Nelayan Semarang Kehilangan Tangkapan, Sampah Plastik dan Rob Jadi Tantangan
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
–
Kampung Tambaklorok
, yang terletak di Semarang Utara, kini memiliki
tanggul laut
sepanjang 3,6 kilometer.
Meskipun proyek ini dibiayai dengan anggaran besar senilai Rp 386 miliar, warga setempat masih menghadapi masalah serius.
Rembesan air laut dari tanggul tersebut terus terjadi setiap pagi, menyulitkan aktivitas harian mereka, terutama bagi anak-anak yang akan berangkat sekolah dan para nelayan yang bersiap mencari nafkah.
Genangan air di Kampung Tambaklorok memang tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 5-10 sentimeter.
Namun, kondisi ini tetap mengganggu kehidupan sehari-hari warga.
Rasa frustrasi mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama saat proyek besar yang diharapkan dapat memberikan perlindungan ternyata belum sepenuhnya memenuhi harapan mereka.
Ketua RW 016 Kampung Tambaklorok, Slamet Riyadi, mengungkapkan harapannya.
“Dulu sebelum ada tanggul,
banjir rob
bisa mencapai sentimeter. Tapi sekarang, meski tidak setinggi itu, tetap mengganggu aktivitas pagi, terutama bagi anak-anak yang mau bersekolah dan warga yang bekerja,” ungkapnya kepada
Kompas.com,
Jumat.
Slamet berharap Pemerintah Kota Semarang dapat segera menindaklanjuti perbaikan, seperti meninggikan jalan utama dan memperbaiki saluran air, agar warga bisa beraktivitas dengan nyaman tanpa khawatir akan ancaman rob.
“Kami berharap jalan segera ditinggikan, supaya kami bisa beraktivitas dengan aman tanpa harus khawatir dengan rob,” harapnya.
KOMPAS.COM/Muchamad Dafi Yusuf Tanggul laut sepanjang 3,6 kilometer di Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Masalah lain yang dihadapi masyarakat Kampung Tambaklorok adalah
penurunan hasil tangkapan ikan
di kalangan nelayan.
Hasil tangkapan nelayan Tambakrejo menyusut hingga sepuluh kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ahmad Marzuki, salah satu nelayan, mengungkapkan kesulitan yang dialaminya.
“Beberapa tahun yang lalu dalam satu hari bisa mendapat tangkapan 10 kilogram. Sekarang 1 kilogram saja sudah susah,” ujarnya.
Ahmad menjelaskan bahwa menurunnya volume ikan disebabkan oleh kerusakan lingkungan, khususnya di pesisir Kota Semarang yang tercemar oleh sampah plastik.
Ia mengingatkan bahwa pada 2005, dirinya masih bisa menangkap hingga 20 kilogram kepiting dalam sehari.
Kini, dengan usaha keras, ia hanya bisa mendapatkan empat ekor kepiting, yang dianggapnya sudah untung.
Nelayan lain, Selamet, juga merasakan dampak serupa.
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI Seorang pemotor melintas di ruas jalan tepi trotoar untuk menghindari genangan air rob Pantura Demak-Semarang, Selasa (12/11/2024) pagi.
Menurutnya, sampah-sampah tersebut tidak hanya mengganggu ekosistem biota laut, tetapi juga memperburuk hasil tangkapan.
“Ini saya juga punya tambak kerang, jumlahnya juga terus berkurang,” katanya.
Selamet harus bekerja ekstra keras untuk membersihkan rumah kerang dari sampah plastik yang merusak ekosistem kerang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mencatat antara Januari hingga Maret 2024, terdapat 104 kejadian bencana hidrometeorologi.
Dari total kejadian tersebut, lebih dari 59.000 rumah terendam dan 1.162 rumah mengalami kerusakan.
Lebih dari 205.000 warga juga terdampak, dengan 12 jiwa yang meninggal akibat bencana tersebut.
Sebaran bencana ini tidak hanya mencakup Kota Semarang, tetapi juga 35 kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah.
Pemprov Jawa Tengah bahkan menetapkan sejumlah daerah dalam status darurat.
Kerugian akibat bencana yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan di Jawa Tengah tercatat mencapai Rp 14,9 triliun dari 2020 hingga 2024.
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sultan Agung (Unisulla) Semarang, Mila Karmila, menjelaskan bahwa faktor penyebab banjir dan rob bersifat kompleks.
Penurunan muka tanah akibat penggunaan air bawah tanah yang masif dan pembebanan di kawasan industri menjadi perhatian penting.
“Faktornya itu kompleks, tidak hanya perubahan iklim saja, tapi penggunaan air bawah tanah itu juga perlu diperhatikan,” jelasnya.
Mila menilai penanganan banjir rob yang dilakukan pemerintah selama ini terkesan parsial dan tidak menyentuh akar masalah.
Proyek besar seperti pembangunan tol dan tanggul laut Semarang-Demak justru memindahkan masalah ke daerah lain.
“Kalau yang ditanggul hanya sebagian, artinya hanya memindahkan masalah ke tempat lain,” tambahnya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: BPBD
-
/data/photo/2024/11/29/67493857ba8f7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Nelayan Semarang Kehilangan Tangkapan, Sampah Plastik dan Rob Jadi Tantangan Regional 29 November 2024
-
/data/photo/2024/11/28/6748356456821.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Longsor, Jalur Medan-Berastagi di Sibolangit Masih Ditutup Jumat Siang Medan 29 November 2024
Longsor, Jalur Medan-Berastagi di Sibolangit Masih Ditutup Jumat Siang
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com –
Jalur
Medan
–
Berastagi
di Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, masih ditutup pada Jumat (29/11/2024), akibat longsor.
Seperti diketahui, jalur ini sudah ditutup pada Selasa (26/11/2024) malam.
Kepala Unit Lantas Polsek Pancur Batu Iptu Rizal Purba, mengatakan, sejumlah personel dari TNI-Polri, Basarnas, BPBD, dan pemerintah daerah, masih berada di lokasi longsor untuk membersihkan material.
“Material longsor yang mengenai jalan masih dibersihkan pakai beberapa alat berat dan lainnya,” ujar Rizal saat dihubungi, Jumat.
Rizal menyebut masih ada beberapa kendaraan yang belum dapat dipindahkan dari lokasi.
Salah satunya adalah satu unit bus pariwisata yang terperosok ke jurang.
“Ya, proses evakuasi masih sulit karena kondisi jalan dipenuhi lumpur,” sebut Rizal.
Warga diimbau untuk mencari jalan alternatif lain. Misalnya, melalui jalur Medan-Binjai-Berastagi atau pun Medan-Pematangsiantar-Berastagi.
“Kalau dari Medan ke Berastagi bisa juga lewat jalur sebelum jembatan Desa Sembahe, ada jalan sebelah kanan yang bisa tembus ke Bandar Baru. Nah, kalau dari Bandar Baru nanti sudah bisa lepas ke Berastagi,” ujar Rizal.
Adpaun longsor mengakibatkan sembilan orang tewas.
Sejauh ini, pihak Basarnas dan BPBD masih berupaya untuk mencari para korban lainnya yang kemungkinan terjebak di dalam kendaraan yang tertimbun.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Jakpus distribusikan bantuan kepada korban kebakaran di Tanah Abang
Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat mendistribusikan bantuan bagi korban kebakaran di Jalan Administrasi II RW 08 Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Kamis pagi.
“Bantuan yang kami serahkan berupa natura dan logistik bagi warga terdampak. Bantuan diterima langsung oleh pihak RW 08 dan jajaran kelurahan,” kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, Abdul Salam saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Bantuan natura yang diberikan berupa 10 paket perlengkapan laki-laki, masing-masing terdiri dari kaos oblong, celana pendek, sandal jepit, baju koko, sarung, peci dan handuk serta celana dalam tiga buah. Lalu ada juga sampo, sabun, pasta gigi dan sikat gigi.
Kemudian 20 paket perlengkapan wanita, masing-masing terdiri dari daster, mukena, sajadah, handuk, sandal, sabun mandi, sampo, pasta gigi dan sikat gigi satu buah. Selain itu juga diberikan celana dalam dan bra masing-masing tiga buah.
Selanjutnya, ada bantuan natura berupa selimut sebanyak 30 lembar, tikar plastik satu karung, popok dewasa satu bal, popok anak 20 bal dan pembalut wanita 20 bal.
Sedangkan paket pangan yang diserahkan berupa beras lima kilogram, satu botol besar kecap, lima kaleng sarden, tiga kaleng biskuit kemasan satu kilogram, dua mi instan dan satu botol minyak goreng.
“Kami berharap bantuan ini bisa meringankan warga yang terdampak kejadian kebakaran,” ujar Abdul.
Lurah Petamburan, Rian Hermanu menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan lokasi pengungsian bagi warga di jalan sekitar lokasi kejadian. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mendirikan tenda pengungsian.
“Saat ini kami menerapkan status tanggap bencana selama tiga hari. Perkembangan kita kan lihat kondisi lapangan,” kata Rian.
Suku Dinas Kebakaran dan Penyelamatan (Sudin Gulkarmat) Jakarta Pusat menyatakan kebakaran rumah padat penduduk di Jalan Administrasi II, Petamburan, Tanah Abang, pada Kamis dinihari diduga terjadi akibat arus pendek listrik (korsleting).
Kebakaran di rumah padat hunian tersebut terjadi pada pukul 02.40 WIB. Sebanyak 22 unit pemadam kebakaran dengan 110 personel dikerahkan untuk memadamkan si jago merah.
Kebakaran yang terjadi di luas area kurang lebih 270 meter tersebut berdampak pada 15 Kepala Keluarga (KK) atau 80 orang dengan taksiran kerugian sekitar Rp379 juta.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024


/data/photo/2024/11/28/6747e7bce4e4c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2022/10/14/6348f684844ee.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2024/11/28/6747d9114571e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2023/11/13/6551ad4118fd5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)