Kementrian Lembaga: BPBD

  • Bupati Mas Dhito Imbau Warga Kediri Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Cuaca Ekstrem dan Potensi Bencana

    Bupati Mas Dhito Imbau Warga Kediri Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Cuaca Ekstrem dan Potensi Bencana

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori 

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Menghadapi cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Kediri, Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, mengimbau kepada seluruh warga untuk meningkatkan kewaspadaan.

    Hal ini menyusul bencana yang terjadi di wilayah Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten, Kediri, yang mengakibatkan jalan utama di desa tersebut terputus beberapa waktu lalu.

    Cuaca yang tidak menentu, dengan hujan lebat disertai angin kencang, telah menyebabkan beberapa musibah di wilayah Kabupaten Kediri.

    Bupati yang akrab disapa Mas Dhito itu meminta masyarakat untuk selalu waspada terhadap kondisi lingkungan sekitar, terutama saat beraktivitas di daerah rawan bencana seperti aliran sungai, daerah berbukit, dan lokasi lain yang berpotensi menimbulkan bahaya. 

    “Kami mengimbau seluruh warga Kabupaten Kediri untuk tetap waspada dan berhati-hati dalam berkegiatan, terutama di sekitar aliran sungai, daerah berbukit, atau tempat-tempat yang memiliki potensi kerawanan lainnya,” terang Mas Dhito dalam rilisnya yang diterima pada Sabtu (1/2/2025).

    Ia juga meminta masyarakat untuk segera melaporkan jika menemui kondisi yang berpotensi menimbulkan bencana kepada aparatur desa atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

    Mas Dhito menegaskan, BPBD Kabupaten Kediri saat ini telah bekerja sama dengan seluruh tim pemerintah daerah untuk menangani setiap bencana yang terjadi.

    Satu di antara titik yang menjadi perhatian adalah wilayah Plosoklaten, yang baru-baru ini dilanda banjir hingga menyebabkan akses jalan terputus. 

    “Kami berharap Kabupaten Kediri tetap diberikan perlindungan hingga musim cuaca ekstrem ini berakhir,” imbuhnya.

    Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Kediri tidak hanya menyebabkan banjir, tetapi juga meningkatkan risiko bencana alam lainnya seperti tanah longsor dan angin kencang.

    Oleh karena itu, Mas Dhito mengingatkan masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terbaru dan menghindari aktivitas di daerah rawan bencana jika tidak diperlukan.

    Selain itu, Mas Dhito juga mengajak seluruh warga untuk bersama-sama menjaga lingkungan. 

    “Mari kita jaga lingkungan bersama-sama. Hindari membuang sampah sembarangan, terutama di aliran sungai, karena hal ini dapat memperparah risiko banjir,” pesannya.

    Untuk memudahkan masyarakat dalam melaporkan kejadian bencana atau kondisi darurat, pemerintah Kabupaten Kediri menyediakan sejumlah nomor kontak penting.

    Masyarakat dapat menghubungi BPBD di nomor 085259186866, Tim Kesehatan PSC 119 di 085212117119, serta Damkar wilayah Kecamatan Grogol di 081232051122, Ngadiluwih di 081231200028, dan Pare di 0354 391113.

    “Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dan dapat melewati musim cuaca ekstrem ini dengan selamat,” tutupnya. 

  • Tragedi di Waduk Gedangkulut, Dua Remaja Tenggelam Saat Memancing

    Tragedi di Waduk Gedangkulut, Dua Remaja Tenggelam Saat Memancing

    Gresik (beritajatim.com) – Kabar duka datang dari Desa Gedangkulut, Kecamatan Cerme, Gresik. Dua remaja, Putra (15) dan Denis (16), dinyatakan hilang tenggelam saat perahu yang mereka tumpangi terbalik saat memancing di waduk setempat.

    Peristiwa nahas ini terjadi pada Sabtu (1/2/2025) sore. Saat itu, Putra dan Denis bersama dua teman mereka, Adam (17) dan Yoga (17), tengah asyik memancing di waduk menggunakan perahu bambu. Namun, perahu yang mereka tumpangi tiba-tiba terbalik di tengah waduk.

    Adam dan Yoga berhasil selamat dari kejadian tersebut dan langsung dilarikan ke RSUD Ibnu Sina Gresik untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara itu, Putra dan Denis hingga saat ini masih belum ditemukan.

    Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik, FX Driatmicko Herlambang, mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan kejadian tersebut pada pukul 17.30 WIB.

    “Sewaktu perahu yang dinaiki berada di tengah, tiba-tiba terbalik di waduk Desa Gedangkulut. Dua orang sampai sekarang dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian. Sedangkan dua orang selamat langsung dibawa ke RSUD Ibnu Sina Gresik guna mendapatkan perawatan medis,” katanya.

    BPBD Gresik bersama warga terus melakukan pencarian dengan menyisir waduk. Namun, upaya pencarian terkendala oleh kondisi cuaca yang gelap.

    “Tim kami di lapangan terkendala cuaca mengingat di area waduk gelap gulita. Mudah-mudahan korban segera ditemukan,” imbuhnya.

    Kanitreskrim Polsek Duduksampeyan, Aipda Hari Wartono, membenarkan adanya kejadian tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya bersama BPBD Gresik masih melakukan pencarian.

    “Memang benar dua orang remaja belum ditemukan saat perahu yang ditumpanginya terbalik,” ujarnya.

    Tragedi tenggelam di Waduk Gedangkulut ini bukan kali pertama terjadi. Beberapa bulan lalu, seorang siswa sekolah dasar juga mengalami kejadian serupa saat mandi di waduk tersebut. [dny/ian]

  • Kenneth DPRD DKJ Minta Penanganan Banjir Jakarta Dievaluasi

    Kenneth DPRD DKJ Minta Penanganan Banjir Jakarta Dievaluasi

    Jakarta

    Hujan deras yang melanda wilayah Jakarta mengakibatkan banjir di beberapa titik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebut, ada puluhan RT di Jakarta Barat yang terendam banjir, pada Selasa 28 Januari 2025 hingga Jumat 31 Januari 2025.

    Kini, BPBD menyatakan bahwa banjir yang sempat melanda sebagian wilayah Jakarta dipastikan telah surut, dan rata-rata pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing, pada Jumat 31 Januari 2025, sekira pukul 21.00 WIB.

    Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD Khusus Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth mengatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta harus melakukan evaluasi keseluruhan atas kinerja dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) hingga UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Jakarta. Pasalnya, banjir selalu terjadi setiap tahun pada saat hujan melanda atau air kiriman dari kota penyangga dan tidak pernah ada solusinya.

    “Pemda DKI harus segera mengevaluasi secara menyeluruh terhadap dinas yang bertanggungjawab dengan masalah banjir dan sampah, karena permasalahan banjir ini masih terus dirasakan oleh warga Jakarta dan tidak pernah ada solusinya. Dan juga lambatnya penanganan sampah di saringan sampah yang terdapat di rumah-rumah pompa, menjadi salah satu penghambat dalam hal teknis terkait penanggulangan banjir,” ujar Kenneth dalam keterangannya, Sabtu (1/2/2025).

    Anggota DPRD Khusus Jakarta, Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth Meninjau Wilayah Banjir di Jakarta Barat. Foto. Dok: DPRD DKJ.

    Pria yang akrab disapa Bang Kent itu meminta kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung-Rano Karno, untuk memprioritaskan program penanganan banjir yang solutif mulai dari jajaran dinas hingga sampai ke jajaran suku dinas. dan juga menetapkan pejabat definitif agar bisa mengambil keputusan-keputusan yang tepat.

    “Penanganan banjir harus menjadi perhatian khusus Pak Pram selaku Gubernur Daerah Khusus Jakarta terpilih. Harus berani mencopot pejabat yang tidak mampu bekerja dengan baik dan digantikan dengan orang yang lebih kompeten, hal itu agar bisa meningkatkan respons pemerintah terhadap pelayanan masyarakat di masa depan. Karena kenyataannya saat ini banyak kepala dinas yang masih dijabat Plt dan rata rata tidak becus dalam bekerja, terutama dalam penanganan banjir adalah Dinas Sumber Daya Air Jakarta yang sekarang kepala dinasnya masih dijabat Plt, solusinya harus segera diangkat dan ditetapkan Kepala Dinas definitifnya, harus di pilih calon pejabat yang sudah sangat berpengalaman di ilmu tata air, dan yang mempunyai karakter pekerja keras, cerdas, tahan banting dan bukan hanya kebanyakan teori, karena Dinas Sumber Daya Air ini adalah tulang punggung dan lini terdepan gubernur dalam hal penanganan banjir di Jakarta,” tegas Anggota Komisi C DPRD Jakarta ini.

    Kent juga menyoroti kinerja Kepala Unit Pelaksana Kerja (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta yang dinilai tidak becus dalam berkolaborasi terkait penanganan banjir di Jakarta. Padahal, dari segi anggaran, gaji para satgas PJLP tersebut sangat besar dibandingkan dengan gaji PJLP yang lain. Kent meminta Satgas UPK Badan Air agar bisa berkerjasama yang baik dengan petugas rumah pompa untuk mengangkat sampah yang menyangkut di mesin pompa air.

    “PJLP Satgas UPK Badan Air itu anggaran untuk gajinya terbesar jika dibandingkan oleh PJLP yang lain, personel paling banyak tapi tidak bisa bekerja dengan baik, mereka seharusnya mensuport rumah pompa dengan mengangkut sampah-sampah yang menyangkut di mesin pompa pada saat terjadi hujan deras, banjir kiriman atau rob. Kinerja Kepala UPK Badan Air juga harus menjadi perhatian khusus Gubernur terpilih Pak Pramono Anung, karena jika sampah yang ada di rumah pompa tidak segera mereka angkat, secara tidak langsung akan berdampak terhadap maksimalnya kinerja rumah pompa tersebut, semua permasalahan ini terletak pada sifat kepemimpinan Kepala UPK Badan Air ini, jika tidak tegas dan tidak membuat aturan kerja yang jelas dampaknya warga akan kebanjiran,” bebernya.

    Kent pun mencontohkan saat dirinya melakukan inspeksi mendadak (sidak) dibeberapa rumah pompa, dan tidak menemukan personel Satgas PJLP UPK Badan Air.

    “Contohnya pada saat saya sidak ke beberapa rumah pompa yang seharusnya ada personil Satgas PJLP UPK Badan Air, tetapi saya tidak menemukan satu pun dari mereka ada di rumah pompa sehingga sampah yang menyangkut di rumah pompa tidak di angkat, dan akibatnya pompa tidak bisa berjalan dengan baik. Intinya mereka harus bisa herkolaborasi yang baik dengan Dinas SDA. Saling bahu membahu dalam menangani masalah banjir, baik dari sampahnya maupun rumah pompa,” tegas Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.

    Tak hanya itu, kata Kent, kinerja Walikota hingga Lurah juga harus disoroti dalam menangani banjir di wilayahnya masing-masing. Banjir ini berdampak besar pada perekonomian warga, terutama di daerah yang sering terkena bencana. Seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum rusak, bisa menghambat aktivitas ekonomi. Lalu rumah dan tempat usaha warga tergenang, bisa mengakibatkan kerugian materiil yang sangat besar.

    “Mas Pram dan Bang Rano harus berani mengevaluasi kinerja para Bupati, Walikota, Camat, dan Lurah, jika tidak mampu menangani masalah banjir di wilayahnya, maka copot saja dan ganti dengan yang lebih kompeten, jangan jadi pejabat hanya bisa jago ngomong, tetapi tidak becus bekerja, harus visioner dan lebih solution dalam hal pelayanan masyarakat. Mas Pram harus mencari anak buah yang tahan banting dan mau bekerja keras, jangan yang hanya bisa ABS atau Asal Bapak Senang,” ketusnya.

    Menurut Kent, yang harus dilakukan dalam waktu jangka pendek untuk masalah banjir yaitu fokus mengeruk sedimen lumpur pada seluruh sungai di Jakarta. Pasalnya, pengerukan sedimen lumpur merupakan salah satu upaya jitu untuk meminimalisasi banjir di Jakarta. Sehingga kali dan sungai tak lagi dangkal, dan ketika hujan lebat, air tidak meluap ke permukiman penduduk.

    “Dinas SDA menurut saya fokus saja dulu di program pengerukan lumpur di sungai-sungai Jakarta. Kegiatan ini lebih sederhana dan tidak membutuhkan waktu perencanaan yang terlalu lama. Pengerjaan masalah banjir tidak bisa dilakukan secara seporadis, tetapi harus dilakukan secara fokus, spesifik dan terukur,” bebernya.

    Dinas SDA, sambung Kent, harus membuat peta pengerukan lumpur di 13 sungai sebagai program penanganan banjir. Dengan adanya pemetaan ini sebagai parameter kinerja agar terukur, dan bisa dipertanggungjawabkan bagi masyarakat. Program pengerukan sedimen lumpur secara berkala agar dapat menampung debit air yang banyak pada saat hujan turun, terjadi air kiriman atau air laut pasang.

    “Dinas SDA harus melakukan mapping terlebih dahulu di 13 sungai Jakarta, kemudian disusun agenda pengerukan secara berkala dan serentak. Saya berharap dengan optimalnya pengerukan lumpur, maka secara berkesinambungan dampak banjir akan semakin kecil dari waktu ke waktu,” sambung Kent.

    Kepala BAGUNA DPD PDIP DKI Jakarta ini pun memberikan beberapa saran konkret kepada Pemda Jakarta dalam rangka mengantisipasi potensi bencana banjir di musim hujan ini.

    Anggota DPRD Khusus Jakarta, Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth Meninjau Wilayah Banjir di Jakarta Barat. Foto. Dok: DPRD DKJ.

    Pertama, Pemda Jakarta segera memastikan bahwa seluruh infrastruktur drainase berfungsi maksimal dengan melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin. Pemprov juga diharapkan dapat melakukan pengerukan lumpur di sungai/kali di Jakarta serta mempercepat normalisasi sungai dan saluran air agar mampu menampung volume air yang tinggi.

    Kedua, Pemda perlu memastikan sistem peringatan dini berjalan efektif dan cepat disampaikan kepada masyarakat. Simulasi evakuasi untuk masyarakat juga perlu diperkuat, agar warga yang tinggal di kawasan rawan banjir bisa dengan cepat bergerak menuju tempat aman.

    Ketiga, Pemda perlu memaksimalkan kapasitas pompa air dan memastikan operasionalnya berjalan lancar. Hal ini penting untuk menghindari genangan air di wilayah-wilayah yang rawan banjir.

    Keempat, Pemda juga diminta untuk menggencarkan kampanye edukasi kepada masyarakat terkait cara-cara mitigasi banjir yang sederhana namun efektif, seperti menjaga kebersihan saluran air dan mengurangi pembuangan sampah sembarangan.

    Kelima, Pemda diminta untuk melibatkan sektor swasta, LSM, dan masyarakat dalam berbagai program mitigasi banjir. Pendekatan kolaboratif akan memaksimalkan sumber daya yang tersedia untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik.

    “Untuk program pembangunan infrastruktur soal banjir harus direalisasikan oleh Pramono-Rano saat menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta. Dan penanganan banjir Jakarta membutuhkan pendekatan yang terpadu dan berkesinambungan, serta kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta untuk mengurangi dampak banjir di masa depan,” bebernya.

    Menurut Kent, Jakarta memiliki potensi untuk menjadi kota global, yang akan memiliki pengaruh besar dalam ekonomi, politik, budaya, dan komunikasi di tingkat Internasional. Jakarta akan berfungsi sebagai pusat keuangan, perdagangan, inovasi, serta konektivitas global. Oleh karena itu, Jakarta harus memiliki infrastruktur kelas dunia, institusi keuangan utama, perusahaan multinasional, serta daya tarik budaya yang besar.

    Saat ini, kata Kent, Jakarta dikategorikan sebagai “Kota Global Emerging” atau kota yang sedang berkembang menuju status kota global penuh. Namun, masih menghadapi beberapa tantangan untuk menuju Kota Global seperti banjir, kemacetan, hingga polusi udara.

    “Kedepan Jakarta harus terbebas dari banjir, macet hingga polusi udara. Karena Jakarta akan menjadi Kota Global, dibutuhkan pejabat-pejabat yang bisa kerja. Jakarta bisa menjadi kota global jika terus meningkatkan standar pelayanan terhadap masyarakat, pembangunan infrastruktur, mengatasi kemacetan, memperbaiki kualitas lingkungan, serta memperkuat perannya dalam ekonomi global. Namun, tantangan besar masih harus diatasi agar bisa sejajar dengan kota-kota global utama seperti Singapura atau Tokyo,” pungkasnya.

    (mpr/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tragedi di Gunung Joglo Bogor: Mahasiswa Uhamka Ditemukan Meninggal – Halaman all

    Tragedi di Gunung Joglo Bogor: Mahasiswa Uhamka Ditemukan Meninggal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mahasiswa pecinta alam (mapala) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (Uhamka), Mohamad Rohadi (21), ditemukan meninggal dunia pada Sabtu, 1 Februari 2025.

    Rohadi hilang saat melakukan pendidikan Imapala di Gunung Joglo, Desa Cibeureum, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Rohadi menghilang pada Rabu, 29 Januari 2025, saat berada di jalur pendakian Gunung Joglo.

    Menurut Adam Hamdani, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Rohadi terakhir kali terlihat sedang mengecek jalur pendakian.

    “Dia tidak kembali lagi ke titik akhir mereka berkumpul,” ungkap Adam.

    Tim SAR gabungan awalnya menduga Rohadi terperosok ke jurang, mengingat medan yang sulit dan banyaknya tebing di sekitar Gunung Joglo.

    “Kami khawatir dia terperosok ke dalam,” tambahnya.

    Proses Pencarian

    Setelah hilang, rekan-rekan Rohadi melakukan pencarian mandiri selama dua hari.

    Namun, karena tidak menemukan jejaknya, mereka melaporkan kejadian tersebut pada pihak berwenang.

    Tim SAR gabungan baru mulai melakukan pencarian pada Jumat, 31 Januari 2025.

    Rohadi akhirnya ditemukan pada Sabtu siang di dekat air terjun Curug Pariuk, dalam posisi telungkup.

    Setelah ditemukan, jenazah Rohadi dievakuasi oleh tim SAR dan dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gunung Joglo: Lokasi Hilangnya Mohamad Rohadi Mahasiswa Uhamka yang Ditemukan Tewas – Halaman all

    Gunung Joglo: Lokasi Hilangnya Mohamad Rohadi Mahasiswa Uhamka yang Ditemukan Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (Uhamka) Jakarta, Mohamad Rohadi (21), ditemukan meninggal setelah hilang di Gunung Joglo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Rohadi ditemukan pada Sabtu, 1 Februari 2025, setelah dinyatakan hilang sejak Rabu, 29 Januari 2025, pukul 13.00 WIB.

    Rohadi dilaporkan hilang saat melakukan pendidikan dasar bersama rekan-rekannya dari Mapala Uhamka di Gunung Joglo.

    Menurut Adam Hamdani, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Rohadi yang berperan sebagai “sweeper” berada di posisi paling belakang rombongan.

    Saat mengecek jalur, Rohadi tidak kembali ke titik berkumpul.

    “Dia ini sweeper dan posisinya itu terakhir. Saat itu informasinya dia sedang mengecek jalur, namun tidak kembali lagi ke titik akhir,” jelas Adam.

    Setelah rombongan Mapala Uhamka melanjutkan perjalanan turun, mereka menyadari Rohadi tidak ada di pos bawah.

    Upaya pencarian dilakukan oleh rekan-rekannya selama dua hari sebelum akhirnya melapor ke pihak berwenang pada Jumat, 31 Januari 2025.

    Jasad Rohadi ditemukan pada Sabtu sekitar pukul 09.41 WIB dalam posisi telungkup di aliran Curug Pariuk.

    Saat ini, jasad korban telah dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi.

    Gunung Joglo terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dan berada di kaki Gunung Gede Pangrango.

    Medan di kawasan ini diketahui cukup sulit, dengan banyak jurang dan lembah.

    “Kalau dilihat, Gunung Joglo ini ada di kaki Gede Pangrango. Medannya itu banyak tebingan dan jurang,” ungkap Adam Hamdani.

    Kesulitan medan di Gunung Joglo menjadi tantangan tersendiri, terutama saat cuaca ekstrem.

    Pada saat kejadian, kondisi cuaca hujan dan kabut tebal menyebabkan visibilitas rendah, sehingga meningkatkan risiko pendaki jatuh atau tersesat.

    “Cuaca cukup ekstrem bisa menyebabkan korban kemungkinan jatuh atau tersesat dikarenakan jalur yang tertutup kabut dan hujan,” jelas Adam.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Terbawa Arus Sejauh 500 Meter, Korban yang Hilang Usai Terjatuh ke Sungai Citarik Ditemukan dalam Kondisi Meninggal

    Terbawa Arus Sejauh 500 Meter, Korban yang Hilang Usai Terjatuh ke Sungai Citarik Ditemukan dalam Kondisi Meninggal

    JABAR EKSPRES – Satu korban yang sempat dinyatakan hilang usai terjatuh ke Sungai Citarik diperbatasan wilayah Desa Sidulang, Kecamatan Cimanggung, kabupaten Sumedang dan Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

    Sebelumnya, dua korban terjatuh ke Sungai Citarik saat mengenderai sepeda motor. Korban bernama Entin (60) berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke rumah sakit, sedangkan Aman (30) sempat dinyatakan hilang karena terbawa arus Sungai Citarik sekira pukul 16.00 WIB.

    Pencarian korban pun sempat dilakukan warga sekitar, sambil menunggu bantuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang dan Basarnas, guna mempercepat proses evakuasi.

    Berselang waktu satu jam, Kepala Desa (Kades) Sindulang, Ujang Supriatna mengatakan, korban yang hilang terbawa arus Sungai Citarik itu telah berhasil ditemukan.

    BACA JUGA: Pendaki Asal Imapala Uhamka Ditemukan Meninggal Dunia di Gunung Joglo Bogor

    “Tadi sudah ditemukan, korban terbawa arus sekitar 500 meter dari titik awal TKP (tempat kejadian perkara) korban terjatuh,” katanya kepada Jabar Ekspres, Kamis (1/2).

    Ujang menerangkan, kronologi terjadinya kedua korban yang terjatuh ke Sungai Citarik, diduga bermula ketika sedang menggunakan kendaraan sepeda motor.

    Adapun kendaraan sepeda motor yang digunakan dua orang korban itu, diduga melaju dari Sindulang, Cimanggung menuju ke arah Tanjungwangi, Cicalengka.

    “Diduga ngeplos remnya dan saat di jembatan terpeleset, sehingga keduanya korban sempat terjatuh,” terangnya.

    BACA JUGA: Polisi Selidiki Ledakan di Mojokerto, 2 Orang Meninggal Dunia

    “Entin sudah dibawa ke rumah sakit, untuk korban bernama Aman ini yang tadi sempat hilang sudah berhasil ditemukan,” ungkapnya.

    “Ketika ditemukan kondisinya korban sudah meninggal dunia dan langsung dibawa ke rumah duka,” tutup Ujang. (Bas)

  • Kronologi Peserta Mapala Hilang di Gunung Joglo Bogor hingga Ditemukan Tewas

    Kronologi Peserta Mapala Hilang di Gunung Joglo Bogor hingga Ditemukan Tewas

    Bogor

    Pria MR (21), peserta diklat organisasi mahasiswa pencinta alam (Mapala) dari Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka (Uhamka) sempat hilang di Gunung Joglo, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. MR kemudian ditemukan meninggal dunia.

    Tim SAR gabungan menerima informasi hilangnya MR pada Jumat (31/1) pukul 15.00 WIB. MR sendiri diketahui hilang sejak hari Rabu (29/1) sekitar pukul 18.00 WIB.

    “Kronologi kejadian tim Imapala Uhamka sedang melakukan diksar (pendidikan dasar) yang berlokasi Puncak Gunung Joglo,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani, Sabtu (1/2/2025).

    Kemudian salah satu senior yang bertugas sebagai sweeper melakukan pengecekan akhir. Ketika kembali ke titik berpisah, korban sudah tidak ditemukan.

    “Senior berpikir korban sudah turun ke bawah,” ungkapnya.

    Kemudian senior melakukan pengecekan ke bawah. Setelah dicek seluruh rombongan, korban tidak ditemukan. Sehingga korban dinyatakan hilang.

    Kemudian tim SAR gabungan melakukan pencarian hari pertama pada kemarin sore. Pencarian dilakukan hingga malam hari, namun belum membuahkan hasil.

    “Hari Kedua, pencarian dimulai hari Sabtu, 1 Februari 2025 pukul 08.00 WIB,” jelasnya.

    Korban kemudian pada sekitar pukul 09.41 WIB pagi tadi. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di aliran curug.

    “Korban sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia ditemukan di aliran Curug Pariuk dalam keadaan telungkup,” tuturnya.

    Korban saat itu menurut Adam kemungkinan terjatuh dan tersesat. Disinyalir penyebabnya lantaran medan yang banyak jurang, serta cara yang ekstrem.

    “Kondisi medan yang banyak terdapat jurang dan lembah. Serta cuaca yang cukup ekstrim dapat menyebabkan korban kemungkinan jatuh atau tersesat dikarenakan jalur yang tertutupi kabut dan hujan,” katanya.

    (rdh/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tragedi di Gunung Joglo Bogor: Mahasiswa Uhamka Ditemukan Meninggal – Halaman all

    Mengenal Gunung Joglo Bogor, Lokasi Hilangnya Mahasiswa Uhamka Jakarta, Banyak Jurang dan Lembah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof DR. Hamka (Uhamka) Jakarta, Mohamad Rohadi (21), ditemukan setelah hilang di Gunung Joglo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Rohadi ditemukan meninggal pada Sabtu (1/2/2025), setelah hilang sejak Rabu (29/1/2025) pukul 13.00 WIB.

    Saat ditemukan, jasad Rohadi tertelungkup di aliran Curug Pariuk.

    “Kami temukan Rohadi sekitar pukul 9.41 WIB dalam posisi telungkup,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana DaeraH (BPBD) Kabupaten Bogor, Adam Hamdani, Sabtu, dilansir TribunnewsBogor.com.

    Lantas, seperti apa medan Gunung Joglo?

    Gunung Joglo berada di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

    Gunung ini berada di kaki Gunung Gede Pangrango.

    Di kawasan Gunung Joglo, terdapat sejumlah spot berkemah, salah satunya adalah Bukit Joglo Saung Geulis.

    Meski demikian, medan di Gunung Joglo diketahui termasuk sulit.

    Adam mengungkapkan medan Gunung Joglo memiliki banyak jurang dan lembah.

    “Kalau dilihat, Gunung Joglo ini ada di kaki Gede Pangrango. Medannya itu banyak tebingan dan jurang,” ungkap Adam.

    Karena sulitnya medan di Gunung Joglo, pendakian menjadi berbahaya saat cuaca ekstrem.

    Rohadi sempat diduga kuat terperosok ke jurang karena saat kejadian, cuaca di Gunung Joglo hujan dan tertutup kabut.

    “Cuaca cukup ekstrem, bisa menyebabkan korban kemungkinan jatuh atau tersesat dikarenakan jalur yang tertutup kabut dan hujan,” jelas Adam.

    Kronologi Hilangnya Mohamad Rohadi

    MAPALA HILANG DITEMUKAN – Mapala Uhamka bernama Mohamad Rohadi (21) hilang di Gunung Joglo, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ditemukan meninggal dunia pada Sabtu (1/2/2025). Tewasnya Rohadi diduga akibat terperosok ke jurang. Sebelum ditemukan tewas, Rohadi sempat bersama rombongan untuk mengecek jalur pendakian pada Rabu (29/1/2025). (Dok. BPBD via Tribun Bogor)

    Sebelumnya, Mohamad Rohadi dilaporkan hilang sejak Rabu.

    Kejadian ini bermula saat Rohadi dan rekan-rekannya dari Mapala Uhamka, tengah melakukan pendidikan dasar di Gunung Joglo.

    Adam Hamdani mengatakan, Rohadi yang bertugas sebagai sweeper, berada di paling belakang rombongan.

    Saat kejadian, Rohadi yang mengecek jalur, tidak kembali ke titik akhir berkumpul.

    “Jadi dia ini sweeper dan posisinya itu terakhir. Saat itu, informasinya dia sedang mengecek jalur.”

    “Namun, tidak kembali lagi ke titik akhir mereka berkumpul,” jelas Adam.

    Setelahnya, rombongan Mapala Uhamka yang lain melanjutkan turun dari Gunung Joglo, dengan harapan Rohadi sudah tiba lebih dulu.

    Ternyata, Rohadi tidak ada di pos bawah. Sehingga, Mapala Uhamka memutuskan mencari korban selama dua hari.

    “Dua hari mereka (Mapala Uhamka) mencari sendiri. Mungkin nyerah atau gimana, akhirnya lapor. Laporan juga baru hari kemarin (Jumat, 31/1/2025)” ungkap Adam.

    Lantas, pada Sabtu pagi, Rohadi berhasil ditemukan, namun dalam kondisi meninggal.

    Saat ini, jasad korban telah dibawah ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kondisi Rohadi Mapala Uhamka Saat Ditemukan di Gunung Joglo Bogor, Posisi Tubuhnya Telungkup

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunnewsBogo.com/Rahmat Hidayat)

  • Begini Penyebab Mahasiswa Uhamka di Temukan Meninggal di Gunung Joglo

    Begini Penyebab Mahasiswa Uhamka di Temukan Meninggal di Gunung Joglo

    JABAR EKSPRES – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof, Buya Hamka ( UHAMKA ) Mohamad Rohadi, 21 tahun yang dinyatakan hilang di Gunung Joglo Kabupaten Bogor telah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.

    Sebelum meninggal Rohadi sedang mengikuti kegiatan Pecinta Alam Diklatsar yang diadakan oleh IMAPALA UHAMKA.

    BACA JUGA: Kisruh Dana PIP Universitas Bandung yang Berujung Penyelewengan!

    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Adam Hamdani mengatakan, korban dinyatakan hilang selama 4 hari sejak dilaporkan hilang pada 29 Januari 2024 di kawasan Gunung Joglo, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua.

    ‘’Jadi korban ini sempat hilang selama 4 hari,’’ ujar Adam dalam keterangannya kepada wartawan, (1/02/2025).

    Menurutnya, penyebab korban mininggal masih dalam pendalaman, namun diduga kuat korban jatuh kejurang saat jalut pendakian tertutup kabut tebal.

    BACA JUGA: Tega, Dana Bansos Milik Mak Inong Berusia 90 Tahun Diembat!

    ‘’Di jalur pendakian terdapat jurang, ditambah waktu itu cuca sedang tidak bersahabat,’’ ujatr Adam.

    Korban terlepas dari rombongan dan tersesat dan kemungkinan terjatuh, hal ini dipertegas dengan kondisi korban ketika ditemukan dalam kondisi terlungkup dan barang bawaan ada di dekat kjenazah korban.

    Korban ditemukan dalam keadaan meninggal di dekat aliran Curug Pariuk, pada Sabtu, pukul 14.30 WIB (1/2/25).

    “Ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di aliran Curug Pariuk dalam keadaan telungkup,” ujarnya.

    BACA JUGA: Lagi Diklatsar Pecinta Alam di Gunung Joglo Bogor, Mahasiswa Uhamka Hilang!

    Saat ini korban telah di evakuasi oleh Tim Gabungan anggota Basarnas, BPBD, Damkar dan sejumlah relawan ke rumah duka.

    Sementara itu berdasarkan informasi yang dihimpun dari kalangan IMAPALA UHAMKA, waktu itu, Rohadi berada di barisan paling belakang, berdua dengan seorang senior yang bertugas sebagai swipper.

    Pada pukul 13.00 WIB , senior ingin melakukan make sure akhir dengan mengecek ke belakang sekali lagi dan Rohadi diminta untuk menunggu sebentar.

    BACA JUGA: Rahasia di Balik Air Mata

    Namun ketika senior kembali ke titik berpisah, Rohadi sudah tidak ada di jam 13.00 WIB. Senior berpikir Rohadi sudah turun duluan.

  • 2 Orang Warga Terjatuh ke Sungai Citarik Saat Kendarai Motor, 1 Korban Dinyatakan Hilang Terbawa Arus

    2 Orang Warga Terjatuh ke Sungai Citarik Saat Kendarai Motor, 1 Korban Dinyatakan Hilang Terbawa Arus

    JABAR EKSPRES – Dua orang diduga telah terjatuh ke Sungai Citarik yang berada di perbatasan wilayah Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.

    Ketika dikonfirmasi, Kepala Desa (Kades) Sindulang, Ujang Supriatna membenarkan, adanya peristiwa nahas yang menimpa dua orang warganya pada Sabtu, 1 Februari 2025.

    “Kejadiannya tadi sore sekitar pukul 16.00 (WIB). Korban yang terjatuh ke sungai bernama Aman (30) dan Entin (60),” katanya kepada Jabar Ekspres melalui seluler.

    BACA JUGA: Miris, Nenek Berusia 90 Tahun di KBB jadi Korban Penyelewengan Dana Bansos

    Ujang menerangkan, kronologi sementara kedua korban tersebut diduga terjatuh ke Sungai Citarik, ketika sedang menggunakan kendaraan sepeda motor.

    Adapun kendaraan sepeda motor yang digunakan dua orang korban itu, diduga melaju dari Sindulang, Cimanggung menuju ke arah Tanjungwangi, Cicalengka.

    “Kenapa bisa terjatuhnya apa terpeleset atau bagaimana, saya masih belum bisa memastikan,” terangnya.

    Ujang mengungkapkan, dua orang korban yang terjatuh ke Sungai Citarik itu, salah satunya alias Entin telah berhasil diselamatkan. Sedangkan korban satunya alias Aman dikabarkan terseret arus hingga dinyatakan hilang.

    BACA JUGA: Pembunuhan di Cireundeu Cimahi Terkuak, Pelaku Kesal dan Ingin Rebut Motor Korban

    “Entin sudah dibawa ke rumah sakit, cuman untuk Aman ini hilang dan masih dilakukan pencarian,” ungkapnya.

    “Tapi ini kita keterbatasan alat, sehingga masih menunggu pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Sumedang dan Basarnas, untuk membantu proses pencarian korban,” tutup Ujang.

    Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Sumedang, Atang Sutarno menyampaikan, pihaknya telah menerima laporan terkait dua korban yang terjatuh ke Sungai Citarik, yang salah satunya dinyatakan hilang.

    “Untuk asesment pertama BPBD sudah menerjunkan 3 anggota untuk menuju ke lokasi kejadian,” imbuhnya.

    BACA JUGA: LBH Tatar Galuh Ciamis Siap Beri Pendampingan Hukum bagi Korban Penipuan Program MBG

    “Kemudian selanjutnya, nanti akan menyusul juga dengan kelengkapan alat ada 4 anggota BPBD yang siap diterjunkan ke TKP (tempat kejadian perkara),” pungkas Atang. (Bas)