Kementrian Lembaga: BPBD

  • Tiga Nelayan Sampang Tersambar Petir Saat Melaut

    Tiga Nelayan Sampang Tersambar Petir Saat Melaut

    Sampang (beritajatim.com) – Tiga orang nelayan asal kepulauan Mandangin, Kecamatan/Kabupaten Sampang, Madura. Disambar petir saat melaut.

    Identitas para korban yakni Sanusi (21) mengalami luka bakar pada bagian leher akibat tertimpa tiang, Anom (64) jatuh ke laut dan Syamsul (44) mengalami luka berat hingga pingsan.

    Tidak hanya itu, perahu yang ditumpangi para nelayan mengalami rusak parah terutama tiang perahu patah karena tersambar petir. “Kami berangkat melaut sebelum subuh, saat itu hujan deras disertai petir dan sekitar jam tujuh tiba-tiba disambar petir,” ujar Sanusi salah satu nelayan sekaligus korban sambaran petir di perairan Sampang, Jumat (26/4/2024).

    Terpisah, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang, Candra Romadhani Amin membenarkan musibah tersebut. Saat kejadian memang terjadi hujan disertai petir. “Beruntung dalam musibah tersebut tidak ada korban jiwa,” singkatnya.

    Pria yang akrab disapa Candra ini mengimbau kepada warga untuk waspada dan jangan beraktivitas di luar apalagi terjadi hujan disertai petir agar kejadian serupa tidak terulang kembali. “Kami imbau kepada warga untuk menjaga diri dan selalu waspada saat cuaca ekstrim seperti saat ini. Benda yang menjadi penghatar listrik seperti logam jangan dipasang di atas supaya tidak memicu terjadinya sambaran petir,” pungkasnya.[sar/kun]

  • Lansia Pencari Rumput Hilang di Gunung Bancak Magetan

    Lansia Pencari Rumput Hilang di Gunung Bancak Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Seorang lansia pencari rumput, Tukimun (63), warga Desa Sundul, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur dilaporkan hilang di hutan Gunung Bancak. Korban tidak pulang sejak Kamis (25/4/2024) pagi.

    Menurut Yahmi (50), kakak ipar korban, Tukimun tidak pernah mencari rumput di hutan Gunung Bancak. Biasanya korban mencari rumput di dekat rumah.

    “Biasanya cari rumput hanya di sawah sekitar rumah saja. Ini malah sampai ke gunung hingga akhirnya tidak pulang hingga siang,” kata Yahmi saat ditemui di rumahnya, Jumat (26/4/2024).

    Upaya pencarian yang dilakukan warga hingga malam hari tidak membuahkan hasil. Pihak keluarga pun melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Polsek Parang.

    Kapolsek Parang, AKP Hari Joko Prayitno membenarkan kabar orang hilang tersebut. Saat ini, pihaknya bersama TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  Magetan, dan warga bersama-sama melakukan pencarian dan penyisiran di lokasi terakhir korban ketemu warga.

    “Sekitar orang dalam tim gabungan kami libatkan untuk menyisir sejumlah lokasi. Rumput dan karung milik korban ditemukan. Kita periksa juga di semak dan jurang-jurang ya,” terangnya.

    Sayangnya, proses pencarian terkendala medan terjal, hutan lebat, dan hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut.

    “Jika hujan tidak reda, proses pencarian akan kita lanjutkan besok pagi. Bila kita paksakan justru membahayakan tim, ancaman pohon tumbang, longsor dan petir bisa saja terjadi sewaktu-waktu,” pungkas Hari.

    Hingga sore ini, proses pencarian belum membuahkan hasil. Tim gabungan belum dapat menemukan keberadaan korban. Pencarian akan dilanjutkan besok pagi, mengingat hujan turun lebat serta medan terjal dan gelap.

    Keluarga korban berharap Tukimun dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat. Masyarakat diimbau untuk berhati-hati saat beraktivitas di kawasan hutan, terutama saat cuaca buruk. [fiq/beq]

  • Rumah di Ponorogo Rusak Tertimpa Tanah Longsor

    Rumah di Ponorogo Rusak Tertimpa Tanah Longsor

    Ponorogo (beritajatim.com) – Sebuah rumah di Dusun Dawuk, Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, tertimpa material longsoran tebing setinggi 10 meter. Akibatnya, 3 ruangan di rumah tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah.

    Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam musibah tanah longsor yang terjadi pada hari Kamis (25/4/2024) kemarin. Sebab, penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri saat musibah itu terjadi.

    “Kejadian tebing 10 meter longsor ini, terjadi pada Kamis kemarin. Akibatnya, satu rumah warga mengalami kerusakan, sebab material longsor menerjang rumah yang ada di samping tebing tersebut,” kata Kepala Desa Gondowido, Baskoro Widya Mandala, Jumat (26/4/2024).

    Tidak hanya mengancam rumah yang ada di bawahnya, tebing dengan tinggi 10 meter itu, juga mengancam hilangnya bahu jalan yang berada di atasnya. Tebing yang longsor itu, kata Baskoro, dipicu oleh curah hujan dengan intensitas sedang dan deras deras yang terjadi kurang lebih 5 jam.

    Sehingga karena adanya air yang masuk di sela-sela tebing yang dimungkinkan retak, akhirnya mengakibatkan tebing labil dan longsor menimpa rumah warga desa setempat. Kejadian itu pun sudah dilaporkan Baskoro ke BPBD Ponorogo.

    “Panjang tebing sekitar 20 meter dan tinggi itu longsor dan terjang rumah milik warga. Ya akibat hujan yang cukup lama kurang lebih 5 jam, dengan intensitas sedang hingga deras,” katanya.

    Meskipun kondisi rumah rusak dan material longsor berpotensi menyebabkan longsor susulan, pemilik rumah bersama empat anggota keluarga enggan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka memilih tinggal di ruangan yang tidak terdampak longsor.

    “Sebenarnya sudah saya sarankan untuk mengungsi ke rumah tetangga atau saudara. Namun, sekeluarga pilih bertahan di ruangan rumah yang jauh dari tebing,” pungkasnya. [end/beq]

     

  • Aksi Heroik Penghulu Lumajang Seberangi Banjir Lahar, Nikahkan 2 Calon Pengantin

    Aksi Heroik Penghulu Lumajang Seberangi Banjir Lahar, Nikahkan 2 Calon Pengantin

    Lumajang (beritajatim.com) – Aksi heroik seorang penghulu di Lumajang yang nekat menyeberangi arus deras banjir lahar Gunung Semeru viral di media sosial hingga tuai respons positif, Kamis (25/4/2024).

    Ia tidak gentar dengan kuatnya arus banjir lahar setinggi paha orang dewasa, meskipun telah berpakaian rapi. Selain itu, warga juga membawakan sejumlah dokumen pernikahan.

    Momen Ali Komarifan (35) penghulu asal Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang dibantu 2 warga menyebrangi banjir lahar DAS Kali Regoyo, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Lumajang diabadikan oleh warga.

    Pasalnya, jembatan limpas Gondoruso yang menjadi satu-satunya akses terdekat untuk mobilitas warga, terputus saat diterjang banjir lahar Gunung Semeru yang terjadi pada, Kamis (18/4/2024) lalu.

    Setelah sampai di tepi, Ali ditunggu rombongan mempelai pria di seberang sungai dan langsung bergegas menuju tempat akad nikah dan mengakadkan 2 pasangan yaitu, Angga Dwi Asmara (23) dan Misriati (21) yang berada di Dusun Liwek, Desa Gondoruso.

    “Memang pernikahan yang telah rmdirencanakan sebelumnya tidak dapat ditunda. Sehingga penghulu wajib hadir apapun keadaannya” ungkap Muhammad Muslim Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Lumajang.

    Muslim juga mengapresiasi kinerja dan tanggung jawab Ali Komarifan sebagai penghulu yang berani menghadapi bahaya banjir lahar Gunung Semeru.

    “Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan penghulu tersebut, menerjang arus deras banjir lahar” pungkasnya

    Selain itu, sejauh ini dampak banjir lahar Gunung Semeru telah merusak sedikitnya 22 jembatan yang memutus akses kecamatan dan desa di Lumajang berdasarkan laporan dari BPBD Kabupaten Lumajang. [ian]

  • Pencarian Bocah Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi Gunakan Ritual Unik

    Pencarian Bocah Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi Gunakan Ritual Unik

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Bocah belasan tahun yang hanyut di Dusun Krajan, Desa Sraten, Kecamatan Cluring hingga kini belum ditemukan. Petugas gabungan, TNI/ Polri, Basarnas, BPBD, warga dan relawan bahu membahu mencari keberadaan korban.

    Tidak hanya itu, warga setempat juga berikhtiar melakukan pencarian dengan cara lain. Salah satunya dengan menggelar doa dan tradisi ritual lainnya.

    Ada yang unik dari ritual warga tersebut. Yakni, mereka meyakini adanya keterlibatan makhluk ghaib yang menyembunyikan korban.

    Sehingga perlu adanya ritual khusus untuk mencari keberadaannya. Belum diketahui sebenarnya nama ritual tersebut. Akan tetapi, mereka meyakini tradisi itu mampu memberi petunjuk alam untuk menemukan korban.

    Puncak ritualnya yaitu seperti membakar dupa dan kemenyan berikut mantra dan doa khusus. Serta ada yang unik yakni ritual membuang bantal dan tikar ke sungai.

    Tujuan dari ritual itu tidak lain adalah untuk segera diberikan petunjuk. Paling utama, yakni korban agar segera ditemukan.

    “Semalam, tokoh spiritual di desa ini melaksanakan tradisi untuk memohon agar korban segera ditemukan, mereka melaksanakan upacara kecil dengan menyuguhkan ucok bakal dan membakar kemenyan untuk meminta petunjuk kepada Tuhan,” terang Sunarto, warga setempat.

    Usai doa dan upacara sakral semalam, tokoh spiritual juga melakukan ritual lain. Saat pagi hari, bantal dan tikar yang disiapkan dilarung ke sungai tempat bocah hanyut.

    “Tradisi membuang bantal dan tikar ke sungai merupakan kepercayaan yang diyakini dapat membantu orang yang hilang karena terseret arus sungai agar cepat ditemukan,” katanya.

    Namun, hal itu hanya bentuk keyakinan bagi sebagian warga yang mempercayainya. Pasalnya, kegiatan demikian tidak memiliki dasar ilmiah, namun memberikan dukungan emosional dan spiritual bagi yang meyakininya.

    “Pencarian masih berlangsung, Tim SAR menyisir area di mana bantal dan tikar dilarung ke sungai,” pungkasnya.

    Sebelumnya dikabarkan, ada seseorang bocah terjatuh ke sungai bersama dengan motor yang dikendarainya. Seorang warga melihat kejadian itu memintanya untuk menepi, namun karena derasnya air sungai dan korban tak bisa berenang sehingga tubuhnya hanyut terbawa arus.

    Usai kejadian, warga turut mencari keberadaan korban. Namun, hingga kini korban masih belum ditemukan. (rin/ted)

  • Pencarian Bocah Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi Masih Berlangsung

    Pencarian Bocah Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi Masih Berlangsung

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Informasi mengenai adanya salah seorang bocah hanyut di sungai Dusun Krajan, Desa Sraten, Kecamatan Cluring menyebar luas. Sontak, kabar itu mengundang warga berdatangan di lokasi kejadian.

    Tak hanya itu, segenap relawan, petugas BPBD Banyuwangi bersama TNI/ Polri juga turut datang ke TKP. Sejak saat itu, petugas gabungan terus melakukan pencarian.

    Namun, karena waktu terus berlarut malam pencarian berhenti. “Informasinya ada seorang pemuda naik motor, memutar balik, dan akhirnya terjatuh di sungai dan hanyut,” ungkap Kapolsek Cluring, AKP Abdul Rahman.

    AKP Abdul Rahman menyebut, sejak kemarin pihaknya bersama anggota lain turut menyisir area sungai. Termasuk menghimpun informasi perihal kejadian tersebut.

    “Saat ini (kemarin), anggota kami sedang menyisir area sungai tersebut. Tapi, belum ada laporan kehilangan anak,” ungkapnya.

    Sampai saat ini, korban belum ditemukan. Petugas gabungan TNI/ Polri, BPBD Banyuwangi, relawan dan warga telah menyisir sungai, namun hasilnya masih nihil.

    Sebelumnya diberitakan, ada seorang bocah belasan tahun hanyut di sungai Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Hingga saat ini, korban belum ditemukan dan masih dalam pencarian. [rin/aje]

  • Bocah Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi Sempat Teriak Tolong

    Bocah Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi Sempat Teriak Tolong

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Berdasarkan keterangan saksi di lokasi kejadian, ada seorang bocah laki-laki terjatuh ke sungai bersama motornya. Lokasinya di sungai Dusun Krajan, Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi.

    “Sekira jam 14.30 WIB saudara Nur Hidayat sedang membuang sampah di sungai Dusun Krajan RT01/04 Desa Sraten, Kecamatan Cluring, melihat anak laki-laki dengan membawa sepeda motor protolan jenis bebek warna hitam,” kata Ade Setiawan petugas BPBD Banyuwangi, menceritakan keterangan saksi bernama Nur Hidayat, Rabu (24/4/2024).

    Dari keterangan itu, ungkap Ade, saksi melihat langsung korban menggunakan motor di sisi sungai. Korban terlihat akan putar balik, namun naas motornya terjun ke sungai.

    “Tidak sampai putar balik sepeda yang di kendarainya langsung terjun di sungai. Saat itu sungainya dalam keadaan banjir besar dan korban itu sempat diteriakin untuk disuruh ke pinggir sungai,” katanya.

    Namun upayanya gagal, lantaran sang bocah tampak tak bisa berenang. Meskipun, sempat melakukan pengejaran hingga ke hilir sungai namun tubuh bocah itu menghilang.

    “Melihat arus air sungai yang sangat deras korban tersebut tidak bisa berenang ke pinggir sungai. Setelah itu sempat mengejar sampai di bawah sungai sambil menyusuri di pinggiran sungai korban tersebut sudah tidak ada atau hilang beserta sepeda motornya,” pungkasnya.

    Sebelumnya diberitakan, ada seorang bocah belasan tahun hanyut di sungai Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Hingga saat ini, korban belum ditemukan dan masih dalam pencarian. (rin/ian)

  • Bocah 12 Tahun Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi

    Bocah 12 Tahun Hanyut di Sungai Sraten Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Seorang bocah belasan tahun hanyut di sungai Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Hingga saat ini, korban belum ditemukan dan masih dalam pencarian.

    Kronologi berdasarkan keterangan warga, anak tersebut mengendarai sepeda motor di dekat sungai. Lantaran jalan yang sempit dan licin, bocah itu kemungkinan terpeleset kemudian terjebur ke sungai.

    Kebetulan, kondisi sungai sedang deras dan volume air tinggi. Sontak, air sungai membawa tubuh korban bersama motor yang dikendarainya.

    “Korban anak-anak usia sekitar 12- 13 tahun dan bukan warga sini, bukan warga TKM. Saat ini masih dalam pencarian,” ungkap Ade Setiawan, salah seorang petugas Tim Reaksi Cepat BPBD Banyuwangi di lokasi.

    Meski demikian, petugas dan warga tetap melakukan penyisiran dan pencarian. Namun, belum ada tanda-tanda bocah tersebut ditemukan.

    “Jadi korban terjatuh ke dalam sungai bersama dengan motornya. Saat itu volume air sungai sedang tinggi, namun saat ini telah menyusut sekitar 30 – 50 centimeter,” katanya.

    Sejauh ini belum diketahui identitas korban. Petugas gabungan dari TNI/ Polri, BPBD Banyuwangi, relawan dan warga terus melakukan pencarian. (rin/ian)

  • Longsor Wonomulyo Magetan, Petani Rugi Puluhan Juta Rupiah

    Longsor Wonomulyo Magetan, Petani Rugi Puluhan Juta Rupiah

    Magetan (beritajatim.com) – Hujan deras yang melanda kawasan Kecamatan Poncol Magetan mengakibatkan lahan ladang warga di Dusun Wonomulyo Desa Genilangit mengalami longsor, Rabu (24/4/2024) pukul 12.00 WIB siang. Akibatnya, empat orang petani pemilik lahan mengalami kerugian total Rp25 juta.

    Data dari Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Magetan, lahan milik Kasto (40) warga setempat longsor menimpa lahan milik Sudar (50), luasan lahan yang rusak mencapai 700 meter persegi. Kemudian, lahan milik Jono (40) warga setempat longsor menimpa lahan milik Hartono Lanjar (70), luas lahan terdampak yakni 750 meter persegi. Masing-masing mengalami kerugian Rp15 juta dan Rp 10 juta. 

    ‘’Kemudian, talud bahu jalan di desa setempat juga mengalami longsor sepanjang 12 meter,  dengan tinggi lima meter. Perangkat Desa Genilangit melakukan pemasangan tanda bahaya untuk pengguna jalan di lokasi kejadian tanah longsor. Kami bersama perangkat desa melakukan pemasangan terpal dan glangsing / tanggul penahan darurat sebagai upaya mitigasi longsor susulan. Dilakukan pemantauan secara berkala oleh pihak Desa,’’ kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan Eka Wahyudi. 

    Tak hanya Wonomulyo, longsor lebih dulu terjadi di Desa Giripurno, Kawedanan, Magetan yang berada di lereng Gunung Bancak. Tebing jalan Dukuh Suci RT 22 RW 07, Desa Giripurno, Kecamatan Kawedanan longsor. Tebing longsor dengan ketinggian 4 meter, panjang 20 meter.  Material longsor berjarak -+4m dari rumah warga dan menutup 75 persen badan jalan desa.

    ‘’Perangkat desa dan masyarakat setempat sudah melakukan kerja bakti menggunakan eskavator milik masyarakat. Kami  memberikan bantuan terpal, glangsing dan sesek bambu sebagai upaya mitigasi longsor susulan,’’ terang Eka. 

     BPBD Kabupaten Magetan menghimbau kepada masyarakat agar selalu waspada, berhati-hati dampak cuaca ekstrim peralihan musim penghujan ke musim kemarau apabila terdapat kejadian serupa ataupun bencana lainnya dapat menghubungi nomor pelayanan BPBD Kabupaten Magetan.  [fiq/but]

     

  • Pemancing Temukan Jasad Penambang Pasir di Bengawan Solo Bojonegoro

    Pemancing Temukan Jasad Penambang Pasir di Bengawan Solo Bojonegoro

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Penambang pasir yang dilaporkan tenggelam di Sungai Bengawan Solo pada Senin (22/4/2024) ditemukan. Jasad korban ditemukan berjarak sekitar 23 kilometer dari lokasi kejadian, Rabu (24/4/2024) sekitar pukul 00.05 WIB.

    Jasad Ahmad Arif (35) warga RT 04 RW 01 Desa Semanding Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro ditemukan oleh warga yang sedang mencari ikan. Jasad korban muncul di Sungai Bengawan Solo turut Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban.

    “Jasadnya ditemukan warga yang mencari ikan, kemudian dilaporkan ke posko berjarak sekitar 23 km dari lokasi kejadian,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Laela Nor Aeny, Rabu (24/4/2024).

    Setelah mendapat laporan tersebut, Tim SAR Gabungan kemudian melakukan evakuasi jasad penambang pasir kemudian dibawa ke RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro untuk divisum. “Setelah divisum dan disucikan, kemudian diserahkan ke keluarga,” tambahnya.

    Untuk diketahui, Ahmad Arif penambang pasir tradisional di Sungai Bengawan Solo itu dilaporkan tenggelam pada Senin (22/4/2024) sekitar pukul 12.00 WIB. Ia saat itu bersama tiga penambang lain sedang mengangkut pasir. Tiba-tiba perahu yang ditumpangi tenggelam.

    Tiga penambang yang lain selamat, sementara korban diduga tidak bisa menyelamatkan diri karena tidak memiliki kemampuan berenang. [lus/but]