Musim hujan di negara Asia Tenggara ini dimulai pada bulan September dan akan berlangsung hingga April, kata BNPB, yang membawa risiko banjir dan curah hujan ekstrem yang lebih tinggi. Tanah longsor lainnya pada bulan Januari yang dipicu oleh hujan deras di kota Pekalongan, Jawa Tengah, menewaskan sedikitnya 25 orang. (REUTERS/Stringer)
Kementrian Lembaga: BNPB
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5412525/original/073158200_1763094384-1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Badan Geologi Sebut Lokasi Longsor Cilacap Masuk Zona Gerakan Tanah Menengah
Badan Geologi Kementerian ESDM menebutkan informasi terkahir yang diterima soal dampak gerakan tanah atau tanah longsor terjadi di dua dusun, yaitu Tarukahan dan Cibaduyut, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada hari Kamis, 13 November 2025 pukul 20.00 WIB dengan koordinat diperkirakan 7.290648 derajat S, 108.742234 derajat E.
Berdasarkan info Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD dan media massa, akibat kejadian tersebut 47 korban terdiri dari 3 orang meninggal dan diperkirakan setidaknya 21 orang hilang dan masih dalam pencarian serta 26 selamat.
“Akibat kejadian itu diketahui aliran listrik dan sinyal juga ikut putus. Update korban masih berlanjut, pencarian 21 orang hilang akibat longsor di Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dilanjutkan pada Jumat (14/11/2025) mulai pukul 08.00 WIB,” tutur Wafid.
Bencana gerakan tanah yang terjadi diperkirakan berupa longsoran atau gelinciran bahan rombakan bertipe rotasional.
Dilansir Liputan6, longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis malam, menyebabkan puluhan orang dilaporkan hilang, dan dua orang ditemukan meninggal dunia. Tim SAR sampai saat ini masih terus melakukan pencarian korban.
“Pagi ini, tim SAR gabungan kembali melakukan evakuasi dan pencarian. Masih ada 21 warga yang dalam pencarian,” kata Camat Majenang Aji Pramono di Cilacap, Jumat (14/11/2025).
Aji juga mengatakan tanah longsor yang melanda Dusun Cibuyut dan Tarukahan, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, terjadi pada Kamis (13/11/2025), sekitar pukul 20.00 WIB
Longsor Cilacap berdampak terhadap 28 warga, dua orang di antaranya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, lima orang ditemukan dalam kondisi selamat, dan 21 orang dalam pencarian.
Ia menduga tanah longsor tersebut sebagai dampak dari hujan lebat yang terjadi sejak akhir pekan lalu.
“Kalau kemarin hujannya normal. Ini (longsor) mungkin dampak dari hujan lebat yang terjadi selama beberapa hari sebelumnya, terakumulasi, sehingga tanah tidak mampu menahan beban,” kata Aji.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Budi Setyawan mengatakan dua korban yang ditemukan meninggal dunia terdiri atas Julia (20) dan Maya (15), warga Dusun Tarukahan.
Menurut dia, di Dukuh Tarukahan terdapat tujuh korban yang masih dalam pencarian, yakni Yuni, Nina, Fani, Fatin, Lilis, Danu, dan seorang balita anak Lilis.
-

Tips Liburan Aman dan Nyaman saat Musim Hujan
JAKARTA – Memasuki musim hujan, banyak orang mulai menyesuaikan rencana liburan mereka. Meskipun cuaca tidak selalu bersahabat, berwisata di tengah hujan tetap bisa menjadi pengalaman menyenangkan asalkan dilakukan dengan persiapan yang baik.
Kementerian Pariwisata pun memberikan sejumlah imbauan agar masyarakat dapat menikmati liburan yang aman, nyaman, dan tetap berkesan selama periode penghujan ini.
Kementerian menyampaikan bahwa panduan tersebut mengacu pada Surat Edaran Menteri Pariwisata tentang Penyelenggaraan Kegiatan Wisata yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan.
Dalam surat tersebut, ditekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah daerah, pelaku usaha, pengelola destinasi, dan wisatawan dalam menciptakan kegiatan wisata yang bertanggung jawab serta memperhatikan aspek keselamatan.
“Kementerian Pariwisata mengimbau masyarakat yang merencanakan perjalanan wisata pada musim penghujan, yang dalam waktu dekat ini di periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 agar selalu memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dalam berwisata,” tertulis dalam keterangan pers Kementerian Pariwisata, seperti dikutip ANTARA.
Masyarakat diingatkan untuk bijak dalam memilih destinasi wisata dan menghindari lokasi yang rawan terkena dampak cuaca ekstrem seperti hujan deras, angin kencang, atau longsor.
Penggunaan moda transportasi yang layak dan telah memenuhi standar keselamatan dari instansi berwenang juga sangat disarankan demi mencegah risiko kecelakaan selama perjalanan.
Kementerian menekankan pentingnya mencari informasi terkait destinasi sebelum berangkat, termasuk jam operasional, kapasitas pengunjung, serta aturan keselamatan di lokasi wisata. Dengan mempersiapkan informasi tersebut sejak awal, wisatawan dapat mengatur waktu lebih efisien dan menikmati perjalanan tanpa kendala berarti.
Selain itu, wisatawan diharapkan tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan serta mendukung penerapan pariwisata berkelanjutan di setiap destinasi yang dikunjungi. Masyarakat juga disarankan memanfaatkan asuransi perjalanan atau perlindungan wisata, terutama bagi mereka yang berencana mengunjungi kawasan dengan risiko tinggi.
Kementerian Pariwisata turut mendorong pengelola destinasi wisata untuk menerapkan manajemen risiko pariwisata sesuai dengan Petunjuk Teknis Implementasi Manajemen Risiko di Destinasi Pariwisata.
Pengelola juga diimbau memedomani prinsip CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) serta memperhatikan aspek penanggulangan kebencanaan dan pengelolaan pengunjung agar destinasi tetap aman dan berkelanjutan.
Sebelum dan selama perjalanan, wisatawan disarankan memperhatikan informasi cuaca dan potensi bencana yang dikeluarkan BMKG, serta mengikuti arahan dari BNPB maupun BPBD setempat.
“Wisatawan diharapkan dapat tetap berwisata secara aman, nyaman, dan menyenangkan selama musim penghujan, serta turut berperan aktif dalam menciptakan pariwisata yang tangguh, berkelanjutan, dan berkeselamatan,” tutup kementerian.
-

2 Orang Tewas Akibat Banjir di Brebes
Brebes –
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dua orang tewas akibat banjir yang melanda Kabupaten Brebes. Korban diduga tewas usai terseret banjir bandang dan tersengat listrik.
“Dari Kabupaten Brebes dilaporkan dua orang meninggal dunia akibat banjir yang melanda,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis, Minggu (9/11/2025).
Banjir di Brebes itu terjadi pada Sabtu (9/11). Selain korban tewas, enam orang warga juga harus mengungsi di rumah tetangga.
Banjir di Brebes terjadi akibat luapan sungai dan berdampak di tiga kecamatan, antara lain Kecamatan Sirampog, Bumiayu, dan Bantarkawung. Jembatan Bantarwaru yang menghubungkan desa Bangbayang-Bantarwaru-Pengarasan putus.
Dia mengatakan hujan disertai angin kencang telah menimbulkan kerusakan rumah warga di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog. Terjangan angin menyebabkan dua unit rumah rusak berat dan sepuluh rumah lainnya rusak ringan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes telah melakukan asesmen di lapangan dan mengevakuasi warga terdampak. Sebagai informasi, Kecamatan Sirampog berada di wilayah perbukitan curam dengan ketinggian bervariasi antara 875-1.000 mdpl.
Dari beberapa laporan kejadian bencana terdahulu, wilayah ini juga rawan pergerakan tanah yang dipicu oleh faktor cuaca. Berdasarkan data bencana BNPB, pada pertengahan April 2025, telah terjadi fenomena gerakan tanah di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, yang merusak 114 unit rumah.
BNPB bersama BPBD Kabupaten Brebes telah merelokasi warga dengan memberikan hunian tetap di kawasan yang lebih aman. Sementara itu, wilayah Kecamatan Bumiayu juga memiliki risiko bencana tinggi karena posisinya dikelilingi pegunungan dan bukit dengan ketinggian rata-rata 690 mdpl.
“Topografinya yang berupa lereng bukit yang curam, lembah cekungan dan beberapa aliran sungai besar berisiko mudah meluap tiba-tiba jika terjadi hujan deras di wilayah hulu. Monitoring wilayah perbukitan, penanaman vegetasi penguat struktur tanah hingga perbaikan wilayah hulu sungai diharapkan dapat dilakukan secara berkala,” ujarnya.
Halaman 2 dari 2
(haf/imk)
-
/data/photo/2025/11/08/690f33a0aaec1.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pencarian 18 Korban Banjir dan Longsor di Nduga Terkendala Medan Sulit Regional 8 November 2025
Pencarian 18 Korban Banjir dan Longsor di Nduga Terkendala Medan Sulit
Tim Redaksi
JAYAPURA, KOMPAS.com
– Upaya pencarian terhadap korban banjir bandang dan longsor di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, terus dilakukan oleh tim SAR gabungan dari BPBD, TNI, Polri dan keluarga maupun kerabat para korban.
Dari 23 warga yang hilang akibat banjir dan longsor di Distrik Dal dan Mebarok, lima orang sudah berhasil ditemukan dan dimakamkan. Sementara 18 lainnya masih dalam pencarian.
Komandan Pos Dal Yonif 400/Banteng Riders, Letda Inf Prabdi Susanto, mengatakan bahwa upaya pencarian para korban terkendala medan sulit dan faktor keamanan. Sebab, lokasi pencarian merupakan daerah rawan.
“Kami berupaya membantu sebisa kami dengan menerbangkan drone dan melakukan penyisiran di sepanjang aliran Sungai Panpan karena lokasi yang sangat rawan. Tentunya kami juga mengutamakan keselamatan personel dalam melakukan pencarian para korban,” katanya pada Sabtu (8/11/2025).
Selain medan sulit, Prabdi menyebut bahwa tim SAR gabungan terkendala dengan putusnya akses jalan dari Distrik Mbua menuju Distrik Dal sehingga membuat pasokan logistik terputus.
“Bencana alam yang terjadi membuat akses jalan putus dan tidak bisa dilewati dari Mbua ke Dal. Akibatnya, dorongan logistik baik sembako maupun pakaian tak bisa dibawa ke Distrik Dal atau ke lokasi warga terdampak bencana,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa perbaikan jalan dan jembatan sangat mendesak agar bantuan kemanusiaan dan logistik bisa segera menjangkau masyarakat yang terdampak.
“Harapan kami pemerintah provinsi atau pusat bisa membantu memperbaiki jalan dan jembatan sehingga bisa membuka akses ke lokasi terdsampak bencana,” pintanya.
Sementara itu, Anggota Majelis Rakyat
Papua Pegunungan
(MRPP) Pdt. Eliaser Tabuni, meminta Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan, Pemerintah Pusat, BNPB hingga TNI dan Polri untuk turut membantu proses pencarian.
“Kepada pemerintah dan pihak terkait, kami minta bantu cari para korban yang masih hilang. Mereka harus ditemukan dan dimakamkan dengan cara yang layak dan terhormat. Untuk itu, pencarian belum berhenti dan terus dilakukan dengan cara penyisiran dari Distrik Dal hingga ibu kota Kenyam,” ujarnya.
Disamping itu, Eliaser meminta kepada Pemda
Nduga
, Provinsi Papua Pegunungan untuk segera melakukan perbaikan jalan dan jembatan yang rusak sehingga transportasi kembali lancar dan bantuan dapat disalurkan kelokasi bencana.
“Kalau bisa ada alat berat yang diturunkan untuk membuat jalan dan jembatan darurat. Dengan begitu maka bantuan sembako yang sudah ada di Wamena, Mbua dan Kenyam dapat disalurkan kepada keluarga korban dan masyarakat terdampak,” pintanya.
Atas nama masyarakat Nduga, Eliaser juga meminta agar bencana ini harus menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen bangsa. Semua harus bersatu dan mendukung agar proses pencarian korban dapat dipercepat dan kehidupan masyarakat bisa segera pulih.
“Kami tidak ingin dilupakan. Kami bagian dari Indonesia dan kami percaya negara hadir untuk kami,” tutup Eliaser.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5414043/original/063196500_1763252338-WhatsApp_Image_2025-11-16_at_06.02.14.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/15/69186a54b144e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5409072/original/058509100_1762845685-157621.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
