Kementrian Lembaga: BNPB

  • Peringatan Terbaru BMKG RI! Puncak Musim Hujan Tiba, Waspada Bencana

    Peringatan Terbaru BMKG RI! Puncak Musim Hujan Tiba, Waspada Bencana

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi hujan berintensitas sedang hingga lebat. Peringatan ini disampaikan seiring dengan masuknya sebagian besar wilayah Indonesia ke puncak musim hujan.

    Aktivitas atmosfer yang sedang meningkat juga membuat risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, menjadi lebih tinggi.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat melanda sebagian besar wilayah Jawa bagian barat dan tengah, meliputi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta sebagian wilayah Yogyakarta. Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian seluruh pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

    “Kondisi atmosfer sangat labil dan kaya uap air akibat aktifnya monsun Asia serta suhu muka laut yang hangat. Hujan lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan 80-150 mm per hari sudah terjadi di beberapa wilayah. Ini adalah sinyal kuat bahwa kita harus meningkatkan kesiapsiagaan,” kata Dwikorita dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (2/11/2025).

    Saat ini, lanjut dia, sekitar 43,8% wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan. Sementara puncak musim hujan di Indonesia diperkirakan terjadi secara bertahap mulai November 2025 hingga Februari 2028 dengan pola umum pergerakan dari barat ke timur.

    “Namun demikian, pada periode Desember 2025 hingga Januari 2026 menjadi fase puncak musim hujan utama bagi sebagian besar wilayah Indonesia yang berpotensi meningkatnya curah hujan tinggi dan bencana hidrometeorologi,” ujarnya.

    Di sisi lain, pada November ini periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif, sehingga masyarakat perlu mewaspadai potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia yang memicu hujan sangat lebat dan angin kencang, serta gelombang tinggi terutama di pesisir Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

    Dalam sepekan ke depan, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami kondisi cuaca berawan hingga hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, disertai potensi peningkatan hujan menjadi sedang hingga sangat lebat di sejumlah daerah.

    Berdasarkan analisis peringatan dini BMKG, hujan berintensitas sedang hingga lebat yang perlu diwaspadai berpotensi terjadi di berbagai wilayah, meliputi Aceh, Sumatera bagian selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

    Sementara itu, hujan lebat hingga sangat lebat (kategori Siaga) diperkirakan terjadi di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, serta Papua, dan dalam beberapa hari ke depan berpotensi meluas hingga Maluku Utara dan sebagian wilayah Sulawesi.

    Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG bekerjasama dengan BNPB dan unsur terkait saat ini sedang melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk wilayah sekitar DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta untuk mengurangi intensitas hujan ekstrem di wilayah rawan bencana.

    Di Jawa Tengah, operasi dilakukan sejak 25 Oktober dan masih berlanjut hingga awal November, dengan pelaksanaan dari Posko Semarang dan Solo. OMC ini telah melaksanakan 41 sorti penerbangan menggunakan dua pesawat Cessna Caravan, dengan hasil efektif menurunkan dan meredistribusi curah hujan di wilayah target.

    Sementara untuk wilayah Jawa bagian barat, operasi dilakukan sejak 23 Oktober dan juga masih berlanjut, dengan pelaksanaan dari Posko Jakarta. Sebanyak 29 sorti penerbangan telah dilakukan dan menunjukkan hasil pengurangan curah hujan di wilayah sasaran secara signifikan.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, berdasarkan pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di samudra pasifik menunjukkan bahwa dalam dua bulan terakhir telah terjadi pendinginan di samudra pasifik dan melewati ambang batas La Nina yaitu pada September dengan anomali suhu muka laut di pasifik tengah dan timur sebesar -0.54 dan pada Oktober sebesar -0.61.

    Sementara kondisi atmosfer juga menunjukkan adanya penguatan angin timuran. Dua indikasi tersebut menunjukkan terjadinya perkembangan awal La Nina dan respon atmosfer menegaskan bahwa La Nina lemah telah terjadi.

    “Namun demikian, La Nina lemah diprediksi tidak memberikan dampak yang signifikan pada curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, dengan kondisi curah hujan pada November-Desember 2025 dan Januari-Februari 2026 diprediksi tetap pada kategori normal,” ujar Guswanto.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan peningkatan potensi hujan ini didukung oleh beberapa fenomena atmosfer yang aktif secara bersamaan, antara lain aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut yang hangat di perairan Indonesia. Kombinasi faktor ini meningkatkan suplai uap air dan pembentukan awan hujan secara signifikan.

    Kombinasi antara kondisi atmosfer yang sudah aktif ini dengan kemunculan siklon tropis dari arah selatan menciptakan potensi ancaman bencana hidrometeorologi seperti angin kencang dan gelombang tinggi. Mengingat dalam beberapa tahun terakhir Indonesia sering mengalami dampak merusak dari siklon tropis, BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan.

    Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan terdampak.

    Selain itu, saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang, masyarakat diimbau menghindari berteduh di bawah pohon, baliho, atau bangunan yang rapuh, serta tetap menjaga kesehatan dan asupan cairan tubuh karena suhu panas pada siang hari masih dapat terjadi.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini melalui aplikasi InfoBMKG. Aplikasi ini menyediakan informasi prakiraan cuaca yang lebih detail dan berbasis geolokasi serta diperbarui secara rutin termasuk prakiraan cuaca dalam tujuah harian, diulang tiga harian, hingga tiga jam sebelum cuaca ekstrem di seluruh kecamatan di Indonesia.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Kaimana Papua, Tidak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Kaimana Papua, Tidak Berpotensi Tsunami

    Meski tak bisa dicegah, gempa bumi adalah bencana yang bisa dihadapi. Salah satu cara menghadapi gempa bumi adalah tanggap akan bencana gempa bumi.

    Contoh tanggap gempa bumi adalah mengetahui prosedur evakuasi dan mematuhi pedoman keselamatan ketika bencana ini datang.

    Menurut BNPB, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

    Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

    Menurut WHO, gempa bumi adalah guncangan hebat dan tiba-tiba dari tanah, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

    Gempa bumi dapat mengakibatkan goncangan tanah, likuifaksi tanah, tanah longsor, retakan, longsoran, kebakaran dan tsunami.

  • Ahli Ungkap Cara Selamat Hidup di Atas Megathrust

    Ahli Ungkap Cara Selamat Hidup di Atas Megathrust

    Daftar Isi

    Mitigasi Gempa Bumi

    Mitigasi Tsunami

    Jakarta, CNBC Indonesia – Potensi gempa megathrust terus menjadi perhatian di Indonesia. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan sejumlah temuan penting terkait potensi megathrust di Tanah Air.

    Disebutkan, sebagian besar gempa megathrust disertai tsunami kerap terjadi di wilayah Sumatra, beberapa kali mengguncang Jawa, serta cukup sering muncul di kawasan timur Indonesia.

    Meski ada wilayah yang kosong, bukan berarti tidak ada potensi tsunami. Namun ini disebut sebagai seismic gap, yakni area yang bisa terjadi gempa besar kapan saja.

    “Hasil riset yang telah banyak dilakukan dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan risiko gempa,” ujar Peneliti Ahli Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (31/10/2025). “Megathrust beserta potensi gempanya adalah nyata, tetapi hal ini sebagai bagian dari fenomena alam yang harus dihadapi dengan adaptasi dan mitigasi,” imbuhnya.

    Megathrust berada di sepanjang 1.000 km dengan bidang kontak selebar 200 km yang menghunjam hingga kedalaman sekitar 60 km di bagian selatan Jawa. Ini juga terus mengakumulasi energi yang siap dilepas kapan saja.

    “Bidang megathrust ini seukuran Pulau Jawa. Bayangkan jika bergerak 20 meter secara serentak, goncangannya akan sangat besar,” jelasnya. “Di bawah Pulau Jawa, terdapat lempeng samudera Indo-Australia yang menghujam ke bawah selatan Jawa, sedangkan di atasnya ada lempeng kontinental. Pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng kontinental inilah yang disebut bidang megathrust,” jelasnya.

    Dia juga berbicara cara mitigasi dari bencana megathrust. Untuk mengurangi risiko bencana, kapasitas adaptasi penduduk perlu ditingkatkan. Jika tidak dilakukan namun sebaliknya tahu ada bencana, kapasitas masyarakat menjadi rendah. Dia mengatakan bakal meningkatkan risiko bencana.

    Rahma menekankan pentingnya pemahaman soal megathrust. Dengan begitu bisa meningkatkan kapasitas adaptasi.

    “Kita bisa hidup berdampingan dengan fenomena megathrust, dan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Kita memang harus hidup bersama dengan megathrust, apalagi kita berada di negara kepulauan,” pungkasnya.

    Mitigasi Gempa Bumi

    Dalam buku “Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana” terbitan BNPB, berikut cara mitigasi gempa yang dikutip dari detikcom:

    Prabencana

    Menyiapkan rencana untuk menyelamatkan diri.
    Melakukan latihan rutin yang bermanfaat, seperti merunduk, melindungi kepala, dan bersembunyi di bawah meja.
    Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan obat-obatan.
    Membangun konstruksi rumah yang tahan gempa.
    Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan penggunaan lahan dari pemerintah.

    Saat Bencana

    Berlindung di bawah meja. Bila sudah aman, keluar dari rumah.
    Saat keluar rumah, perhatikan pecahan kaca, genteng, atau material lain yang berpotensi melukai.
    Hindari lift dan pilih tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan.

    Pascabencana

    Waspada terhadap gempa bumi susulan.
    Periksa keberadaan api dan penyebab lainnya yang berpotensi menimbulkan kebakaran.
    Berdiri di tempat terbuka.
    Hindari daerah rawan longsor.
    Jika berada di dalam mobil, hindari berhenti di bawah dan atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.

    Mitigasi Tsunami

    Berikut adalah mitigasi tsunami menurut BNPB:

    Prabencana

    Pelajari tanda-tanda sebelum tsunami.
    Pantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami.
    Berlari ke tempat tinggi dan berdiam di sana sementara waktu.
    Jauhi area pantai.
    Pahami wilayah tempat tinggal dan rute tercepat untuk evakuasi ke dataran yang lebih tinggi.

    Saat Bencana

    Waspadai gempa susulan yang mungkin terjadi.
    Usahakan tetap tenang dan ajak keluarga untuk evakuasi ke tempat tinggi.
    Jauhi daerah pantai.
    Bila telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah di sana. Sebab, gelombang kedua dan ketiga tsunami biasanya lebih besar.

    Pascabencana

    Utamakan keselamatan dan waspadai instalasi listrik serta pipa gas.
    Kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
    Jauhi area tergenang dan rusak sampai ada informasi lebih lanjut.
    Hindari area menggenang karena berpotensi mengandung zat-zat berbahaya.
    Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 16 Titik di Semarang Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 60 Sentimeter
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 Oktober 2025

    16 Titik di Semarang Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 60 Sentimeter Regional 28 Oktober 2025

    16 Titik di Semarang Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 60 Sentimeter
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Sebanyak 16 lokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah, masih terendam banjir hingga Selasa (28/10/2025), setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak Rabu (22/10/2025).
    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto, mengatakan petugas masih bersiaga di lapangan untuk menangani genangan yang belum surut.
    “Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung pada Selasa sore mengakibatkan beberapa titik tergenang dan beberapa kejadian bencana alam,” kata Endro saat dikonfirmasi.
    Untuk mempercepat penanganan banjir, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama BPBD Provinsi Jawa Tengah telah melakukan rekayasa cuaca atau modifikasi hujan.
    “Modifikasi cuaca mulai Sabtu, Minggu, dan Senin,” ujar Endro.
    Ia menyebut, ketinggian air bervariasi di setiap lokasi, antara 10 hingga 60 sentimeter.
    “Jalan Kaligawe 4 kurang lebih 45–60 sentimeter,” ungkapnya.
    Sementara itu, Kapolsek Genuk, Kompol Rismanto, mengatakan kondisi cuaca di Kota Semarang masih mendung dan hujan kembali turun di sejumlah titik.
    “Ini malah hujan lagi,” kata Rismanto.
    Ia mengimbau para pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor, agar berhati-hati saat melintas di kawasan Pantura Semarang-Demak yang masih tergenang.
    “Lalu lintas aman tapi tetap harus berhati-hati karena banyak jalan yang berlubang,” ujarnya.
    Rismanto menambahkan, kondisi jalan juga masih berlumpur dan beberapa median jalan berserakan akibat lama terendam air.
    “Utamakan keselamatan,” lanjutnya.
    Berikut 16 titik di Kota Semarang yang masih terendam banjir per Selasa (28/10/2025):
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bandung Raya Masuki Musim Hujan, BMKG Imbau Warga Waspada Angin Kencang hingga Hujan Petir

    Bandung Raya Masuki Musim Hujan, BMKG Imbau Warga Waspada Angin Kencang hingga Hujan Petir

    Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi intens menjalin koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta sejumlah instansi terkait dalam upaya melakukan modifikasi cuaca di wilayah Kota Semarang dan sekitarnya. Langkah ini ditempuh untuk menanggulangi banjir sekaligus menekan potensi curah hujan tinggi di kawasan tersebut.

    “Saya terus koordinasi dengan pusat (BMKG dan BNPB) untuk rekayasa cuaca,” ujar Ahmad Luthfi saat meninjau dan menyerahkan bantuan di Kecamatan Genuk, Kota Semarang pada Senin, 27 Oktober 2025.

    Menurut dia, rekayasa cuaca dinilai perlu, mengingat dalam lima hari terakhir wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya terus diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

    Pihaknya juga terus koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau kondisi cuaca di Jawa Tengah.

    Luthfi menjelaskan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota terus bersinergi dalam penanganan banjir di Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Baik itu jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

    Jangka pendeknya, kata dia, adalah terus mengecek kondisi masyarakat korban banjir agar kebutuhan dasarnya tidak terganggu, termasuk fasilitas umumnya.

    “Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan kabupaten/kota standby 1×24 jam,” ucap Luthfi.

    Ada pun jangka panjangnya, pemerintah saat ini masih dalam proses pengerjaan tanggul laut (giant sea wall) yang menghubungkan Semarang-Demak. Selain itu juga sedang melakukan pengerjaan kolam retensi Terboyo dan Sriwulan.

    “Ada dua kolam yang nanti bisa menampung, diharapkan awal 2026 selesai,” ungkap Luthfi.

  • Gubernur Ahmad Luthfi Siapkan Langkah Modifikasi Cuaca untuk Atasi Banjir Semarang

    Gubernur Ahmad Luthfi Siapkan Langkah Modifikasi Cuaca untuk Atasi Banjir Semarang

    Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi intens menjalin koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta sejumlah instansi terkait dalam upaya melakukan modifikasi cuaca di wilayah Kota Semarang dan sekitarnya. Langkah ini ditempuh untuk menanggulangi banjir sekaligus menekan potensi curah hujan tinggi di kawasan tersebut.

    “Saya terus koordinasi dengan pusat (BMKG dan BNPB) untuk rekayasa cuaca,” ujar Ahmad Luthfi saat meninjau dan menyerahkan bantuan di Kecamatan Genuk, Kota Semarang pada Senin, 27 Oktober 2025.

    Menurut dia, rekayasa cuaca dinilai perlu, mengingat dalam lima hari terakhir wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya terus diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

    Pihaknya juga terus koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau kondisi cuaca di Jawa Tengah.

    Luthfi menjelaskan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota terus bersinergi dalam penanganan banjir di Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Baik itu jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Jangka pendeknya adalah terus mengecek kondisi masyarakat korban banjir agar kebutuhan dasarnya tidak terganggu, termasuk fasilitas umumnya.

    “Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan kabupaten/kota standby 1×24 jam,” kata dia.

    Adapun jangka panjangnya, pemerintah saat ini masih dalam proses pengerjaan tanggul laut (giant sea wall) yang menghubungkan Semarang-Demak. Selain itu juga sedang melakukan pengerjaan kolam retensi Terboyo dan Sriwulan.

    “Ada dua kolam yang nanti bisa menampung, diharapkan awal 2026 selesai,” ungkap Luthfi.

    Camat Genuk, Pranyoto mengatakan, banjir di wilayahnya sudah memasuki hari keenam. Beberapa daerah yang terdampak antara lain Kelurahan Gebangsari, Genuksari, Muktiharjo Lor, Terboyo Wetan, dan Trimulyo. Titik genangan tertinggi ada di depan RSI Sultan Agung yang sempat mencapai 80 cm.

    “Pompa ada 27 titik, tersebar di beberapa sungai. Pompa itu berada di Kali Tenggang, Kali Sringin, kali Babon, dan belakang terminal Terboyo,” katanya.

    Ia bersama instansi terkait dan seluruh lurah terus melakukan upaya penanganan dan menyiapkan antisipasi apabila ada peningkatan air yang saat ini sudah mulai surut. Selain itu juga menyiapkan antisipasi dalam beberapa bulan ke depan.

    “Semoga saja sudah tidak ada (banjir) lagi. Karena prediksi BMKG masih akan ada hujan lagi. Insya Allah kita siap menghadapi musim hujan,” kata dia. (*)

  • Warga Terdampak Cuaca Ekstrem di Kabupaten Bekasi Mencapai 304 Orang

    Warga Terdampak Cuaca Ekstrem di Kabupaten Bekasi Mencapai 304 Orang

    JAKARTA – Warga terdampak cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mencapai 304 orang, sebagaimana dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

    Dalam laporan yang diterima Antara, di Jakarta, Jumat 24 Oktober Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan bahwa data yang diterima menyatakan 304 jiwa warga terdampak cuaca ekstrem yang terjadi sejak dua hari terakhir itu terdiri atas 169 keluarga.

    “Mereka tersebar di sembilan desa di Kabupaten Bekasi. Tidak ada laporan korban jiwa akibat insiden ini,” kata dia.

    Dia memastikan tim petugas gabungan di Kabupaten Bekasi sudah dikerahkan ke lokasi kejadian untuk melakukan sejumlah penanganan darurat; mulai dari distribusi kebutuhan logistik makanan dan perlengkapan tambahan berupa terpal-tikar untuk alas tidur.

    BNPB belum melaporkan secara rinci berapa dan bagaimana dampak kerusakan rumah warga dan fasilitas publik imbas cuaca ekstrem yang terjadi Kamis (23/10).

    Meski demikian, menurut dia percepatan pemulihan dampak bencana bakal berlangsung secara beriringan dengan penanganan darurat yang dilakukan tim petugas gabungan di bawah koordinasi BPBD Kabupaten Bekasi.

    Dia menambahkan bahwa BNPB bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) di wilayah Provinsi Jawa Barat untuk menekan potensi bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi pada masa peralihan musim kemarau ke penghujan.

    Operasi OMC bertujuan mengatur dan mendistribusikan curah hujan agar tidak melampaui batas normal di wilayah padat penduduk dan rawan banjir. BNPB menggunakan pesawat Cessa Caravan 2028 PK-YNA dalam pelaksanaan operasi itu.

    “OMC dilakukan dengan total dua sorti dan 1.600 kilogram bahan semai,” kata dia.

  • Banjir Landa Semarang-Grobogan, BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Selama 3 Hari

    Banjir Landa Semarang-Grobogan, BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Selama 3 Hari

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi modifikasi cuaca untuk menurunkan intensitas hujan yang mengguyur wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan, yang dalam beberapa hari terakhir terdampak banjir.

    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa pesawat yang digunakan dalam operasi tersebut diterbangkan dari Bandara Ahmad Yani, Semarang.

    Ia menjelaskan, sebanyak 10 ton NaCl dan 2 ton CaO akan disebarkan secara bertahap di atas area terdampak guna membantu mengurangi potensi hujan lebat di kawasan tersebut.

    “Modifikasi cuaca bertujuan untuk redistribusi curah hujan agar tidak turun di wilayah yang saat ini tergenang banjir,” katanya, dikutip dari Antara, Sabtu (25/10/2025)

    Ia menjelaskan kawasan yang menjadi perhatian utama antara lain hulu Sungai Tuntang dan Lusi yang melintas di wilayah Kabupaten Grpbogan.

    Modifikasi cuaca juga difokuskan untuk mengatur hujan agar tidak turun di wilayah Kota Semarang yang saat ini masih dilakukan penanganan banjir.

    Curah hujan tinggi, kata dia, masih akan melanda Jawa Tengah hingga awal November 2025 berdasarkan prakiraan BMKG. Ia menjelaskan operasi modifikasi cuaca akan digelar selama tiga hingga lima hari ke depan.

    “Lamanya operasi modifikasi cuaca tergantung dari evaluasi harian yang dilakukan,” katanya.

  • BMKG Bilang Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya

    BMKG Bilang Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat Indonesia agar meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa besar akibat Megathrust.

    Menurut BMKG, wilayah Indonesia memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap ancaman bencana gempa dan tsunami. Hal ini karena Indonesia berada di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire).

    BMKG menyatakan, ada dari 13 segmen Megathrust yang ‘mengepung’ wilayah Indonesia. Di antaranya, ada dua segmen yang memiliki potensi risiko tertinggi terhadap bencana gempa dan tsunami.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono sudah memberikan peringatan bahwa gempa dari 2 zona Megathrust tinggal menunggu waktu.

    Masing-masing zona tersebut adalah Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Kedua zona itu sudah lama tidak mengalami gempa atau seismic gap, yakni berabad-abad. Biasanya, gempa besar memiliki siklus sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.

    Beberapa waktu lalu, tepatnya pada 7 Mei 2025, gempa berkekuatan M5,2 yang mengguncang wilayah Nias Barat dikaitkan dengan Megathrust Mentawai-Siberut.

    Daryono mengungkapkan, gempa di Nias Barat merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

    “Murni gempa berpusat di zona Megathrust Mentawai Siberut,” kata Daryono, dikutip beberapa waktu lalu.

    Gempa Dahsyat Ancam Jawa Barat

    Secara terpisah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan perlunya sikap waspada terhadap dampak Megathrust untuk selatan Jawa Barat yang memanjang hingga Selat Sunda.

    Para peneliti memperingatkan, energi yang terkunci di zona subduksi ini terus bertambah seiring waktu. Jika energi ini dilepaskan sekaligus, maka bisa menimbulkan dampak berupa gempa besar hingga magnitudo 8,7.

    Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan, pelepasan energi ini tidak hanya memicu guncangan kuat, melainkan juga menggerakkan kolom air laut dan membentuk tsunami besar.

    Mengacu pada hitungannya, jika Megathrust di wilayah Pangandaran pecah, maka gelombang tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi dan menjalar ke berbagai wilayah, termasuk Banten, Lampung, bahkan sampai ke Jakarta.

    “Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda,” kata Rahma.

    Di kawasan pesisir Banten, tsunami diprediksi bisa mencapai ketinggian antara 4 meter hingga 8 meter. Sementara di pesisir Lampung, kata dia, seluruh wilayah yang menghadap Selat Sunda disebut akan terkena dampaknya.

    Untuk kawasan Jakarta, bencana tsunami diperkirakan mencapai pesisir utara dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter. Namun, waktu kedatangannya lebih lambat dibanding daerah lain. Tsunami diperkirakan baru tiba di Jakarta setelah 2,5 jam sejak gempa terjadi.

    “Kalau di selatan Jawa, tsunami sampai dalam waktu 40 menit, bahkan di Lebak hanya 18 menit. Tapi di Jakarta Utara, tsunami datang 2,5 jam setelah gempa,” jelas Rahma.

    Lantas, BRIN mengajak masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap risiko Megathrust. Risiko Megathrust bukan hanya gempa dan tsunami, melainkan juga kerusakan infrastruktur, gangguan layanan dasar, dampak sosial ekonomi, hingga korban jiwa.

    Kapan Megathrust Hantam RI?

    Belum ada yang dapat memastikan kapan bencana alam besar tersebut akan terjadi, termasuk BMKG. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari Megathrust di Indonesia.

    “Sebetulnya isu Megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita.

    Pembahasan mengenai isu Megathrust ini disebut BMKG memiliki tujuan untuk mitigasi, edukasi, persiapan, dan kesiapsiagaan dari seluruh masyarakat.

    Dwikorita melanjutkan, pihaknya sudah melakukan berbagai langkah antisipasi Megathrust. Pertama, menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap ke zona-zona megathrust.

    “InaTEWS itu sengaja dipasang untuk menghadap ke arah megathrust. Aslinya tuh di BMKG hadir untuk menghadapi, memitigasi Megathrust,” jelasnya.

    Kedua, edukasi terhadap masyarakat lokal dan internasional. Salah satu bentuk nyatanya adalah mendampingi pemerintah daerah (pemda) untuk menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga shelter tsunami.

    Selain itu, BMKG juga berkolaborasi dengan Indian Ocean Tsunami Information Center. Komunitas ini bertujuan buat mengedukasi 25 negara di Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami. “Kami edukasi publik bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemda sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang menyebabkan tsunami,” kata dia.

    Ketiga, BMKG senantiasa mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemda.

    “Sirine [peringatan tsunami] harusnya tanggung jawab pemerintah daerah, hibah dari BNPB, hibah dari BMKG, tapi pemeliharaan dari pemerintah daerah, kan otonomi daerah. Ternyata sirine selalu kita tes tanggal 26 [tiap bulan], kebanyakan bunyi tapi yang macet ada,” bongkarnya.

    Keempat, BMKG berupaya terus menyebarluaskan peringatan dini bencana. Menurut Dwi, jika masyarakat harus siap, berarti harus ada penyebarluasan informasi. “Kami dibantu Kominfo,” tandas dia.

    Berdasarkan pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, berikut ini daftar 13 segmen Megathrust yang mengancam Indonesia:

    1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9

    2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4

    3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7

    4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7

    5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7

    6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5

    7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2

    8. Megathrust Nias-Simeulue dengan potensi gempa M8,7

    9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8

    10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9

    11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5

    12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2

    13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa Hari Ini Rabu 22 Oktober 2025 Membuat Wilayah Buru Selatan Maluku Bergetar – Page 3

    Gempa Hari Ini Rabu 22 Oktober 2025 Membuat Wilayah Buru Selatan Maluku Bergetar – Page 3

    Tanggap Bencana Gempa Bumi

    Meski tak bisa dicegah, gempa bumi adalah bencana yang bisa dihadapi. Salah satu cara menghadapi gempa bumi adalah tanggap akan bencana gempa bumi.

    Contoh tanggap gempa bumi adalah mengetahui prosedur evakuasi dan mematuhi pedoman keselamatan ketika bencana ini datang.

    Menurut BNPB, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

    Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

    Menurut WHO, gempa bumi adalah guncangan hebat dan tiba-tiba dari tanah, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

    Gempa bumi dapat mengakibatkan goncangan tanah, likuifaksi tanah, tanah longsor, retakan, longsoran, kebakaran dan tsunami.