Kementrian Lembaga: BPBD

  • 25 Terluka dan 4 Meninggal Akibat Tembok Kolam Ambrol

    25 Terluka dan 4 Meninggal Akibat Tembok Kolam Ambrol

    PIKIRAN RAKYAT – Tragedi memilukan terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam, Dusun Mangunsari, Desa Gadingsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jumat 25 April 2025 pagi.

    Sebuah tembok kolam penampungan air di area pondok pesantren itu ambrol setelah dipicu tanah longsor, menimpa puluhan santri yang sedang mengantre mandi. Empat santri dilaporkan meninggal dunia dan 25 lainnya mengalami luka-luka.

    Kronologi Kejadian

    Peristiwa terjadi sekitar pukul 10.30 WIB saat para santri bersiap melaksanakan salat Jumat. Posisi kamar mandi yang berada tepat di depan kolam penampungan air membuat para santri berada dalam posisi rentan saat longsor terjadi.

    “Pada jam itu, 10.30 WIB, kegiatan santri untuk mandi persiapan ke masjid. Jadi, mereka mandi semuanya, antre semuanya. Dan tidak disangka, tidak ada yang tahu ada kejadian seperti itu,” tutur Muhib Huda Muhammadi, guru senior Pondok Modern Gontor 5, kepada wartawan.

    Dia menjelaskan, tembok kolam berada di bagian belakang kamar mandi dan menimpa langsung area tempat para santri berkumpul.

    “Jadi, posisi kolam itu ada di sebelah kamar mandi. Ada asrama, belakangnya kamar mandi, lalu kolam. Di situ kejadiannya. Akhirnya mereka tertimpa tembok kolam penampungan air,” ujar Muhib.

    Evakuasi Berlangsung 13 Jam

    Koordinator Basarnas Unit Siaga SAR Borobudur, Basuki, menyatakan bahwa proses evakuasi memakan waktu panjang akibat sulitnya akses dan ketebalan material bangunan.

    “Tebalnya fondasi yang menimpa tembok kamar mandi cukup mempersulit kami evakuasi juga dengan celah ruangan yang sempit,” ucapnya, Sabtu 26 April 2025.

    Petugas dari BPBD Kabupaten Magelang, Basarnas, Damkar, TNI, Polri, serta relawan gabungan bekerja tanpa henti hingga malam hari. Proses evakuasi terakhir selesai setelah lebih dari 13 jam.

    Kondisi Korban

    Para korban langsung dilarikan ke RSUD Merah Putih Magelang. Direktur RSUD Merah Putih, dr. Leli Puspitowati, menyampaikan total korban mencapai 29 orang, terdiri dari 4 santri meninggal dunia, 16 menjalani rawat inap, dan 9 lainnya mendapat perawatan jalan.

    “(Korban) 23, sore ini masuk lagi 2 orang. Total 25 korban luka yang kami tangani,” kata dr. Leli, Jumat 25 April 2025 sore.

    Tiga korban mengalami patah tulang dan harus menjalani rawat inap, sementara satu orang dirujuk ke rumah sakit lain karena mengalami patah tulang terbuka.

    “Butuh dokter dan sarana yang lebih maju,” ucapnya.

    Ucapan Duka dan Seruan dari Kemenag

    Direktur Pesantren Kementerian Agama RI, Dr. Basnang Said, menyampaikan belasungkawa mendalam atas musibah ini. Ia menyebut tragedi ini sebagai duka kolektif bagi dunia pendidikan pesantren.

    “Kami sangat berduka atas peristiwa ini. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Doa kami panjatkan untuk para santri yang wafat—semoga Allah SWT menerima mereka dalam kasih sayang-Nya dan menempatkan mereka di surga terbaik,” tuturnya dalam pernyataan resmi di Jakarta.

    Basnang Said juga mendoakan kesembuhan bagi para santri yang terluka serta kekuatan untuk keluarga korban.

    “Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan dan keikhlasan,” ujarnya.

    Basnang mengapresiasi cepatnya respons para ustadz, petugas SAR, BPBD, Damkar, tenaga medis, dan relawan dalam proses evakuasi. Dia juga menekankan pentingnya keamanan di lingkungan pesantren.

    “Ini adalah musibah yang tak diharapkan, dan menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya pengawasan keselamatan di lingkungan pendidikan,” katanya.

    Lebih lanjut, Basnang mengajak masyarakat untuk memperkuat solidaritas dan gotong royong.

    “Pesantren bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah bersama. Mari kita jaga keselamatannya, demi generasi masa depan yang tumbuh dalam keamanan, ilmu, dan kasih sayang,” tuturnya.

    Tinjauan Pihak Pemerintah Daerah

    Bupati Magelang Grengseng Pamuji, Dandim 0705/Magelang Letkol Inf Jarot Susanto, dan Kapolresta Magelang Kombes Herbin Garbawiyata Jaya Sianipar turut hadir meninjau langsung lokasi kejadian. Mereka juga menyempatkan waktu menjenguk para korban di RSUD Merah Putih.

    Pemerintah Kabupaten Magelang menyatakan akan mengevaluasi sistem keamanan dan konstruksi di lingkungan pesantren yang rawan longsor atau kerusakan struktural demi mencegah kejadian serupa di masa depan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Penyebab Tembok Kolam Penampung Air di Ponpes Gontor Magelang Ambruk, 4 Santri Tewas – Halaman all

    Penyebab Tembok Kolam Penampung Air di Ponpes Gontor Magelang Ambruk, 4 Santri Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Terungkap penyebab terjadinya insiden tembok kolam penampung air di lingkungan Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam, Sawangan, Kabupaten Magelang, roboh dan memakan korban.

    Diketahui, kejadian ini terjadi Jumat (25/4/2025) tepatnya ketika para santri sedang mengantre mandi menjelang pelaksanaan Salat Jumat.

    Diduga, pondasi kolam penampung air tersebut ambruk hingga menyebabkan material beton jatuh.

    Bangunan talud yang berada di sisi belakang kamar mandi asrama ini lantas tiba-tiba roboh.

    Nahas, material tersebut menimpa para santri yang sedang mengantre di bawahnya.

    “Karena momen itu adalah jam padat, banyak santri mengantre mandi.” 

    “Tiba-tiba tandon air yang berada di belakang kamar mandi roboh dan menimpa para santri,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono, dalam laporannya, Jumat dilansir dari Tribun Jogja.

    Akibat insiden ini, total ada 29 santri yang menjadi korban.

    Sebanyak 25 di antaranya mengalami luka-luka.

    Mereka sempat terjebak di antara dinding kamar mandi yang ikut runtuh.

    Sementara empat bocah lainnya dikabarkan meninggal dunia.

    “Empat santri meninggal dunia dalam insiden ini,” ujar Edi.

    Jasad keempat santri tersebut kini sudah berhasil dievakuasi.

    Proses evakuasi memakan waktu cukup lama hingga sekitar 12 jam, yakni dari pukul 11.00 hingga sekitar pukul 23.30 WIB.

    Pasalnya, struktur bangunan terbuat dari beton sehingga harus dilakukan pengeboran terlebih dahulu.

    Hingga malam hari, proses pembersihan reruntuhan dan pendataan masih terus dilakukan oleh petugas bersama pihak pondok.

    Koordinator Basarnas Unit Siaga SAR Borobudur, Basuki, menjelaskan proses evakuasi santri yang tertimpa runtuhan struktur beton berbentuk talud, berlangsung dramatis.

    Tim SAR gabungan menghadapi banyak kendala di lapangan, mulai dari medan yang sempit hingga posisi korban yang terjepit di antara struktur bangunan kamar mandi.

    Proses evakuasi berlangsung lama dan juga tidak menggunakan alat berat.

    Hal ini dilakukan karena kondisi bangunan yang labil dan adanya korban yang masih dalam kondisi hidup saat ditemukan.

    Sehingga, proses evakuasi dilakukan dengan sangat hati-hati.

    “Kita pakai sistem manual, karena kalau pakai alat berat justru bisa membahayakan korban maupun tim penyelamat, area sangat sempit, kita dihadapkan dengan selasar kamar mandi yang hanya sekitar satu meter dan sudah ambrol.”

    “Kami harus evakuasi di dalam kamar mandi karena tidak ada akses lain untuk menjangkau korban,” kata Basuki, Sabtu (26/4/2025).

    Diketahui, ketebalan talud yang menimpa korban diperkirakan mencapai 50 sentimeter, dengan tinggi sekitar 3 meter dan panjang lebih dari 10 meter. 

    Evakuasi berlangsung hingga malam hari, dan kondisi gelap menjadi tantangan tersendiri. 

    Dari 29 korban, Basarnas mencatat ada sembilan korban yang tertimpa talud. 

    Lima orang selamat meski mengalami luka cukup berat, dan empat orang dinyatakan meninggal dunia.

    Sementara, sebanyak 20 santri telah lebih dulu dievakuasi pihak pondok dan dilarikan ke RSUD Merah Putih Magelang untuk mendapat perawatan.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul KABAR DUKA: 4 Santri Pondok Gontor Kampus 5 Magelang Meninggal Dunia Tertimpa Tembok dan Evakuasi Santri Tertimpa Talud di Gontor 5 Magelang Butuh Waktu 12 Jam, Basarnas Ungkap Kendalanya

    (Tribunnews.com/Galuh widya Wardani)(TribunJogja.com/Yuwantoro Winduajie)

  • Korban Kecelakaan Tunggal Tercebur ke Sungai Bondoyudo Lumajang Ternyata Asal Bandung

    Korban Kecelakaan Tunggal Tercebur ke Sungai Bondoyudo Lumajang Ternyata Asal Bandung

    Lumajang (beritajatim.com) – Identitas pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan tunggal dan tercebur ke Sungai Bondoyudo, Desa Sukosari, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (25/4/2025) siang, akhirnya terungkap. Korban diketahui bernama Deden Roki (22), pemuda asal Bandung yang berdomisili di Desa Curah Malang, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.

    Kecelakaan terjadi saat korban mengendarai sepeda motor bernopol P 3928 KV dari arah Lumajang menuju Jember. Secara tiba-tiba, korban dilaporkan mengalami kecelakaan tunggal dan tercebur ke aliran sungai yang cukup deras.

    Identitas korban terungkap setelah kakaknya, Didik Syaepudin, mendatangi lokasi kejadian. Ia mengenali sepeda motor yang digunakan korban dari foto yang beredar di media sosial.

    “Jadi, adik saya ini memang KTP masih asal Bandung, tapi tiap hari tetap pulang ke Kecamatan Rambipuji, Jember. Kerjanya jualan tas di Kabupaten Lumajang,” terang Didik, di lokasi kejadian.

    “Jadi awalnya saya tahunya dari media sosial, lihat foto motor yang ternyata punya adik saya. Jadinya saya langsung ke lokasi untuk memastikan dan ternyata memang benar ini motor adik saya,” tambahnya.

    Proses pencarian terhadap korban masih dilakukan hingga Jumat petang. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono, menjelaskan bahwa upaya penyisiran dilakukan menggunakan dua unit perahu karet dan alat pemindai bawah air (Underwater Searching Device/ USD) milik Basarnas.

    “Sampai pukul enam sore tadi upaya pencarian belum membuahkan hasil. Untuk sementara pencarian dihentikan dulu dan akan dilanjutkan besok pagi,” jelas Yudhi. [has/beq]

  • Longsor di Tuban Ditangani Cepat, Akses Jalan Wadung-Maindu Kembali Normal

    Longsor di Tuban Ditangani Cepat, Akses Jalan Wadung-Maindu Kembali Normal

    Tuban (beritajatim.com) – Pasca longsor yang melanda ruas jalan lingkungan antara Desa Wadung, Kecamatan Soko, dan Desa Maindu, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama TNI/Polri dan warga langsung bergerak cepat melakukan asesmen dan penanganan.

    Kepala Pelaksana BPBD Tuban, Sudarmaji, menyampaikan bahwa longsoran terjadi pada Senin (21/4/2025) dengan panjang sekitar 30 meter dan tinggi tebing mencapai 17 meter. Menindaklanjuti kejadian tersebut, pihaknya segera melakukan asesmen di lapangan dan mendapat arahan langsung untuk segera menangani dampaknya.

    “Lalu keesokan harinya kami merespon dengan melakukan asesmen, kemudian kemarin kita diberi arahan untuk longsoran ini segera ditangani,” ujar Sudarmaji.

    Proses pembersihan material longsor dilakukan menggunakan excavator dan didukung satu alat berat serta dua truk. Penanganan dilakukan secara kolaboratif antara BPBD, pemerintah setempat, TNI, Polri, dan masyarakat. Bahkan, Dandim 0811 Tuban Letkol Inf Dicky Purwanto turut hadir dalam penanganan di lapangan.

    “Jadi hasil asesmen kami laporkan kepada Mas Bupati, kami mendapatkan arahan agar longsoran segera ditangani dan kemarin hari Jumat sudah dilaksanakan, kini akses jalan dapat kembali digunakan masyarakat,” terang Sudarmaji.

    Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, terutama atas semangat gotong royong warga setempat yang turut membersihkan reruntuhan tanah longsor.

    “Kami mengerahkan satu alat berat dan dua truk untuk mempercepat pembersihan material longsoran,” kata Sudarmaji.

    Dalam kesempatan itu, Sudarmaji juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kelestarian pohon penguat tanah dan mengatur pola tanam jagung agar tidak memperparah risiko longsor di wilayah rawan bencana.

    “Jadi kami laksanakan pendekatan pentahelix kepada masyarakat agar menanam pohon yang bisa menjadi penguat tanah, sehingga tidak ada lagi tanah longsor,” tegasnya.

    “Kita harus pahami bahwa bencana adalah urusan bersama, maka pencegahan dan penanganan pun perlu dilakukan secara gotong royong,” pungkasnya. [ayu/beq]

  • Tembok Kolam Ambrol, 4 Santri Ponpes Gontor Magelang Meninggal Dunia

    Tembok Kolam Ambrol, 4 Santri Ponpes Gontor Magelang Meninggal Dunia

    Jakarta

    Tembok kolam penampungan air di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam, Kabupaten Magelang, Jateng, ambrol menimpa puluhan santri. Santri korban meninggal dunia empat orang.

    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan korban seluruhnya ada 29 orang santri.

    “25 orang luka, 4 meninggal dunia,” kata Edi dilansir detikJateng, Sabtu (26/4/2025).

    Untuk proses evakuasi, kata Edi, berlangsung mulai pukul 10.30 WIB hingga 23.30 WIB, Jumat (25/4). Kendala dalam proses evakuasi, kata Edi, karena tembok yang bangunan beton.

    “Setelah evakuasi selesai, besok pagi akan dilakukan penyisiran kembali,” ujarnya.

    “Informasi dari pondok jelas itu siswa (santri) dari Pondok Gontor,” imbuhnya.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pengendara Motor Terseret Tanah Longsor di Jalan Tawangmangu-Plaosan Magetan

    Pengendara Motor Terseret Tanah Longsor di Jalan Tawangmangu-Plaosan Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Saluran irigasi sawah di Jalan Tawangmangu-Plaosan, tepatnya di sebelah barat Mbah Djoe Resort, Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan,.Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mengalami longsor pada Jumat (25/4/2025) sore. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 18.20 WIB dan sempat menutup sekitar 70% akses jalan utama menuju kawasan wisata Sarangan. Bahkan, seorang pengendara motor juga menjadi korban luka imbas kejadian itu.

    Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magetan, Eka Wahyudi menyampaikan laporan resmi terkait kejadian tersebut. “Material longsor berasal dari tebing dengan tinggi kurang lebih 10 meter dan lebar sekitar 5 meter yang ambruk akibat saluran irigasi persawahan di atasnya jebol. Dampaknya, tanah dan batuan menutupi sebagian besar badan jalan dan menghambat lalu lintas kendaraan. Seorang pengendara motor juga mengalami luka karena terseret material longsor,” kata Eka.

    Pengendara motor itu adalah Udin (36), warga Lingkungan Singolangu, Kelurahan Sarangan. Dia terseret material longsor saat sedang mengendarai sepeda motor Yamaha N-Max dari arah timur menuju tempat kerjanya di Kawasan Wisata Lawu Green Forest (LGF). Beruntung, Udin hanya mengalami luka lecet di kaki kanan dan telah dibawa pulang setelah mendapatkan pertolongan. Kendaraan yang dikendarainya juga mengalami kerusakan ringan.

    Tim gabungan BPBD Magetan, TNI, POLRI, Damkar Magetan, Perhutani, Lifeguard Disbudpar, Pemerintah Kecamatan Plaosan, Pemerintah Kelurahan Sarangan, PMI, Hanom Hancala, Senkom Mitra Polri, serta masyarakat sekitar melakukan penanganan material longsor. Proses evakuasi material longsor berlangsung hingga pukul 20.48 WIB dan saat ini jalur sudah dapat dilalui kembali dengan aman.

    Pembersihan sisa material dilakukan menggunakan mobil tangki Damkar untuk mengurangi risiko licin yang bisa membahayakan pengendara. “BPBD Kabupaten Magetan menghimbau kepada masyarakat Kabupaten Magetan, agar lebih waspada dan berhati-hati apabila melintas di jalan yang berada di tebing yang tinggi. Apabila terdapat kejadian serupa ataupun bencana lainnya dapat menghubungi nomor pelayanan BPBD Kabupaten Magetan,” pungkas Eka Wahyudi. [fiq/ian]

  • Jasad Sopir Taksi Online yang Dibuang di Kali Baru Tangerang Belum Ditemukan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 April 2025

    Jasad Sopir Taksi Online yang Dibuang di Kali Baru Tangerang Belum Ditemukan Megapolitan 25 April 2025

    Jasad Sopir Taksi Online yang Dibuang di Kali Baru Tangerang Belum Ditemukan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Jasad sopir taksi online berinisial MR (35), yang dibuang ke Kali Baru, Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, belum ditemukan.
    MR  dibunuh dan mobilnya dibawa kabur pelaku yang awalnya berpura-pura memesan jasa taksi online.
    “Upaya pencarian jasad korban terus kami upayakan untuk segara ditemukan, mohon doa nya dari keluarga korban dan masyarakat,” ujar Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Zain Dwi Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/4/2025).
    Sejauh ini, polisi dan BPBD Kabupaten Tangerang baru menemukan dompet yang berisi data diri korban.
    “Barang bukti pisau, dompet korban berisi identitas korban berlumur darah dan stiker yang dilepas untuk menghilangkan barang bukti telah kami temukan,” kata Zain.
    Seorang sopir taksi online berinisial MR (35), warga Kampung Cengklong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, ditemukan tewas.
    MR diduga dibunuh oleh dua pelaku yang kemudian membuang jasadnya ke Kali Baru, Teluknaga, Kabupaten Tangerang.
    Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho menjelaskan, kasus ini terungkap berawal dari kecurigaan anggota polisi yang ditawari untuk membeli mobil korban.
    Mobil itu dijual tanpa kelengkapan surat-surat di Komplek Pergudangan Mutiara 2, Jalan Raya Prancis, Kecamatan Benda, pada Kamis (24/4/2025) malam.
    Zain menambahkan, terdapat bekas stiker taksi online yang baru dilepas, yang diduga dilakukan untuk menghilangkan jejak. Kecurigaan polisi semakin menguat setelah mereka menemukan bercak darah di kursi bagian depan mobil.
    Merasa curiga, anggota yang tengah melakukan transaksi jual beli mobil tersebut langsung berkoordinasi dengan Unit Resmob dan tim Opsnal yang berjaga pada malam itu.
    Penjual mobil, yang diketahui bernama IT alias Jefri, ditangkap di lokasi transaksi pada pukul 21.00 WIB. Dari hasil interogasi, Jefri mengaku bahwa mobil tersebut merupakan hasil kejahatan yang dilakukan bersama rekannya, NH alias Dayat.
    “NH alias Dayat ditangkap di Kampung Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang pada pukul 23.25 WIB,” kata Zain.
    Keduanya mengaku telah mengeksekusi MR di pinggir Jalan Asia Afrika, kawasan PIK 2, Kelurahan Tanjung Burung, Teluknaga, Kabupaten Tangerang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gunung Semeru Lumajang Erupsi Setinggi 900 Meter Jumat Petang

    Gunung Semeru Lumajang Erupsi Setinggi 900 Meter Jumat Petang

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali mengalami erupsi, Jumat (25/4/2025).

    Pos Pantau Gunung Api (PPGA) Semeru melaporkan, erupsi setinggi 900 meter itu terjadi pada pukul 17.41 WIB.

    Kolom abu dilaporkan teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara. Erupsi tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter berdurasi 152 detik.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pukul 17.41 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 900 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter berdurasi 152 detik,” terang Sigit Rian Alfian dalam keterangan tertulis.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Yudhi Cahyono menjelaskan, belum ada laporan dampak erupsi yang diterima.

    Meski begitu, warga bermukim, utamanya penambang pasir diimbau untuk tidak melakukan aktivitas hingga sejauh delapan kilometer dari puncak Gunung Semeru. Jarak aktivitas masih dibatasi di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan.

    “Ini untuk dampak sementara belum ada laporan, tapi tetap harus waspada dan siaga untuk warga di lereng gunung, utamanya penambang. Ini Gunung Semeru masih bersifat fluktuatif,” katanya, Jumat (25/4/2025) sore.

    Status Gunung Semeru diakui masih berada di level II (waspada), sehingga masyarakat tetap direkomendasikan untuk membatasi jarak aktivitas dengan menjauhi daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu di Gunung Semeru saat cuaca sedang buruk.

    Jarak rekomendasi bertujuan untuk upaya antisipasi dan mewaspadai potensi munculnya awan panas dan guguran lava. Selain itu juga dikhawatirkan bisa terdampak banjir lahar dingin yang bisa muncul saat terjadi hujan di sekitaran lereng.

    “Ini untuk aktivitas dari puncak dibatasi sejauh delapan kilometer, di luar itu sepanjang 500 meter dari tepi sungai Besuk Kobokan juga harus dijauhi. Utamanya saat hujan dan cuaca buruk. Ini untuk potensi bisa terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar sampai jarak 13 kilometer dari puncak,” ungkap Yudhi Cahyono. (has/ted)

  • Seorang Pria Dilaporkan Hilang Setelah Nyungsep di Sungai Bondoyudo Lumajang

    Seorang Pria Dilaporkan Hilang Setelah Nyungsep di Sungai Bondoyudo Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Insiden kecelakaan tunggal terjadi di jalan nasional Lumajang – Jember, Jumat (25/4/2025). Diduga mengantuk, seorang pengendara sepeda motor dilaporkan nyungsep dan hilang di sungai Bondoyudo, Desa Sukosari, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

    Semula, korban yang mengendarai sepeda motor Vega RR dengan Nopol P 3928 KV diketahui berjalan dari arah Barat (Lumajang) menuju Timur (Jember).

    Secara tiba-tiba korban justru berbelok ke arah kanan dan langsung tercebur ke sungai Bondoyudo bersama dengan sepeda motor yang dikendarainya.

    Saksi mata Jumari mengatakan, setelah melihat korban terjatuh ke sungai, dia langsung mendekat untuk memberi pertolongan. Sayangnya, setelah tiba di tempat pengendara itu terjatuh, tubuh korban tidak ditemukan dan hanya menemukan sepeda motor korban.

    “Awalnya saya lihat ada seorang pria yang bawa sepeda motor sendirian, tau-tau dia oleng ke kanan dan jatuh ke sungai, belum sampai lima menit sudah saya dekatin dan mau bantu, cuma udah nggak ada orangnya,” terangnya di lokasi kejadian.

    Saat kejadian, kondisi lalu lintas diakui sangat lenggang dari kendaraan, sehingga korban dipastikan mengalami kecelakaan tunggal hingga akhirnya tercebur ke sungai.

    “Ini sepi nggak ada kendaraan waktu kejadian, laka tunggal ini, entah dia (korban) sakit atau gimana gatau juga. Tapi dia ini langsung belok ke kanan, jalannya gak oleng dan langsung belok kanan aja,” tambah Jumari.

    Anggota Kanit Laka Satlantas Polres Lumajang Aipda Arie Dwi Handoko menjelaskan, korban diduga berkendara dalam keadaan mengantuk sebelum oleng ke kanan dan tercebur ke sungai Bondoyudo.

    Identitas korban belum diketahui karena proses pencarian masih dilakukan. Sementara, baru diakui kendaraan milik korban berasal dari Dusun Gayam, Desa Rambigudang, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

    “Secara kronologi pengendara ini berjalan dari arah barat ke timur, di tengah perjalanan oleng ke kanan dan tercebur ke sungai yang ada di seberang jalan diduga itu mungkin mengantuk. Identitas korban sementara belum diketahui, sementara kendaraannya dari Dusun Gayam dan masih kita koordinasikan apa benar korban berasal dari sana,” ungkap Arie.

    Pantauan Beritajatim.com di lokasi kejadian, proses pencarian korban dilakukan dengan mengerahkan dua perahu karet milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang. Sampai pukul 15.30 WIB keberadaan korban belum ditemukan petugas. (has/ted)

  • Hari Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Karanganyar Siapkan Mitigasi Sejak Dini Bagi Kelompok Rentan

    Hari Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Karanganyar Siapkan Mitigasi Sejak Dini Bagi Kelompok Rentan

    TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar menyiapkan mitigasi sejak dini bagi kelompok rentan.

    Bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2025, para siswa sekolah dasar yang termasuk kelompok rentan dilatih dan diedukasi mengenai mitigasi bencana di Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Karanganyar pada Jumat (26/4/2025).

    Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan simulasi mitigasi ketika terjadi gempa.

    Ada sekitar 450 peserta terdiri dari siswa SD di dua sekolahan, fasilitator bencana serta para relawan. 

    HKB kali ini mengambil tema siap untuk selamat dengan penanggulanhan bencana sejak dini.

    “Anak-anak diedukasi untuk melakukan evakuasi mandiri ketika terjadi gempa,” kata Kalakhar BPBD Karanganyar, Hendro Prayitno saat dihubungi Tribunjateng.com.

    Dalam kesempatan tersebut, Bupati dan Wakil Bupati Karanganyar, Rober Christanto dan Adhe Eliana turut serta dalam simulasi dan mengarahkan anak-anak untuk segera melakukan evakuasi mandiri keluar gedung sembari melindungi bagian kepala.

    Hendro menyampaikan, ada 40 fasilitator yang juga dilibatkan dalam acara tersebut.

    Mereka merupakan guru SD yang tersebar di 17 kecamatan wilayah Kabupaten Karanganyar.

    Dia menuturkan, para guru yang telah dibekali mengenai mitigasi tersebut nantinya juga akan mengedukasi para siswa di masing-masing sekolah terkait kebencanaan.

    Pihaknya akan menggandeng relawan di masing-masing wilayah serta pihak lain untuk turut mengedukasi para siswa SD mengenai kebencanaan.

    “Kita nanti akan kembangkan ke sekolah lain. Ada sekitar 450 sekolahan SD di Karanganyar,” terangnya.

    Menurutnya kegaitan semacam ini sebagai upaya membentuk budaya tanggap bencana di kalangan generasi muda dan kelompok rentan.

    Bupati Karanganyar, Rober Christanto mengapresiasi kegiatan tersebut.

    Menurutnya, edukasi tentang penanggulangan bencana harus ditanamkan sejak usia dini agar anak-anak memiliki kesiapan mental dan pengetahuan yang cukup dalam menghadapi situasi darurat.

    “Hari ini merupakan momentum luar biasa. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan edukasi dan menyelenggarakan simulasi kesiapsiagaan bencana untuk anak-anak kita. Ini adalah wujud nyata dedikasi dan pengabdian dalam membangun budaya sadar bencana di Kabupaten Karanganyar,” ungkapnya. (Ais)