Kementrian Lembaga: BPBD

  • Rumah Warga di Lawang Malang Roboh Karena Lapuk, Prapto Selamat

    Rumah Warga di Lawang Malang Roboh Karena Lapuk, Prapto Selamat

    Malang (beritajatim.com) – Malam itu, langit Lawang mulai menggelap saat suara keras mengagetkan warga Gang Pisang Renggo Selatan, Kelurahan Kalirejo, Kabupaten Malang.

    Sebuah rumah sederhana milik Prapto (61) mendadak roboh sekitar pukul 21.20 WIB, Senin (26/5/2025). Bangunan tua itu ambruk akibat lapuk dimakan usia—dan hampir saja merenggut nyawa penghuninya.

    “Saya lagi duduk di dalam, tiba-tiba atapnya runtuh, saya sempat tertimpa di bagian punggung,” tutur Prapto dengan suara pelan, ditemui tim kesehatan kelurahan yang langsung datang memberi pertolongan.

    Meski sempat tertimpa puing, Prapto hanya mengalami luka lecet ringan di bagian punggung dan kini telah mendapatkan perawatan dari tim medis setempat. Rasa syukur terpancar dari raut wajahnya, karena di balik kejadian itu, nyawanya masih terselamatkan.

    Respons Cepat dari Warga dan Pemerintah

    Keesokan paginya, suasana di lokasi kejadian berubah menjadi ajang gotong royong. Sejak pukul 07.30 WIB, pihak kelurahan, TNI, Polri, BPBD, hingga warga setempat bahu-membahu membersihkan puing-puing rumah yang roboh. Lurah Kalirejo, Sivtia Rahmawati Pamungkas, turut hadir memantau langsung proses evakuasi.

    Menurut Kasihumas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, kerja bakti ini menjadi wujud solidaritas masyarakat dalam menghadapi musibah.

    “Kerja bakti dilakukan bersama warga, perangkat kelurahan, TNI, Polri, dan BPBD untuk membantu membersihkan puing-puing dan memperbaiki rumah korban,” jelasnya pada Selasa (27/5/2025).

    Selain itu, personel Koramil Lawang, Linmas, dan puluhan warga lainnya tampak sigap membantu mengevakuasi sisa bangunan yang lapuk.

    Tidak Ada Korban Jiwa, Kerugian Capai Rp5 Juta

    Meski rumah roboh dan mengalami kerusakan parah, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Kerugian material ditaksir mencapai Rp 5 juta.

    AKP Bambang pun mengingatkan masyarakat agar lebih waspada, terutama yang tinggal di rumah dengan struktur bangunan lama.

    “Kami imbau masyarakat yang tinggal di rumah tua agar rutin mengecek kondisi bangunan demi keselamatan bersama,” tegasnya.

    Pentingnya Antisipasi terhadap Bangunan Tua

    Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa pemeliharaan rumah, terutama yang telah berusia puluhan tahun, sangat krusial untuk mencegah insiden serupa. Pemerintah Kelurahan Kalirejo juga berkomitmen memberikan pendampingan kepada Prapto dalam proses pemulihan tempat tinggalnya.(yog/ted)

  • Kampung Mandar Salah Satu Lokasi Banjir Rob di Banyuwangi, Berikut Upaya Penanganan BPBD

    Kampung Mandar Salah Satu Lokasi Banjir Rob di Banyuwangi, Berikut Upaya Penanganan BPBD

    Banyuwangi (beritajati.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi tengah mengupayakan solusi jangka pendek untuk mengatasi banjir rob yang melanda wilayah Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi.

    Diketahui Banjir yang mulai terjadi sejak Senin (26/5) ini telah menggenangi sekitar dua rukun tetangga (RT) dan berlangsung beberapa jam dalam sehari, terutama saat air yang berada di pinggir plengsengan pasang.

    Pada hari kedua kejadian, banjir rob mulai masuk ke rumah warga dengan ketinggian air mencapai sekitar 40 sentimeter. Air laut masuk melalui saluran gorong-gorong di pinggir jalan plengsengan sejak pukul 07.00 WIB dan bertahan hingga tiga jam sebelum surut.

    Kepala Pelaksana BPBD Banyuwangi, Danang Hartanto, mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang tengah dipertimbangkan adalah pemasangan klep buka-tutup di ujung saluran gorong-gorong.

    “Kami sudah cek ke lokasi untuk antisipasi agar ke depan banjir rob ini tidak berulang. Kami akan berkoordinasi dengan Dinas PU Pengairan dan kami akan usulkan untuk pemasangan klep,” kata Danang.

    Di wilayah Kampung Mandar terdapat empat titik gorong-gorong pembuangan yang langsung terhubung ke laut. Menurut Danang, karena jumlah titik pembuangan tidak terlalu banyak, anggaran yang dibutuhkan untuk pemasangan klep buka-tutup juga tidak akan terlalu besar. Namun, pemasangan sistem ini perlu mempertimbangkan beberapa aspek teknis.

    Ia menambahkan, sistem klep ini harus dikombinasikan dengan pompa air, terutama saat terjadi pasang laut yang berbarengan dengan hujan deras. Hal ini bertujuan agar air hujan tidak terjebak di dalam lingkungan padat penduduk tersebut.

    “Tentu kami akan lakukan analisa lagi di beberapa hal agar solusi yang ada bisa optimal,” pungkas Danang. [tar/ian]

  • Banjir Parah di Berau, Ketinggian Air 5 Meter, Rumah Hanyut Dibawa Banjir
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        27 Mei 2025

    Banjir Parah di Berau, Ketinggian Air 5 Meter, Rumah Hanyut Dibawa Banjir Regional 27 Mei 2025

    Banjir Parah di Berau, Ketinggian Air 5 Meter, Rumah Hanyut Dibawa Banjir
    Tim Redaksi
    BERAU, KOMPAS.com

    Banjir bandang
    dengan ketinggian air mencapai 5 meter merendam sejumlah kampung di Kecamatan Segah, Kabupaten
    Berau
    , Kalimantan Timur, sejak Selasa dini hari (27/5/2025).
    Dua kampung terdampak paling parah adalah Kampung Long La’ai dan Kampung Long Ayap, yang kini terisolasi total akibat akses darat dan sungai yang tidak dapat dilalui.
    “Data sementara banjir di wilayah Kecamatan Segah, terutama di Long La’ai dan Long Ayap, sangat parah,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik
    BPBD Berau
    , Nofian Hidayat, kepada Kompas.com.
    Kampung Long La’ai:
    Ketinggian air 5 meter
    Warga terdampak: 640 jiwa (212 KK)
    Fasilitas rusak atau hanyut:
    “Dua rumah sempat terlihat terbawa arus banjir besar dan menabrak rumah di sampingnya,” ungkap Nofian.
    Kampung Long Ayap:
    Ketinggian air 5 meter
    Warga terdampak: 237 jiwa (76 KK di 2 RT)
    Fasilitas rusak:
    Kampung Long Ayan
    Ketinggian air 5 meter
    Warga terdampak: 260 jiwa
    “Akses jalan belum bisa ditempuh karena air tinggi, dan sungai juga tidak bisa dilalui karena arus deras dan banyak batang kayu,” kata Nofian.
    BPBD Berau mengerahkan tiga tim tanggap darurat:
    Tim I (27 Mei):
    Dipimpin Hendro dan Annes, fokus pada asesmen dan evakuasi menggunakan mobil dan perahu ketinting warga.
    Tim II
    : Membawa armada roda empat, rubber boat, dan mesin tempel untuk evakuasi orang dan barang.
    Tim III (28 Mei):
    Direncanakan untuk dropping logistik pangan dan kebutuhan dasar lainnya.
    “Stok logistik pangan kami hanya tinggal 30 paket tersedia di DPA,” ujar Nofian, mengungkap keterbatasan pasokan.
     
    BPBD dan pemerintah kampung telah mengirimkan surat permohonan bantuan ke Bupati Berau untuk mendapat bantuan berupa perahu karet, pangan dan sandang serta obat-obatan.
    Banjir ini disebabkan oleh cuaca ekstrem dan meningkatnya debit air Sungai Segah di wilayah hulu.
    BPBD Berau masih terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat distribusi bantuan dan penanganan darurat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Waspadai banjir rob di Jakarta Utara hingga 31 Mei 2025

    Waspadai banjir rob di Jakarta Utara hingga 31 Mei 2025

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat di pesisir Jakarta Utara mewaspadai banjir rob akibat fenomena “supermoon” pada 24 Mei-31 Mei 2025.

    “Waspada menghadapi fenomena supermoon dari mulai 24 sampai 31 Mei 2025,” ujar Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Kristian Gottam Marudut Sihombing di Jakarta, Selasa.

    BPBD DKI Jakarta juga mengimbau warga agar selalu menjaga lingkungan di sekitar agar sampah-sampah yang berada itu tidak tergenang dan menjadi sumber penyakit.

    Dia dalam “Dialog Tanggap Bencana Kentongan” mengatakan, fenomena alam “supermoon” akan berdampak sangat besar terhadap pasang surut air.

    “Supermoon” adalah saat bulan tampak lebih dekat dan besar dari biasanya. Biasanya terjadi saat bulan berada lebih tinggi dari bumi, menutupi permukaan bumi. Waktu terjadinya fenomena ini dalam setahun tak bisa diprediksi.

    Dampak utama “supermoon” adalah peningkatan ketinggian air laut yang dapat menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir.

    Banjir rob bisa mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan kerugian ekonomi serta korban jiwa bagi masyarakat di wilayah pesisir pantai.

    Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama pemerintah pusat saat ini berupaya untuk melakukan perbaikan infrastruktur di wilayah pesisir dan menanam mangrove di wilayah-wilayah pesisir untuk mengurangi dampak banjir rob.

    Pemprov DKI juga mengembangkan sistem peringatan dini bencana berbasis digital (Disaster Warning System/DWS) sebagai alat penyampai informasi kepada warga di daerah rawan banjir.

    “Saat ini Pemprov DKI Jakarta berusaha menambah jumlah DWS agar memang peringatan dini bisa lebih maksimal,” kata Kristian.

    Pemprov DKI Jakarta juga mengupayakan cara lain untuk melindungi warga, yakni melalui program pembangunan rumah apung. Dengan begitu, ketika terjadi banjir rob, rumah-rumah tidak terlalu tergenang tapi bisa mengikuti arah air.

    “Kami menyosialisasikan untuk pembangunan itu kepada masyarakat,” kata Kristian.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Banjir Bandang Terjang Berau,  Ketinggian Air Sampai Atap Rumah
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        27 Mei 2025

    Banjir Bandang Terjang Berau, Ketinggian Air Sampai Atap Rumah Regional 27 Mei 2025

    Banjir Bandang Terjang Berau, Ketinggian Air Sampai Atap Rumah
    Tim Redaksi
    BERAU, KOMPAS.com
    – Dua kampung di Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yakni Long Ayap dan Long Ayan, dilanda
    banjir bandang
    besar pada Selasa (27/5/2025).
    Banjir tersebut merupakan kiriman dari wilayah hulu akibat meningkatnya debit Sungai Segah setelah hujan deras.
    Kondisi paling parah dilaporkan terjadi di Kampung Long Ayap, dengan ketinggian air mencapai 5 meter dan arus yang sangat deras.
    Warga menyebut hampir seluruh bangunan penting hanyut terbawa banjir.
    “Poskesdes, SD, perumahan guru, aula adat, hingga gereja habis lenyap terbawa arus banjir,” kata Sri, warga Long Ayap.
    Banjir mulai melanda sejak Senin malam (26/5/2025) dan mencapai puncaknya keesokan harinya.
    Derasnya arus menyerang tiga kampung secara berurutan: Long Pay, Long Laai, dan terakhir Long Ayap.
    Di Kampung Long Ayan, banjir kiriman juga datang tiba-tiba dan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
    Kepala Kampung Long Ayan, Hardian, menyatakan air menggenangi hampir seluruh rumah warga di bantaran sungai.
    “Enggak pernah setinggi ini. Rata-rata rumah warga di pinggir sungai tenggelam semua,” ujarnya.
    “Kantor kepala kampung juga terendam, air masuk lebih dari satu meter,” tambahnya.
    Hardian menyebut banjir datang di luar prediksi, membuat evakuasi warga menjadi sulit karena arus deras dan minimnya perahu.
    “Kami kekurangan perahu untuk mengevakuasi. Semua akses hanya bisa lewat perahu,” jelasnya.
    Sebagian besar warga telah mengungsi ke dataran tinggi. Di Long Ayan, posko darurat didirikan di kawasan perbukitan, sementara warga lain menumpang di rumah kerabat.
    Sementara di Long Ayap, warga sangat membutuhkan bantuan logistik.
    “Kami butuh sembako, pakaian, dan makanan. Apa pun yang bisa segera dikirim,” kata Sri.
    Hingga berita ini ditulis,
    BPBD Berau
    masih belum bisa menjangkau kedua kampung terdampak. Menurut Hardian, petugas BPBD tertahan di kantor camat karena akses jalan terputus.
    “Mereka masih di kantor camat, katanya akses belum bisa tembus,” ujar Hardian.

    “Kami siap jemput mereka, kami tahu titik-titik yang bisa dilalui,” tambahnya.
    Warga dari kedua kampung berharap Pemerintah Kabupaten Berau segera mengirimkan bantuan dan melakukan koordinasi tanggap darurat secepatnya.
    Kondisi disebut semakin mengkhawatirkan, dan warga hanya bisa berharap air cepat surut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dua Tanggul di Lamongan Tergerus Akibat Debit Air Sungai Meningkat

    Dua Tanggul di Lamongan Tergerus Akibat Debit Air Sungai Meningkat

    Lamongan (beritajatim.com) – Dua tanggul di Kabupaten Lamongan mengalami kerusakan akibat debit air sungai yang meningkat drastis akibat tingginya curah hujan dalam beberapa waktu terakhir. Tanggul yang tergerus adalah tanggul Sungai Palangan di Desa Tambakploso, Kecamatan Turi, yang jebol sepanjang 2,5 meter, serta tanggul wedok Bengawan Solo di Desa Blumbang, Kecamatan Maduran.

    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Lamongan, Nurasan, menyampaikan bahwa tanggul Sungai Palangan jebol pada Selasa (27/5/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.

    “Tidak ada dampak signifikan terhadap pemukiman warga maupun lahan pertanian di sekitarnya, karena lahan pertanian telah selesai panen ikan dan baru akan melakukan penanaman padi,” ujar Nurasan.

    Dalam penanganan tanggul jebol, BPBD Lamongan menerjunkan personil dan alat berat ke lokasi serta membawa bantuan logistik berupa gedek guling, terpal, dan karung. Penanganan dilakukan bekerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), PU SDA Lamongan, warga, dan unsur terkait lainnya melalui kerja bakti memperbaiki tanggul.

    “Alhamdulillah penanganan sudah selesai dan sudah bisa dilalui warga,” tambahnya.

    Sementara itu, tanggul wedok Bengawan Solo mengalami longsor sepanjang kurang lebih 50 meter akibat tergerus air. Pihak BPBD telah mengirimkan bantuan logistik berupa gedek bambu dan karung pasir untuk perbaikan.

    “Upaya gotong-royong menutup tanggul wedok akan dilakukan apabila air sudah surut,” pungkas Nurasan. [fak/beq]

  • Tim SAR Temukan Satu ABK KM Sumber Wangi yang Tenggelam di Banyuwangi

    Tim SAR Temukan Satu ABK KM Sumber Wangi yang Tenggelam di Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Tim SAR gabungan berhasil menemukan satu orang Anak Buah Kapal (ABK) KM Sumber Wangi yang tenggelam di perairan Pantai Sembulungan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia terapung tak jauh dari titik lokasi kapal tenggelam, Selasa (27/5/2025).

    Koordinator Pos Basarnas Banyuwangi, Wahyu Setyabudi, menyatakan bahwa korban yang ditemukan bernama Pairin (50), asal Desa Bagorejo, Kecamatan Srono.

    “Alhamdulillah, satu orang berhasil kami temukan dan teridentifikasi bernama Pairin, ABK KM Sumber Wangi asal Desa Bagorejo, Kecamatan Srono,” ujar Wahyu, Selasa (27/5).

    Wahyu menjelaskan bahwa tubuh korban ditemukan terapung di perairan dekat lokasi tenggelamnya KM Sumber Wangi, tepatnya di Pantai Sembulungan sekitar pukul 10.30 WIB.

    “Korban ditemukan di titik lokasi tenggelamnya kapal. Kami langsung melakukan proses evakuasi pada pukul 11.30 WIB menggunakan perahu karet,” tambahnya.

    Dengan ditemukannya Pairin, masih tersisa satu ABK KM Sumber Wangi yang belum ditemukan hingga saat ini, yaitu Harry (54), asal Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar. Pencarian masih terus dilakukan oleh seluruh unsur SAR yang terdiri dari Pos Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, dan nelayan setempat.

    Diketahui, KM Sumber Wangi tenggelam setelah diterpa ombak besar di Pantai Sembulungan saat kapal dalam perjalanan pulang dari melaut di Perairan Senggrong. Kapal yang bermesin gardan itu membawa 29 ABK dan hendak bersandar di Pelabuhan Muncar saat insiden terjadi. [alr/beq]

  • Lapor Mbak Wali 112 Resmi Diluncurkan, Warga Kediri Kini Bisa Lapor Darurat 24 Jam Nonstop

    Lapor Mbak Wali 112 Resmi Diluncurkan, Warga Kediri Kini Bisa Lapor Darurat 24 Jam Nonstop

    Kediri (beritajatim.com) – Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati memimpin Apel Siaga Lapor Mbak Wali 112 pada Selasa (27/5/2025), sekaligus menandai peluncuran resmi Program Lapor Mbak Wali 112.

    Dalam apel tersebut, Vinanda yang akrab disapa Mbak Wali menyematkan pin kepada petugas 112 sebagai tanda simbolis pelepasan tugas. Petugas yang hadir antara lain dari Damkar, Satpol PP, Dishub, BPBD, Dinas Kesehatan, dan operator Call Center 112.

    Program ini merupakan wujud nyata komitmen Mbak Wali Vinanda dan Wakil Wali Kota Qowimuddin dalam membangun pelayanan publik yang responsif, cepat, dan mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat. Selaras dengan visi misi MAPAN (Maju, Agamis, Produktif, Aman, dan Ngangeni) serta mendukung Sapta Cita kelima, yaitu Smart Living.

    “Alhamdulillah pagi ini kita bisa berkumpul untuk memulai langkah baru dalam perjalanan pelayanan publik di Kota Kediri. Kita resmi meluncurkan program Lapor Mbak Wali 112. Sebuah layanan pengaduan masyarakat yang aktif 24 jam penuh, responsif, dan terintegritas,” ujar Mbak Wali dalam pidatonya.

    Masyarakat dapat menggunakan layanan ini secara gratis, bahkan saat ponsel dalam kondisi terkunci. Selain melalui panggilan telepon ke 112, pengaduan juga dapat disampaikan lewat media sosial Instagram resmi @lapormbakwali112.

    Layanan ini memungkinkan pelaporan beragam masalah, mulai dari kebakaran, kecelakaan, gangguan keamanan, kondisi medis darurat, hingga persoalan non-darurat seperti sampah menumpuk, fasilitas umum rusak, saluran air terganggu, pohon tumbang, dan keluhan sosial lainnya.

    Warga hanya perlu menghubungi 112, dan operator akan segera merespons laporan yang masuk. Layanan ini hadir sebagai bentuk penyederhanaan dan integrasi lintas sektor dalam satu sistem terpadu.

    Wali Kota Vinanda menekankan bahwa call center 112 bukan sekadar nomor darurat, melainkan jembatan harapan antara masyarakat dan pemerintah.

    “Lebih dari itu, Lapor Mbak Wali 112 juga hadir sebagai simbol sinergi lintas sektor. Menyatukan berbagai layanan call center dari berbagai instansi ke dalam satu pintu, satu nomor, dan satu sistem terpadu,” ungkapnya.

    Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menggunakan layanan ini secara bijak dan tidak main-main. Efektivitas layanan sangat bergantung pada kerja sama tim, komando, dan koordinasi yang baik antarpersonel lapangan dan petugas call center.

    “Satu laporan bisa menyelamatkan banyak warga. Satu tindakan kecil dapat membawa perubahan besar. Serta satu respon cepat dapat menumbuhkan kepercayaan yang langgeng,” tegasnya.

    Untuk petugas, ia berpesan agar tetap melayani dengan hati, melaporkan dengan transparan, dan menjunjung tinggi kerja sama lintas OPD.

    “Perlu diingat Lapor Mbak Wali 112 bukan hanya sekedar sistem tetapi wajah pelayanan kita kepada masyarakat. Mari kita jalankan amanah ini dengan semangat dan ketulusan,” ujar Mbak Wali.

    Peluncuran ini turut dihadiri Wakil Wali Kota Kediri Qowimuddin, Sekretaris Daerah Bagus Alit, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji, serta sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. [nm/beq]

  • BNPB : Ratusan Warga Terdampak Bencana Angin Kencang di Situbondo

    BNPB : Ratusan Warga Terdampak Bencana Angin Kencang di Situbondo

    Jakarta (beritajatim.com) – Musim pancaroba dan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini menyebabkan berbagai bencana di sejumlah wilayah Indonesia. Diantaranya terjadi di Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, ketika hujan lebat disertai angin kencang melanda wilayah tersebut pada Senin (26/5/2025).

    “Cuaca ekstrem ini mengakibatkan kerusakan 17 rumah rusak ringan, sembilan rumah rusak sedang dan satu rumah rusak berat di Desa Mlandingan Kulon, Kecamatan Mlandingan, dan berdampak pada 27 Kepala Keluarga (KK)/111 jiwa terdampak,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, Selasa (27/5/2025).

    Sebagai bentuk respon cepat, lanjutnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pihak terkait segera melakukan peninjauan serta penanganan awal di lokasi kejadian. Koordinasi lintas sektor dijalankan untuk memastikan seluruh proses penanganan berjalan dengan baik, termasuk pemberian imbauan agar warga tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi.

    Tidak berhenti sampai di situ, masih menurut Muhari, BPBD juga telah menyiapkan langkah lanjutan, termasuk rencana pelaksanaan Jitupasna (Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana) serta distribusi bantuan logistik bagi warga terdampak sebagai bagian dari upaya pemulihan awal.

    “Sebagai langkah antisipatif menghadapi peningkatan risiko bencana akibat cuaca ekstrem, BNPB mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi perkembangan cuaca,” kata Muhari. [kun]

  • Desa Jabontegal Ditetapkan sebagai Destana ke-24 di Mojokerto, Upaya Perkuat Kesiapsiagaan Bencana

    Desa Jabontegal Ditetapkan sebagai Destana ke-24 di Mojokerto, Upaya Perkuat Kesiapsiagaan Bencana

    Mojokerto (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) di wilayah-wilayah yang rawan terdampak bencana alam.

    Terbaru, Desa Jabontegal yang berada di Kecamatan Pungging resmi ditetapkan sebagai Destana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto. Dengan penetapan ini, jumlah desa yang berstatus Destana di Kabupaten Mojokerto bertambah menjadi 24 desa.

    Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo Djati, menyatakan bahwa penetapan Desa Jabontegal sebagai Destana merupakan bagian dari strategi mitigasi bencana. Hal ini penting, mengingat desa tersebut tergolong rawan terhadap bencana hidrometeorologi.

    “Seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang saat musim hujan tiba. Tiap desa yang kita petakan rawan dan menjadi langganan bencana, kita targetkan dijadikan Destana,” ujarnya, Selasa (27/5/2025).

    Program Destana bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana yang ada di wilayah masing-masing. Dalam program ini, masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai korban, tetapi menjadi bagian aktif dari proses pencegahan, penanganan, hingga pemulihan pascabencana.

    “Destana ini penting untuk meminimalkan dampak bencana. Semua lini masyarakat dilibatkan, mulai dari perangkat desa, babinsa, bhabinkamtibmas, tenaga kesehatan, hingga warga,” katanya.

    Pembentukan Destana di Kabupaten Mojokerto merujuk pada amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.

    Berdasarkan pemetaan BPBD, dari total 304 desa dan kelurahan yang ada, sebanyak 213 desa dikategorikan rawan bencana. Oleh karena itu, pembentukan Destana menjadi langkah strategis untuk memperkuat kesiapsiagaan dan respons cepat masyarakat terhadap potensi bencana.

    Dengan adanya Destana, masyarakat dibekali pelatihan, peningkatan kapasitas kelembagaan lokal, hingga pengelolaan sumber daya dan kearifan lokal. Melalui pendekatan ini, warga diharapkan mampu berperan aktif dalam mengidentifikasi risiko, mengelola potensi bencana, serta melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan.

    “Serta pengelolaan sumber daya dan kearifan lokal. Melalui Destana, diharapkan warga akan lebih aktif mengkaji, menganalisis, menangani, memantau hingga mengevaluasi risiko bencana di lingkungannya,” pungkasnya. [tin/suf]