Kementrian Lembaga: BNPB

  • Anggota DPR minta bangunan pesantren diaudit imbas musibah Sidoarjo

    Anggota DPR minta bangunan pesantren diaudit imbas musibah Sidoarjo

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi XIII DPR RI Dini Rahmania meminta pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengaudit bangunan pesantren-pesantren secara menyeluruh, imbas adanya musibah bangunan roboh di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

    Menurut dia, Kementerian Agama, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta pemerintah daerah, perlu segera melakukan langkah-langkah mitigasi bencana di lingkungan pondok pesantren.

    “Hal ini mencakup audit kelayakan bangunan asrama secara menyeluruh, penerapan standar keamanan bangunan yang ketat,” kata Dini di Jakarta, Selasa.

    Di sisi lain, menurut dia, harus ada pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi santri maupun pengelola pesantren guna meminimalisir jatuhnya korban bila terjadi suatu peristiwa.

    Dia mengatakan peristiwa robohnya bangunan itu menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak bahwa keselamatan para santri harus menjadi prioritas utama. Pasalnya banyak pondok pesantren dan sekolah berasrama yang juga berada di wilayah rawan bencana.

    Dia pun menyampaikan duka cita dan keprihatinan yang mendalam kepada para santri, keluarga korban, serta seluruh pengurus pesantren, atas musibah yang menelan korban jiwa tersebut.

    Melalui langkah-langkah konkret yang diusulkannya, dia berharap tragedi serupa tidak lagi terulang dan pesantren dapat menjadi tempat belajar yang aman serta nyaman bagi para santri.

    “Serta memberi jaminan keselamatan bagi para orang tua santri,” katanya.

    Sebelumnya, Bangunan pondok Pesantren Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin sore ketika ratusan santri tengah melaksanakan shalat berjamaah di mushalla di lantai bawah.

    “Informasi dari laporan yang didapatkan petugas (bagaimana) kejadian ini bermula,” kata Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Edy Prakoso di Jakarta, Senin (29/9) malam.

    Basarnas di Jawa Timur menerima laporan insiden terjadi sekitar pukul 15.35 WIB saat kegiatan pengecoran bangunan tengah berlangsung sejak pagi.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BMKG: Gempa Hari Ini Awal Pekan Senin 29 September 2025, Getarkan Alor NTT – Page 3

    BMKG: Gempa Hari Ini Awal Pekan Senin 29 September 2025, Getarkan Alor NTT – Page 3

    Tanggap Bencana Gempa Bumi

    Meski tak bisa dicegah, gempa bumi adalah bencana yang bisa dihadapi. Salah satu cara menghadapi gempa bumi adalah tanggap akan bencana gempa bumi.

    Contoh tanggap gempa bumi adalah mengetahui prosedur evakuasi dan mematuhi pedoman keselamatan ketika bencana ini datang.

    Menurut BNPB, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

    Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

    Menurut WHO, gempa bumi adalah guncangan hebat dan tiba-tiba dari tanah, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

    Gempa bumi dapat mengakibatkan goncangan tanah, likuifaksi tanah, tanah longsor, retakan, longsoran, kebakaran dan tsunami.

  • Edukasi Kebencanaan Penting untuk Hadapi Dampak Perubahan Iklim

    Edukasi Kebencanaan Penting untuk Hadapi Dampak Perubahan Iklim

    Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan edukasi pengetahuan dasar kebencanaan masyarakat penting diwujudkan agar mampu menerapkan langkah tepat dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang berpotensi menghadirkan sejumlah bencana di tanah air. 

    “Kemampuan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana melalui berbagai upaya peningkatan pengetahuan kebencanaan harus konsisten dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan potensi bencana alam di tanah air,” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam sambutannya pada acara Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi untuk Masyarakat Tahun 2025 dengan tema Diseminasi Hasil Riset dan Inovasi Serta Akuisisi Pengetahuan Bidang Kebencanaan yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Semarang, Jawa Tengah (29/9). 

    Hadir pada acara tersebut, Dr. Ir. Yus Budiyono A.r., M.Eng.Sc. (Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air- BRIN), Moch. Rodhi (Anggota DPRD Kota Semarang dari Fraksi NasDem), Danty Rukmana (Tokoh Masyarakat), dan para pegiat sosial dan kebencanaan di Jawa Tengah. 

    Baca juga:
    Lestari Moerdijat: Empat Pilar Kebangsaan Acuan Lengkap Kehidupan Bernegara

    Lestari yang juga anggota Komisi X DPR RI berpendapat, dalam upaya meningkatkan kemampuan mitigasi bencana, sejumlah kearifan lokal juga bisa disosialisasikan sebagai bagian dari solusi terkait pengelolaan sumber daya alam yang baik. 

    Rerie, sapaan akrab Lestari mengungkapkan, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 2.310 kejadian bencana alam di Indonesia sepanjang 1 Januari hingga 1 September 2025.

    Menurut legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, kondisi topografi yang meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa, serta dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh wilayah pantai Utara dan Selatan, menyebabkan Provinsi Jawa Tengah memiliki posisi yang rawan bencana alam. 

    Kondisi tersebut, ujar Rerie, membutuhkan kesiapan semua pihak terkait, antara lain pemerintah, para pegiat sosial dan kebencanaan, serta masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang. 

    Rerie menambahkan, diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang upaya tanggap bencana seperti identifikasi dan pemetaan risiko, perencanaan mitigasi, penyebaran informasi dan sosialisasi, serta penerapan upaya fisik dan nonfisik.

    Karena itu, Rerie menilai, upaya pelatihan diseminasi hasil riset dan inovasi serta akuisisi pengetahuan di bidang kebencanaan yang diselenggarakan BRIN sangat penting, sebagai bagian peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana. 

    Anggota Mejelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah mampu mewujudkan dukungan secara bersama, pada upaya peningkatan pemahaman masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi bencana alam di tanah air.

    Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan edukasi pengetahuan dasar kebencanaan masyarakat penting diwujudkan agar mampu menerapkan langkah tepat dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang berpotensi menghadirkan sejumlah bencana di tanah air. 
     
    “Kemampuan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana melalui berbagai upaya peningkatan pengetahuan kebencanaan harus konsisten dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan potensi bencana alam di tanah air,” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam sambutannya pada acara Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi untuk Masyarakat Tahun 2025 dengan tema Diseminasi Hasil Riset dan Inovasi Serta Akuisisi Pengetahuan Bidang Kebencanaan yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Semarang, Jawa Tengah (29/9). 
     
    Hadir pada acara tersebut, Dr. Ir. Yus Budiyono A.r., M.Eng.Sc. (Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air- BRIN), Moch. Rodhi (Anggota DPRD Kota Semarang dari Fraksi NasDem), Danty Rukmana (Tokoh Masyarakat), dan para pegiat sosial dan kebencanaan di Jawa Tengah. 

    Baca juga:
    Lestari Moerdijat: Empat Pilar Kebangsaan Acuan Lengkap Kehidupan Bernegara
     
    Lestari yang juga anggota Komisi X DPR RI berpendapat, dalam upaya meningkatkan kemampuan mitigasi bencana, sejumlah kearifan lokal juga bisa disosialisasikan sebagai bagian dari solusi terkait pengelolaan sumber daya alam yang baik. 
     
    Rerie, sapaan akrab Lestari mengungkapkan, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 2.310 kejadian bencana alam di Indonesia sepanjang 1 Januari hingga 1 September 2025.
     
    Menurut legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, kondisi topografi yang meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa, serta dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh wilayah pantai Utara dan Selatan, menyebabkan Provinsi Jawa Tengah memiliki posisi yang rawan bencana alam. 
     
    Kondisi tersebut, ujar Rerie, membutuhkan kesiapan semua pihak terkait, antara lain pemerintah, para pegiat sosial dan kebencanaan, serta masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang. 
     
    Rerie menambahkan, diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang upaya tanggap bencana seperti identifikasi dan pemetaan risiko, perencanaan mitigasi, penyebaran informasi dan sosialisasi, serta penerapan upaya fisik dan nonfisik.
     
    Karena itu, Rerie menilai, upaya pelatihan diseminasi hasil riset dan inovasi serta akuisisi pengetahuan di bidang kebencanaan yang diselenggarakan BRIN sangat penting, sebagai bagian peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana. 
     
    Anggota Mejelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah mampu mewujudkan dukungan secara bersama, pada upaya peningkatan pemahaman masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi bencana alam di tanah air.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • BNPB: Layanan Kesehatan Siaga 24 Jam untuk Warga Terdampak Gempa Situbondo – Page 3

    BNPB: Layanan Kesehatan Siaga 24 Jam untuk Warga Terdampak Gempa Situbondo – Page 3

    Lokasi pusat gempa bumi berada di laut, dengan morfologi wilayah terdekat berupa dataran, berombak, bergelombang, perbukitan, pegunungan.

    Kondisi batuan (litologi) penyusun wilayah ini terdiri atas batuan terobosan granit berumur Miosen, Formasi Batu Ampar selang seling batupasir dengan sisipan tuf yang berumur Oligo-Miosen, batuan sedimen berumur Resen, serta aluvium di wilayah pesisir.

    “Batuan yang telah mengalami pelapukan dan atau sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi,” jelas Wafid.

    Kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah begitu juga sebaliknya.

    Wilayah Banyuwangi dan sekitarnya termasuk dalam kelas tanah C (tanah sangat padat dan batuan lunak), D (tanah sedang), dan sedikit kelas tanah E (tanah lunak).

    Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 7,82 derajat LS – 114,47 derajat BT, berjarak 46 km timurlaut Banyuwangi, Jawa Timur, dengan magnitudo M5,7 pada kedalaman 12 km.

    Sedangkan menurut The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, pusat gempa bumi berada pada koordinat 7,948 derajat LS – 114,504 derajat BT, dengan magnitudo M4,9 pada kedalaman 10 km.

    Berdasarkan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, pusat gempa bumi berada pada koordinat 8,02 derajat LS – 114,53 derajat BT dengan magnitudo Mb 5,4 pada kedalaman 10 km.

  • Status Siaga! Gunung Merapi Masih Alami Erupsi Efusif, Warga Diminta Waspada

    Status Siaga! Gunung Merapi Masih Alami Erupsi Efusif, Warga Diminta Waspada

    Jakarta (beritajatim.com) – Hasil pengamatan visual dan instrumental menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tergolong tinggi. Saat ini, Merapi masih mengalami erupsi efusif, yaitu keluarnya magma secara perlahan dalam bentuk lava dan material guguran.

    “Berdasarkan kondisi tersebut, status aktivitas Merapi tetap berada pada tingkat Siaga atau Level III,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, Sabtu (27/9/2025).

    Dia menambahkan, data pemantauan juga mengindikasikan bahwa suplai magma ke dalam tubuh gunung masih terus berlangsung, sehingga dapat memicu terjadinya awan panas guguran, terutama di area yang sudah dipetakan sebagai zona potensi bahaya.

    Muhari menyebut, potensi bahaya saat ini meliputi guguran lava dan awan panas di sektor selatan–barat daya, yang mencakup alur Sungai Boyong dengan jarak maksimal 5 kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga 7 kilometer.

    Kemudian di sektor tenggara, potensi bahaya mencakup alur Sungai Woro hingga 3 kilometer dan Sungai Gendol hingga 5 kilometer. “Apabila terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat mencapai radius hingga 3 kilometer dari puncak,” ujarnya.

    Dia juga merekomemdasikan agar Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten terus melakukan berbagai langkah mitigasi menghadapi ancaman erupsi yang masih berlangsung. Upaya tersebut mencakup peningkatan kapasitas masyarakat, penguatan kesiapsiagaan, serta penyiapan sarana dan prasarana evakuasi agar proses penyelamatan dapat berjalan cepat dan aman bila situasi darurat terjadi.

    Muhari juga meminta, masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di dalam wilayah potensi bahaya, tetap waspada terhadap ancaman awan panas guguran (APG) dan lahar, terutama ketika hujan turun di sekitar puncak Merapi, serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik yang dapat memengaruhi kesehatan dan aktivitas sehari-hari.

    “Apabila terjadi perubahan signifikan dalam aktivitas gunung, pihak berwenang akan segera meninjau kembali tingkat status Merapi dan menyampaikan pembaruan informasi resmi,” katanya. (kun)

  • Status Siaga! Gunung Merapi Masih Alami Erupsi Efusif, Warga Diminta Waspada

    Dalam Sepekan, Gunung Merapi Muntahkah 88 Kali Guguran Lava Hingga Sejauh Dua Kilometer

    Jakarta (beritajatim.com) – Gunung Merapi telah memuntahkan guguran lava sebanyak 88 kali dengan jarak luncuran hingga mencapai 2.000 meter (m) dalam kurun waktu 19-25 September 2025.

    “Hal ini sebagaimana hasil pengamatan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang bermarkas di Yogyakarta,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Sabtu (27/9/2025).

    Dia menjelaskan, dari hasil rangkuman data instrumen, jumlah guguran lava meliputi sebanyak 5 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimum 2.000 m, 37 kali ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimum 2.000 m dan 46 kali ke arah hulu Kali Sat/Putih sejauh maksimum 2.000 m.

    Muhari mengungkqpkan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan aktivitas kegempaan Gunung Merapi pada periode pengamatan terbaru menunjukkan peningkatan dibandingkan minggu sebelumnya.

    Tercatat 81 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 644 gempa Fase Banyak (MP), 520 gempa Guguran (RF), dan 9 gempa Tektonik (TT) dari jaringan seismik di sekitar Merapi. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode pemantauan sebelumnya, menandakan adanya dinamika di dalam tubuh gunung yang perlu diwaspadai.

    “Sementara itu, pemantauan deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung yang dilakukan melalui pengukuran EDM dan GPS menunjukkan kondisi yang relatif stabil. Jarak pengukuran dari titik tetap ke reflektor di beberapa sektor hanya mengalami perubahan sangat kecil yang dianggap tidak signifikan,” paparnya. (kun)

  • Update Gempa Bumi M5,7 Banyuwangi, Berdampak juga di Bondowoso hingga Bali

    Update Gempa Bumi M5,7 Banyuwangi, Berdampak juga di Bondowoso hingga Bali

    Jakarta (beritajatim.com) – Gempa bumi M 5.7 yang mengguncang wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo, Jawa Timur, pada Kamis (25/9) sore turut dirasakan hingga Provinsi Bali. Berdasarkan pemutakhiran data dampak yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (26/9) pukul 06.50 WIB, Kabupaten Jembrana, Bali, melaporkan adanya kerusakan bangunan akibat peristiwa tersebut.

    “Laporan sementara menyebutkan satu unit rumah warga dan satu unit puskesmas mengalami kerusakan ringan. Hingga saat ini, tidak terdapat laporan korban jiwa maupun warga yang mengungsi akibat gempabumi tersebut,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Jumat (26/9/2025).

    Menurutnya, penambahan wilayah terdampak juga mulai terdata di beberapa wilayah Provinsi Jawa Timur, setelah sebelumnya hanya wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo sudah melaporkan adanya kerusakan pascagempa terjadi.

    Adapun wilayah tersebut yaitu di Kabupaten Bondowoso terdapat dua unit rumah alami rusak berat dan satu unit rumah alami rusak sedang. Kemudian wilayah Kabupaten Jember terdapat satu unit rusak berat dan satu orang sedang dalam penanganan kesehatan setelah alami luka ringan.

    “Hasil pendataan kerusakan di Kabupaten Banyuwangi pun bertambah, terdapat tiga unit rumah rusak berat, dua unit rumah rusak sedang dan empat unit rumah rusak ringan, serta satu unit masjid juga alami kerusakan,” katanya.

    Sementara itu, lanjut Muhari, dampak di Kabupaten Situbondo juga bertambah menjadi 26 unit rumah rusak berat, 10 unit rumah rusak sedang dan 24 unit rumah rusak ringan. Fasilitas umum seperti satu unit masjid, dua unit kantor dan satu unit tempat usaha juga dilaporkan alami kerusakan.

    Dia pun memastikan, tim gabungan di semua wilayah terdampak sampai pagi ini terus berupaya melakukan asesmen dan penanganan darurat bencana ke wilayah terdampak, guna mengetahui sejauh mana gempa yang terjadi berdampak pada masyarakat.

    “Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak panik serta melapor ke pihak terkait apabila memerlukan evakuasi dan tindakan kedaruratan lainnya,” tegas Muhari.  [hen/aje]

  • BNPB kirim tim pemulihan dampak gempa di Jawa Timur

    BNPB kirim tim pemulihan dampak gempa di Jawa Timur

    Jakarta (ANTARA) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirim tim ke Jawa Timur untuk mendampingi upaya pemulihan pascagempa magnitudo 5,7 yang mengguncang wilayah Banyuwangi dan Situbondo pada Kamis sore.

    Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Kamis malam, mengatakan bahwa pihaknya memerintahkan jajaran Deputi Bidang Penanganan Darurat untuk memonitor dan mengambil langkah cepat setelah menerima laporan hasil kaji cepat dari lapangan.

    “Tim akan memberikan pendampingan dan melakukan pendataan awal bersama BPBD serta lintas sektor lainnya,” kata dia.

    BNPB menegaskan langkah tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat untuk hadir di fase awal bencana dan memastikan masyarakat terdampak segera mendapatkan dukungan.

    Selain pendampingan, tim BNPB juga ditugaskan memastikan koordinasi antarinstansi berjalan baik, mulai dari proses evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar hingga upaya percepatan pemulihan.

    Episentrum gempa 5,7 magnitudo itu terletak di laut, 46 kilometer timur laut Banyuwangi dan 54 kilometer tenggara Situbondo pada kedalaman 12 kilometer.

    Getaran gempa dirasakan kuat selama 2-3 detik di Banyuwangi dan Situbondo dan sempat membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah.

    Hasil kaji cepat yang diterima BNPB, sementara ini menunjukkan di Banyuwangi terdapat satu rumah dan satu tempat ibadah rusak ringan.

    Sementara di Situbondo tercatat 21 rusak berat, 11 rusak sedang, 16 rusak ringan dan satu masjid mengalami kerusakan pada bagian atap.

    BNPB memastikan setidaknya hingga pukul 21.20 WIB​​​​​ belum ada laporan korban jiwa akibat gempa, dan pendataan lapangan masih berlangsung dan akan terus diperbarui oleh tim petugas gabungan daerah setempat.

    Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 6
                    
                        Puluhan Rumah Rusak akibat Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo
                        Nasional

    6 Puluhan Rumah Rusak akibat Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo Nasional

    Puluhan Rumah Rusak akibat Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, puluhan rumah rusak akibat gempa M 5,7 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/9/2025).
    Sesaat setelah guncangan mereda, BPBD Kabupaten Banyuwangi dan BPBD Kabupaten Situbondo langsung turun menyisir ke sejumlah titik lokasi.
    “Guncangan gempabumi telah menyebabkan 1 unit rumah dan 1 tempat ibadah di Kabupaten Banyuwangi mengalami rusak ringan,” ujar Muhari dalam keterangannya, Kamis.
    Sementara di Kabupaten Situbondo terdapat 21 unit rumah rusak berat, 11 rusak sedang, 16 rusak ringan, dan 1 unit tempat ibadah (masjid) mengalami kerusakan di bagian atap.
    Muhari mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai adanya korban jiwa, dan pemutakhiran data akan terus dilakukan.
    “Pemutakhiran data secara berkala akan terus dilakukan seiring dengan pendataan yang masih berjalan di lokasi,” ujarnya.
    Muhari menuturkan, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto segera memerintahkan Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB untuk memonitor dan mengambil tindakan cepat.
    Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, menurunkan Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat, Agus Riyanto, beserta jajaran menuju ke lokasi untuk memberikan pendampingan dan pendataan awal BPBD dan lintas sektor lainnya.
    Sebelumnya diberitakan, gempa berkekuatan Magnitudo 5,7 mengguncang Jawa Timur dan Bali pada Kamis (25/9/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.
    Gempa ini dapat dirasakan hingga Surabaya dan wilayah Bali selatan.
    Menurut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terletak di 40 km timur laut Banyuwangi, Jawa Timur, dengan kedalaman 12 km.
    Meski demikian, gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
    Guncangan gempa bumi dirasakan kuat selama 2 hingga 3 detik di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo.
    Sebagian besar warga pun panik dan berhamburan keluar rumah setelah merasakan guncangan yang datang secara tiba-tiba.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BNPB: Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo, Puluhan Rumah Rusak

    BNPB: Gempa Bumi M 5,7 Guncang Banyuwangi dan Situbondo, Puluhan Rumah Rusak

    Jakarta (beritajatim.com) – Gempa bumi bermagnitudo 5,7 mengguncang Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pukul 16.04 WIB pada Kamis (25/9/2025). Data rekaman seismik mencatat, episentrum gempa berada berada di laut atau tepatnya berlokasi di 46 kilometer Timur Laut Banyuwangi dan 54 kilometer Tenggara Situbondo dengan kedalaman 12 kilometer.

    “Meski demikian, gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasiinal Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari.

    Dia memaparkan, guncangan gempa bumi dirasakan kuat selama 2 hingga 3 detik di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo. Sebagian besar warga pun panik dan berhamburan keluar rumah setelah merasakan guncangan yang datang secara tiba-tiba.

    Muhari menyebut, sesaat setelah guncangan mereda, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi dan BPBD Kabupaten Situbondo langsung turun menyisir ke sejumlah titik lokasi. Koordinasi antar BPBD dengan sejumlah lembaga di daerah hingga mencakup unsur per desa/kelurahan pun segera dilakukan melalui jejaring komunikasi, termasuk kepada BNPB) hingga saat ini.

    Dia menamabhakan, dari hasil kaji cepat sementara yang dihimpun per pukul 21.20 WIB, guncangan gempabumi telah menyebabkan 1 unit rumah dan 1 tempat ibadah di Kabupaten Banyuwangi mengalami rusak ringan sedangkan di Kabupaten Situbondo terdapat 21 unit rumah rusak berat, 11 rusak sedang, 16 rusak ringan dan 1 unit tempat ibadah (masjid) mengalami kerusakan di bagian atap.

    “Kendati demikian hingga siaran pers ini diterbitkan, belum ada laporan mengenai adanya korban jiwa. Pemutakhiran data secara berkala akan terus dilakukan seiring dengan pendataan yang masih berjalan di lokasi,” ujar Muhari. [hen/aje]