Kementrian Lembaga: BPBD

  • 12 Ton Garam Disemai Selama 6 Hari untuk Modifikasi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya

    12 Ton Garam Disemai Selama 6 Hari untuk Modifikasi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta, BMKG, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia (RAI) melanjutkan operasi modifikasi cuaca hari keenam pada Minggu (16/3/2025).

    Ketua Subkelompok Logistik dan Peralatan sekaligus juru bicara Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) Jakarta 2025, Michael Sitanggang, menyampaikan bahwa pada hari keenam operasi, tiga sorti telah berhasil dilaksanakan.

    “Hari ini, kami berhasil melaksanakan tiga sorti dengan menggunakan 2,4 ton bahan semai higroskopis. Total durasi penerbangan mencapai 5 jam 40 menit, dengan lokasi penyemaian meliputi area Kabupaten Pandeglang dan Serang untuk sorti pertama, wilayah Barat Daya Pandeglang, Banten, Lebak, dan Perairan Selat Sunda untuk sorti kedua, serta area Barat Daya Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Perairan Selat Sunda untuk sorti ketiga,” paparnya dilansir dari laman resmi BPBD DKI.

    Sejak dimulainya tahap ketiga OMC Jakarta sejak tanggal 11 Maret 2025, telah dilakukan 15 sorti dengan total penggunaan bahan semai mencapai 12 ton serta waktu terbang kumulatif selama 31 jam 30 menit.

    “Kami terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memantau perkembangan cuaca demi memastikan kota Jakarta terhindar dari bencana hidrometeorologi selama pelaksanaan OMC,” tutup Michael.

    Plt. Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo menjelaskan berdasarkan prediksi presipitasi 3 jam, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diprediksi merata di seluruh wilayah.

    “Prakiraan cuaca 3 jam menunjukan intensitas ringan hingga sedang, sehingga pertumbuhan awan di wilayah Barat Jawa menjadi target pelaksanaan operasi hari ini,”. terangnya

    Lebih lanjut Budi menjelaskan adanya peningkatan Indeks Surge yang signifikan pada sekitar tanggal 17-18 Maret 2025. “Berdasarkan data Indeks Surge terjadi peningkatan sekitar +11.9 dan signifikansi nilai CENS pada esok hari dan lusa, sehingga dapat berpengaruh terhadap semakin signifikannya pembentukan awan di wilayah Jawa bagian barat beberapa hari kedepan,” jelasnya.

  • Air Sungai Meluap, Banjir Menerjang Wilayah Danau Toba Parapat
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 Maret 2025

    Air Sungai Meluap, Banjir Menerjang Wilayah Danau Toba Parapat Regional 16 Maret 2025

    Air Sungai Meluap, Banjir Menerjang Wilayah Danau Toba Parapat
    Tim Redaksi
    SIMALUNGUN, KOMPAS.com
    – Banjir terjadi di kawasan Danau Toba, Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten
    Simalungun
    , Provinsi Sumatera Utara, Minggu (16/3/2025).
    Salah seorang warga setempat, Feri Ndraha mengatakan bahwa banjir diakibatkan meluapnya air dari Sungai Batu Gaga, Bangun Dolok, akibat hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung sejak siang pukul 13.00 WIB hingga sore pukul 17.40 WIB.
    Air bercampur batu dan lumpur meluap ke Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Anggarajim.
    Diperkirakan, ratusan rumah penduduk, SPBU, dan fasilitas umum tergenang banjir.
    Adapun Jalan Sisingamangaraja, yang merupakan jalan lintas menuju Kabupaten Toba, sempat terganggu akibat tersapu material
    longsor
    .
    “Sepertinya ada longsor di atas jembatan Bangun Dolok pinggiran sungai itu. Sampai sekarang banjir masih berlangsung meski hujan sudah berhenti,” kata Feri kepada
    Kompas.com.
    Feri mengatakan bahwa rumahnya ikut terdampak banjir akibat meluapnya sungai tersebut.
    Beruntung, anggota keluarganya dapat diselamatkan dari derasnya air.
    “Adik mertua, istri, dan satu orang anak sempat terjebak banjir. Rumah hancur, barusan kami bawa mereka ke UGD,” ujar Feri.
    Warga lainnya, Andi mengatakan bahwa sampai saat ini warga yang terdampak belum dapat berbuat apa-apa sebab luapan air dari Sungai Batu Gaga masih belum surut.
    Ia mengatakan bahwa beberapa rumah warga di Jalan Anggarajim mengalami kerusakan parah akibat dihantam batu dan lumpur.
    “Mau membersihkan rumah belum bisa karena air masih terus meluap,” katanya.
    Menurut Andi, peristiwa kali ini lebih parah dibanding peristiwa banjir sebelumnya yang terjadi pada Kamis, 13 Mei 2021. “Ini lebih parah dari sebelumnya,” katanya.
    Hingga berita ini dimuat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Simalungun belum memberikan keterangan resmi mengenai jumlah rumah dan korban akibat banjir tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Memancing di Pinggir Tebing, Warga Banyuwangi Tersapu Ombak dan Tergulung ke Tengah Laut

    Memancing di Pinggir Tebing, Warga Banyuwangi Tersapu Ombak dan Tergulung ke Tengah Laut

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Aflahul Abidin

    TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI – Seorang pemancing terseret ombak di Pantai Sukamade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (15/3/2025).

    GBU Tim SAR gabungan masih mencari keberadaan korban.

    Koordinator Pos Basarnas Banyuwangi, Wahyu Setia Budi menjelaskan, korban tenggelam adalah Iwan Krisdianto, warga Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi.

    “Korban berangkat memancing ke Pantai Sukamade bersama empat orang temannya,” kata Wahyu, Minggu (16/3/2025). 

    Keempat rekan korban, yakni Okky, Wahid, Sulis, dan Didik.

    Okky dan Wahid adalah sekaligus tetangga korban.

    Sementara dua lainnya warga Desa Sumbersuko, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi.

    Mereka berangkat bersama-sama ke Pantai Sukamade dari Pantai Rajagwesi sekitar pukul 21.00 WIB.

    Setelah berjalanan laut sekitar sejam, rombongan pemancing itu akhirnya tiba di lokasi.

    Lokasi yang mereka tuju lebih tepatnya berada di Pulau Musing. Sebuah daratan kecil yang dekat dengan Pantai Sukamade.

    Korban memancing tepat di pinggir tebing.

    “Setelah tiba di lokasi, mereka langsung melanjutkan memancing,” terang Wahyu.

    Sekitar pukul 22.30 WIB, korban tersapu ombak dan ikut tergulung ke tengah laut.

    Hal itu disaksikan langsung oleh salah satu rekan mereka.

    Rekan itu sempat mencoba melemparkan alat apung ke arah korban.

    “Tapi korban tidak bisa meraih dan tenggelam hingga tidak terlihat,” tutur dia.

    Melihat temannya hilang tergulung ombak, para pemancing mencari bantuan dengan kembali ke Pantai Rajagwesi.

    Informasi hilangnya korban pun dilaporkan ke perangkat desa setempat.

    “Pagi tadi, keluarga korban mencari keberadaan korban dengan hasil nihil. Selanjutnya perangkat Desa Sarongan dan Kecamatan Pesanggaran berkoordinasi dengan Pos SAR Banyuwangi terkait kejadian tersebut,” ujarnya.

    Pos Basarnas Banyuwangi memberangkatkan lima orang untuk mencari korban.

    Tim SAR dibantu juga oleh anggota BPBD, polairud, polsek, koramil, Pos AL, Destana, agen informasi bencana, ambulans RKD, dan nelayan setempat.

    Tim dibekali dengan berbagai kelengkapan untuk menunjang pencarian korban.

  • Sekda Jabar Tinjau Banjir Cimanggung, Tekankan Pencegahan dan Solusi

    Sekda Jabar Tinjau Banjir Cimanggung, Tekankan Pencegahan dan Solusi

    JABAR EKSPRES – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, meninjau langsung lokasi banjir di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Minggu (16/3/2025). Dalam peninjauannya, ia menegaskan pentingnya identifikasi penyebab banjir agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang.

    “Kecamatan Cimanggung ini, terdapat empat desa terdampak dengan total sekitar 575 kepala keluarga atau lebih dari 2.000 jiwa. Kami melakukan pengecekan, dan sesuai arahan Pak Gubernur, hal utama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab dan menangani akar masalahnya,” ujar Herman.

    Berdasarkan hasil tinjauan sementara, beberapa faktor utama yang menyebabkan banjir antara lain penyempitan Jembatan Pangsor akibat tumpukan sampah, pendangkalan dan penyempitan Sungai Cimande, serta alih fungsi lahan di bagian hulu.

    “Penyempitan Jembatan Pangsor ini terjadi karena sampah yang menumpuk, lalu ada pendangkalan dan penyempitan Sungai Cimande. Selain itu, alih fungsi lahan di daerah hulu membuat aliran air semakin deras dari atas ke bawah, sehingga banjir tak terhindarkan,” jelasnya.

    Untuk langkah penanganan darurat, Pemdaprov Jabar bersama Pemkab Sumedang telah menurunkan alat berat dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) guna melakukan pengerukan sungai. Jika masih kurang, Pemdaprov Jabar siap mengerahkan tambahan alat berat.

    “Kami juga akan mengecek kondisi di hilir, di Rancaekek, apakah ada penyempitan yang menyebabkan fenomena back water, yakni air yang seharusnya mengalir malah berbalik akibat hambatan,” katanya.

    Selain itu, Herman juga menyerahkan bantuan logistik dari Pemdaprov Jabar senilai Rp 289,6 juta dalam bentuk barang dan kebutuhan pokok melalui Dinas Sosial serta BPBD. Bantuan tersebut telah diserahkan secara simbolis kepada Bupati Sumedang, Doni Ahmad Munir, dan Sekda Kabupaten Sumedang di Kantor Kecamatan Cimanggung.

    Lebih lanjut, Herman mengingatkan pentingnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    “Jangan hanya mengandalkan pemerintah. Pemerintah pasti bertindak, tapi masyarakat juga harus berperan, terutama dalam mengelola sampah sejak dari rumah. Jangan membuang sampah sembarangan,” tegasnya.

    Terkait solusi jangka panjang, Herman menyebutkan opsi peninggian Jembatan Pangsor akan dikaji oleh Dinas Bina Marga dan berkoordinasi dengan Kementerian PU. Jika memang diperlukan, jembatan bisa ditinggikan atau cukup dilakukan pengerukan agar aliran air lebih lancar.

  • Banjir di Kabupaten Bandung Mulai Surut, Tapi BNPB Imbau Warga Siaga Potensi Bencana Lanjutan – Halaman all

    Banjir di Kabupaten Bandung Mulai Surut, Tapi BNPB Imbau Warga Siaga Potensi Bencana Lanjutan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Sabtu (15/3/2025), menyebabkan meluapnya sejumlah sungai besar dan banjir besar merendam sembilan desa di empat kecamatan.

    Sungai Citarum, Cikapundung, Cigede, Cipalasari, dan Citarik meluap, membawa dampak serius bagi warga di sekitar aliran sungai.

    Sebanyak 237 Kepala Keluarga (KK) atau 551 warga terpaksa mengungsi ke berbagai lokasi pengungsian akibat banjir yang menggenangi rumah-rumah mereka.

    Kapusdatin BNPB Abdul Muhari menyampaikan bahwa banjir mulai merendam desa-desa seperti Desa Bojongsoang, Lengkong, Bojongsari, hingga Desa Cangkuang Wetan, dan Margaasih.

    “BPBD Kabupaten Bandung mencatat 361 rumah warga terdampak, tiga titik akses jalan terendam, serta satu tanggul jebol. Ketinggian muka air (TMA) bervariasi antara 10 hingga 120 sentimeter,” ujar Abdul Muhari dalam keterangan persnya, Minggu (16/3/2025).

    Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, air yang menggenangi wilayah ini memiliki ketinggian bervariasi antara 10 hingga 120 sentimeter, mengganggu aktivitas sehari-hari warga dan memutuskan akses jalan utama.

    Meskipun demikian, pihak berwenang mencatat bahwa kondisi banjir mulai berangsur surut pada hari Minggu, memberi sedikit kelegaan bagi warga yang terdampak.

    Namun, meskipun air mulai surut, BNPB tetap mengimbau warga untuk tetap waspada potensi bencana banjir susulan. 

    “BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah,” tegas Abdul Muhari. 

    Ia juga meminta pemerintah daerah untuk memastikan drainase di wilayah terdampak dibersihkan dari sisa lumpur dan material yang menghambat aliran air.

    Warga yang tinggal di daerah rawan banjir juga disarankan untuk menyiapkan tas siaga bencana dan siap melakukan evakuasi mandiri apabila hujan deras terus berlangsung lebih dari satu jam dan jarak pandang menjadi terbatas.

    “Petugas terus melakukan pemantauan dan pembaruan data terkait kondisi di wilayah terdampak. Pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait juga telah berupaya memberikan bantuan kepada warga yang terdampak banjir,” pungkasnya.

  • Usai Banjir Rendam Melong, Pemkot Cimahi Pastikan Keselamatan Warga Terdampak

    Usai Banjir Rendam Melong, Pemkot Cimahi Pastikan Keselamatan Warga Terdampak

    JABAR EKSPRES – Pemerintah Kota Cimahi bergerak cepat dalam penanganan tanggap darurat banjir yang melanda kawasan RW 02, Sasak Golkar, Kelurahan Melong, Cimahi Selatan, usai diguyur hujan deras pada Sabtu (15/3/2025) malam.

    Wakil Wali Kota Cimahi, Adithia Yudhistira, menegaskan keselamatan warga menjadi prioritas utama, terutama bagi kelompok rentan seperti balita, lansia, dan ibu hamil.

    Ia memastikan bantuan pemerintah telah diturunkan untuk membantu korban terdampak.

    BACA JUGA: Banjir Cimanggung, Pemda Sumedang Siapkan Posko Tanggap Darurat

    “Warga yang terdampak pertama ada lansia yang usianya 83 tahun sendirian, kita tanggulangi dulu. Jangan sampai tinggal dulu di rumahnya karena masih licin. Takutnya nanti terjadi apa-apa. Lalu ada juga ibu hamil, jangan sampai nanti terjatuh bisa terjadi apa-apa,” ujar Adithia saat ditemui di lokasi, Minggu (16/3/2025).

    Adithia menyoroti kondisi ibu hamil yang rentan terhadap risiko saat bencana. Ia menyebut ada seorang ibu hamil berusia di atas 40 tahun yang perlu penanganan khusus.

    “Tadi juga ada yang hamil berusia di atas 40 tahun, itu kan berisiko. Itu harus diprioritaskan yang seperti itu,” bebernya.

    Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan, mengungkapkan hampir sekitar 500 kepala keluarga atau 1.500 jiwa terdampak banjir di kawasan Melong, Cimahi Selatan.

    BACA JUGA: Dirjen Rehsos Pantau Penanganan Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Sumba Timur

    Kejadian yang terjadi di RW 02 Kelurahan Melong itu berdampak pada warga yang rentan, termasuk 43 lansia, 292 anak berusia di atas lima tahun, dan 25 balita.

    “Karena ada lansia dan balita, kami sudah menyalurkan logistik, termasuk paket lansia,” kata Andy, sapaan akrabnya.

    Bantuan yang disalurkan mencakup kebutuhan sandang dan pangan, termasuk perlengkapan khusus untuk balita seperti popok dan celana anti buang air.

    Andy memastikan bahwa banjir hanya merendam rumah warga tanpa menyebabkan kerusakan struktural.

    BACA JUGA: Bimax Banjar Berbagi Kebahagiaan, Santuni 30 Anak Yatim di Bulan Ramadan

    “Tidak ada rumah yang roboh atau mengalami kerusakan parah, dampaknya hanya terendam air,” ujarnya.

    Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Cimahi turut memberikan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak.

  • Pemkot Cimahi Soroti Bangunan di Pinggir Sungai, Adithia Yudhistira: Nanti Kita Data

    Pemkot Cimahi Soroti Bangunan di Pinggir Sungai, Adithia Yudhistira: Nanti Kita Data

    JABAR EKSPRES – Pemerintah Kota Cimahi akan bertindak tegas terhadap bangunan yang berdiri di pinggiran sungai atau di atas tembok penahan tanah (TPT) guna mengantisipasi banjir.

    Langkah ini menjadi sorotan usai wilayah RW 02, Sasak Golkar, Kelurahan Melong, terdampak banjir hampir dia meter akibat hujan deras pada Sabtu (15/3/2025) malam.

    Wakil Wali Kota Cimahi, Adithia Yudhistira, menegaskan pihaknya akan segera melakukan pendataan terhadap bangunan-bangunan yang berdiri di sepanjang aliran sungai.

    Upaya ini diambil untuk memastikan tidak ada hambatan aliran air yang dapat memperparah banjir atau merusak TPT.

    “Kita urus dulu hilirnya, sambil kita mendata bangunan-bangunan di sekitar pinggiran kali dan sungai,” kata Adithia saat meninjau lokasi banjir di RW 02, Sasak Golkar, Melong, Kota Cimahi, Minggu (16/3/25).

    Adithia menjelaskan, pendataan tersebut bertujuan untuk memastikan apakah ada bangunan yang melanggar aturan, seperti menyempitkan aliran sungai atau berdiri di atas TPT yang berpotensi menimbulkan risiko saat debit air meningkat.

    BACA JUGA: Wali Kota Cimahi Ungkap Sinergi Antar Daerah Jadi Kunci Penyelesaian Banjir di Bandung Raya

    “Ada yang melanggar atau tidak, menyempitkan aliran sungai atau tidak, nanti kita data,” ujarnya.

    Adithia menegaskan, jika ditemukan pelanggaran, maka sanksi penertiban akan diberlakukan sesuai aturan yang berlaku.

    “Misalnya bangunan di pinggir sungai, atau yang numpang di atas TPT, ada aturan-aturan tertentu. Kalau melanggar, ya kita tertibkan,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Adithia menyebut penanganan banjir harus dimulai dari hilir untuk memastikan aliran air tidak meluap ke pemukiman warga.

    “Menyelesaikan persoalan banjir diawali dengan penanganan dari hilir. Ketika hujannya berhenti, airnya langsung surut. Ini yang harus kita pikirkan bersama,” ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan, mengatakan banjir di kawasan RW 02, Kelurahan Melong, disebabkan oleh curah hujan tinggi dan intensitas lama yang menyebabkan saluran air meluap.

    Andy, sapaan akrabnya, mengungkapkan beberapa sarana dan prasarana kota sudah tidak berfungsi dengan baik, sehingga pihaknya melakukan perbaikan dan bahkan pembangunan saluran air baru.

    “Sehingga kita lakukan perbaikan-perbaikan, bahkan pembuatan saluran air baru,” jelas Andy.

  • Banjir Rendam Kabupaten Sumedang, Ribuan Warga Terdampak

    Banjir Rendam Kabupaten Sumedang, Ribuan Warga Terdampak

     

    Liputan6.com, Sumedang – Ratusan rumah di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, terendam banjir pada Sabtu (15/3/2025), pukul 15.30 WIB. Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, sedikitnya 718 rumah di Sumedang terendam, dan menyebabkan 755 kepala keluarga atau 2.646 jiwa terdampak. 

    Dilaporkan ribuan warga yang terdampak tersebar di empat desa, antara lain Desa Cihanjuang, Desa Sindanggalih, Desa Sindangpakuon dan Desa Sukadana. Berdasarkan laporan, hujan deras disertai luapan Sungai Cimande memperparah banjir Sumedang hingga ketinggian air mencapai 200 sentimeter.

    Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, selain rumah, banjir juga merendam dua fasilitas ibadah dan fasilitas pendidikan, serta area persawahan seluas 3,2 hektar terancam gagal panen.

    “BPBD Sumedang telah mendistribusikan bantuan logistik berupa beras sebanyak 100 kg dan selimut sebanyak 20 lembar,” katanya.

    Personel juga telah diturunkan untuk melakukan pencarian dan pertolongan bersama dinas terkait. Dapur umum telah berdiri di Kantor Kecamatan Cimanggung untuk melayani kebutuhan permakanan warga terdampak.

    Kondisi hingga Sabtu malam (15/3/2025), jaringan listrik masih padam, tim gabungan masih terus melakukan evakuasi warga, sementara banjir berangsur surut dengan ketinggian berkisar 100 sentimeter.

    “Menyikapi peristiwa bencana yang kerap terjadi diberbagai daerah, BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam mengantisipasi ancaman potensi risiko bencana hidrometeorologi basah,” katanya.

    Segera lakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika terjadi hujan deras lebih dari satu jam dan jarak pandang (feasibility) kurang dari 100 meter. Selain itu, bagi warga yang rumahnya telah surut dari banjir, waspadai ancaman penyakit pasca banjir yang kerap terjadi seperti diare, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit kulit.

    Sementara pemerintah daerah diminta untuk segera memeriksa kesiapan perangkat, personel, serta sumber daya guna menghadapi potensi darurat di wilayahnya.

     

  • Bandung Barat Dikepung Bencana Tahunan, Bupati Diminta Lebih Sigap

    Bandung Barat Dikepung Bencana Tahunan, Bupati Diminta Lebih Sigap

    JABAR EKSPRES – Sejumlah bencana alam dalam satu pekan terakhir terjadi berbagai wilayah di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

    Bencana alam yang terjadi mulai dari banjir dan banjir bandang, tanah longsor hingga pergerakan tanah yang memaksa warga harus mengungsi untuk keselamatan mereka.

    Kondisi ini pun memaksa kepala daerah yang baru menjabat harus lebih sigap dan tanggap menghadapi kejadian bencana yang menimpa wilayah Bandung Barat.

    Pergerakan tanah terjadi di Kampung Cicapar Patrol RW 05 dan RW 06 Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas. Meski kejadian itu sejak tahun 2022 lalu, namun bencana pergerakan tanah di wilayah itu kembali meluas pada Jumat 14 Maret 2025.

    Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat, sebanyak 30 rumah rusak terdiri dari 10 rusak ringan, 10 rusak sedang, dan 10 rusak berat.

    Selain rumah, satu bangunan pendidikan yakni PAUD pun terdampak bencana pergerakan tanah.

    Sementara banjir pada Sabtu (15/3) terjadi di wilayah Kecamatan Ngamprah, sedikitnya terdapat 4 titik bencana sedang dan besar, salah satunya terjadi di Desa Margajaya, sebanyak 70 rumah terendam bencana tersebut.

    Selain di Margajaya, Kampung Lebaksari, Desa Mekarsari pun mengalami hal serupa. Banjir setinggi lebih dari 1 meter merendam puluhan rumah di wilayah itu, meski begitu hingga saat ini BPBD Bandung Barat mengklaim masih mendata korban dari banjir tersebut, mulai dari rumah hingga jumlah jiwa.

    Pada hari yang sama, banjir bandang terjadi Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat. Selain kondisi lingkungan kritis dari hulu, curah hujan tinggi memicu luapan Sungai Cimeta.

    BACA JUGA: Sungai Cimeta Meluap, Puluhan Rumah di Cipatat Bandung Barat Terendam Banjir

    Luapan Sungai Cimeta lagi-lagi meluber hingga permukiman di wilayah itu. Meski hanya terjadi sehari, banjir merendam lebih dari 20 rumah yang dihuni 144 orang, 42 kepala keluarga (KK).

    Selain banjir, tanah longsor pun mendera sejumlah wilayah hingga sempat menurup akses jalan, diantaranya di Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah. Tebing setinggi 4 meter longsor dan merubuhkan satu tiang listrik hingga hampir menutup seluruh badan jalan.

    Kemudian di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, longsor pun terjadi dan nyaris mengenai satu rumah milik warga.

  • Banjir Terjang Sumedang, 718 Rumah Terendam

    Banjir Terjang Sumedang, 718 Rumah Terendam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banjir rendam sedikitnya 718 rumah warga di wilayah Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada Sabtu (15/3) pukul 15.30 WIB. Berdasarkan data sementara yang diterima Pusdalops BNPB, setidaknya 755 Kepala Keluarga (KK) atau 2.646 jiwa terdampak atas kejadian ini.

    Dilaporkan ribuan warga yang terdampak tersebar di 4 (empat) desa, yakni Desa Cihanjuang, Desa Sindanggalih, Desa Sindangpakuon dan Desa Sukadana. Berdasarkan laporan, hujan deras disertai luapan Sungai Cimande memperparah banjir hingga ketinggian air mencapai 200 sentimeter.

    Dikutip dari BNPB, selain rumah, banjir juga merendam dua fasilitas ibadah dan fasilitas pendidikan, serta area persawahan seluas 3,2 hektar terancam gagal panen.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang telah mendistribusikan bantuan logistik berupa beras sebanyak 100 kg dan selimut sebanyak 20 lembar. Personil juga telah diturunkan untuk melakukan pencarian dan pertolongan bersama dinas terkait. Dapur umum telah berdiri di Kantor Kecamatan Cimanggung untuk melayani kebutuhan permakanan warga terdampak.

    Kondisi hingga Sabtu (15/3) malam, jaringan listrik masih padam, tim gabungan masih terus melakukan evakuasi warga, sementara banjir berangsur surut dengan ketinggian berkisar 100 sentimeter.

    Menyikapi peristiwa bencana yang kerap terjadi diberbagai daerah, BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam mengantisipasi ancaman potensi risiko bencana hidrometeorologi basah.

    Segera lakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika terjadi hujan deras lebih dari satu jam dan jarak pandang (feasibility) kurang dari 100 meter. Selain itu, bagi warga yang rumahnya telah surut dari banjir, waspadai ancaman penyakit pasca banjir yang kerap terjadi seperti diare, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit kulit.

    Sementara pemerintah daerah diminta untuk segera memeriksa kesiapan perangkat, personel, serta sumber daya guna menghadapi potensi darurat di wilayahnya.

    (haa/haa)