Kementrian Lembaga: BPBD

  • 3 Warga Tewas Imbas Cuaca Ekstrem Terjang Lebak

    3 Warga Tewas Imbas Cuaca Ekstrem Terjang Lebak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Banten, menerima laporan tiga orang meninggal dunia imbas banjir dan pohon tumbang akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak Selasa (3/12) hingga Kamis (5/12).

    “Cuaca ekstrem, hujan deras disertai angin kencang terjadi di Lebak dari hari Selasa (3/12) sampai hari ini,” kata Kepala BPBD Lebak Febby Rizky Pratama, Kamis (5/12).

    Febby menjelaskan, warga berinisial R (64) meninggal dunia karena tertimpa pohon tumbang di Kecamatan Cibeber, Kamis (5/12). Menurut Febby, korban meninggal ketika perjalanan pulang dari kebun ke rumah.

    “Kondisi hujan deras disertai angin kencang, yang bersangkutan sedang perjalanan pulang dari kebun ke rumah. Di perjalanan itu korban tertimpa pohon dan cukup lama ditemukan warga,” jelas dia, mengutip Detik.

    Febby mengatakan korban sudah dievakuasi dan langsung dimakamkan oleh keluarga.

    “Sudah dibawa ke rumah dan sudah dimakamkan,” tuturnya.

    Selain peristiwa hari ini, Febby mengatakan bahwa BPBD Lebak juga menerima dua laporan lain terkait warga yang meninggal karena cuaca ekstrem. Warga berinisial D (13) meninggal dunia karena tenggelam ketika banjir di Kecamatan Banjarsari, Rabu (4/12).

    Sementara, warga berinisial DA (14) meninggal dunia karena tertimpa tanah longsor di Cipanas pada Selasa (3/12).

    “Cuaca ekstrem selama tiga hari ini, kita menerima laporan tiga orang meninggal,” kata dia.

    Cuaca ekstrem saat Nataru

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga sudah mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem sepanjang Desember ini. Bahkan, momen libur Natal dan Tahun Baru akan dibarengi dengan curah hujan cukup tinggi karena berada di puncak musim hujan yang disertai dengan fenomena La Nina lemah.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Raker Kesiapan Nataru dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12).

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya.

    Dwikorita mengatakan pada Desember puncak musim hujan terjadi di sebagian Jawa terutama bagian selatan. Kemudian, pada Januari itu puncak musim di Jawa terjadi di bagian tengah hingga utara.

    Oleh karena itu, Dwikorita meminta pihak terkait untuk memberi perhatian pada peningkatan curah hujan yang cukup tinggi ini karena mungkin berdampak pada mobilitas masyarakat di momen libur Nataru, khususnya di Sumatera dan Jawa.

    Selain berada pada puncak musim hujan, Dwikorita mengatakan curah hujan juga bisa semakin tinggi karena adanya fenomena La Nina lemah. Fenomena ini berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.

    “Musim hujan ini disertai dengan terjadinya La Nina lemah yang berdampak pada peningkatan curah hujan mencapai diprediksi 20 persen dari normalnya,” jelasnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pj Gubernur Jabar Minta 3 Fokus Utama Tangani Banjir Bandang Sukabumi

    Pj Gubernur Jabar Minta 3 Fokus Utama Tangani Banjir Bandang Sukabumi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Penjabat Gubernur (Pj) Jawa Barat Bey Machmudin meminta tiga hal menjadi fokus utama penangangan usai meninjau sejumlah titik yang terdampak banjir bandang dan longsor di Kabupaten Sukabumi, Kamis (5/12).

    Ada empat lokasi yang ditinjau, yaitu Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar yang mengalami pergerakan tanah; Puskesmas Pelabuhan Ratu dan Dermaga Pelabuhan Ratu yang terdampak banjir, serta Jembatan Cihaur yang berada di Loji terputus.

    Bey mengatakan pihaknya meninjau kawasan Desa Sukamajau, Kecamatan Cikembar, Sukabumi yang menjadi titik paling parah.

    Usai meninjau, digelar rapat penanganan dampak banjir bandang dan longsor. Bey meminta fokus utama yaitu evakuasi warga.

    “Pertama fokus pada evakuasi warga, fokus pada transport [akses] yang terputus oleh longsor, karena ada beberapa jembatan dan jalan yang putus,” kata Bey dalam keterangan tertulis, Kamis

    Fokus ketiga adalah penyaluran bantuan dan logistik ke daerah yang terisolir akibat putusnya akses. Ia mengatakan penyaluran dilakukan melalui jalur laut.

    Bey mengatakan pemerintah mendirikan posko utama penanggulangan bencana di Pelabuhan Ratu.

    “Kami belajar dari pengalaman sebelumnya, harus ada posko utama. Agar semua bantuan terkoordinasi, tadi saran Deputi BNPB, jadi semua terkontrol dengan baik,” ujar Bey.

    Listrik padam

    Bey memastikan meski sudah tidak terjadi banjir susulan, pemerintah mengutamakan keselamatan warga.

    Ia meminta warga untuk tetap tinggal di pengungsian sambil menunggu hasil kajian PVMBG terkait lokasi pergerakan tanah di Cikembar.

    “Apakah lokasi itu sudah tidak layak dihuni, kalau tidak layak harus direlokasi, kalau [ditetapkan] tanggap darurat, sesuai aturan BNPB yang rusak berat diganti Rp 50 juta, sedang Rp30 juta, rusak ringan Rp 10 juta dengan asesmen,” paparnya.

    Bey juga mengakui dampak dari bencana membuat aliran listrik 138.000 pelanggan terputus.

    Akibatnya data korban bencana terlambat karena saluran komunikasi terputus akibat listrik mati. Saat ini menurut laporan PLN hampir 58.000 pelanggan sudah bisa kembali menikmati listrik.

    “Yang tidak bisa tersambungkan karena ada jalan yang tidak bisa ditempuh oleh PLN. Jadi data memang agak terhambat, kami akan update lewat Posko Utama Pelabuhan Ratu,” katanya.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi sebelumnya mencatat ada empat orang hilang akibat bencana banjir dan longsor. Korban dalam pencarian tim gabungan.

    Jumlah itu berdasarkan pendataan BPBD Kabupaten Sukabumi hingga Kamis (5/12) pukul 12.00 WIB.

    “Hilang atau dalam pencarian empat jiwa, diakibatkan longsor,” kata Pranata Humas Ahli Muda BPDB Jabar Hadi Rahmat.

    BPBD Kabupaten Sukabumi mencatat ada 180 KK atau 461 jiwa yang terdampak bencana banjir dan longsor. Kemudian, ada 96 KK atau 247 jiwa mengungsi dan 143 KK atau 239 jiwa terancam.

    (yoa/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Akibat Tanah Longsor, Jaln Menuju Wisata Negeri di Atas Awan di Lebak Terputus

    Akibat Tanah Longsor, Jaln Menuju Wisata Negeri di Atas Awan di Lebak Terputus

    ERA.id – Ruas jalan Cipanas – Citorek menuju kawasan wisata Negeri di Atas Awan di Kabupaten Lebak, Banten terputus akibat tanah longsor sepanjang 150 meter.

    “Kami menerima laporan bahwa ruas jalan itu sudah ditangani oleh Dinas PUPR Banten dengan mengerahkan alat berat,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Pratama Rizky di Lebak, Kamis (5/12/2024).

    Ruas jalan Cipanas – Citorek – Warungbanten, tepatnya di Desa Sukamaju, Kecamatan, Sobang, Kabupaten Lebak, Banten, mengalami longsor pada Kamis (5/12) pukul 08.00 WIB.

    Selain ruas jalan Cipanas -Citorek menuju wisata Negeri di Atas Awan, longsor juga terjadi di empat titik lain di Lebak yakni di Jalan Desa Darmasari Bayah, Jalan Cidikit Bayah, Pasir Gobong Bayah dak Jalan Ciseel-Muncang.

    Penyebab longsornya ruas jalan tersebut, karena curah hujan di daerah itu relatif tinggi sejak Senin (2/12) sampai sekarang masih berlangsung mulai intensitas lebat, sedang dan ringan.

    Saat ini, ruas jalan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) masih belum bisa dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat.

    “Kami berharap malam ini ruas jalan itu bisa dilintasi kendaraan, karena arus lalu lintas di daerah itu cukup tinggi,” katanya menjelaskan.

    Menurut dia, ruas jalan menuju wisata Negeri di Atas Awan di Gunung Gede diperkirakan longsor sepanjang kurang lebih 150 meter.

    Beruntung, longsor di atas tebing itu tidak ada korban jiwa, karena curah hujan terjadi sejak Rabu (4/12) malam hingga Kamis pagi.

    “Kami minta pengemudi kendaraan jika cuaca buruk agar tidak melintasi kawasan jalan TNGHS, karena rawan longsor itu,” kata Febby.

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Banten, Arlan Marzan, mengatakan pihaknya saat ini telah membuka akses jalan darurat untuk digunakan oleh kendaraan agar bisa melintas di ruas jalan Cipanas – Citorek – Warungbanten yang mengalami longsor.

    Pihaknya hingga kini belum mengetahui tenggat waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan tersebut karena masih menunggu hasil kajian tim di lapangan.

    Namun, pihaknya berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk membuka jalan darurat agar lalu lintas bisa berjalan untuk sementara waktu.

    “Kami bekerja keras agar ruas jalan yang terdampak longsoran itu bisa kembali normal dilintasi kendaraan,” katanya. (Ant)

  • Ahli ingatkan gangguan kesehatan mental perlu diklasifikasi

    Ahli ingatkan gangguan kesehatan mental perlu diklasifikasi

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit dr. Nikensari Koesrindartia, MARS menjelaskan gangguan kesehatan mental atau kegawatdaruratan psikiatri perlu diklasifikasi agar penanganannya cepat dan tepat.

    Sebab, dia menjelaskan, kondisi gangguan jiwa tak hanya ditandai dengan perilaku-perilaku yang tampak, melainkan juga dengan kondisi-kondisi yang tidak tampak. Misalnya, rasa gelisah atau ide untuk melakukan bunuh diri.

    “Kita klasifikasikan menjadi lima,” kata Niken dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.

    Klasifikasi itu adalah pertama, agitasi atau gelisah akut. Kedua, kondisi depresi berat ditandai dengan menarik diri. Ketiga, ide atau percobaan bunuh diri atau melukai diri.

    Keempat, putus obat atau adiksi obat. Terakhir adalah KDRT pada perempuan dan anak. “Kalau ini lebih spesifik karena yang punya masalah kejiwaan korban dan pelaku,” katanya.

    Dia mengatakan bahwa seseorang tidak bisa langsung mengklaim dirinya mengalami gangguan jiwa jika belum melakukan pemeriksaan dengan ahli.

    Sebab, kata Niken, untuk mendiagnosis gangguan jiwa pada diri seseorang, perlu dilakukan asesmen (penilaian) dengan ahli. Misalnya psikolog atau psikiater.

    Untuk itu, sebagai upaya mempermudah masyarakat mengakses bantuan kesehatan jiwa, RSKD Duren Sawit menginisiasi aplikasi JakJiwa.

    Pihaknya melakukan upaya dalam memberikan layanan kegawatdaruratan psikiatri menjadi terkelola dengan baik. “Kami manfaatkan semua sumber daya kami untuk memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat DKI Jakarta,” kata Niken.

    JakJiwa merupakan pengembangan aplikasi yang tergabung dalam JAKI yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Karena itu dengan mengunduh aplikasi JAKI, masyarakat juga bisa mengakses JakJiwa.

    Niken menjelaskan, pihaknya juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menanggulangi kegawatdaruratan psikis di Jakarta.

    Misalnya dengan Pusat Krisis dan Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah (PK3D), dokter Puskesmas yang berjaga di IGD, bahkan hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

    “Karena kita nggak bisa sendiri. Makanya kita kolaborasi, berangkat dari keterbatasan sumber daya RSKD Duren Sawit untuk bisa membantu merespon kebutuhan tata laksana terhadap gawat darurat psikiatri,” kata Niken.

    Harapannya, dengan kemudahan ini akan semakin banyak masyarakat khususnya yang mengalami kegawatdaruratan psikiatri dapat mendapatkan pelayanan yang baik di Jakarta.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • TNI AU bantu proses evakuasi pasca banjir dan longsor di Cianjur

    TNI AU bantu proses evakuasi pasca banjir dan longsor di Cianjur

    Jakarta (ANTARA) – Jajaran TNI AU melalui Lanud Husein Sastranegara membantu proses evakuasi dan pembenahan akibat bencana banjir dan tanah longsor di Desa Kadupandak, Cianjur, Jawa Barat.

    Dalam siaran pers resmi yang diterima ANTARA, Kamis dijelaskan bahwa bantuan itu diberikan TNI AU dalam rangka menjalankan salah satu tugas utama yakni menunaikan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

    “Pengiriman personel ini sesuai dengan instruksi pimpinan TNI untuk bertindak cepat dan tanggap dalam menghadapi bencana alam” kata Komandan Lanud Husein Sastranegara Kolonel Pnb Alfian dalam siaran pers tersebut.

    Alfian mengatakan proses evakuasi dan pembenahan yang dilakukan jajarannya baru dimulai ini. Mereka menyisir dari berbagai sisi lokasi untuk memudahkan proses evakuasi.

    Tidak hanya memberikan bantuan personel untuk proses evakuasi, pihaknya juga memberikan dukungan moral bagi para korban untuk memulihkan psikologis yang terdampak akibat peristiwa bencana tersebut.

    “Mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat, mendengarkan cerita dan keluh kesah mereka, serta memberikan semangat agar bisa bangkit kembali,” kata Alfian.

    Tidak lupa jajaran Lanud juga memberikan bantuan pangan berupa beberapa kardus mie instan dan air mineral untuk memenuhi kebutuhan korban di tempat pengungsian.

    Alfian memastikan pihaknya akan menyiagakan pasukan di lokasi bencana selama masih dibutuhkan masyarakat dan pemerintah kota setempat. Dengan adanya keterlibatan personel Lanud, diharapkan proses evakuasi di lokasi bisa berjalan dengan lancar dan maksimal.

    Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jawa Barat, menerapkan status darurat bencana alam selama satu pekan ke depan, seiring bencana yang terjadi di 11 kecamatan seperti banjir, longsor, dan pergerakan tanah, dalam satu hari dampak curah hujan deras.

    Bupati Cianjur Herman Suherman di Cianjur Rabu (4/12) mengatakan dengan banyaknya bencana yang terjadi dalam kurun waktu satu hari akibat curah hujan yang tinggi, terutama di wilayah selatan Cianjur, dinilai sudah masuk dalam status darurat bencana.

    “Kalau dari penilaian tentu sudah masuk dalam darurat bencana seperti banjir, longsor, dan pergerakan tanah, yang terjadi dalam satu hari di belasan kecamatan. Untuk surat dan penetapan resminya sudah dibuat BPBD,” katanya.

    Curah hujan dengan intensitas tinggi di Cianjur diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Karena itu pihaknya meminta masyarakat di seluruh wilayah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan serta segera mengungsi ketika melihat tanda alam akan terjadi bencana.

    Kepala Pelaksana BPBD Cianjur Asep Kusmana Wijaya mengatakan akibat curah hujan tinggi yang terjadi sejak Selasa (3/12) hingga Rabu (4/12) menyebabkan 11 kecamatan di wilayah selatan Cianjur dikepung bencana alam seperti banjir, longsor, dan pergerakan tanah, yang terjadi di 27 titik.

    “Laporan sementara yang masuk hingga Rabu pukul 15.00 WIB tercatat ada empat titik bencana longsor, enam titik bencana banjir, dan 17 titik bencana pergerakan tanah terjadi di Cianjur terutama di wilayah selatan,” katanya.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Guido Merung
    Copyright © ANTARA 2024

  • Warga Dilarang Beraktivitas di Dekat Kawah Gunung Karangetang

    Warga Dilarang Beraktivitas di Dekat Kawah Gunung Karangetang

    Liputan6.com, Sitaro – Warga dilarang melakukan aktivitas dekat kawah Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut. Hal ini disampaikan Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

    “Pada tingkat aktivitas Level III atau Siaga, masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area radius 2,5 kilometer dari kawah utama Gunung Karangetang,” ungkap Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid pada, Rabu (4/12/2024).

    Selain itu juga masyarakat dianjurkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut guna mengantisipasi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.

    Dia mengatakan, tingkat aktivitas akan dievaluasi kembali secara berkala maupun jika terjadi perubahan yang signifikan.

    “Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan,” ujarnya.

    Pemantauan secara intensif tetap dilakukan guna mengevaluasi aktivitas Gunung Karangetang oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

    Dia berharap masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak gunung meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang.

    “Masyarakat juga diharapkan tetap tenang, tidak terpancing berita bohong tentang erupsi, dan senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulut dan BPBD Kabupaten Sitaro,” ujarnya.

    Muhammad Wafid berharap pemerintah daerah berkoordinasi dengan Pos PGA Karangetang atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

    Diketahui, Status Gunung Karangetang di Pulau Siau kembali dinaikkan dari Waspada Level II ke Siaga Level III seja 11 November 2024 setelah frekuensi kegempaan vulkanik meningkat.

     

  • 110 KK Terendam Banjir Setinggi 2 Meter di Kecamatan Agrabinta Cianjur

    110 KK Terendam Banjir Setinggi 2 Meter di Kecamatan Agrabinta Cianjur

    JABAR EKSPRES – Petugas gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur Jawa Barat melakukan evakuasi terhadap 110 Kepala Keluarga yang terdiri dari 296 jiwa, warga Desa Mekarsari, kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur yang terdampak banjir setinggi dua meter.

    Kepala Pelaksana BPBD Cianjur Asep Kusuma Wijaya mengatakan bencana alam yang melanda sejumlah kecamatan di wilayah selatan Cianjur, termasuk Agrabinta, membuat pihaknya meminta aparat desa dan kecamatan menyiapkan lokasi pengungsian.

    ‘’Ini sebagai upaya penanganan cepat ketika bencana alam seperti banjir dan longsor susulan kembali terjadi seiring curah hujan masih tinggi melanda Cianjur hingga tiga hari ke depan berdasarkan informasi BMKG,’’ katanya.

    BACA JUGA: Lembaga Pemantau Kritik Anjloknya Partisipasi Pilwalkot Bandung, Ini Anggaran KPU

    Puluhan petugas gabungan dibantu Relawan Tangguh Bencana (Retana) dalam relawan PMI Cianjur menyisir perkampungan warga untuk melakukan pendataan serta membantu proses evakuasi terhadap warga, khususnya balita dan lansia ke aula desa untuk sementara.

    Sebagian besar wilayah Cianjur hingga Rabu petang masih diguyur hujan, termasuk Kecamatan Agrabinta sehingga air bah yang mengenangi perkampungan warga semakin bertambah tinggi.

    Dua perahu karet milik BPBD Cianjur diturunkan untuk penanganan evakuasi lebih cepat.

    BACA JUGA: Segudang Manfaat Cuka Apel Jika Dikonsumsi dengan Benar, Begini Aturannya

    Asep menjelaskan debit air di Sungai Cibuni yang membentang di wilayah Agrabinta masih tinggi dan terus meluap, sehingga dengan cepatnya menggenangi perkampungan di Desa Mekarsari dan Desa Sukamanah.

    Ia melanjutkan, bencana alam banjir juga melanda Desa Kadupandak, Kecamatan Kadupandak, di mana sebagian besar warga mengungsi ke rumah saudara mereka yang dinilai aman dari banjir, karena meluapnya Sungai Cibala yang melintasi perkampungan.

    Puluhan petugas gabungan dikerahkan serta disiagakan di lokasi untuk membantu warga, terutama yang mengungsi, karena curah hujan sampai hari Rabu petang masih turun mengguyur wilayah selatan Cianjur. Selain itu, terjadi juga pergerakan tanah dan longsor di sejumlah titik.

    BACA JUGA: Pencairan Bantuan PKH dan BPNT Desember 2024 Sudah Disalurkan Bertahap di Beberapa Wilayah

  • Bencana Hidrometeorologi Melanda 33 Titik di Kabupaten Sukabumi

    Bencana Hidrometeorologi Melanda 33 Titik di Kabupaten Sukabumi

    Curah hujan tinggi selama dua hari terakhir juga mengakibatkan ambruknya Jembatan Cisantri, yang menjadi penghubung utama menuju Objek Wisata Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi. 

    Kondisi itu mengakibatkan ruas Jalan Provinsi yang menghubungkan Palabuhanratu dengan Ciemas lumpuh total. Informasi dihimpun, jembatan tersebut mengalami kerusakan parah pada sambungannya yang menimbulkan longsor rongga besar.

    Akibat jembatan putus, kendaraan maupun pejalan kaki tak bisa melintas melalui jalur tersebut. Diketahui, jembatan ini merupakan jalur vital menuju kawasan wisata Geopark Ciletuh benar-benar terputus.

    “Baros-Sagaranten, lokasi Nyalindung. Satu lagi arah Geopark, ada dua titik malah. Kemarin tiga titik satu sudah selesai. Geopark jalur simpenan-loji, titik longsornya di daerah sangrawayan. Satu lagi jembatan Cisanti, Simpenan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena. 

    Jembatan ini diketahui berfungsi sebagai jalur utama distribusi logistik dan jalur wisatawan yang mengarah ke kawasan destinasi wisata andalan seperti Geopark Ciletuh. 

    “Jembatan ini adalah satu-satunya akses utama yang menghubungkan wilayah Palabuhanratu ke Ciemas,” ujar warga sekitar, Didi (42).  

    Dia mengatakan, dengan putusnya jembatan tersebut aktivitas ekonomi dan wisata di wilayah ini terancam lumpuh. Akibat Kejadian itu, warga yang hendak menuju Ciemas harus menggunakan jalur alternatif yang memutar ke arah Ciemas meskipun membutuhkan waktu cukup lama.

    “Sekarang tidak bisa dilewati sama sekali, bahkan jalan kaki pun tidak memungkinkan,” sambung dia. 

    Banjir yang merendam fasilitas kesehatan di Kecamatan Palabuhanratu, membuat seorang ibu dan bayinya perlu dievakuasi. Aksi heroik itu dilakukan Kasat Samapta Polres Sukabumi, AKP Dadi.

    Momen dramatis video berdurasi 20 detik yang merekam proses evakuasi ibu dan bayi dari Puskesmas Palabuhanratu, dan aksi itu mendapat apresiasi dari masyarakat. Banjir yang dipicu oleh luapan Sungai menggenangi kawasan Puskesmas Palabuhanratu, menyebabkan sejumlah orang terjebak tanpa akses keluar. 

    Dalam video itu terlihat AKP Dadi memimpin langsung proses evakuasi. Ia secara seksama menarik sang ibu yang menggendong bayi di tengah arus banjir yang cukup deras. Meski menghadapi tantangan berupa arus air yang kuat, evakuasi berjalan sukses.  

    “Saat itu, arus sangat deras dan banjir sudah mencapai dada orang dewasa. Para petugas memprioritaskan evakuasi ibu dan bayi tersebut karena situasinya cukup mengkhawatirkan. Langsung di tandu oleh petugas dan dapat dievakuasi ke area jauh dari rendaman banjir,” ujar Kasi Humas Polres Sukabumi Iptu Aah Saepul Rohman.  

    Selain itu, ada juga seorang ibu yang terjebak dari derasnya banjir tersebut. Tanpa ragu para petugas pun mengevakuasi menggunakan tandu lantaran kondisinya tidak memungkinkan berjalan. 

    Warga yang menyaksikan momen tersebut mengaku tak kuasa menahan rasa haru. “Terima kasih kepada petugas yang sudah membantu menyelamatkan mereka. Situasinya sangat sulit, tetapi mereka tetap sigap dan berani,” kata Tuti (42), salah satu warga setempat.   

    Hingga kini, banjir di wilayah Palabuhanratu masih dalam penanganan. Tim gabungan dari Polres Sukabumi, TNI, BPBD, dan Basarnas terus bersiaga untuk memastikan keselamatan warga di lokasi terdampak. 

  • Banjir dan Longsor Sukabumi, Akses Wisata Terputus hingga Proses Evakuasi Ibu dan Anak dari Banjir

    Banjir dan Longsor Sukabumi, Akses Wisata Terputus hingga Proses Evakuasi Ibu dan Anak dari Banjir

    Banjir yang merendam fasilitas kesehatan di Kecamatan Palabuhanratu, membuat seorang ibu dan bayinya perlu dievakuasi. Aksi heroik itu dilakukan Kasat Samapta Polres Sukabumi, AKP Dadi.

    Momen dramatis video berdurasi 20 detik yang merekam proses evakuasi ibu dan bayi dari Puskesmas Palabuhanratu, dan aksi itu mendapat apresiasi dari masyarakat. Banjir yang dipicu oleh luapan Sungai menggenangi kawasan Puskesmas Palabuhanratu, menyebabkan sejumlah orang terjebak tanpa akses keluar. 

    Dalam video itu terlihat AKP Dadi memimpin langsung proses evakuasi. Ia secara seksama menarik sang ibu yang menggendong bayi di tengah arus banjir yang cukup deras. Meski menghadapi tantangan berupa arus air yang kuat, evakuasi berjalan sukses.  

    “Saat itu, arus sangat deras dan banjir sudah mencapai dada orang dewasa. Para petugas memprioritaskan evakuasi ibu dan bayi tersebut karena situasinya cukup mengkhawatirkan. Langsung di tandu oleh petugas dan dapat dievakuasi ke area jauh dari rendaman banjir,” ujar Kasi Humas Polres Sukabumi Iptu Aah Saepul Rohman.  

    Selain itu, ada juga seorang ibu yang terjebak dari derasnya banjir tersebut. Tanpa ragu para petugas pun mengevakuasi menggunakan tandu lantaran kondisinya tidak memungkinkan berjalan. 

    Warga yang menyaksikan momen tersebut mengaku tak kuasa menahan rasa haru. “Terima kasih kepada petugas yang sudah membantu menyelamatkan mereka. Situasinya sangat sulit, tetapi mereka tetap sigap dan berani,” kata Tuti (42), salah satu warga setempat.   

    Hingga kini, banjir di wilayah Palabuhanratu masih dalam penanganan. Tim gabungan dari Polres Sukabumi, TNI, BPBD, dan Basarnas terus bersiaga untuk memastikan keselamatan warga di lokasi terdampak. 

     

     

  • Bencana Alam Melanda Kabupaten Sukabumi, 2 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

    Bencana Alam Melanda Kabupaten Sukabumi, 2 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

    Sukabumi, Beritasatu.com – Bencana longsor, banjir hingga pergerakan tanah serta pohon tumbang melanda di berbagai wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akibat hujan yang terjadi selama tiga hari secara terus menerus. Akibat bencana tersebut, dilaporkan terdapat dua korban jiwa.

    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Deden Sumpena mengatakan, ada 20 kecamatan terdampak dengan sebaran di 27 desa. Bencana tesebut yakni banjir, longsor hingga pergerakan tanah dan pohon tumbang terjadi di berbagai wilayah di Kabupaten Sukabumi.

    “Selama dua hari terakhir, Kabupaten Sukabumi diguyur hujan deras yang merata di seluruh wilayah. Akibatnya, 20 kecamatan dan 27 desa terdampak bencana,” ujar kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Deden Sumpena kepada awak media, Rabu (4/12/2024).

    Adapun kecamatan paling terdampak terjadi di wilayah Kecamatan Sagaranten. Sedikitnya 177 kepala keluarga mengungsi, 20 rumah terendam, delapan rumah dan delapan kendaraan roda empat hanyut terbawa banjir.

    Sedangkan untuk bencana longsor, wilayah paling terdampak ada di Kecamatan Gegerbitung dan Simpenan. Dilaporkan ada satu orang yang tertimbun di Gegerbitung dan satu orang anak tertimpa lemari akibat longsor di Simpenan.

    “Saat ini pencarian masih berlangsung, kami terus bergerak untuk membantu warga,” jelasnya.

    Bencana pergerakan tanah juga terjadi di beberapa ruas jalan nasional maupun provinsi yang mana ada beberapa ruas jalan tidak bisa di lewati atau terputus.

    Pertama ada di jalan Provinsi Baros-Sagaranten, kemudian jalur Geopark Ciletuh terdampak. Satu jalur Simpenan-Loji terputus total dan beberapa jembatan di berbagai wilayah juga banyak yang terputus.

    “Geopark jalur Simpenan-Loji, titik longsornya di daerah Sangrawayan. Satu lagi jembatan Cisanti, Simpenan,” tuturnya.

    Saat ini, Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui BPBD Kabupaten Sukabumi masih terus mendata korban terdampak akibat bencana banjir, longsor, pergerakan tanah dan pohon tumbang.