Kementrian Lembaga: BNPB

  • Banjir Bekasi Masih Parah, Pramono Akan Beri Bantuan, Ada Beras hingga Kirim Petugas PPSU – Halaman all

    Banjir Bekasi Masih Parah, Pramono Akan Beri Bantuan, Ada Beras hingga Kirim Petugas PPSU – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gubernur Jakarta Pramono Anung memutuskan akan memberikan bantuan kepada Bekasi yang kini masih mengalami bencana banjir yang cukup serius.

    Hal ini diungkapkan Pramono setelah melakukan peninjauan banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya menggunakan helikopter milik Polri pada Kamis (6/3/2025).

    Dari pantauan udara, Pramono melihat banjir di Bekasi masih parah. 

    Terutama di wilayah Babelan yang sebagian besar rumah warganya masih terendam banjir.

    Oleh karena itu Pramono memutuskan agar Pemerintah Jakarta memberikan bantuan ke Bekasi.

    “Dari tinjauan tadi malah Bekasi sampai hari masih serius ya. Di Babelan tadi hampir semua rumah-rumah penduduk masih terkendala banjir yang serius.”

    “Maka Pemerintah Jakarta dari kemarin sebenarnya sudah memutuskan untuk memberikan bantuan ke Bekasi,” kata Pramono dilansir Kompas TV, Kamis (6/3/2025).

    Bantuan yang diberikan ke Bekasi berupa barang-barang yang dibutuhkan di lapangan.

    Di antaranya adalah bantuan berupa Mobil Damkar, toilet, dam mobil pengangkut sampah.

    Tak hanya itu Pemprov Jakarta juga akan mengirimkan Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum atau PPSU ke Bekasi.

    Petugas PPSU yang berjumlah 200 orang ini dikirim ke Bekasi untuk membantu kerja bakti disana.

    “Bantuannya berupa tentunya hal-hal yang dibutuhkan di lapangan. Mobil Damkar, kemudian toilet, mobil pengangkut sampah.”

    “Dan kami juga sudah mengirimkan pasukan PPSU ke Bekasi untuk membantu kerja bakti yang diadakan dan juga membantu untuk di lapangannya. Jumlahnya lebih dari 200 orang,” terang Pramono.

    Bantuan berupa beras dan lauk pauk juga akan dikirimkan ke Bekasi untuk memenuhi kebutuhan para korban banjir di Bekasi.

    “Kemudian kami juga memberikan bantuan beras dan lauk pauk kepada Bekasi.”

    “Karena memang semua orang pasti tidak menginginkan adanya banjir atau bencana ini,” pungkasnya.

    Tekan Risiko Banjir di Jabodetabek, BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Selama 24 Jam

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

    Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa OMC telah dilakukan sejak 5 Maret dan direncanakan berlangsung hingga 8 Maret 2025 atau menyesuaikan dengan update prediksi cuaca terbaru.

    Operasi ini berfokus pada pengurangan curah hujan di daerah tangkapan air Sungai Ciliwung dan Cisadane, mulai dari Bogor sebagai hulu hingga Jakarta dan Bekasi sebagai hilir.

    “Awan-awan yang berpotensi membawa hujan deras dihujankan lebih awal di atas laut sebelum mencapai daratan. Sementara itu, awan yang berkembang di daratan disemai agar pertumbuhannya terganggu sehingga curah hujannya berkurang,” kata Tri Handoko Seto, dikutip dari Siaran Pers BMKG, Kamis (6/3/2025).

    Menurut Seto, berkaca dari pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa OMC mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-60 persen pada awan hujan yang cukup masif.

    “Dengan demikian, diharapkan risiko banjir di wilayah terdampak dapat ditekan.” jelas Seto.

    OMC kali ini dikendalikan dari Pos Komando di Lanud Halim Perdanakusuma dan dilakukan oleh BMKG dan BNPB bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara.

    Selain itu, pada hari ini, Kamis (6/3/2025) juga digelar rapat persiapan untuk pelaksanaan OMC tambahan yang didanai oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, dalam operasi ini, BMKG tidak hanya menyediakan data cuaca, tetapi juga merancang strategi operasi, menentukan lokasi penyemaian, serta memantau kondisi atmosfer secara real-time untuk memastikan efektivitas intervensi cuaca.

    BMKG menurunkan tim dengan kekuatan penuh yang bekerja selama 24 jam guna mendukung kelancaran operasi ini.

    “Operasi Modifikasi Cuaca bukan sekadar menyemai garam ke langit, tetapi memerlukan pemodelan atmosfer yang tepat agar intervensi yang dilakukan benar-benar efektif. BMKG memastikan bahwa setiap rekomendasi yang diberikan berbasis pada data meteorologi terbaru dan perhitungan ilmiah yang terukur,” ujar Dwikorita.

    “Setiap intervensi dalam OMC harus berbasis pada data yang presisi. Jika tidak, upaya ini bisa sia-sia atau justru memperburuk kondisi cuaca di wilayah lain. Itulah mengapa BMKG menurunkan tim khusus yang bekerja selama 24 jam untuk memastikan setiap langkah dalam operasi ini didasarkan pada analisis ilmiah yang mendalam,” sambungnya.

    Adapun keberhasilan OMC tidak hanya bergantung pada pelaksanaannya di lapangan, tetapi juga pada koordinasi antar-lembaga yang solid dan transparan.

    BMKG juga mengajak masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan secara aktif mengakses informasi cuaca melalui website BMKG, aplikasi InfoBMKG, media sosial resmi BMKG, serta layanan SMS peringatan dini.

    “Dengan koordinasi yang baik antar-lembaga dan kesiapsiagaan masyarakat, dampak dari bencana hidrometeorologi dapat ditekan semaksimal mungkin,” paparnya.

    (Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/ Lanny Latifah)

    Baca berita lainnya terkait Banjir di Jabodetabek.

  • Cucun Pastikan Tak Ada Ego Sektoral dalam Tangani Banjir Jabodetabek

    Cucun Pastikan Tak Ada Ego Sektoral dalam Tangani Banjir Jabodetabek

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Ketua DPR Cucun Ahmad Syamsurijal memastikan tidak ada lagi ego sektoral antara pemerintah daerah dalam menangani banjir Jabodetabek. Menurut Cucun, pemerintah daerah di wilayah itu dan juga pemerintah pusat, harus bekerja kolaboratif menangani banjir.

    Hal ini disampaikan Cucun setelah meninjau lokasi banjir di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis (6/3/2025). Dalam kegiatan tersebut, Cucun ditemani oleh anggota Komisi III DPR dari daerah pemilihan Jakarta Timur Hasbiallah Ilyas dan Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian.

    “Semua sektor akan berkolaborasi, dari semua komponen masyarakat juga pemerintah. Pemerintah juga tidak ada ego sektoral. Semua pemerintah adalah pelayan bagi masyarakat. Kita memastikan itu, sekarang tidak ada ego sektoral,” ujar Cucun.

    Cucun menegaskan, banjir merupakan masalah bersama yang perlu diurus secara kolaboratif. Apalagi, kata dia, terdapat nilai-nilai kemanusiaan dalam penanganannya khususnya bagi masyarakat terdampak banjir Jabodetabek.  

    “Ketika ada bencana semua benar-benar harus turun. Kemanusiaan lebih penting ketimbang tadi,” tandas dia.

    Cucun juga mengatakan, dirinya meninjau lokasi banjir Jabodetabek untuk memastikan negara hadir ketika masyarakat sedang dalam bencana. Kehadiran negara, kata dia, bisa dilihat dari perangkat-perangkat yang turun langsung seperti BNPT dan Kementerian Sosial untuk melayani kebutuhan warga-warga yang terdampak banjir.

    “Memastikan bahwa kehadiran negara, kehadiran perangkat negara seperti BNPB, Kemensos, yang ditugaskan untuk melakukan tanggap darurat ketika ada bencana, ketika ada insiden seperti banjir, yang ini siklusnya cukup luar biasa ya. Ini sudah diprediksi ketika bencana Sukabumi waktu itu,” ungkap dia terkait banjir Jabodetabek.

    Selain itu, Cucun mengatakan pihaknya juga menyerahkan bantuan kepada warga terdampak banjir di Kampung Melayu Jakarta.

    “Kemudian, family kit yang sudah disiapkan, berapa stok yang ada. Nah, ini yang harus kita pastikan. Apakah anggarannya masih tersedia atau tidak. Kita harus cek semua itu, termasuk paket yang diberikan dari kami, dari BNPB, dari DPR. Mungkin tidak selamanya juga, paling hanya untuk satu hari atau dua hari,” pungkas Cucun terkait bantuan untuk korban banjir Jabodetabek.

  • Pimpinan DPR RI tinjau pengungsian korban banjir di Kampung Melayu

    Pimpinan DPR RI tinjau pengungsian korban banjir di Kampung Melayu

    Utamakan operasi penyelamatan masyarakat

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua DPR RI Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Cucun Ahmad Syamsurijal meninjau lokasi pengungsian korban banjir di Kantor Lurah Kampung Melayu, Jakarta Timur.

    Cucun tiba di lokasi pukul 12.15 WIB disambut Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian dan jajaran kelurahan Kampung Melayu.

    “Ini yang kemarin crowded (penuh sesak) ya,” kata Cucun saat tiba di lokasi, Kamis.

    Cucun langsung menuju ke lantai dua menemui perwakilan warga terdampak banjir di Kampung Melayu yang disebabkan karena luapan sungai Ciliwung.

    “Bagaimana baik? Aman ya?” kata Cucun.

    “Alhamdulillah pak,” jawab warga.

    Sebelumnya, Cucun Ahmad Syamsurijal meminta pemerintah, khususnya pemerintah daerah (pemda) untuk sigap membantu masyarakat yang terdampak banjir di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

    “Utamakan operasi penyelamatan masyarakat. Pemda harus tanggap dan sigap membantu warganya yang terdampak banjir,” kata Cucun dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (5/3).

    Cucun juga meminta semua pemerintah daerah yang warganya terdampak banjir agar menyiapkan posko-posko pengungsian yang layak, termasuk fasilitas bagi anak, ibu hamil atau menyusui, dan warga berusia lanjut (lansia).

    Berikutnya, dia juga meminta agar petugas gabungan memastikan evakuasi terus dilakukan secara menyeluruh. Menurut dia, keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas dalam penanganan banjir itu.

    Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan lokasi-lokasi yang terkena banjir dipastikan telah surut dan warga mulai membersihkan sisa material banjir.

    “Seluruh daerah sudah tidak lagi tergenang,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta Mohamad Yohan saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

    Banjir yang melanda sebagian wilayah Jakarta pada Senin (3/3) dini hari dipastikan telah surut pada Rabu (5/3) malam sekitar pukul 23.00 WIB.

    Saat ini, kata Yohan, warga yang rumahnya terendam banjir sudah mulai membersihkan material yang terbawa arus banjir.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Update Banjir Bekasi: Daftar Wilayah Terdampak dan Penanganan di Kota/Kabupaten Bekasi – Halaman all

    Update Banjir Bekasi: Daftar Wilayah Terdampak dan Penanganan di Kota/Kabupaten Bekasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Berikut ini update bencana banjir di Kabupaten dan Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (6/3/2025) pada pukul 12.00 WIB

    Untuk diketahui, Bekasi dibagi menjadi dua kota/kabupaten, yaitu Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.

    Kabupaten Bekasi

    Ini merupakan hari pertama pasca BPBD Kabupaten Bekasi menetapkan status tanggap darurat pada Rabu kemarin. 

    Status tanggap darurat bencana untuk banjir, longsor, angin kencang hingga puting beliung.

    Penetapan status tanggap darurat diumumkan Ade Kuswara dalam rapat koordinasi Gedung BPBD Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu kemarin.

    “Kami mengimbau masyarakat tetap waspada dan mengikuti instruksi pihak berwenang,” kata Ade Kuswara, pada Rabu kemarin dalam keterangannya.

    Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Bekasi telah mengerahkan tim tanggap bencana dari BPBD dan berkoordinasi dengan instansi di tingkat provinsi dan nasional. Posko bantuan juga didirikan untuk memberikan bantuan darurat.

    Selama masa tanggap darurat, Pemerintah Kabupaten Bekasi telah mengerahkan tim tanggap bencana dari BPBD dan berkoordinasi dengan instansi di tingkat provinsi dan nasional.

    BPBD Kabupaten Bekasi mencatat sebanyak 61.648 jiwa terdampak banjir. 

    Puluhan ribu jiwa terdampak banjir tersebut tersebar di 16 kecamatan, antara lain Babelan, Sukawangi, Tambun Utara, Cibitung, Tambun Selatan, Cikarang Selatan, Serang Baru, dan Sukatani. Kecamatan lainnya, Cikarang Barat, Cikarang Utara, Kedungwaringin, Cikarang Timur, Bojongmangu, Cibarusah, Cikarang Pusat, dan Setu. 

    Hingga kini, terdapat 14 lokasi pengungsian untuk menampung warga terdampak banjir.

    Kota Bekasi

    Untuk di Kota Bekasi, dari 12 kecamatan, delapan di antaranya terdampak banjir yang terjadi pada Selasa (4/3/2025).

    Delapan kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Bekasi Barat. Kecamatan Jatiasih, Pondok Gede, Rawalumbu dan Kecamatan Bantargebang.

    Hal itu disampaikan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto saat rapat bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, Kamis (6/3/2025). 

    “Jadi dari 12 kecamatan, delapan kecamatan terdampak. Di antaranya adalah Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Selatan,” ujar Tri. 

    Banjir yang melanda Kota Bekasi diprediksi akan semakin parah setelah hujan lokal yang cukup tinggi terjadi sejak Senin (3/3/2025) pukul 10.00 WIB.

    Tri, seorang pejabat terkait, menyebutkan bahwa hujan juga terjadi di kawasan Puncak, yang turut mempengaruhi kondisi di wilayah Bekasi.

    “Kami terus memantau pergerakan air, termasuk melalui komunitas KP2C yang kami miliki,” ujar Tri.

    Menurut Tri, curah hujan yang terjadi pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2020, yang dapat memicu luapan air yang tidak terkendali.

     “Curah hujan kali ini luar biasa, lebih tinggi dari tahun 2020. Ini hujan yang terjadi dalam siklus lima tahunan. Sungai dan kali yang biasanya mampu mengendalikan banjir satu tahunan, kini tidak bisa menampung debit air yang lebih besar akibat pengaruh cuaca dan perubahan iklim, terutama pada Kali Bekasi,” jelasnya.

    Pemerintah Kota Bekasi berusaha mengurangi dampak banjir dengan membuka pintu air di Prisdo. Namun, kendala teknis menghambat proses ini.

    “Dari tiga pintu air yang ada, dua dalam kondisi normal, namun satu lainnya rusak. Selain itu, normalisasi di pintu air belum dilakukan, sehingga proses evakuasi menjadi lebih lambat,” tambah Tri.

  • Hujan Deras di Bogor, BNPB: Tujuh Jembatan Putus akibat Luapan Sungai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Maret 2025

    Hujan Deras di Bogor, BNPB: Tujuh Jembatan Putus akibat Luapan Sungai Megapolitan 6 Maret 2025

    Hujan Deras di Bogor, BNPB: Tujuh Jembatan Putus akibat Luapan Sungai
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (
    BNPB
    ) Suharyanto menyampaikan ada tujuh jembatan putus di wilayah Kabupaten Bogor sejak Minggu (2/3/2025).
    Adapun ketujuh jembatan itu putus imbas hujan deras dan luapan sungai di sejumlah titik di Kabupaten Bogor.
    Menurut Suharyanto, dari ketujuh jembatan itu rata-rata merupakan aset pemerintah daerah. Kendati demikian, kata Suharyanto, BNPB bakal ikut memperbaiki jembatan itu.
    “Kami sudah bagi tugas dengan Kabupaten Bogor. Ada jembatan yang putus bentangannya mencapai 25 meter,” ucap Suharyanto dalam kunjungan kerja ke Bekasi, Kamis (6/3/2025).
    Suharyanto berujar, sejak tiga hari lalu, dua jembatan di antaranya sudah berangsur ditangani oleh TNI AD dan Mabes TNI.
    “Sementara lima jembatan lainnya, secara swadaya sedang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Bogor,” ucap Suharyanto.
    Adapun biaya pembangunannya akan menggunakan mekanisme hibah rehabilitasi rekonstruksi yang diajukan oleh Pemkab Bogor.
    “Yang kemudian dilewatkan ke BNPB, lalu BNPB akan mengajukan kepada Kementerian Keuangan,” ucap dia.
    Di sisi lain, Suharyanto menyebutkan anggaran rehabilitasi jembatan dari Pemkab Bogor masih mencukupi karena masih ada sisa biaya tak terduga dari anggaran tahun lalu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Soal Banjir di Bekasi, Wali Kota: Ada 8 dari 12 Kecamatan Terdampak
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Maret 2025

    Soal Banjir di Bekasi, Wali Kota: Ada 8 dari 12 Kecamatan Terdampak Megapolitan 6 Maret 2025

    Soal Banjir di Bekasi, Wali Kota: Ada 8 dari 12 Kecamatan Terdampak
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, dari 12 kecamatan, delapan di antaranya terdampak banjir yang terjadi pada Selasa (4/3/2025).
    Hal itu disampaikan Tri saat rapat bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, Kamis (6/3/2025).
    “Jadi dari 12 kecamatan, delapan kecamatan terdampak. Di antaranya adalah Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Selatan,” ujar Tri.
    Tri mengemukakan, prediksi banjir akan melanda wilayah Kota Bekasi mulai dirasakan setelah melihat curah hujan lokal yang cukup tinggi sejak Senin (3/3/2025) pukul 10.00 WIB.
    “Dan kami pantau terus di Puncak juga mengalami hujan yang cukup tinggi. Dan terutama kami juga memiliki komunitas KP2C di mana komunitas ini memantau pergerakan air yang ada,” kata Tri.
    Menurut Tri, curah hujan yang terjadi pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2020, sehingga dapat menyebabkan luapan air yang tak terbendung.
    “Curah hujan luar biasa, lebih dari tahun 2020. Ini hujan lima tahunan. Sungai dan kali yang ada jika banjir satu tahunan cukup terkendali, tetapi pengaruh cuaca dan perubahan iklim ini sangat berpengaruh pada kapasitas kali, terutama Kali Bekasi,” ujar Tri.
    Pemerintah Kota Bekasi berupaya mengendalikan debit air dengan membuka pintu air di Prisdo. Namun, kendala teknis menghambat upaya tersebut.
    “Dari tiga bukaan yang ada, dua normal, satu rusak. Selain itu, normalisasi di pintu air belum dilakukan, sehingga memperlambat laju evakuasi,” jelas Tri.
    Sementara pada Selasa, pukul 04.00 WIB, tinggi muka air (TMA) di Cileungsi mencapai 800 sentimeter atau hampir delapan meter.
    Dengan begitu, kekuatan tanggul Bekasi yang hanya mampu menahan hingga enam meter menyebabkan air meluap ke delapan kecamatan.
    Pemerintah terus melakukan evaluasi dan koordinasi untuk mengatasi dampak banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kota Bekasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wali Kota Bekasi Dikritik karena Menginap di Hotel Saat Banjir, Pengamat: Pejabat Harus Sensitif
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Maret 2025

    Wali Kota Bekasi Dikritik karena Menginap di Hotel Saat Banjir, Pengamat: Pejabat Harus Sensitif Megapolitan 6 Maret 2025

    Wali Kota Bekasi Dikritik karena Menginap di Hotel Saat Banjir, Pengamat: Pejabat Harus Sensitif
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Keputusan
    Wali Kota Bekasi

    Tri Adhianto
    yang menginap di hotel saat wilayahnya dilanda banjir menuai kritik.
    Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, pejabat publik harus lebih sensitif terhadap perilaku mereka di media sosial.
    “Pejabat publik plus keluarga besarnya mesti sensitif dengan perilaku di media sosial,” ujar Adi saat dihubungi
    Kompas.com,
    Rabu (5/3/2025).
    Meskipun menginap di hotel untuk memudahkan koordinasi merupakan urusan pribadi, ucap Adi, hal tersebut tidak perlu dipublikasikan di media sosial.
    Adi menyatakan, video yang menunjukkan istri Tri Adhianto berada di hotel diunggah pada momen yang tidak tepat, terutama saat banyak titik di Kota Bekasi mengalami banjir parah.
    “Jangan semua hal di-
    upload
    karena di sinilah pentingnya memahami secara komprehensif berperilaku di media sosial,” tegasnya.
    Sebelumnya, video yang diunggah oleh akun TikTok @rakyatbekasi.com menunjukkan Tri beserta istri dan keluarganya sedang berada di sebuah hotel karena rumahnya kebanjiran.
    Tri Adhianto mengklarifikasi bahwa ia dan istrinya, Wiwiek Hargono, menginap di hotel berbintang di Bekasi pada Selasa (4/3/2025) hanya untuk tidur.
    “Hotel cuma sementara, buat tidur doang,” kata Tri saat diwawancara di Kantor BNPB Pondok Gede, Bekasi, Rabu (5/3/2025).
    Ia menjelaskan, keputusan untuk menginap di hotel diambil agar tidak terjebak banjir dan bisa meninjau lokasi banjir keesokan harinya.
    “Kalau saya kan melihatnya dari sisi waktu itu ingin berbuat yang terbaik untuk masyarakat. Kalau saya di dalam rumah kena banjir, enggak bisa keluar,” ungkapnya.
    Tri juga menegaskan bahwa ia tidak lama menginap di hotel. Pada Rabu (5/3/2025) dini hari, ia dan istrinya sudah mulai bekerja untuk menangani banjir di Kota Bekasi.
    “Istri saya saja jam 04.00 WIB sudah bantu-bantu masak buat makanan korban banjir. Jadi, saya enggak
    stay
    selamanya di hotel,” tuturnya.
    “Lalu, saya dan istri jam 06.00 WIB sudah meninggalkan hotel,” tambah politikus PDI Perjuangan itu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tinjau Korban Banjir di PGP Jatiasih, Menteri Ara Tampung Sejumlah Keluhan – Page 3

    Tinjau Korban Banjir di PGP Jatiasih, Menteri Ara Tampung Sejumlah Keluhan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait meninjau lokasi pengungsian warga korban banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.

    Menteri Ara, sapaan akrabnya, tiba di gudang logistik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dengan membawa bantuan seperti makanan, pakaian, kebutuhan bayi, minyak kayu putih hingga madu untuk para pengungsi.

    Dalam kunjungannya, Ara menampung berbagai keluhan warga yang berada di posko pengungsian, terutama terkait kebutuhan logistik yang mendesak, di antaranya makanan dan peralatan kebersihan.

    Warga saat ini masih kesulitan membersihkan rumah mereka lantaran alat-alat kebersihan yang seluruhnya tersapu banjir. Tak ketinggalan pakaian dalam juga menjadi salah satu kebutuhan yang disampaikan para pengungsi, yang sudah berada di posko selama dua hari.

    “Saya menemukan beberapa fakta, bahwa yang dibutuhkan masyarakat sekarang pasti yang cepat itu bantuan makanan, minuman dan obat-obatan, madu, pampers, banyak yang perlu. Kemudian tadi yang juga kepakai banyak itu, madu, minyak telon buat bayi dan juga minyak kayu putih. Itu kebutuhan real lah karena malam-malam di sini kan cukup dingin,” ujar Ara, Rabu (5/3/2025).

    Ia menuturkan permasalahan lumpur dan puing sisa banjir juga menjadi salah satu fokus penanganan pemerintah daerah bersama pihak-pihak terkait. Terlebih dengan kondisi listrik yang masih mati di sebagian wilayah, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pembersihan.

    “Tadi saya juga koordinasi untuk disediakan alat berat dan truk sampah. Karena beberapa tempat itu listrik dan airnya sudah ada yang nyala dan ada yang belum. Karena takut juga korslet, jadi kita juga mesti hati-hati. Sesudah ini kita berharap tidak ada banjir susulan,” ucap Ara.

    Menurutnya, solusi untuk masalah banjir yang sudah menahun ini memerlukan koordinasi dari seluruh stakeholder. Harus ada penanganan utuh dan menyeluruh dari hulu ke hilir, sehingga problem banjir bisa dituntaskan.

    “Tadi saya sudah sampaikan, kalau boleh diundang semua pihak terkait, gubernur, wali kota, bupati, kemudian dipelajari karena kan masalah ini sudah berulang. Jadi penyelesaian secara sistem, secara utuh dari hulu ke hilir. Jadi kita jangan terus-terus menyelesaikan hilirnya, kan di hulu akar masalahnya, diselesaikan,” jelasnya.

    Selain itu, sambung Ara, ia meminta pemerintah daerah untuk mengupayakan relokasi dengan melakukan pendekatan humanis kepada warga terdampak. Hal ini juga dianggap sebagai salah satu penanganan yang baik, mengingat Perumahan PGP menjadi wilayah langganan banjir terparah setiap tahun.

    “Kan memindahkan bukan hanya tempat tinggal, tetapi kehidupan, sekolahnya, pasarnya, tempat ibadahnya, pindah semua. Saya rasa masyarakat di sini, mungkin satu dua hari lagi, boleh Bapak Kepala BNPB bersama Bapak Wali Kota, ditanya baik-baik ya. Saya juga tadi sudah berbincang dengan Bapak Wali Kota, ada di Pasar Bintara tanahnya, punya kota, nanti kalau cocok itu bagaimana caranya kita bangunkan, supaya ada solusi,” tandasnya.

  • Usai Beri Bantuan Korban Banjir, BNPB Tinjau Jalan Ambles di Kawasan Batutulis – Page 3

    Usai Beri Bantuan Korban Banjir, BNPB Tinjau Jalan Ambles di Kawasan Batutulis – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meninjau lokasi jalan ambles di kawasan Batutulis, Kota Bogor, Rabu (5/3/2025).

    Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati mengatakan pihaknya telah melaksanakan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jabodetabek. Sehingga potensi longsor dan banjir dapat diminimalisir.

    “Modifikasi cuaca ini berlangsung dari 4 Maret hingga 8 Maret 2025, dengan harapan dapat menurunkan intensitas cuaca buruk di wilayah terdampak,” ujar Raditya didampingi Komisi VIII DPR RI.

    Khusus Kota Bogor, lanjut Raditya, BPNB menyalurkan bantuan berupa uang senilai Rp 150 juta dan beberapa barang seperti chainsaw sebanyak 3 unit, terpal 100 lembar, tenda 4×4 meter sebanyak 2 unit, selimut 100 paket, makanan siap saji 250 paket, lampu portabel 2 unit, perahu karet 2 unit, serta matras 100 paket.

    Raditya mengatakan bantuan ini merupakan instruksi langsung dari Kepala BNPB untuk Kota Bogor. Tujuannya, untuk mengurangi beban pemda, termasuk dalam sosialisasi mitigasi bencana di daerah yang berpotensi terdampak.

    “Bantuan ini menjadi bentuk komitmen kita dalam upaya pencegahan bencana. Kami siap membantu lagi jika diperlukan dukungan. Namun, kita juga harus meningkatkan kewaspadaan,” tutup Raditya.

    Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan bantuan tersebut bisa langsung dipergunakan untuk keperluan penanganan bencana di Kota Bogor.

    “Bogor ini setiap tahun mengalami sekitar 1.000 bencana, yang sebagian besar disebabkan oleh hujan. Kali ini hujan terjadi di hulu Sungai Ciliwung. Ada dua lokasi krusial, yaitu longsor yang menelan korban balita dan jalan ambles di kawasan Batutulis,” jelas Dedie.

    Dedie menerangkan Jalan Saleh Danasasmita, sambung Dedie, merupakan akses utama bagi warga di Kecamatan Bogor Selatan. Setelah jalan tersebut ambles, akses lalu lintas warga terganggu. Termasuk menuju Stasiun Batutulis.

    “Untuk itu, kami mohon untuk segera diperbaiki. Sebab, kawasan Batutulis ini sebelumnya masuk dalam proyek strategis nasional dengan pembangunan double track,” ungkapnya.

     

  • Intensitas Hujan Masih Tinggi hingga 11 Maret, BMKG Minta Kepala Daerah Respons Cepat

    Intensitas Hujan Masih Tinggi hingga 11 Maret, BMKG Minta Kepala Daerah Respons Cepat

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan curah hujan tinggi diperkirakan masih akan berlangsung hingga pekan kedua Maret 2025. 

    Dia meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir dan juga kesigapan kepala daerah menyikapi kondisi ini.

    “Kemarin, curah hujan tertinggi mencapai 232 milimeter dalam 24 jam. Kami memprediksi hingga 11 Maret 2025 masih perlu kewaspadaan tinggi, karena meskipun ada sedikit penurunan, intensitas hujan akan meningkat kembali,” jelas  Dwikorita. 

    Menurutnya kesiapan daerah dalam merespons peringatan dini masih perlu ditingkatkan guna mengurangi dampak bencana yang dapat mengancam keselamatan masyarakat. 

    “Peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana sangat krusial terutama dalam memastikan bahwa dalam setiap peringatan dini ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan,” tambahnya.

    Sebagai langkah mitigasi, BMKG bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam operasi modifikasi cuaca. BMKG akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca dan menentukan titik operasi guna mengurangi intensitas hujan di daerah rawan banjir.

    Modifikasi cuaca ini difokuskan di wilayah Jawa Barat, terutama daerah pegunungan dan kawasan Puncak yang sering menjadi sumber banjir.

    “Wilayah paling rentan di Jawa Barat adalah daerah pegunungan dan Puncak, karena awan hujan yang terbentuk di sana bisa menjadi sumber banjir yang mengalir ke hilir, termasuk ke Jakarta,” tutup Dwikorita.