Kementrian Lembaga: BPBD

  • Longsor Pulung Ponorogo Putuskan Jalan Poros Desa dan Isolasi Ratusan Warga

    Longsor Pulung Ponorogo Putuskan Jalan Poros Desa dan Isolasi Ratusan Warga

    Ponorogo (beritajatim.com) – Tanah longsor kembali menghantam wilayah pegunungan Ponorogo. Kali ini, Desa Wagir Kidul, Kecamatan Pulung, menjadi titik paling terdampak. Material longsor yang meluncur dari lereng pada Rabu (19/11) sore itu, bukan hanya merobohkan rumah warga, tetapi juga memutus jalan poros penghubung antardesa, yakni Desa Wagir Kidul dengan Desa Banaran. Akibatnya, ratusan warga dari 4 RT terisolir sejak Kamis (20/11) pagi.

    Di lokasi kejadian, suasana evakuasi berlangsung penuh keprihatinan. Puluhan warga bergotong-royong menyingkirkan tanah dan batuan yang menimpa rumah Jempirin hingga rata dengan tanah, serta merusak satu rumah lainnya. Dengan peralatan seadanya, mereka membersihkan material sambil menunggu alat berat dari BPBD Ponorogo.

    “Selain merusak 2 rumah warga, longsor juga memutus jalan antar desa dan mengakibatkan ratusan warga terisolir,” kata Nur Wijanarko, perangkat Desa Wagir Kidul.

    Nur Wijanarko mengungkapkan bahwa dampak longsor, tidak berhenti pada kerusakan fisik, tetapi juga memukul ekonomi warga. Mayoritas penduduk Wagir Kidul adalah peternak sapi perah. Mereka biasanya membawa susu hasil perahan setiap pagi ke konsumen dan pengepul. Namun sejak akses tertutup total, aktivitas itu terhenti.

    “Ekonomi warga nyaris lumpuh karena susu tidak bisa keluar dari desa,” lanjut Wijanarko.

    Anggota DPRD Ponorogo, Ribut Riyanto, yang meninjau lokasi memastikan bahwa ada 4 RT terdampak paling parah. Dia menyebut koordinasi dengan BPBD dan instansi terkait telah dilakukan untuk mempercepat penurunan alat berat.

    “Kami sudah menghubungi instansi terkait agar alat berat segera diterjunkan untuk membuka jalan yang tertutup material longsor,” kata Ribut Riyanto.

    Hingga Kamis siang, petugas BPBD bersama warga masih berupaya mengevakuasi material longsor yang diperkirakan memiliki ketebalan hingga 5 meter. Evakuasi masih dilakukan secara manual sambil menunggu armada alat berat tiba. Pemulihan akses jalan menjadi prioritas yang sangat mendesak, tidak hanya untuk membuka isolasi, tetapi juga untuk menggerakkan kembali roda ekonomi warga Wagir Kidul.(end/but)

  • Fakta-fakta Gunung Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terjebak

    Fakta-fakta Gunung Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terjebak

    Jakarta: Gunung Semeru mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 7 kilometer dari puncak pada Rabu, 19 November 2025 sore. 

    “Erupsi berupa awan panas masih berlangsung, jarak luncur sudah mencapai 7 km dari puncak, dan erupsi masih berlangsung saat laporan sedang dibuat,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang.

    Menurut dia erupsi gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terjadi pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.676 mdpl.

    “Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung,” tuturnya.
     

    Berikut ini fakta-fakta erupsi gunung Semeru: 
     
    1. Berstatus waspada

    Erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sementara ini sekitar 16 menit 40 detik.

    Gunung Semeru saat ini berada pada status Waspada atau Level II dengan rekomendasi masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi).

    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak,” kata Mukdas.
     
    2. Sebanyak 300 orang dievakuasi

    Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menginformasikan bahwa setidaknya 300 orang telah dievakuasi setelah terjadinya letusan Semeru. Aktivitas awan panas dan material runtuhan memaksa pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana di sekitar Besuk Kobokan.
     
    3. Ada 178 pendaki terjebak

    BPBD Jawa Timur mengkonfirmasi setidaknya ada 178 pendaki yang terjebak di kawasan Ranu Kumbolo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan mereka dalam kondisi baik. “Kondisi mereka sangat baik, dan hari ini diminta untuk segera turun dari Ranu Kumbolo,” kata Kepala BPBD Jatim Gatot Prasetyo.

    Total 178 orang tersebut terdiri dari 137 pendaki, 1 petugas, 2 saver, 7 anggota PPGST, 15 porter, serta 6 orang dari tim Kementerian Pariwisata.
     
    4. Semeru terakhir kali erupsi tahun 2021

    Gunung Semeru terakhir kali menunjukkan aktivitas vulkanik pada 4 Desember 2021 silam. Kalai itu, erupsi menghasilkan awan panas yang besar, mengakibatkan puluhan nyawa melayang, serta merusak secara luas permukiman dan infrastruktur.

    Jakarta: Gunung Semeru mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 7 kilometer dari puncak pada Rabu, 19 November 2025 sore. 
     
    “Erupsi berupa awan panas masih berlangsung, jarak luncur sudah mencapai 7 km dari puncak, dan erupsi masih berlangsung saat laporan sedang dibuat,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang.
     
    Menurut dia erupsi gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terjadi pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.676 mdpl.

    “Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung,” tuturnya.
     

     
    Berikut ini fakta-fakta erupsi gunung Semeru: 
     

    1. Berstatus waspada

    Erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sementara ini sekitar 16 menit 40 detik.
     
    Gunung Semeru saat ini berada pada status Waspada atau Level II dengan rekomendasi masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi).
     
    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak,” kata Mukdas.
     

    2. Sebanyak 300 orang dievakuasi

    Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menginformasikan bahwa setidaknya 300 orang telah dievakuasi setelah terjadinya letusan Semeru. Aktivitas awan panas dan material runtuhan memaksa pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana di sekitar Besuk Kobokan.
     

    3. Ada 178 pendaki terjebak

    BPBD Jawa Timur mengkonfirmasi setidaknya ada 178 pendaki yang terjebak di kawasan Ranu Kumbolo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan mereka dalam kondisi baik. “Kondisi mereka sangat baik, dan hari ini diminta untuk segera turun dari Ranu Kumbolo,” kata Kepala BPBD Jatim Gatot Prasetyo.
     
    Total 178 orang tersebut terdiri dari 137 pendaki, 1 petugas, 2 saver, 7 anggota PPGST, 15 porter, serta 6 orang dari tim Kementerian Pariwisata.
     

    4. Semeru terakhir kali erupsi tahun 2021

    Gunung Semeru terakhir kali menunjukkan aktivitas vulkanik pada 4 Desember 2021 silam. Kalai itu, erupsi menghasilkan awan panas yang besar, mengakibatkan puluhan nyawa melayang, serta merusak secara luas permukiman dan infrastruktur.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Tujuh Tiang Listrik Kompak Roboh dan Timpa Pengendara, Ini Penyebabnya

    Tujuh Tiang Listrik Kompak Roboh dan Timpa Pengendara, Ini Penyebabnya

    Liputan6.com, Jakarta Tujuh tiang listrik di Jalan Metro Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, roboh pada Kamis (20/11/2025) pukul 08.00 Wita. Akibatnya sejumlah kendaraan yang melintas di lokasi kejadian rusak akibat tertimpa tiang listrik.

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Muhammad Fadli Tahar membenarkan kejadian tersebut. Dia menyebut dugaan sementara penyebab robohnya tiang listrik itu adalah karena pohon tumbang.

    “Iya betul ada beberapa tiang listrik roboh karena diduga tidak mampu menahan pohon yang tumbang,” kata Fadli saat dikonfirmasi.

    Akibat kejadian itu, akses jalan di Metro Tanjung Bunga tepatnya di depan kawasan wisata Pantai Akkarena sempat terhambat. Sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat pun rusak karena tertimpa tiang listrik.

    “Akses jalan depan Akkarena terhambat. Dua Unit Kendaraan roda empat dan dua unit kendaraan roda dua yang tertimpa,” jelasnya.

    Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Fadli mengaku bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan PLN untuk mencari solusi terkait tujuh tiang listrik yang roboh tersebut.

    “Kita sudah koordinasi PLN. Nanti update asesmennya kita rilis lebih jauh,” pungkasnya.

  • Tujuh Tiang Listrik Kompak Roboh dan Timpa Pengendara, Ini Penyebabnya

    Tujuh Tiang Listrik Kompak Roboh dan Timpa Pengendara, Ini Penyebabnya

    Liputan6.com, Jakarta Tujuh tiang listrik di Jalan Metro Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, roboh pada Kamis (20/11/2025) pukul 08.00 Wita. Akibatnya sejumlah kendaraan yang melintas di lokasi kejadian rusak akibat tertimpa tiang listrik.

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Muhammad Fadli Tahar membenarkan kejadian tersebut. Dia menyebut dugaan sementara penyebab robohnya tiang listrik itu adalah karena pohon tumbang.

    “Iya betul ada beberapa tiang listrik roboh karena diduga tidak mampu menahan pohon yang tumbang,” kata Fadli saat dikonfirmasi.

    Akibat kejadian itu, akses jalan di Metro Tanjung Bunga tepatnya di depan kawasan wisata Pantai Akkarena sempat terhambat. Sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat pun rusak karena tertimpa tiang listrik.

    “Akses jalan depan Akkarena terhambat. Dua Unit Kendaraan roda empat dan dua unit kendaraan roda dua yang tertimpa,” jelasnya.

    Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Fadli mengaku bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan PLN untuk mencari solusi terkait tujuh tiang listrik yang roboh tersebut.

    “Kita sudah koordinasi PLN. Nanti update asesmennya kita rilis lebih jauh,” pungkasnya.

  • Situasi Terkini Gunung Semeru Pagi Ini Usai Meletus Dahsyat

    Situasi Terkini Gunung Semeru Pagi Ini Usai Meletus Dahsyat

    Jakarta

    Gunung Semeru meletus hingga meluncurkan awan panas sejauh 13 kilometer kemarin. Kini aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih fluktuatif.

    Dilansir detikJatim, Kamis (20/11/2025), Manajer Pusdalops BPBD kabupaten Lumajang Dwi Nur Cahyo mengatakan Gunung Semeru masih terlihat mengeluarkan asap kelabu dari puncak. Hingga saat ini status Semeru masih berada di level awas.

    “Saat ini gunung Semeru masih fluktuatif. Status masih level awas,” ujar Dwi Nur Cahyo kepada detikJatim.

    Petugas mengimbau warga tidak beraktivitas di sisi tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 20 kilometer dari puncak Gunung Semeru. Warga juga diminta menjauhi jalur aliran lahar sejauh 500 meter dari sungai.

    “Petugas mengimbau kepada warga tidak beraktifitas di sisi tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer,” pungkas Dwi.

    (whn/yld)

  • Antisipasi Letusan Susulan Semeru, Basarnas Evakuasi Warga

    Antisipasi Letusan Susulan Semeru, Basarnas Evakuasi Warga

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengintensifkan upaya evakuasi warga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Hal ini sebagai langkah antisipasi bahaya dari letusan susulan Gunung Semeru.

    Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya melaporkan Gunung Semeru meletus pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak.

    Dalam letusan itu, Gunung Semeru mengembuskan awan panas yang memiliki jarak luncur mencapai tujuh kilometer dari arah puncak dengan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut.

    Erupsi sempat terekam di seismogram Pos Pemantauan Gunung Api Badan Geologi di Lumajang memiliki amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sekitar 16 menit 40 detik.

    Aktivitas erupsi Gunung Semeru itu kemudian dipastikan berakhir pada pukul 18.11 WIB, namun pemerintah dan Badan Geologi masih menetapkan status Level IV (Awas) untuk mengantisipasi potensi aktivitas lanjutan yang mungkin terjadi.

    Dilansir Antara pada Rabu (19/11/2025) Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Edy Prakoso mengatakan personel yang diberangkatkan memperkuat upaya evakuasi warga yang berada di wilayah rawan atau dalam radius paparan material vulkanik Semeru.

    “Kami sudah memberangkatkan personel dari Pos SAR Jember untuk membantu evakuasi warga karena ada juga sebagian warga yang sudah melaksanakan evakuasi mandiri,” ujarnya.

    Menurut dia, pelaksanaan tugas evakuasi dilakukan personel Basarnas Pos SAR Jember bersama dengan tim gabungan dari BNPB, dan BPBD, TNI/Polri di daerah.

    Petugas gabungan dibagi ke sejumlah titik untuk memastikan proses evakuasi berjalan tertib dan aman, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan warga yang tinggal dekat aliran sungai yang hulunya di Gunung Semeru.

    Pusat Pengendalian Operasi BNPB melaporkan setidaknya malam ini sudah ada 300 orang warga yang dievakuasi ke pengungsian yang disiapkan oleh tim petugas gabungan di Balai Desa Oro-oro Ombo, Balai Desa Penanggal, dan gedung SD 2 Supiturang di Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

    Edy memastikan selain membantu upaya evakuasi, personelnya juga dikerahkan untuk bersiaga memantau aliran sungai yang berasal dari aliran Semeru untuk mengantisipasi potensi banjir lahar dingin saat hujan.

    Basarnas menilai hal ini penting dilakukan mengingat material vulkanik dapat terbawa hingga ke daerah permukiman dan jalur akses utama bila curah hujan tinggi mengguyur bagian lereng sekitar pusat erupsi.

    “Malam ini tim juga melaksanakan pemantauan antisipasi bila terjadi hujan yang bisa mengakibatkan banjir lahar dingin,” kata Edy.

    Dia juga memastikan Basarnas bersama segenap kementerian/lembaga teknis, pemerintah daerah dan juga relawan setempat terus memantau perkembangan untuk memastikan jalur evakuasi tetap aman.

  • Ikuti Lokasi Viral TikTok, Dua Pemancing Terjebak Luapan Sungai di Kutorejo Mojokerto

    Ikuti Lokasi Viral TikTok, Dua Pemancing Terjebak Luapan Sungai di Kutorejo Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com) – Lokasi mancing yang viral di media sosial (medsos) kembali memicu insiden. Dua warga Jombang, Muhammad Rozaki dan Bagas Saputra harus dievakuasi tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto setelah terjebak banjir di area bekas galian di Dusun Mojojejer, Desa Pesangrahan, Kecamatan Kutorejo.

    Keduanya datang ke lokasi sekitar pukul 15.00 WIB dengan sepeda motor setelah melihat unggahan TikTok yang menampilkan kubangan bekas galian tersebut sebagai spot mancing yang menjanjikan. Untuk menuju lokasi, keduanya melewati sebuah sungai yang biasanya dangkal dan aman dilalui ketika cuaca cerah.

    Namun sekitar pukul 16.00 WIB hujan deras turun di kawasan tersebut. Debit air sungai yang melintas di Dusun Mojojejer, Desa Pesangrahan meningkat cepat, arus berubah deras. Saat hendak pulang dan menyebrang sekira pukul 17.00 WIB, sungai sudah meluap dan tidak bisa dilewati. Keduanya pun panik dan telepon Layanan Panggilang Telepon Darurat 112.

    Meski terdapat jalur alternatif, jalan tersebut berupa setapak kecil di tengah semak belukar yang hanya diketahui warga sekitar. Tim gabungan dari BPBD, FPRB, PMI, Damkar, dan relawan lokal bergerak ke lokasi. Evakuasi dilakukan melalui jalur alternatif yang memaksa tim melewati genangan kubangan dengan ketinggian air sepaha orang dewasa.

    Keduanya terjebak di daratan antara sungai dan kubangan bekas galian, bukan di tengah arus tetapi aksesnya tertutup debit air yang cukup deras. Keduanya berhasil dijemput sekira pukul 19.30 WIB dan dibawa ke rumah warga terdekat, sekitar 500 meter dari lokasi. Setelah diberi makanan dan dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan UPT Puskesmas Kutorejo.

    Keduanya dinyatakan sehat dan minta diantar ke tempat kosnya di Desa Menanggal, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Sementara sepeda motor milik keduanya masih tertinggal di lokasi dan akan diambil keesokan paginya. Meski sempat mendapatkan hasil pancingan, namun ikan tangkapan keduanya juga tak sempat dibawa.

    “Alhamdulillah dua warga ini sudah berhasil dievakuasi dalam kondisi baik dan diantar pulang untuk memastikan kondisinya baik-baik saja. Terima kasih kepada semua unsur relawan yang turun bersama,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Mojokerto, Rinaldi Rizal Sabirin, Rabu (19/11/2025). [tin/aje]

  • Erupsi Gunung Semeru, 547 Warga Mengungsi di Dua Kecamatan Lumajang

    Erupsi Gunung Semeru, 547 Warga Mengungsi di Dua Kecamatan Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Aktivitas erupsi Gunung Semeru pada Rabu sore membuat ratusan warga harus meninggalkan tempat tinggal mereka. Masyarakat memilih mencari lokasi aman untuk menghindari potensi bahaya dari material vulkanik.

    Para pengungsi sementara ditampung di sejumlah fasilitas umum yang telah disiapkan pemerintah. Titik pengungsian tersebar di wilayah Pronojiwo dan Candipuro yang jaraknya cukup dekat dengan zona terdampak.

    Kalaksa BPBD Lumajang, Isnugroho, menyebut ratusan warga sudah tercatat berada di posko pengungsian. “Data awal kami menunjukkan ada sekitar 547 jiwa yang mengungsi,” ujarnya.

    Ia menjelaskan bahwa angka tersebut masih dapat berubah karena pendataan masih terus berlangsung. BPBD juga terus memantau situasi di lapangan untuk memastikan kondisi warga.

    Di Kecamatan Pronojiwo, pengungsi ditempatkan di SD Oro-Oro Ombo dan SD 04 Supiturang. Kedua lokasi ini dinilai aman dan cukup jauh dari kawasan yang terdampak erupsi langsung.

    Sementara itu, di Kecamatan Candipuro, penampungan dilakukan di beberapa balai desa dan kantor kecamatan. Sebagian warga juga mengungsi di sebuah masjid yang digunakan sebagai posko darurat.

    Dari hasil pantauan petugas, lebih dari 200 warga berada di SD Oro-Oro Ombo. Sementara sekitar 100 warga lainnya menempati SD 04 Supiturang.

    Isnugroho menekankan bahwa seluruh pengungsi sudah mendapatkan bantuan awal berupa logistik dasar. “Kami pastikan kebutuhan mendesak mereka tetap terpenuhi,” tambahnya.

    Seiring penurunan aktivitas vulkanik, beberapa warga mulai meninggalkan posko pengungsian. Mereka merasa situasi sudah cukup aman untuk kembali ke rumah masing-masing.

    Meski begitu, BPBD tetap mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi erupsi susulan. Para petugas masih berjaga di posko untuk memastikan keamanan warga selama masa tanggap darurat. (ada/ted)

  • Puluhan Warga Lereng Gunung Semeru Mengungsi Setelah Erupsi, Posko Penanggal Disiapkan

    Puluhan Warga Lereng Gunung Semeru Mengungsi Setelah Erupsi, Posko Penanggal Disiapkan

    Lumajang (beritajatim.com) – Erupsi Gunung Semeru kembali memaksa puluhan warga yang tinggal di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengungsi pada Rabu (19/11/2025) malam. Peningkatan aktivitas vulkanik membuat masyarakat memilih mencari tempat aman sambil menunggu kondisi mereda.

    Sejumlah warga mulai mengungsi ke titik aman yang disiapkan pemerintah. Relawan Alamin mengatakan, status Gunung Semeru yang kini berada pada level awas membuat sebagian warga memilih meninggalkan rumah mereka.

    “Informasi yang kami terima dari PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi) , memang status Semeru sedang awas untuk saat ini. Makanya masyarakat sekarang ada beberapa yang mengungsi. Harapan kami semuanya aman dan terkendali. Untuk pengkondisian warga saat ini, kita siapkan satu titik di Desa Penanggal sebagai tempat pengungsian,” ujarnya.

    Sementara itu, bantuan logistik terus disalurkan ke lokasi pengungsian. Staf logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Lusi, menyebut pihaknya membawa sejumlah kebutuhan dasar untuk warga terdampak maupun relawan.

    “Untuk logistik di pengungsian, masing-masing sudah kami siapkan lauk pauk. Nanti kita kasih sembako, terpal, selimut untuk warga termasuk para relawan. Ada 10 dus yang kami bawa, masing-masing item ada 50, takutnya nanti di sana ada penambahan. Jadi kita tinggal taruh saja, tidak usah kembali, langsung kita berikan,” jelasnya.

    Hingga kini, petugas gabungan masih memantau perkembangan erupsi Semeru dan memastikan proses evakuasi serta penanganan warga berjalan aman. Pemerintah mengimbau masyarakat tetap waspada dan mengikuti arahan petugas di lapangan.

    Terlihat, hingga kini sudah ada ratusan warga lereng gunung semeru yang mengungsi meninggalkan rumahnya, ketempat pengungsian yang sudah disediakan oleh BPBD Kabupaten Lumajang. [ada/aje]

  • Fenomena Bau Gas dan Panas di Cugenang Akibat Gas Bumi

    Fenomena Bau Gas dan Panas di Cugenang Akibat Gas Bumi

    CIANJUR – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi fenomena bau gas dan lantai teras yang panas di rumah warga di Kecamatan Cugenang akibat gas bumi yang ke luar dari retakan setelah gempa bumi Cianjur, Jawa Barat, pada tahun 2022.

    Penyelidik Bumi Utama dari PVMBG Supartoyo mengatakan beberapa penyebab terjadinya bau gas dan panas di lantai rumah warga di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, terjadi di bawah permukaan tanah dan segera dilakukan penelitian.

    “Banyak kemungkinan penyebab terjadinya fenomena di teras rumah warga tersebut yang tiba-tiba panas setelah muncul getaran, diduga karena adanya gas bumi yang ke luar akibat retakan pascagempa 2022,” katanya dilansir ANTARA, Rabu, 19 November.

    Fenomena lantai di rumah warga tiba-tiba panas bisa disebabkan beberapa kemungkinan seperti gas dari magma atau air panas di bawah permukaan tanah, gas magma, atau gas biogenic setempat berdasarkan hipotesis atau dugaan sementara.

    Bahkan pihaknya mencatat rumah warga mengalami fenomena itu terletak di wilayah terdampak gempa, ditambah sebelum munculnya panas sempat terjadi beberapa kali guncangan yang dirasakan pemilik rumah.

    “Sebelum tercium bau gas dan lantai panas, pemilik sempat mendengar beberapa kali getaran yang diduga menyebabkan terjadinya retakan  dari gempa bumi,“ katanya.

    Pihaknya berharap bau gas dan hawa panas di lantai rumah warga dapat segera hilang setelah sumbernya sudah berkurang, namun hal tersebut merupakan hipotesis atau dugaan sementara, sehingga untuk memastikan harus dilakukan penelitian.

    “Untuk mengetahui penyebab pastinya perlu penelitian lebih lanjut atau berdasarkan data penelitian,” katanya.

    Saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, menunggu hasil pemeriksaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) guna memastikan penyebab bau gas dan hawa panas dari lantai rumah warga Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang.

    Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur Asep Sudrajat, mengatakan pihaknya sudah mendatangi rumah warga di Kampung Cijedil yang dilaporkan mengeluarkan bau gas dan lantainya panas serta meminta pemilik mengungsi sementara.

    “Pemilik beserta keluarganya sudah mengungsi ke rumah saudaranya guna menghindari hal yang tidak diinginkan sambil menunggu kepastian dari PVMBG yang sudah kita layangkan surat guna dilakukan pemeriksaan,” katanya.