendataan kebutuhan warga terdampak dan menyalurkan bantuan maksimal dalam waktu kurang dari 24 jam.

    “Siapa pun yang membutuhkan bantuan harus segera terpenuhi. Kelurahan dan kecamatan harus saling berkoordinasi,” tambahnya.

    Sebagai bentuk kepedulian, Pemkot Bandung bersama bank bjb memberikan bantuan uang tunai bagi rumah warga yang rusak. Masing-masing sebesar Rp1 juta untuk kerusakan ringan, Rp2 juta untuk sedang, dan Rp3 juta untuk rusak berat.

    Farhan pun mengimbau masyarakat untuk terus waspada menghadapi cuaca ekstrem.
     

    Warga Bandung harus siap siaga seratus persen. Kita tidak bisa menduga kapan cuaca ekstrem terjadi, tapi pemerintah tidak akan tinggal diam. Semua unsur sudah bergerak bersama,” ungkapnya.

    Ketua RW 07 Kelurahan Pasanggrahan, Asep Kurniawan, menyampaikan terima kasih atas perhatian dan langkah cepat Pemkot Bandung.

    “Kami berterima kasih atas kehadiran langsung Pak Wali. Walau bantuannya belum sepenuhnya menutup kerugian, tapi ini bentuk perhatian nyata pemerintah kepada warga,” ungkapnya.

    Sementara itu, Ketua RT 01 RW 07, Lili Yuliani, menceritakan detik-detik saat puting beliung menerjang wilayahnya.

    “Awalnya hujan kecil, lalu angin besar tiba-tiba datang. Pohon tumbang, genteng dan garasi hancur. Kejadiannya cepat sekali, sekitar jam lima sore,” ujarnya.

    Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun warga berharap agar bantuan logistik, seperti terpal dan bahan bangunan, segera disalurkan mengingat potensi hujan masih tinggi. 

    Bandung: Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bergerak cepat menangani dampak bencana angin puting beliung yang melanda tiga kecamatan di Kota Bandung, Selasa 4 November 2025 petang.
     
    Berdasarkan data sementara, total 289 rumah mengalami kerusakan akibat puting beliung tersebut, dengan sekitar 900 jiwa terdampak. Rinciannya, 103 rumah di Kecamatan Cinambo (Kelurahan Pakemitan), 93 rumah di Kecamatan Ujungberung (Kelurahan Pasir Jati, Pasanggrahan, dan Suka Mulya), serta 93 rumah di Kecamatan Cibiru (Kelurahan Pasir Biru dan Cisurupan).
     
    “Dengan penuh rasa prihatin, kami sudah langsung menghampiri para korban. Kondisinya sangat memprihatinkan, banyak rumah yang tidak bisa ditinggali karena atapnya hilang,” tutur Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan saat meninjau lokasi terdampak di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Rabu 5 November 2025.

    Farhan memastikan, langkah awal pemerintah adalah memastikan keselamatan warga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung segera melakukan asesmen ulang agar semua korban berada di tempat aman dan tidak ada korban susulan.
     
    “Hal yang utama, pastikan korban sudah aman. Jangan sampai ada korban tambahan jika terjadi hujan atau angin kencang susulan,” ujarnya.
     
    Selain itu, Farhan memerintahkan Dinas Sosial (Dinsos) dan Kampung Siaga Bencana untuk segera melakukan pendataan kebutuhan warga terdampak dan menyalurkan bantuan maksimal dalam waktu kurang dari 24 jam.
     
    “Siapa pun yang membutuhkan bantuan harus segera terpenuhi. Kelurahan dan kecamatan harus saling berkoordinasi,” tambahnya.
     
    Sebagai bentuk kepedulian, Pemkot Bandung bersama bank bjb memberikan bantuan uang tunai bagi rumah warga yang rusak. Masing-masing sebesar Rp1 juta untuk kerusakan ringan, Rp2 juta untuk sedang, dan Rp3 juta untuk rusak berat.
     
    Farhan pun mengimbau masyarakat untuk terus waspada menghadapi cuaca ekstrem.
     

    Baca juga: Pemkot Bandung dan Kejari Perkuat Sinergi Penegakan Hukum

    Warga Bandung harus siap siaga seratus persen. Kita tidak bisa menduga kapan cuaca ekstrem terjadi, tapi pemerintah tidak akan tinggal diam. Semua unsur sudah bergerak bersama,” ungkapnya.

    Ketua RW 07 Kelurahan Pasanggrahan, Asep Kurniawan, menyampaikan terima kasih atas perhatian dan langkah cepat Pemkot Bandung.
     
    “Kami berterima kasih atas kehadiran langsung Pak Wali. Walau bantuannya belum sepenuhnya menutup kerugian, tapi ini bentuk perhatian nyata pemerintah kepada warga,” ungkapnya.
     
    Sementara itu, Ketua RT 01 RW 07, Lili Yuliani, menceritakan detik-detik saat puting beliung menerjang wilayahnya.

    “Awalnya hujan kecil, lalu angin besar tiba-tiba datang. Pohon tumbang, genteng dan garasi hancur. Kejadiannya cepat sekali, sekitar jam lima sore,” ujarnya.
     
    Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun warga berharap agar bantuan logistik, seperti terpal dan bahan bangunan, segera disalurkan mengingat potensi hujan masih tinggi. 

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Tim SAR Gabungan Lakukan Pencarian Ibu dan Anak Hanyut di Sungai Glidik

    Tim SAR Gabungan Lakukan Pencarian Ibu dan Anak Hanyut di Sungai Glidik

    Malang (beritajatim.com) – Pencarian terhadap dua warga yang hanyut di Sungai Glidik, Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, kembali dilanjutkan Rabu (5/11/2025).

    Polres Malang bersama tim SAR gabungan memperluas area penyisiran untuk menemukan korban yang terbawa arus deras sejak Sabtu lalu.

    Operasi pencarian melibatkan Basarnas, SAR Kanjuruhan, Polsek Ampelgading, Babinsa, kelompok nelayan, serta warga sekitar. Tim gabungan menyisir sepanjang aliran Sungai Glidik hingga ke kawasan muara dan pesisir selatan.

    Kasihumas Polres Malang AKP Bambang Subinajar mengatakan, pencarian hari ini difokuskan pada wilayah hilir sungai dengan memperluas jangkauan hingga ke area yang diduga menjadi titik hanyut korban.

    “Tim gabungan terus melakukan penyisiran di sepanjang aliran Sungai Glidik hingga ke muara. Polres Malang bersama unsur SAR bekerja maksimal untuk menemukan korban,” ujar Bambang, Rabu (5/11/2025).

    Bambang menegaskan, koordinasi terus dilakukan antara Polres Malang, BPBD, dan tim SAR gabungan untuk memastikan pencarian berjalan efektif di lapangan.

    “Kami terus berkoordinasi dengan BPBD dan tim SAR gabungan untuk memperluas area pencarian. Harapan kami, korban bisa segera ditemukan,” tambahnya.

    Hingga siang ini, kedua korban masih belum ditemukan. Tim gabungan berencana melanjutkan penyisiran hingga ke area pesisir laut selatan.

    Seperti diketahui, korban yang dicari merupakan seorang ibu bernama Rika Julia Safitri (27) dan anak perempuannya Aldafiatul Rifka Salimah (6). Keduanya dilaporkan hanyut saat menyeberangi jembatan Sungai Glidik bersama suaminya pada Sabtu (1/11/2025) sore. Sang suami berhasil menyelamatkan diri, sementara ibu dan anak tersebut terseret derasnya arus. (yog/ian)

  • Perum Dinar Indah Semarang Kembali Tergenang Imbas Luapan Sungai
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        5 November 2025

    Perum Dinar Indah Semarang Kembali Tergenang Imbas Luapan Sungai Regional 5 November 2025

    Perum Dinar Indah Semarang Kembali Tergenang Imbas Luapan Sungai
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Perumahan Dinar Indah, Semarang, Jawa Tengah, kembali tergenang akibat luapan air sungai pada Rabu (5/11/2025).
    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto, mengatakan genangan terjadi karena limpasan air dari wilayah atas.
    “Ada limpahan air dari atas Kabupaten Ungaran ya,” kata Endro, Rabu.
    BPBD memantau hujan dengan intensitas cukup lebat di wilayah atas selama sekitar 30 menit.
    Untuk mengantisipasi luapan lebih luas, BPBD berkoordinasi dengan penjaga pintu air Pucang Gading.
    “Sehingga keenam pintu langsung dibuka semua,” ungkap Endro.
    Ia menyebut kondisi air kini sudah surut.
    “Sekarang relatif sudah tidak ada air,” ujarnya.
    Ketua RW 26 Perumahan Dinar Indah, Catur, mengatakan tanggul di dekat permukiman tidak mampu menahan luapan air sungai.
    “Iya karena air sungai tinggi sehingga air dari Dinar gak bisa masuk ke sungai akhirnya naik,” ungkapnya.
    Beberapa tahun lalu, Perumahan Dinar Indah sempat terendam
    banjir
    akibat luapan Sungai Babon. Dalam kejadian tersebut, satu warga meninggal karena terjebak di rumah saat banjir.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 51 Rumah Terancam, Ratusan Warga Mengungsi akibat Pergerakan Tanah di Bandung Barat
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        5 November 2025

    51 Rumah Terancam, Ratusan Warga Mengungsi akibat Pergerakan Tanah di Bandung Barat Bandung 5 November 2025

    51 Rumah Terancam, Ratusan Warga Mengungsi akibat Pergerakan Tanah di Bandung Barat
    Tim Redaksi
    BANDUNG BARAT, KOMPAS.com
    – Pergerakan tanah melanda Kampung Nendeut, RW 09 Desa Sukamanah, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
    Sedikitnya 51 rumah dengan 60 kepala keluarga atau 208 jiwa terancam, sementara ratusan warga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat untuk menghindari ancaman jiwa.
    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB menyebut
    pergerakan tanah
    itu terjadi tiba-tiba.
    Tanah yang retak di sejumlah titik disertai dinding rumah yang ikut merekah menjadi tanda awal bencana yang dipicu
    cuaca ekstrem
    dan kondisi tanah yang jenuh air.
    “Pemicu pergerakan tanah di sana banyak faktor, mulai dari kondisi tanah jenuh dan cuaca ekstrem beberapa minggu terakhir,” kata Kepala BPBD
    Bandung Barat
    , Asep Sehabudin, saat dikonfirmasi, Rabu (5/11/2025).
    Dari hasil pendataan sementara, pergerakan tanah di kampung tersebut sudah berdampak pada puluhan rumah yang kini dalam kondisi terancam rusak berat.
    Sebagian besar warga memutuskan meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
    “Untuk pergerakan tanah di
    Kampung Nendeut
    itu ada 51 rumah dengan jumlah 60 KK atau 208 jiwa. Guna mencegah korban jiwa, mereka mengungsi ke rumah kerabat terdekat yang lebih aman,” ujar Asep.
    BPBD Bandung Barat
    telah melakukan pemetaan awal di lokasi kejadian.
    Dari hasil pantauan petugas, retakan tanah terlihat di sejumlah titik dengan panjang sekitar satu meter dan lebar lima hingga sepuluh sentimeter.
    Kondisi itu mengindikasikan adanya pergerakan lapisan tanah di bawah permukaan yang masih aktif.
    “Kami apresiasi langkah kewaspadaan dini dari masyarakat dengan melaporkan ke petugas dan mengungsi ke rumah kerabatnya. Memang pergerakan tanahnya ditandai dengan retakan-retakan tanah. Kami akan minta Badan Geologi melakukan pengecekan di lokasi untuk memastikan keamanan lokasi permukiman warga dari ancaman pergerakan tanah,” tandasnya.
    Hingga kini, BPBD Bandung Barat masih berkoordinasi dengan pemerintah desa dan aparat kewilayahan untuk memantau perkembangan pergerakan tanah.
    Tim teknis Badan Geologi juga dijadwalkan turun ke lokasi untuk menilai tingkat kerawanan dan memberikan rekomendasi mitigasi lanjutan.
    Selain memantau pergerakan tanah, petugas juga menyiapkan langkah antisipasi bencana susulan, mengingat curah hujan di wilayah selatan Bandung Barat masih tinggi dalam beberapa hari terakhir.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anggaran BTT Blitar Dipangkas Rp10 Miliar, Siaga Bencana Terancam?

    Anggaran BTT Blitar Dipangkas Rp10 Miliar, Siaga Bencana Terancam?

    Blitar (beritajatim.com) – Anggaran untuk pos Belanja Tidak Terduga (BTT) Kabupaten Blitar pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) tahun 2026 diproyeksikan mengalami penurunan sangat tajam mencapai 80 persen.

    Dana yang berfungsi sebagai dana darurat untuk penanganan bencana dan kejadian tak terduga ini diproyeksikan hanya sebesar Rp2,5 miliar. Jumlah itu mengalami penurunan sebesar Rp10 miliar dari target APBD Tahun Anggaran 2025 yang mencapai Rp12,5 miliar.

    Kondisi ini tentu cukup mengkhawatirkan. BPBD Kabupaten Blitar pun tidak menampik dampak dari pemangkasan anggaran tersebut.

    Namun BPBD Kabupaten Blitar menegaskan bahwa dampak yang ditimbulkan dari pemangkasan BTT sebesar Rp10 miliar itu tak signifikan.

    “Kami tidak terlalu terdampak signifikan, pasalnya di anggaran induk kita tahun 2026 untuk kekeringan sudah ada penganggaran, kedaruratan juga sudah ada, Jadi selain dari BTT daerah biasanya juga ada BTT dari Provinsi Jawa Timur,” ucap Windu Susilo, Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Blitar pada Rabu (5/10/2025).

    Penurunan drastis BTT sebesar Rp10 miliar ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai kesiapan daerah dalam menghadapi potensi bencana alam maupun non-alam yang tidak dapat diprediksi. Dengan sisa anggaran hanya Rp2,5 miliar, tentu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar harus ekstra cermat dalam mengalokasikan dan mengelola dana darurat tersebut.

    Namun BPBD Kabupaten Blitar menegaskan bahwa sumber dana kedaruratan bukan hanya dari daerah, namun juga dari pemerintah provinsi. Sehingga jika dana daerah habis, BPBD Kabupaten Blitar bisa mengajukan dana ke Provinsi Jawa Timur.

    “Biasanya kita ke provinsi (mengajukan bantuan). Sebenarnya kalau bilang pengaruh ya pengaruh tapi tidak signifikan karena selama ini bencana di Kabupaten Blitar tidak terlalu parah,” tegasnya.

    BPBD Kabupaten Blitar menjabarkan bahwa selama ini dana darurat biasanya digunakan untuk menanggulangi kekeringan. Rata-rata untuk penanggulangan bencana kekeringan tersebut, BPBD Kabupaten Blitar memerlukan dana sekitar Rp300 juta.

    “Kalau tahun ini belum ada penganggaran ya karena tidak ada kekeringan,” tandasnya.

    Pemkab Blitar sebelumnya telah menekankan perlunya kehati-hatian dalam mengatur belanja daerah akibat keterbatasan anggaran. Meskipun demikian, masyarakat berharap pemangkasan BTT tidak akan mengganggu kecepatan dan kualitas respon pemerintah jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat di Bumi Penataran.

    “Kalau masyarakat tentunya hanya berharap di tengah minimnya anggaran penanganan bencana daerah tentu tetap bisa maksimal dan jangan mengorbankan kemanusian warga,” ucap Vian, warga Kabupaten Blitar. [owi/beq]

  • Ledakan Tabung Gas Oksigen di Aceh Tewaskan Dua Pekerja

    Ledakan Tabung Gas Oksigen di Aceh Tewaskan Dua Pekerja

    Liputan6.com, Jakarta Dua orang meninggal dunia akibat meledaknya tabung gas oksigen di gudang penyimpanan Gampong Gampa, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, Rabu (5/10/2025) siang. Ledakan ini bahkan membuat enam rumah yang berada di dekat lokasi kejadian terdampak.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, Teuku Ronald Nehdiansyah, menjelaskan ledakan terdengar sekira pukul 11.20 WIB. Warga setempat sempat panik mendengar suara ledakan yang besar tersebut.

    “Dua korban yang diidentifikasi meninggal dunia, yang satu meninggal di lokasi, satu lagi sempat dievakuasi ke rumah sakit Cut Nyak Dhien,” sebut Ronald menjawab Liputan6.com via sambungan telepon seluler.

    Salah satu korban selamat menurut Ronald tidak mengalami luka serius, dan sudah dibawa ke rumah sakit. Getaran dari ledakan ini membuat perabotan yang ada di rumah terdekat dalam radius puluhan meter berjatuhan ke lantai.

    “Kalau jarak, yang memang berefek langsung (rumah), itu sekitar 20 meter,” lanjutnya.

    Kondisi jenazah kedua korban sangat tragis. Video yang beredar luas di grup WhatsApp memperlihatkan situasi yang mencekam sewaktu warga berusaha mengevakuasi salah satu korban ledakan tersebut.

    Belum diketahui apa yang menyebabkan tabung gas oksigen yang disimpan di pangkalan tersebut meledak. Hingga Rabu siang, petugas masih berada di lokasi, di mana garis polisi dipasang agar warga tidak melewati batas dan masuk ke lokasi.

  • Malam Hari Badai Terjang 2 Kabupaten di Lampung, Puluhan Rumah Rusak

    Malam Hari Badai Terjang 2 Kabupaten di Lampung, Puluhan Rumah Rusak

    Liputan6.com, Jakarta Puluhan rumah di Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Way Kanan, Provinsi Lampung rusak setelah diterjang angin kencang, Selasa (4/11/2025) malam.

    Berdasarkan laporan Pusdalops PB BPBD Provinsi Lampung, bencana angin kencang pertama kali melanda Tiyuh Gilang Tunggal Makarta, Kecamatan Lambu Kibang, Tulang Bawang Barat, sekira pukul 19.30 WIB.

    Sementara di Way Kanan, hujan deras disertai puting beliung menghantam Dusun I dan II Kampung Banjar Sakti serta Kampung Suka Negeri, Kecamatan Gunung Labuhan, sekira pukul 19.00 WIB.

    Humas BPBD Provinsi Lampung, Wahyu Hidayat, mengatakan akibat kejadian tersebut sebanyak 12 rumah rusak berat, 19 rumah rusak ringan, serta tiga fasilitas umum ikut terdampak di wilayah Tulang Bawang Barat.

    “Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Petugas bersama warga saat ini bergotong-royong memperbaiki rumah yang rusak dengan bantuan dari BPBD setempat,” ujar Wahyu, Rabu (5/11/2025).

    BPBD Tulang Bawang Barat telah menyalurkan bantuan logistik dan peralatan kepada warga terdampak, serta berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan aparat kampung untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi.

    Sementara di Way Kanan, hujan deras disertai puting beliung mengakibatkan puluhan rumah mengalami kerusakan pada bagian atap. Tercatat, tiga unit rumah rusak berat di Kampung Suka Negeri dan satu bangunan sekolah dasar ikut terdampak.

    “Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Way Kanan langsung turun ke lokasi untuk melakukan pendataan dan membantu warga terdampak. Proses pendataan masih terus berlangsung,” jelas Wahyu.

    Dia menambahkan, masyarakat di seluruh wilayah Lampung diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, dan petir yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

    “BPBD Provinsi Lampung terus berkoordinasi dengan BMKG serta BPBD kabupaten dan kota untuk memantau perkembangan cuaca. Masyarakat diimbau aktif mengikuti peringatan dini dan memastikan lingkungan sekitar aman dari pohon tumbang maupun atap yang mudah terlepas,” tutup Wahyu.