Kementrian Lembaga: BPBD

  • Penutupan Tanggul Jebol Kali Sadar Mojokerto Diharapkan Dapat Atasi Banjir

    Penutupan Tanggul Jebol Kali Sadar Mojokerto Diharapkan Dapat Atasi Banjir

    Mojokerto (beritajatim.com) – Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati berharap penutupan tanggul jebol di Kali Sadar dapat mengatasi banjir yang ada di Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut disampaikan saat meninjau proses penutupan tanggul jebol di Kali Sadar Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jumat (8/3/2024).

    Secara langsung orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto ini kembali meninjau beberapa desa yang terdampak banjir akibat tanggul Kali Sadar jebol. Peninjauan ulang di Desa Ngrame, Kecamatan Pungging dan juga Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari tersebut sekaligus memantau progres penutupan tanggul yang jebol di Sungai Sadar.

    “Kita kembali ke lokasi jebolnya tanggul sungai Sadar, kemarin sore juga kita sudah memantau progres dari penutupan tanggul dan hari ini alhamdulillah progresnya sudah semakin bagus. Tanggul yang jebol ditutup dengan sandbag ukuran jumbo berisi pasir yang sudah dipadatkan sehingga diharapkan bisa menutup area yang jebol tersebut dengan kuat,” ungkapnya.

    Dengan penggunaan sandbag berukuran jumbo dan menggunakan alat berat yang kemudian dipadatkan diharapkan kekuatannya tidak perlu diragukan. Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto ini berharap dengan adanya proses penutupan tanggul yang jebol di Kali Sadar tersebut akan segera dapat mengatasi banjir yang ada di Kabupaten Mojokerto.

    “Bismillah semua progres terus berjalan, mohon doanya. Masyarakat tidak perlu khawatir, kita berupaya selain tanggul ini pompa juga mulai dijalankan kemarin siang. Mudah-mudahan segera teratasi, tetap semangat, sabar jangan lupa, tetap bersyukur meskipun kita saat ini bersama-sama sedang menghadapi banjir,” pungkasnya.

    Diketahui dalam prosesi peninjauan lokasi banjir tersebut Bupati didampingi dengan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Kepala Bidang SDA PUPR, serta Ketua Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto. [tin/ian]

  • Tiga Hari Pencarian Bocah Tenggelam di Sampang, Ditemukan 1 KM dari Lokasi

    Tiga Hari Pencarian Bocah Tenggelam di Sampang, Ditemukan 1 KM dari Lokasi

    Sampang (beritajatim.com) – Jasad bocah berusia empat tahun yang tenggelam di sungai Demam, Desa Tanjung, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Rabu (6/3/2024) kemarin, berhasil ditemukan oleh tim SAR. Pencarian dilakukan penyisiran sungai selama tiga hari lamanya.

    Kasi Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sampang H. M. Hozin menjelaskan, jasad korban ditemukan oleh tim SAR gabungan diperkirakan sejauh 1 Km dari tempat korban tenggelam.

    “Jasad korban langsung dibawa ke rumah duka untuk dikebumikan,” terang Hozin, Jumat (8/3/2024).

    Seperti yang diberitakan sebelumnya, M Lukman (4) bocah asal Dusun Demam, Desa Tanjung, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, tenggelam di sungai desa setempat. Korban tenggelam sekitar pukul 14.10 WIB, Rabu (6/3/2024) kemarin.

    Kalaksa BPBD Sampang Candra Romandhani Amin melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik, Mohammad Hozin menyampaikan, pihaknya semula mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa ada bocah tenggelam di sungai.

    “Atas dasar laporan itu, kita bersama tim TRC BPBD bergegas ke lokasi dan melakukan proses pencarian dibantu oleh warga sekitar,” pungkasnya. [sar/but]

  • 20 Hektar Tanaman Padi Rusak, Petani di Bojonegoro Terancam Tak Dapat Asuransi Pertanian

    20 Hektar Tanaman Padi Rusak, Petani di Bojonegoro Terancam Tak Dapat Asuransi Pertanian

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung di RT 02 RW 01 Desa Prangi Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro berdampak pada kerusakan tanaman padi di Desa Tebon Kecamatan Padangan yang sudah siap panen.

    Sedikitnya ada sekitar 20 hektar lahan sawah di Desa Tebon Kecamatan Padangan yang ditanami padi rusak akibat diterjang air limpasan waduk yang jebol. “Sekitar 20 hektar sawah yang ditanami padi rusak,” ujar Kepala Desa Tebon, Wasito, Kamis (7/3/2024).

    Salah seorang petani yang tanaman padinya rusak akibat jebolnya tanggul waduk Tirto Agung adalah Supriatun. Ia mengaku, tanaman padi yang rusak itu sudah siap panen. Bahkan, hari ini rencananya ia akan memanen tanaman padinya.

    “Sudah cari orang untuk memanen padi hari ini. Tapi kondisinya sekarang rusak tertimbun tanah dan pasir,” ucapnya.

    Rusaknya tanaman padi itu membuatnya gagal panen. Akibat gagal panen yang dialaminya itu diperkirakan mengalami kerugian mencapai Rp8 juta. Ia mengaku juga tidak memiliki asuransi pertanian. “Tidak punya. Tidak tahu kalau ada asuransi pertanian,” ungkapnya.

    Sementara jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung tersebut kini sudah ditangani oleh instansi terkait. Sebanyak dua alat berat ekskavator milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo terlihat di lokasi untuk menutup tanggul yang jebol.

    “Kewenangan ada di BBWS, untuk Dinas PU SDA dan PU Bina Marga dan Penataan Ruang, bersama BPBD, supporting penanganannya,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Pemkab Bojonegoro, Heri Widodo.

    Menurut Heri Widodo, target utama dalam penanganan tanggul waduk yang jebol hingga mengakibatkan kerusakan puluhan hektar lahan sawah dan putusnya jalan poros desa Tebon dengan Desa Prangi agar bisa segera tertangani.

    “Target utama penutupan titik lokasi ambrolnya dan penanganan dampaknya terputusnya jalan desa,” pungkasnya. [lus/ian]

  • Akses Jalan Desa Tebon – Prangi di Bojonegoro Putus, Warga Terisolir

    Akses Jalan Desa Tebon – Prangi di Bojonegoro Putus, Warga Terisolir

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Akses jalan poros Desa Tebon – Desa Prangi Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro putus. Akses utama warga yang ada di dua desa tersebut putus lantaran terhempas air dari jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung di Desa Prangi Kecamatan Padangan.

    Salah seorang warga RT 01 Desa Prangi, Muhali mengatakan, akses jalan yang putus tersebut merupakan jalan utama warga Desa Tebon yang akan ke Desa Prangi. Begitu juga sebaliknya. Putusnya jalan sehingga mengganggu lalu lintas warga.

    “Warga yang naik kendaraan terpaksa harus jalan memutar lewat hutan di Desa Tinggang, jaraknya sekitar 5 km lebih,” ujarnya, Kamis (7/3/2024) petang.

    Jalan putus diperkirakan sepanjang kurang lebih 30 meter berada tepat di samping jembatan Kali Pencol. Jalan yang putus lantaran arus air cukup deras dengan volume yang cukup banyak. Sehingga Sungai Pencol tidak bisa menampung air.

    “Kemarin airnya mengalir cukup deras, karena tanggul Waduk Tirto Agung di Desa Prangi jebol. Kalau tidak jebol biasanya air waduk itu mengalir melalui sungai dan bermuara ke Sungai Bengawan Solo,” terangnya.

    Putusnya akses utama warga tersebut, warga merasa terisolir. Sejumlah pelajar SD yang berangkat ke sekolah terpaksa jalan kaki dengan menyeberangi jalan yang putus. Warga membuat jembatan darurat berupa papan kayu dan tangga untuk naik agar masih bisa dilewati pejalan kaki.

    Untuk itu, warga setempat berharap agar pemerintah segera memperbaiki jalan yang putus. “Harapannya bisa segera ditangani, karena ini akses utama warga,” harapnya.

    Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Laela Nor Aeni telah melakukan assessment terhadap kejadian tersebut. Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait agar kerusakan fasilitas umum itu bisa segera tertangani.

    “Kami juga memberikan sembako kepada warga terdampak sebanyak 105 paket bagi penerima di Desa Prangi dan Tebon,” ujar Kalaksa BPBD Bojonegoro Laela Nor Aeni.

    Untuk diketahui, tanggul Waduk Tirto Agung yang longsor itu berada di Desa Prangi RT 02 RW 01 Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro pada Rabu, 6 Maret 2024 sekitar pukul 00.45 WIB. Akibat tanggul yang jebol itu menyebabkan tanaman padi seluar kurang lebih 20 hektare rusak. [lus/ian]

  • Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Magetan (beritajatim.com) – Saluran irigasi sawah di Desa Dadi Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, Jawa Timur ambrol dan longsor pada Kamis (7/3/2024) siang. Akibatnya, belasan rumah warga di bawahnya terdampak banjir lumpur sampai masuk rumah.

    Kejadian berawal saat hujan deras sekitar satu jam mengguyur kawasan Plaosan. Tak lama kemudian, warga di sekitar mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. Tak disangka, bongkahan batu sebesar kepalan tangan mulai longsor bersama lumpur.

    Mardi, warga desa yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan,  saat kejadian dirinya tengah istirahat di rumah. Kemudian, dia mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. “Ternyata batu sama lumpur itu yang jatuh. Airnya sampai masuk ke rumah saya,” terang Mardi.

    Setelah dicek, rupanya banjir itu imbas irigasi yang berada di atas pemukiman warga ambrol. Posisi irigasi itu di ketinggian 75 meter dari kawasan permukiman warga yang padat di Dusun Kuren tersebut.

    Hari Karyono, perangkat Desa Dadi, mengatakan, imbas kejadian itu, ada 15 rumah warga yang terdampak yakni rumah kemasukan air dan lumpur. Serta, lahan sawah milik beberapa warga juga rusak karena terjangan banjir itu. Serta, beberapa pipa saluran air bersih juga terputus.

    “Saluran air ini menampung aliran air dari kawasan Jalan Tembus, dan kebetulan letak yang longsor ini agak menikung. Karena air yang datang dari atas ini besar, akhirnya berdampak ke talud irigasi, sehingga ambrol,” terang Hari.

    Dia memprediksi, akan terjadi banjir lagi jika kembali turun hujan. Medan yang sulit membuat petugas tak mudah dibuatkan tanggul dari beberapa karung pasir. Pun, pihaknya sudah melaporkan kejadian itu pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan.

    Kapolsek Plaosan AKP Joko Yuwono mengatakan, pihaknya telah menutup aliran air dari kawasan atas. Tujuannya agar tidak menggerus bagian dari irigasi. “Kami antisipasi jika sampai kembali turun hujan. Sementara hasil pemeriksaan tidak ada korban jiwa maupun korban luka,” katanya. [fiq/suf]

  • Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang (beritajatim.com) – Bencana hadir di Jombang tanpa jeda. Belum kering banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Mojoagung, tiba-tiba tanah bergerak terjadi di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024) sekitar pukul 01.00 WIB.

    Bencana itu datang tanpa permisi. Diawali dengan guyuran hujan deras pada Selasa (5/3/2024) malam. Semakin malam hujan semakin deras, warga Kecamatan Mojoagung sudah harap-harap cemas. Karena kawasan tersebut dilintasi dua sungai, yakni Catak Banteng dan Sungai Pancir.

    Utamanya, Dusun Kebundalem Desa Kademangan yang selama bertahun-tahun menjadi langganan banjir. Benar saja, memasuki dini hari, debit air sungai meningkat. Lalu tumpah. Masuk ke jalan desa, lalu menerobos permukian warga.

    Berdasarkan catatan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang, Rabu (6/3/2024), ada lima desa di Kecamatan Mojoagung yang terendam. Yakni, Desa Kademangan setinggi 50-100 cm dan berangsur surut, Desa Janti setinggi 10-20 cm berangsur surut, Desa Betek setinggi 10-20 cm berangsur surut.

    Sedangkan banjir di Desa Mancilan dan Tanggalrejo sudah surut. Sementara di Kecamatan Sumobito, banjir terjadi Desa Madyopuro setinggi 10-30 cm, berangsur surut dan di Desa Talunkidul setinggi 30-50 cm juga berangsur surut.

    Sedangkan di Kecamatan Jombang, banjir melanda Desa Pulo Lor setinggi 20-40 cm dan Desa Sambongdukuh setinggi 20-40 cm. Hingga Kamis (7/3/2024), air surut. Genangan air pergi. Namun tidak demikian dengan Desa Kademangan.

    Air mulai surut, tiba-tiba meninggi lagi. Air sungai kembali meluap. Warga harap-harap cemas, namun tetap bertahan di rumah masing-masing. Genangan air juga masih terjadi di Dusun Balongsomo Desa Talunkidul Kecamatan Sumobito.

    Ketika di dua desa tersebut air masih menggenang. Bencana yang lain membuntuti. Yakni terjadi tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam. Bencana tanah gerak ini terjadi pada Rabu (8/3/2024) malam hingga Kamis dini hari.

    Lagi-lagi diawali dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Hal itu menyebabkan tanah yang ada di permukiman Dusun Jumok retak. Tanah tersebut terus tergerus air. Nah, hal itulah yang memicu sejumlah rumah temboknya rontok.

    Kalaksa BPBD Jombang Bambang Dwijo Pranowo mengungkapkan bahwa potensi bencana tanah gerak di dusun tersebut sudah terjadi sejak dua tahun lalu atau sekitar 2022. Permukiman warga di Dukuh Jumok dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan permukiman warga.

    Nah, malam itu bencana soalah sudah menodong nyawa. Terdengar gemuruh suara tembok runtuh. Tanah berguncang. Warga terjaga dari tidurnya. Di tengah gelapnya malam mereka menyelematkan diri. “Tidak ada korban jiwa. Saat ini mereka mengungsi di rumah kerabat terdekat,” ujar Bambang.

    Bambang menyebut terdapat 12 rumah yang rusak, sedangkan warga yang terdampak sekitar 34 orang. Semuanya selamat. “Retakan di Dusun Jumok itu sudah lama. Makanya terus kita lakukan pemantauan,” lanjutnya.

    Mitigasi Bencana

    Tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024)

    Hal serupa diungkapkan oleh Sekretaris FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Jombang Amik Purdinata. Pihaknya bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang dan Jawa Timur sudah melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut.

    Di antaranya, memberikan pelatihan tanggap bencana kepada warga. Kemudian membentuk FPRB tingkat desa yang diberi nama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat). Warga di lokasi juga sudah diberikan pelatihan tanggap bencana.

    “Semisal apa yang harus dilakukan terjadi tanah gerak. Lalu melakukan pengemasan dokumen-dokumen penting, sehingga ketika terjadi bencana dengan mudah bisa dievakuasi. FPRB di tingkat desa juga sudah terbentuk. Ini sebagai uapaya kita untuk mengurangi risiko bencana,” kata Amik.

    Selain itu, FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) alias alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. Alat yang dipasang itu akan berbunyi jika terjadi getaran pada tanah.

    Kemudian sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023 dilakukan penelitian oleh tim ahli dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya terkait munculnya retakan belasan bangunan rumah warga di Dusun Jumok.

    Jembatan Tertimbun Longsor

    Polisi memasang polisi line di jalan menuju jembatan yang tertimbun longsor, Kamis (7/3/2024)

    Bencana yang menghantam Desa Sambirejo bukan hanya tanah bergerak. Tapi juga tanah longsor. Kejadiannya hamoir bersamaan. Namun untuk tanah longsor terjadi di Dusun Banturejo Desa sambirejo.

    Jembatan yang ada di dusun tersebut tertimbun material longsor seperti rumpun bambu dan pohon besar, Kamis (7/3/2024). Kondisi itu berdampak terputusnya akses jalan. Anak-anak sekolah dan para guru harus balik kanan. Karena jalan tidak bisa dilewati. Akses tersebut menghubungan Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam dengan Desa Gelaran Kecamatan Bareng.

    “Bencana itu bermula ketika hujan deras mengguyur Wonosalam pada Rabu (6/3/2024) malam. Nah, kawasan bukit sebelah barat yang ada di lokasi ambrol hingga menutup aliran sungai. Sehingga rumpun bambu dan pohon besar menyumbat jembatan hingga ambrol,” ujar Kepala Desa Sambirejo Sungkono.

    Kemudian rumpun bambu dan sejumlah pohon juga terseret arus hingga menutup jembatan. Kepala Desa juga memastikan bahwa longsor yang menyebabkan jembatan putus tersebut tidak menyebabkan korban jiwa. Hanya memutus askes jalan karena jembatan tertimbun material longsor.

    “Kalau yang tanah bergerak itu rumah yang terdampak sekitar 11 unit. Sedangkan warga yang terdampak jumnlahnya kisaran 30 orang. Mereka mengungsi di rumah saudaranya. Kalau curah hujan masih tinggi, sangat berbahaya. Karena rumah-rumah tersebut sudah miring,” kata Sungkono. [suf]

  • Tagana Kabupaten Mojokerto Siapkan 5.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

    Tagana Kabupaten Mojokerto Siapkan 5.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

    Mojokerto (beritajatim.com) – Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mojokerto mendirikan Dapur Umum (DU) di Balai Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Relawan menyiapkan 5.000 nasi bungkus untuk korban terdampak banjir.

    Koordinator Tagana Dinsos Kabupaten Mojokerto, Achmad Saefi mengatakan, DU didirikan di Balai Desa Kedunggempol sejak, Rabu (6/3/2024) kemarin. “Datangnya sore otomatis makannya satu kali kemarin. Satu kali masak sekitar 5.000 bungkus,” ungkapnya, Kamis (7/3/2024).

    Masih kata Saefi, 5.000 nasi bungkus tersebut untuk warga di empat desa di empat kecamatan. Yakni Desa Kedunggempol dan Desa Gembongan di Kecamatan Mojosari, Desa Salen di Kecamatan Bangsal dan Desa Ngrame di Kecamatan Pungging.

    “Satu hari, dua kali. Pagi dan sore. Kita tidak bisa memprediksi masalah sampai kapannya karena air-nya diam tidak bisa keluar. Kalau memang seperti ini, kita tetap di sini sampai air surut. Stok alhamdulilah kita di suplay dari provinsi, BPBD Provinsi, BPBD kita (Kabupaten Mojokerto),” katanya.

    Saefi menjelaskan, jika Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menginstruksikan sehingga wajib untuk mengeluarkan stok yang ada. Sehingga logistik dinilai masih aman untuk mencukupi kebutuhan warga terdampak banjir luapan Kali Sadar akibat tanggul jebol.

    “Kemarin di Jabontegal, Pungging karena memang tinggi sekali. Tapi hanya lewat, sekarang sudah tidak. Sekarang Ngrame yang tinggi, kemarin pagi sampai siang belum. Jam 1 baru masuk perkampungan, kemarin tidak sampai 5.000 bungkus karena masalah waktu dan tenaga,” ujarnya.

    Di Desa Salen, Kecamatam Bangsal, permintaan nasi bungkus di hari pertama sebanyak 750 bungkus dan di hari kedua turun menjadi 500 bungkus. Di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, permintaan nasi bungkus masih sama yakni sebanyak 2.500 bungkus.

    “Kemarin Ngrame 1.500 bungkus, sekarang 2.500 bungkus. Untuk Desa Gembongan, kemarin 200 bungkus, sekarang minta 400 bungkus karena airnya tambah meluap,” jelasnya.

    Sebelumnya, berdasarkan pantauan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Selasa (5/3/2024) terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Mojokerto Raya. Akibatnya, enam kecamatan di Kabupaten Mojokerto dan satu kecamatan di Kota Mojokerto terendam banjir. [tin/aje]

  • Bocah  Sampang Usia 4 Tahun Tenggelam di Sungai

    Bocah Sampang Usia 4 Tahun Tenggelam di Sungai

    Sampang (beritajatim.com) – M Lukman (4) bocah asal Dusun Demam, Desa Tanjung, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang tenggelam di sungai desa setempat, sekitar pukul 14.10 WIB, Rabu (6/3/2024) kemarin.

    Kalaksa BPBD Sampang Candra Romandhani Amin melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik, Mohammad Hozin menyampaikan. Sebelumnya pihaknya mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa ada bocah tenggelam di sungai.

    “Atas dasar laporan itu kita bersama tim TRC BPBD bergegas ke lokasi dan melakukan proses pencarian dibantu oleh warga sekitar,” terangnya, Kamis (7/3/2024).

    Pria yang akrab disapa Hozin ini menambahkan, proses penyisiran sungai yang dibantu oleh warga sekitar hingga pukul 18.39 WIB belum membuahkan hasil dan pencairan dilanjutkan hari ini.

    “Sampai saat ini tim masih melakukan pencarian kebetulan dibantu oleh 8 personel dari BPBD Pamekasan dan 6 orang dari Bazarnas,” imbuhnya.

    Tidak hanya itu, menurut Hozin proses pencarian juga mengunakan penyelam ahli dari BPBD Sampang. “Hingga siang ini proses pencarian masih berlangsung,” tandasnya. [sar/aje]

  • Jembatan Rp7,4 Miliar di Blitar Mangkrak, Ini Target ke Depannya!

    Jembatan Rp7,4 Miliar di Blitar Mangkrak, Ini Target ke Depannya!

    Blitar (beritajatim.com) – Jembatan Dawuhan di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar yang mangkrak bakal dilanjutkan kembali pengerjaannya. Proyek senilai Rp. 7,4 miliar rupiah tersebut bakal kembali dilanjutkan pengerjaannya dengan menggunakan APBD Kabupaten Blitar tahun 2024 ini.

    BPBD Kabupaten Blitar memastikan bahwa proyek jembatan yang menjadi penghubung bagi ribuan warga tersebut tetap akan diselesaikan. Sehingga jembatan sepanjang panjang 33 meter tersebut bisa menunjang aktivitas warga.

    “Mengingat jembatan ini sangat dibutuhkan maka sisa pekerjaan akan diselesaikan menggunakan APBD Kabupaten Blitar tahun 2024 ini,” kata Kepala BPBD Kabupaten Blitar, Ivong Berttyanto, Kamis (07/03/24).

    Usai memutus kontrak dari pelaksana yakni CV. Andhika Pratama Banda Aceh, kini BPBD Kabupaten Blitar tengah melakukan pemilihan konsultan perencanaan. Baru setelah itu akan dilakukan tahapan berikutnya dalam proses pengerjaan proyek jembatan tersebut.

    “Saat ini tahapannya pemilihan penyedia konsultan perencanaan masih dalam proses di bagian Pengadaan Barang dan Jasa,” imbuhnya.

    Sebelumnya BPBD Kabupaten Blitar telah memutus kontrak dari pelaksana yakni CV Andhika Pratama Banda Aceh. Putus Kontrak itu tercatat sejak tanggal 22 Februari 2024 lalu.

    Pemutusan kontrak ini dilakukan lantaran CV. Andhika Pratama Banda Aceh tidak bisa menyelesaikan proyek jembatan senilai Rp.7,4 Miliar rupiah tersebut, hingga 2 kali masa perpanjangan. Maka dari itu BPBD Kabupaten Blitar mengambil tindakan tegas dengan melakukan pemutusan kontrak.

    “Sampai dengan masa pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan berakhir tanggal 21 Februari 2024 progres pekerjaan yang dicapai masih 76,16%, kemudian pada tanggal 22 februari 2024 dilakukan putus kontrak,” tegasnya.

    Kinerja pihak kontraktor sendiri dirasa cukup mengecewakan. Pasalnya, meski telah diberikan 2 kali kesempatan masa perpanjangan, proyek jembatan Dawuhan tak kunjung selesai.

    Untuk diketahui, CV Andhika Pratama Banda Aceh diberikan 2 kali masa perpanjang pengerjaan proyek. Perpanjangan pertama yakni 50 hari kerja sampai tanggal 10 Februari 2024. Kemudian diberikan kesempatan ke 2 yakni 11 hari kerja hingga tanggal 22 Februari 2024.

    “Target awal pengerjaan proyek itu kan tanggal 23 Desember 2023 kemudian karena tidak selesai, CV Andhika Pratama Banda Aceh mengajukan permohonan pemberian kesempatan menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2 kali dan disetujui,” beber Ivong.

    Selama 2 kali masa perpanjangan, pihak kontraktor sebenarnya sudah diminta untuk mengebut proses pengerjaan agar proyek jembatan senilai Rp. 7,4 Miliar rupiah itu rampung tepat waktu. Pemberian sanksi denda juga diberlakukan untuk pihak kontraktor.

    Namun nyatanya, pengerjaan proyek Jembatan Dawuhan tetap molor. Bahkan selama 2 kali masa perpanjangan, progres pengerjaan jembatan yang jadi penghubung beberapa dusun tersebut masih 76,16%.

    “Makanya itu kami lakukan pemutusan kontrak, daripada terus berlalut mending diputus kontrak,” pungkasnya.  [owi/aje]

  • Tanah Retak di Wonosalam Jombang, 10 Rumah Rusak, Warga Berhamburan

    Tanah Retak di Wonosalam Jombang, 10 Rumah Rusak, Warga Berhamburan

    Jombang (beritajatim.com) – Tanah retak akibat guyuran hujan deras terjadi di Dukuh Jumok Dusun Semberlamong Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, Kamis (7/3/2024). Sebanyak 10 rumah yang ada di sekitar lokasi rusak.

    Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, warga yang menghuni rumah tersebut meninggalkan lokasi. Mereka mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Sebanyak 10 rumah tersebut kondisinya cukup parah. Ada yang temboknya merekah, ada pula yang gentingnya mulai rontok.

    “Tidak ada korban jiwa. Namun sebanyak 10 rumah di Dukuh Jumok kondisinya rusak. Karena hujan deras semalam menyebabkan tanah di lokasi retak,” kata Sekretaris FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Kabupaten Jombang Amik Purdinata.

    Amik menjelaskan, sebelumnya atau sekitar tahun 2022, pemukiman warga di Dukuh Jumok memang dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan pemukiman warga setempat.

    FPRB bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang dan Jawa Timur kemudian melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut. Di antaranya, memberikan pelatihan tanggap bencana kepada warga.

    Termasuk juga penelitian yang dilakukan tim ahli dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya terkait munculnya retakan belasan bangunan rumah warga di Dusun Jumok. Penelitian dilakukan sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023.

    FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) alias alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. Alat yang dipasang itu akan berbunyi jika terjadi getaran pada tanah.

    “Semalam tembok rumah warga ada yang rintuh. Makanya warga langsung meninggalkan lokasi. Warga sudah tanggap akan datangnya bencana. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu,” ujar Sekretaris FPRB Jombang ini menegaskan.

    Dia mengungkapkan, pada Rabu malam, hujan deras mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Nah, air hujan tersebut mengisi tanah retak di Dukuh Jumok. Semakin malam semakin deras. Kemudian tanah merekah seperti teriris.

    Itu berdampak pada bangunan rumah warga yang sudah retak. Warga kemudian mengemasi barang-barang berharga. “Mulai semalam sudah mengungsi. Karena jika tetap tinggal di sana, sangat berbahaya,” ujar Amik. [suf]