Kementrian Lembaga: BPBD

  • Magetan Banjir, Ketinggian Air Capai 50 Cm, Akses Jalan Tertutup

    Magetan Banjir, Ketinggian Air Capai 50 Cm, Akses Jalan Tertutup

    Magetan (beritajatim.com) – Banjir setinggi 50 cm melanda Desa Pencol, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada Senin malam,(27/01/2025). Banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Ulo ini mulai menggenangi pemukiman sekitar pukul 21.30 WIB, menyebabkan kepanikan di kalangan warga.

    Banyak warga yang segera menyelamatkan harta benda mereka ke tempat aman, sementara sebagian lainnya memilih mengungsi ke rumah tetangga yang tidak terdampak.

    32 Rumah Tergenang, Akses Jalan Tertutup

    Banjir ini berdampak pada lebih dari 32 rumah warga yang terendam air. Tidak hanya itu, genangan air juga melumpuhkan akses jalan utama desa, sehingga menghambat aktivitas warga. Beberapa warga yang rumahnya tergenang memutuskan bertahan untuk menjaga barang-barang berharga mereka, meskipun ketinggian air terus meningkat.

    Hujan Deras dan Drainase Buruk

    Menurut laporan, banjir disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur Magetan sejak siang hari. Situasi semakin memburuk karena sistem drainase di wilayah tersebut tidak mampu menampung debit air yang tinggi. Hal ini menyebabkan air sungai meluap dan dengan cepat masuk ke rumah-rumah warga.

    “Kami dikepung air dari luapan sungai di sekitar. Drainase yang buruk membuat air masuk ke rumah-rumah, sehingga warga panik menyelamatkan harta benda,” ungkap Dian Kurniawati, salah satu warga terdampak.

    Ulil Fatonah, warga lainnya, juga menuturkan, “Air mulai terlihat di jalan sejak sore hari, dan pada malamnya mulai masuk ke rumah. Kami bertahan di rumah sambil menyelamatkan barang-barang penting. Anak-anak juga menolak diajak mengungsi.”

    Aparat Turun Tangan

    Petugas gabungan dari TNI, Polri, dan BPBD Kabupaten Magetan segera dikerahkan untuk membantu warga yang terdampak banjir. Mereka fokus membantu evakuasi barang-barang berharga dan mengimbau warga agar bersedia mengungsi demi keselamatan.

    “Banjir yang datang pada malam hari membuat warga panik. Kami membantu menyelamatkan harta benda mereka dan memberikan imbauan agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ujar Darsono, salah satu petugas BPBD yang bertugas di lokasi.

    Hingga Senin malam, petugas masih berada di lokasi untuk memantau kondisi banjir. Warga diimbau tetap waspada mengingat curah hujan yang masih tinggi. Selain itu, pemerintah daerah diharapkan segera menangani masalah drainase guna mencegah terjadinya banjir di masa depan. [fiq/but]

  • Banjir Bojonegoro, 100 Rumah Warga Desa Bobol Terendam

    Banjir Bojonegoro, 100 Rumah Warga Desa Bobol Terendam

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Hujan deras yang berlangsung lebih dari tiga jam membuat sejumlah rumah warga di Desa Bobol Kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro kebanjiran. Banjir dari luapan sungai desa setempat sedikitnya menggenangi 100 rumah warga, Senin (27/1/2025) malam.

    Camat Sekar Kabupaten Bojonegoro Alit Saksama Purnayoga mengonfirmasi, hujan dengan intensitas tinggi itu terjadi hampir merata di Kecamatan Sekar. Hujan mulai turun sekitar pukul 13.50 WIB. Derasnya hujan membuat debit sungai di Desa Bobol meluap hingga ke permukiman.

    “Air sungai mulai meluap dan menggenangi jalan hingga pemukiman mulai sekian pukul 15.00 WIB,” ujarnya, kepada jurnalis beritajatim.com.

    Alit menambahkan, seratusan rumah yang tergenang banjir tersebut dengan ketinggian di jalan raya sekitar 30 cm hingga lebih. Air berasal dari luapan sungai yang berada di Dusun Kaliklampok, Dawe, dan Dusun Ngronan Desa Bobol. Banjir mulai surut diperkirakan pada pukul 16.15 WIB.

    Dampak banjir tersebut sempat mengganggu akses lalu lintas antar dusun, selain itu aliran listrik juga sempat padam meski saat ini sudah kembali menyala. “Kami sudah melakukan koordinasi dengan BPBD Bojonegoro untuk kejadian tersebut,” tambahnya.

    Untuk diketahui, dampak banjir tersebut ada enam dusun yang terdampak. Dusun Dawe ada 4 RT di RT 23, 24, 25, 32, dan RT 33 dengan rumah jumlah 32 tergenang. Dusun Kaliklampok ada ada empat RT di RT 16 sampai RT 19. Dengan jumlah rumah tegenang sebanyak 30 rumah. Dusun Ngronan, RT 47 dan RT 50 yang terdampak banjir dengan jumlah rumah tergenang sebanyak 27 rumah.

    Kemudian di Dusun Kaliwekas ada tiga RT. Enam rumah di RT 2, 4, dan RT 5 yang tergenang. Di Dusun Krajan juga tiga RT yang banjir yakni RT 35, 36, dan RT 37 dengan jumlah rumah tergenang ada 8 rumah. Terakhir di Dusun Kejuron tiga RT yang banjir dan menggenangi 11 rumah warga di RT 12, 13, dan RT 14. [lus/but]

  • Pencarian Warga Bojonegoro yang Tenggelam di Bengawan Solo Dihentikan

    Pencarian Warga Bojonegoro yang Tenggelam di Bengawan Solo Dihentikan

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Ops SAR orang tenggelam diduga akibat terseret arus Sungai Bengawan Solo turut Desa/Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro sudah masuk hari ketujuh. Meski belum ditemukan, pencarian yang dilakukan Tim SAR Gabungan tersebut dihentikan, Senin (27/1/2025).

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Bojonegoro Laela Noer Aeny mengatakan, pencarian terhadap korban atas nama Taslam (60) warga Desa/Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro sebelumnya telah dilakukan dengan radius 56 kilometer.

    “Hasilnya masih nihil (belum ditemukan), pencarian dihentikan,” ujar Kalaksa BPBD Bojonegoro Laela Noer Aeny, Senin (27/1/2025) petang.

    Penghentian operasi SAR ini, lanjut Any, telah disetujui oleh pihak keluarga korban dan forum komunikasi pimpinan kecamatan (Forpimcam) Kanor, dalam apel penutupan pencarian dihari ketujuh, yang diikuti seluruh personel SAR gabungan.

    Namun, mantan Camat Kepohbaru ini menghimbau, jika suatu saat terdapat warga yang melihat korban mengapung di sepanjang Sungai Bengawan Solo, untuk segera melapor ke pihak yang berkaitan, sehingga pihaknya akan segera mengevakuasi.

    “Segera melapor, jika terdapat warga yang melihat korban mengapung di Bengawan Solo,” pungkasnya.

    Sebelumnya diberitakan, seorang warga di Desa Kanor, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro dilaporkan hanyut dan tenggelam di Sungai Bengawan Solo. Korban bernama Taslam (60) ini, diduga terpeleset saat mencari kayu di pinggir sungai, Selasa (21/1/2025).

    Kalaksa BPBD Bojonegoro, Laela Nor Aeny mengatakan, kronologi kejadian bermula pada sekitar pukul 15.00 WIB, Taslam sedang mencari kayu bakar di tepian sungai bengawan solo, kemudian terpleset dan terbawa arus, dimana kondisi tinggi muka air (TMA) saat ini sedang tinggi.

    “Dan salah satu warga melihat korban tenggelam segera melapor dan mencari pertolongan,” ujarnya. [lus/but]

  • Kabupaten Madiun Diterjang Banjir Kiriman dari Bojonegoro

    Kabupaten Madiun Diterjang Banjir Kiriman dari Bojonegoro

    Madiun (beritajatim.com) – Banjir kiriman dari Kabupaten Bojonegoro menggenangi pemukiman warga di Dusun Kebonduren, Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, pada Senin (27/1/2025). Sebanyak 36 kepala keluarga KK terdampak banjir ini.

    Petugas BPBD Kabupaten Madiun, Aksa Putra Roma, mengatakan hujan deras yang turun sejak siang hari menyebabkan debit air Sungai Bulu meningkat, sehingga mengakibatkan banjir dengan ketinggian mencapai 1 meter.

    “Ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Kami terus melakukan pendataan dan evakuasi warga terdampak,” ungkapnya.

    Banjir yang bercampur lumpur ini menggenangi setidaknya delapan rumah di Dusun Kebonduren. Menurut Arya Deni (27), seorang warga setempat, air mulai masuk ke rumah sekitar pukul 14.00 WIB. “Air campur lumpur ini membuat kami harus segera menyelamatkan perabotan rumah tangga,” ujarnya.

    Hal serupa disampaikan oleh Lasmiati (35), warga lainnya. Ia mengatakan bahwa air dari Bojonegoro datang secara tiba-tiba dan menggenangi rumah-rumah di empat RT. “Ketinggian air mencapai setengah meter di beberapa rumah,” katanya.

    Saat ini, BPBD Kabupaten Madiun terus memantau situasi dan menyiagakan personelnya di lokasi banjir. Meski ketinggian air perlahan surut, warga masih bertahan di tempat pengungsian sementara untuk menghindari banjir susulan. [fiq/but]

  • BPBD DKI ungkap tantangan dalam atasi meningkatnya kasus kebakaran

    BPBD DKI ungkap tantangan dalam atasi meningkatnya kasus kebakaran

    Arsip foto – Sejumlah warga saat melihat kondisi rumahnya yang terbakar di Jakarta, Selasa (21/1/2025). ANTARA/Khaerul Izan

    BPBD DKI ungkap tantangan dalam atasi meningkatnya kasus kebakaran
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 27 Januari 2025 – 10:57 WIB

    Elshinta.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta menghadapi beberapa tantangan dalam mengatasi kebakaran yang akhir-akhir ini banyak terjadi di Jakarta.

    Kepala Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DKI Jakarta, Mohammad Yohan menjelaskan, tantangan yang mereka hadapi salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur yang memadai untuk menjangkau lokasi-lokasi sulit.

    “Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat tentang risiko kebakaran,” kata Yohan saat dihubungi di Jakarta, Senin.

    Yohan menjelaskan, menurut data dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) selama tahun 2024, lebih dari 1.200 kasus kebakaran diakibatkan oleh arus pendek listrik (korsleting). Wilayah padat penduduk sangat rentan karena banyaknya penggunaan listrik dan gas tanpa pengawasan yang memadai.

    Selain itu, penggunaan listrik yang menumpuk pada satu terminal listrik, instalasi listrik yang tidak sesuai standar dan penggunaan kabel yang tidak sesuai kapasitas hantar arus juga menjadi penyebab utama arus pendek listrik. Yohan menjelaskan, BPBD juga menghadapi tantangan dalam mengatasi kebakaran di gedung-gedung yang tidak memenuhi standar keselamatan kebakaran.

    Kendati demikian, BPBD terus mengupayakan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Untuk menjangkau lokasi kebakaran yang sulit dijangkau, pihaknya telah membentuk petugas penanganan bencana atau yang biasa disebut tim reaksi cepat.

    Tim reaksi cepat ditempatkan di 267 kelurahan untuk membantu percepatan koordinasi di setiap kelurahan. BPBD melalui pusat panggilan (call center) Jakarta Siaga 112 beroperasi 24 jam nonstop untuk merespon secara cepat laporan kebakaran dari masyarakat. Apabila terdapat laporan kebakaran, BPBD juga langsung berkoordinasi dengan Dinas Gulkarmat, PLN, Satpol PP, Dinas Perhubungan (Dishub) dan Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan (AGD Dinkes) untuk respon cepat ke lokasi kejadian.

    “Namun, tantangan tetap ada dalam hal aksesibilitas dan sumber daya,” kata Yohan.

    Sumber : Antara

  • Sekda Sidoarjo Tinjau Langsung Banjir Waru dan Tanggulangin

    Sekda Sidoarjo Tinjau Langsung Banjir Waru dan Tanggulangin

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terus berupaya menangani banjir yang melanda wilayah Kecamatan Waru dan Tanggulangin secara maksimal. Sekretaris Daerah Kab. Sidoarjo Fenny Apridawati yang ditugaskan oleh Plt. Bupati Sidoarjo untuk melakukan inspeksi langsung ke lokasi-lokasi terdampak untuk meninjau kondisi dan mencari solusi terbaik.

    Kunjungan pertama dilakukan di Desa Medaeng, Kecamatan Waru. Berbagai permasalahan  yang menjadi penyebab banjir ditemukan.  Salah satu kendala utama adalah keberadaan sudetan dan bangunan liar di sempadan sungai yang menyebabkan aliran air terganggu.

    “Masyarakat masih kurang menyadari pentingnya menjaga sempadan sungai. Bahkan, ada bangunan liar yang hampir memenuhi sepanjang aliran sungai. Hal ini sangat mengganggu aliran air dan menyebabkan sungai meluap, menggenangi wilayah lainnya, terutama saat hujan deras,” ujar Fenny.

    Ia menambahkan bahwa pemerintah akan mendatangkan alat berat untuk melakukan pengerukan sungai. Namun, karena keterbatasan ruang akibat banyaknya bangunan liar, alat berat yang lebih kecil akan digunakan.

    Pemerintah berharap masyarakat yang memiliki bangunan di sempadan sungai segera membongkar bangunan tersebut secara sukarela sebelum tindakan tegas dilakukan.

    Sementara itu, di Kecamatan Tanggulangin, banjir telah merendam 11 desa dengan total 9.121 warga terdampak. Salah satu penyebab utama banjir adalah penurunan tanah (subsidence) yang terjadi hingga beberapa sentimeter setiap tahunnya.

    “Mohon masyarakat tetap sabar. Insya Allah, pemerintah akan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Layanan kesehatan, bantuan sosial, dan dukungan dari BPBD akan terus dilakukan secara optimal. Puskesmas siaga 24 jam juga telah dikerahkan untuk melayani masyarakat terdampak,” paparnya.

    Salah satu fasilitas umum yang terkena dampak adalah SMPN 2 Tanggulangin, yang terendam banjir hingga 70 cm. Meskipun sekolah tersebut telah ditinggikan, banjir tetap terjadi karena penurunan tanah. Untuk sementara, kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring.

    “Kami akan melaporkan kondisi ini kepada Plt. Bupati Sidoarjo untuk mempertimbangkan solusi terbaik, apakah sarana sekolah perlu ditinggikan lagi atau perlu dilakukan merger dengan sekolah lain,” urai Fenny.

    Selain meninjau lokasi banjir, Fenny juga menyerahkan bantuan sembako dari Baznas kepada warga terdampak yang ditampung sementara di salah satu bangunan TPQ di Desa Kedungbanteng. Sebanyak 40 jiwa saat ini berada di pengungsian.

    Selain itu, PDAM Delta Tirta juga menyalurkan bantuan air bersih bagi warga di lokasi pengungsian. Pemkab Sidoarjo terus berupaya memberikan penanganan terbaik untuk masyarakat terdampak banjir dan berharap kondisi segera membaik. (isa/but)

  • Legislator: Optimalkan lumbung sosial di Cirebon guna tangani banjir

    Legislator: Optimalkan lumbung sosial di Cirebon guna tangani banjir

    Pemerintah desa juga perlu memiliki anggaran darurat untuk memastikan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan tanpa hambatan.

    Cirebon (ANTARA) – Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina meminta Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengoptimalkan fungsi lumbung sosial di daerah itu untuk mengantisipasi serta menangani dampak bencana banjir yang kerap terjadi pada musim hujan.

    Menurut dia, ketersediaan buffer stock (stok penyangga) di lumbung sosial harus menjadi prioritas pemerintah daerah untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat terdampak banjir dapat terpenuhi dalam waktu yang cepat.

    “Lumbung sosial ini sangat penting. Pemkab Cirebon harus mendukungnya dengan alokasi anggaran dari APBD. Selain itu, pemerintah desa juga perlu memiliki anggaran darurat untuk memastikan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan tanpa hambatan,” katanya di Cirebon, Senin.

    Dikatakan pula bahwa keberadaan lumbung sosial di lokasi rawan banjir harus diperkuat dengan koordinasi yang intensif antara pemerintah daerah dan Kementerian Sosial (Kemensos).

    Selly menilai sinergisitas yang lebih kuat antara pemerintah kabupaten dan Kemensos dapat memastikan lumbung sosial berfungsi maksimal, terutama di wilayah Cirebon dekat pesisir yang kerap terdampak banjir.

    “Langkah antisipasi yang komprehensif harus segera agar masyarakat tidak terus menjadi korban dari bencana yang berulang,” ujarnya.

    Selain itu, kata dia, sosialisasi sistem peringatan dini (early warning system) juga harus lebih masif agar masyarakat lebih siap menghadapi bencana.

    “Penting bagi BPBD dan pemerintah daerah untuk menyosialisasikan instrumen peringatan dini kepada masyarakat. Selama ini, sosialisasinya masih sporadis, padahal ini bisa diakses dengan mudah melalui media digital,” katanya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Cirebon Indra Fitriani menyebutkan empat lumbung sosial yang berada di wilayah rawan banjir saat ini dalam kondisi kosong. Keempat lumbung tersebut berada di Gegesik, Suranenggala, Ciledug, dan Mundu.

    Indra menuturkan bahwa lumbung sosial difungsikan untuk menyediakan kebutuhan dasar masyarakat terdampak seperti makanan darurat saat terjadi bencana.

    Namun, Fitriani mengakui anggaran yang dimiliki dinsos saat ini hanya mencakup kebutuhan permakanan selama pengungsian sehingga keberlanjutan lumbung sosial masih bergantung pada bantuan Kemensos.

    Dukungan anggaran tambahan dari pemerintah daerah, kata dia, sangat diperlukan agar lumbung sosial tetap optimal.

    “Kami terus berkoordinasi dengan Kemensos untuk memastikan masyarakat terdampak bencana mendapatkan bantuan dengan cepat,” ucap dia.

    Pewarta: Fathnur Rohman
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Identitas Mayat yang Mengapung di Sungai Brantas Mojokerto Terungkap

    Identitas Mayat yang Mengapung di Sungai Brantas Mojokerto Terungkap

    Mojokerto (beritajatim.com) – Sesosok mayat laki-laki yang ditemukan mengapung di Sungai Brantas, Mojokerto, pada Senin (26/1/2025), akhirnya teridentifikasi sebagai Muhammad Abdul Gofur, warga Dusun Sido Waras, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Identitas korban diketahui melalui hasil identifikasi sidik jari yang dilakukan Tim Inafis Satreskrim Polres Mojokerto.

    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim, menyampaikan bahwa jenazah korban telah dievakuasi ke RSUD Prof Dr Soekandar di Mojosari.

    “Jenazah sudah dievakuasi ke RSUD Prof Dr Soekandar. Hasil dari identifikasi melalui sidik jari diketahui atas nama M Abdul Gofur. Kami sudah menyampaikan hal ini ke BPBD Jombang,” ujar Abdul Khakim, Senin (27/1/2025).

    Sementara itu, pihak keluarga korban menyatakan bahwa Abdul Gofur telah hilang selama 10 hari. Korban terakhir kali berpamitan untuk bekerja sebelum akhirnya ditemukan mengapung di Sungai Brantas.

    “Korban pamit kerja, keterangan dari pihak keluarga jika korban sudah tidak pulang ke rumah 10 hari,” tambah Abdul Khakim.

    Saat ini, keluarga korban sedang dalam perjalanan menuju RSUD Prof Dr Soekandar untuk mengurus proses identifikasi lebih lanjut.

    Mayat tersebut pertama kali terlihat mengapung di Pintu Air Rolak 9, Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto. Korban ditemukan masih mengenakan sarung kotak-kotak dan sweter. Arus deras Sungai Brantas menyebabkan jasad terbawa hingga akhirnya bisa dievakuasi di Desa Kwatu, Kecamatan Mojoanyar.

    Petugas dari BPBD Mojokerto dan Tim Inafis Satreskrim Polres Mojokerto segera melakukan identifikasi di lokasi. Setelah selesai, jasad korban dibawa ke kamar jenazah RSUD Prof Dr Soekandar untuk proses pemeriksaan lebih lanjut.

    Hingga saat ini, penyebab kematian korban masih dalam penyelidikan pihak kepolisian. Pihak berwenang berupaya mengungkap apakah kematian korban murni kecelakaan atau ada indikasi lain yang mencurigakan. [tin/ian]

  • Fokus pembersihan, evakuasi korban kebakaran Glodok berhenti sementara

    Fokus pembersihan, evakuasi korban kebakaran Glodok berhenti sementara

    Jakarta (ANTARA) – Pencarian dan evakuasi korban kebakaran Glodok Plaza, Jakarta Barat, pada Rabu (15/1), dihentikan sementara karena petugas fokus tahap pembersihan tempat kejadian perkara (TKP).

    “Untuk sementara ini arahan dari Kapolsek (Jakarta Barat) dihentikan sampai menunggu arahan polisi,” kata Kepala Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohammad Yohan di Jakarta, Senin.

    Penghentian sementara itu karena pengelola gedung melakukan pembersihan lokasi tersebut. “Berhenti ini karena pengelola melakukan pembersihan area,” katanya.

    Meskipun evakuasi korban kebakaran dihentikan sementara, petugas BPBD tetap bersiaga di posko BPBD yang ada di TKP. Posko tersebut berisi 12 personel.

    Personel tersebut bersiaga sampai malam untuk bersiap jika nantinya diarahkan untuk melanjutkan pencarian korban kebakaran Glodok Plaza.

    Tiga posko yang dari awal kejadian kebakaran hingga saat ini tetap berdiri, yakni posko BPBD, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) dan posko Kepolisian.

    “Petugas BPBD masih ‘standby’ di Posko BPBD di TKP 12 personel. Posko pencarian dari BPBD, Gulkarmat dan Kepolisian masih berdiri di TKP, belum ada yang dibongkar,” ujar Yohan.

    Pihak Kepolisian akan melakukan olah TKP kebakaran Glodok Plaza, Jakarta Barat, setelah dilakukan proses penyisiran bersama tim gabungan di lokasi kebakaran tersebut.

    Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Twedi Aditya menyebutkan, hingga saat ini tumpukan material masih menghalangi tempat kejadian perkara.

    “Tumpukan-tumpukan material bangunan yang akibat terbakar, yang menghalangi untuk dilakukannya penyisiran. Sehingga proses penyisiran masih dilakukan,” kata Twedi saat konferensi pers di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (24/1).

    Rumah Sakit Bhayangkara Tk I Pusdokkes Polri (RS Polri) telah berhasil mengidentifikasi tiga dari 14 korban yang dilaporkan hilang akibat kebakaran Glodok Plaza, Jakarta Barat, pada Rabu (15/1) lalu.

    Hasil identifikasi itu berdasarkan 14 kantong “body part” (potongan tubuh) korban. Sedangkan sembilan kantong jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi mendalam.

    Tiga jenazah yang berhasil identifikasi itu berdasarkan pemeriksaan DNA dan medis.

    Tiga jenazah itu, yakni sebagai berikut:

    1. Zukhi Fitria Rahdja, laki-laki 42 tahun, teridentifikasi berdasarkan pemeriksaan DNA

    2. Aulia Belinda Kurapak, perempuan 28 tahun, teridentifikasi berdasarkan pemeriksaan DNA dan medis

    3. Osima Yukari, perempuan 29 tahun, teridentifikasi berdasarkan pemeriksaan DNA

    Sementara sembilan kantong jenazah lainnya yang berisi potongan tubuh yang belum berhasil diidentifikasi.

    Adapun 14 korban hilang yang dilaporkan dalam kebakaran tersebut, yakni Ade Aryati (29), Sinta Amelia (20), Aldrinas (29), Aulia Belinda (28), Osima Yukari (29), Deri Saiki (25), Indira Seviana Bela (25) dan Keren Shalom J (21).

    Selain itu Intan Mutiara (26), Desty dan Zukhi Radja (42), Chika Adinda Yustin (26), Muljadi (56) serta Dian Cahyadi (38).

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • 2 Kecamatan di Kabupaten Bandung Terendam Banjir, Ini Sebabnya

    2 Kecamatan di Kabupaten Bandung Terendam Banjir, Ini Sebabnya

    JABAR EKSPRES – Dua Kecamatan di Kabupaten Bandung masih terendam banjir hingga Senin (27/1) akibat meluapnya debit air Sungai Citarum.

    Dua Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Dayeuhkolot dan Bojongsoang yang sejak Jumat (25/1) dilanda hujan dengan intensitas tinggi yang kerap terjadi sejak sore.

    Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama mengatakan jika banjir masih merendam dua kecamatan tersebut dengan ketinggian air bervariatif.

    BACA JUGA:Hujan Deras Guyur Kota Bandung, Jalan Dr. Djunjunan Pasteur Terendam Banjir

    “Iya wilayah Dayeuhkolot dan Bojongsoang masih terendam dengan ketinggian bervariatif, dari 10 cm sampai dengan 80 cm. Namun untuk Jalan araya Dayeuhkolot bisa dilintasi kendaraan,” ujarnya saat dikonfirmasi.

    Uka menjelaskan banjir ini disebabkan oleh intensitas hujan yang besar sehingga membuat debit air sungai Citarum meluap ke pemukiman warga.

    Menurutnya ada tiga desa yang paling terdampak di dua Kecamatan tersebut yakni Desa Citeureup dan Dayeuhkolot di Kecamatan Dayeuhkolot dan Kampung Cijagra yang ada di Kecamatan Bojongsoang.

    BACA JUGA:Pasteur Dikepung Banjir! Lalu Lintas Macet Parah

    Adapun jumlah jiwa yang terdampak di tiga desa tersebut mencapai ribuan orang.

    “Yang terdampak di Dayeuhkolot ada sekitar 7.298 jiwa. Kalau yang di Bojongsoang sekitar 1000an mah adalah,” jelasnya.

    Namun untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya pun sudah menyiapkan dua tempat pengungsian di dua kecamatan tersebut untuk warga yang terdampak.

    Mengingat curah hujan yang masih akan terjadi, Uka juga menghimbau warga agar tetap wqspada khususnya bagi warga yang berada di dataran rendah.

    “Apabila terjadi hujan, agar waspada. Karena beberapa wilayah sungai-sungai ini bermuaranya dan tetep di wilayah itu. Jadi bagi warga yang tinggal di pinggiran sungai agar waspada. Termasuk warga yang ada di dataran tinggi, karena dikhawatirkan longsor,” pungkasnya.