Kementrian Lembaga: BMKG

  • Gempa Magnitudo 3,6 Guncang Selatan Pacitan, 65 Kejadian Selama September

    Gempa Magnitudo 3,6 Guncang Selatan Pacitan, 65 Kejadian Selama September

    Pacitan (beritajatim.com) – Kabupaten Pacitan kembali diguncang gempa bumi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa bumi dengan magnitudo 3,6 terjadi di wilayah selatan Pacitan, Senin (22/9/2025) pukul 09.27 WIB. Pusat gempa berada pada koordinat 10,67 Lintang Selatan dan 111,22 Bujur Timur atau sekitar 277 kilometer tenggara Pacitan, Jawa Timur, dengan kedalaman 10 kilometer.

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, Erwin Andriatmoko, memastikan hingga kini tidak ada laporan dari masyarakat.

    “Tidak ada laporan masuk, termasuk getaran maupun kerusakan,” kata Erwin, Senin (22/9/2025).

    Meski demikian, pihaknya tetap mengimbau warga untuk selalu waspada. Menurutnya, gempa susulan bisa saja terjadi mengingat wilayah Pacitan dan sekitarnya termasuk kawasan rawan gempa.

    “Kami berharap masyarakat tetap tenang, namun meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya gempa susulan,” tambahnya.

    Berdasarkan data Pusdalops BPBD Pacitan, sepanjang bulan September 2025 telah terjadi sebanyak 65 kejadian gempa bumi di wilayah Pacitan. Rentang kekuatan gempa tersebut tercatat antara 2 hingga 4 skala Richter. [tri/aje]

  • Penjelasan BMKG: Gempa Sukabumi-Bogor Dipicu Sesar Aktif Dangkal, Ada 39 Kali Gempa Susulan

    Penjelasan BMKG: Gempa Sukabumi-Bogor Dipicu Sesar Aktif Dangkal, Ada 39 Kali Gempa Susulan

    BMKG mencatat gempa tersebut dirasakan warga di Kalapanunggal dan Kabandungan dengan intensitas III–IV MMI, di Pamijahan dan Leuwiliang dengan intensitas III MMI, di Bogor II–III MMI, serta di Palabuhanratu dan Depok dengan intensitas II MMI.

    Gempa yang terjadi menyebabkan kerusakan ringan pada lima rumah di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, yang dihuni sekitar 20 jiwa. Tidak ada laporan korban jiwa maupun luka dalam kejadian ini.

    Kerusakan bangunan terjadi karena kombinasi hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak di lokasi terdampak, serta struktur bangunan rumah warga yang belum memenuhi standar tahan gempa.

  • Fakta-fakta Gempa Sukabumi dan Bogor pada 20-21 September 2025

    Fakta-fakta Gempa Sukabumi dan Bogor pada 20-21 September 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – BMKG mengungkapkan sejumlah fakta-fakta gempa bumi yang terjadi di Sukabumi dan Bogor pada 20 dan 21 September 2025.

    Direktur Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono melalui laman instagramnya mengungkapkan sejumlah fakta menarik di balik puluhan gempa yang terjadi dua hari tersebut.

    Salah satunya adalah gempa yang tercatat oleh BMKG dalam periode tersebut mencapai 39 kali.

    FAKTA GEMPA SUKABUMI-BOGOR 20-21 SEPT. 2025

    1. Gempa utama (mainshock) memiliki magnitudo M4,0 dengan kedalaman hiposenter 7 km. Terjadi pada hari Sabtu 20 September 2025 pukul 23:47:44 WIB.

    2. Episenter gempa terletak di darat, di wilayah Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi.

    3. Jenis gempa yang terjadi adalah gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif.

    4. Bukti bahwa Gempa Sukabumi-Bogor adalah gempa tektonik tampak pada bentuk gelombang gempa (waveform) hasil catatan Sensor Seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) dengan karakteristik gelombang S (shear) yang tampak kuat dengan komponen frekuensi tinggi. Fakta ini sekaligus memastikan bahwa gempa yang terjadi bukan dipicu gempa volkanik.

    5. Hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar/geser (strike-slip fault).

    6. Gempa yang terjadi TIDAK dipicu oleh aktivitas sesar Citarik, karena pusat gempa utama dan susulannya tersebar jauh di sebelah barat jalur Sesar Citarik.

    7. Gempa ini dirasakan di Kalapanunggal dan Kabandungan dalam Skala Intensitas III – IV MMI, di Pamijahan dan Leuwiliang dalam III MMI, di Bogor dalam II – III MMI, dan di Palabuhanratu dan Depok dalam II MMI.

    8. Gempa yang terjadi menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah warga di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan. Catatan sementara menunjukkan ada 5 rumah yang terdampak, 20 jiwa harus menghadapi situasi darurat. Patut disyukuri bahwa, gempa yang terjadi tidak menimbulkan korban meninggal dunia dan luka-luka.

    9. Kerusakan bangunan rumah disebabkan karena hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak di zona gempa dan struktur bangunan yang lemah tidak standar tahan gempa.

    10. Hasil monitoring BMKG menunjukkan gempa susulan telah terjadi sebanyak 39 kali. Gempa susulan dirasakan sebanyak 5 kali (M3,0 M3,8 M26, M2,8 dan 3,8). Magnitudo gempa susulan terbesar: M 3,8 dan terkecil: M 1,9.

    11. Gempa merusak di wilayah ini bukan yang pertama kali terjadi. Kejadian serupa pernah terjadi pada Maret 2020 dimana ratusan rumah rusak di 6 kecamatan yang termasuk Kabandungan. Pada Desember 2023 juga terjadi di Pamijahan dan

  • Udara Labuan Bajo Sementara Bersih Sebaran Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki

    Udara Labuan Bajo Sementara Bersih Sebaran Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki

    JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan untuk sementara ruang udara Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT), bebas dari sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang kembali erupsi sejak 19 September 2025.

    “Sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki sempat sampai di ruang udara Manggarai Barat, bahkan sampai tadi malam pukul 22.00 WITA masih menunjukkan wilayah udara kita masih masuk dalam poligon sebaran abu vulkanik,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran dihubungi di Labuan Bajo, Minggu, disitat Antara.

    Ia menambahkan, ruang udara Manggarai Barat dinyatakan bersih dari sebaran abu vulkanik berdasarkan pemantauan satelit dan laporan pilot dari penerbangan yang melintas di atas Labuan Bajo melaporkan secara visual tidak ada sebaran abu vulkanik.

    “Karena selain pantauan real time selain memakai satelit, juga berdasarkan laporan pilot yang melintasi area di sekitarnya, ini bukan berarti menuju ke area poligon, karena justru area yang sudah ditandai itu wajib dihindari dengan membuat rute baru,” kata Maria.

    Maria juga menjelaskan walaupun erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur kali ini tidak begitu mudah erupsi seperti pada erupsi di beberapa bulan lalu, namun erupsi terjadi secara kontinyu.

    “Erupsi tidak eksplosif tapi sebaran abu bisa sampai Manggarai Barat karena erupsi yang berlangsung terus-menerus (intermiten) dengan suplai abu vulkanik yang konsisten dan terakumulasi di udara dan jika didukung angin yang konsisten dari timur tenggara serta tanpa hujan, maka dapat meningkatkan juga peluang sebaran abu vulkanik sampai jauh,” kata Maria.

    Maria menambahkan berdasarkan pemantauan pada citra satelit abu vulkanik, tidak terdeteksi lagi sebaran abu vulkanik di ruang udara Manggarai Barat karena bisa saja tertutup awan atau sudah semakin halus terurai di udara sehingga dengan limitasinya, satelit tidak dapat mendeteksi lagi.

    “Laporan dari pos pengamatan darat menyebutkan erupsi masih berlangsung secara intermiten, namun dalam poligon sebaran abu vulkanik dari erupsi pagi tadi yang disertai prediksi hingga pukul 00.40 WITA nanti malam menunjukkan sebaran tidak sampai ke Manggarai Barat,” ungkap Maria.

    Maria juga mengungkapkan faktor utama yang mengakibatkan abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki bisa sampai ke Labuan Bajo di Manggarai Barat adalah pola angin di setiap lapisan atmosfer dan tinggi kolom abu erupsi.

    Semakin tinggi kolom abu, lanjut dia, maka semakin besar pula peluang abu vulkanik tersebar kemana-mana karena angin di tiap lapisan yang berbeda arah dan kecepatannya,

    “Sehingga keterangan dalam berita sigmet volcanic ash (VA) pasti dibedakan level sebarannya,” kata Maria.

    Sementara itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sebanyak 27 kali gempa letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur pada periode 19-20 September 2025.

    Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam laporan khusus perkembangan aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki Level IV (Awas) tanggal 20 September 2025 pukul 21.00 WITA.

    Dalam laporan tersebut, tercatat juga dua kali gempa guguran, sembilan kali gempa hembusan, satu kali gempa harmonik, 23 kali gempa tremor non-harmonik, 18 kali gempa low frekuensi, tiga kali gempa vulkanik dalam, lima kali gempa tektonik jauh, dan satu kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 2.9 – 22 mm, dominan 14.8 mm.

    “Aktivitas visual menunjukkan letusan masih terjadi dengan kolom abu yang fluktuatif antara 800-6000 meter. Asap juga terlihat keluar dari rekahan di sisi barat laut, yang mengindikasikan adanya zona lemah dan berpotensi menjadi jalur erupsi baru,” kata Muhammad Wafid.

  • Topan Ragasa Hantam Filipina, BMKG Ungkap Dampaknya ke Wilayah RI

    Topan Ragasa Hantam Filipina, BMKG Ungkap Dampaknya ke Wilayah RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa negara telah mengeluarkan perintah evakuasi, sebagai antisipasi terjadi banjir dan tanah longsor akibat Badai Topan Ragasa. Pada Minggu (21/9/2025) waktu setempat, Channel News Asia melaporkan Taiwan sudah mengeluarkan perintah evakuasi.

    Hampir 300 orang akan dievakuasi dari Kabupaten Hualien di wilayah timur. Angka tersebut masih bisa berubah, menyesuaikan pergerakan topan dalam 24 jam ke depan.

    Sebelumnya, badan meteorologi Filipina melaporkan Ragasa sedang mengalami intensifikasi cepat dan diprediksi akan mendarat di wilayah kepulauan Batanes atau Babuyan pada Selasa (23/9) sore.

    Dua wilayah tersebut tergolong jarang penduduk sehingga dampaknya diprediksi minim, meski potensi bencana tetap tinggi. Menteri Dalam Negeri Filipina Jonvic Remulla mengatakan langkah evakuasi dini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa.

    Ahli cuaca Filipina John Grender Almario dalam konferensi pers memperingatkan potensi banjir parah dan tanah longsor di wilayah utara Luzon. Ia mengatakan dampak terkuat akan dirasakan mulai Senin pagi, dengan intensitas puncak sekitar pukul 08.00 waktu setempat.

    Di Hong Kong, observatorium setempat mengingatkan cuaca akan memburuk pada Selasa (23/9) dan Rabu (24/9). Angin topan dan gelombang pasang diprediksi mirip dengan dampak Topan Mangkhut pada 2018 yang sempat melumpuhkan aktivitas kota.

    Peringatan BMKG di Wilayah RI

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan Siklon Tropis Ragasa terpantau di Laut Filipina timur Pulau Luzon dengan kecepatan angin maksimum sekitar 85 knot (155km/jam) dan tekanan udara minimum 950 hPa.

    BMKG memprediksi kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Ragasa meningkat dalam 24 jam ke depan menjadi kategori 4 dengan pergerakan ke arah barat-barat laut menjauhi wilayah Indonesia.

    Selain itu, Bibit Siklon Tropis 92W juga terbentuk pada Sabtu (20/9) pukul 19:00 WIB di wilayah Samudra Pasifik Barat sebelah timur laut Papua, di luar Area of Monitoring (AoM). Adapun prediksinya, potensi Bibit Siklon ropis 90W berkembang menjadi Siklon Tropis dalam 24-72 jam ke depan dengan kategori peluang ‘Rendah’.

    Lebih lanjut, BMKG mengatakan Siklon Tropis Ragasa memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia dalam 24 jam ke depan, yakni 21 September 2025 pukul 07:00 WIB hingga 22 September 2025 pukul 07.00 WIB.

    Beberapa wilayah diprediksi bisa mengalami hujan dengan intensitas sedang-lebat. Masing-masing di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

    Sama halnya dengan Bibit Siklon Tropis 92W yang dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia dalam 24 jam ke depan.

    Adapun wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami intensitas hujan sedang-lebat adalah Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ahli BRIN Beri Warning, 29 Pulau di Kepulauan Seribu Terancam Hilang

    Ahli BRIN Beri Warning, 29 Pulau di Kepulauan Seribu Terancam Hilang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan bahwa sebanyak 29 pulau di Kepulauan Seribu terancam tenggelam. Hal itu imbas dari perubahan iklim, kenaikan suhu, cuaca ekstrem, hingga permukaan laut yang terus meninggi.

    “Dalam skenario terburuk, 29 pulau bisa hilang,” ujar Periset Pusat Riset Oseanografi BRIN Martiwi Diah Setiawati, dalam unggahan akun instagram @brin_indonesia, dikutip Minggu (21/9/2025).

    Air laut naik 3-5 meter, imbasnya adalah ancaman bagi beberapa pulau yang tingginya hanya 2,4 meter dari permukaan laut. Jika 29 pulau lenyap di Kepulauan Seribu maka akan berdampak pada 16.500 orang yang tinggal di wilayah tersebut.

    Jika tidak tenggelam, pulau-pulau akan makin sempit, sedangkan penduduknya terus bertambah. Penduduk setempat melakukan reklamasi pantai secara mandiri untuk meningkatkan luas daratan.

    “Dampaknya, polusi air meningkat, ekosistem pesisir rusak, dan alih fungsi dari laut dangkal ke daratan,” imbuhnya.

    Tidak hanya mengancam hilangnya pulau, suhu yang terus naik hingga 2,2 derajat celcius bisa memperburuk kesehatan, produktivitas, bahkan risiko kematian akibat panas ekstrem.

    Dengan begitu, Martiwi menekankan bahwa perlu adanya aksi nyata mulai dari sistem peringatan dini hingga penanaman mangrove sebagai benteng alami.

    Sebelumnya, Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa perubahan iklim adalah kenyataan ilmiah yang harus dihadapi bersama.

    Dalam paparannya, Dwikorita menjelaskan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan telah terjadi saat ini dan semakin nyata dirasakan di berbagai belahan dunia.

    “Perubahan iklim adalah perubahan signifikan pola cuaca global dan regional dalam jangka panjang. Saat ini, kita menyaksikan perubahan yang dulunya memakan waktu jutaan tahun, kini terjadi hanya dalam beberapa dekade akibat aktivitas manusia, terutama sejak Revolusi Industri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/4/2025).

    BMKG mencatat, tahun 2024 menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan suhu global. Suhu rata-rata global tercatat telah melampaui ambang batas 1,5°C dibandingkan masa pra-industri (tahun 1850). Ambang batas ini adalah angka krusial yang ditetapkan dalam Kesepakatan Paris untuk menghindari dampak paling buruk dari perubahan iklim.

    “Target pembatasan suhu global semestinya baru tercapai pada tahun 2100, namun kini sudah dilampaui jauh lebih awal. Ini menjadi alarm keras bagi seluruh dunia,” tegasnya.

    Di Indonesia, anomali suhu rata-rata nasional mencapai +0,8°C dibandingkan periode normal 1991- 2020. Dampaknya bukan hanya suhu yang lebih panas, tetapi juga peningkatan intensitas dan frekuensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan kebakaran hutan.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa M 3,8 Kembali Guncang Sukabumi, Ini Kata BMKG

    Gempa M 3,8 Kembali Guncang Sukabumi, Ini Kata BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa bumi berkekuatan M 3,8 kembali terjadi pada sore ini pukul 16:23 WIB di Sukabumi, Jawa Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan gempa terjadi dengan kedalaman 8km.

    Adapun pusat gempa berada di darat 28km timur laut Sukabumi. BMKG mengatakan gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif. 

    Berdasarkan laporan masyarakat, gempa bumi dirasakan di wilayah Kalapanunggal, Kabandungan, Dramaga, Palabuhan Ratu, dengan Skala Intensitas II MMI. Artinya, getaran dirasakan beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. 

    Adapun gempa sore ini merupakan rangkaian susulan gempa bumi utama dengan kekuatan M 4,0 pada Sabtu (20/9) malam pukul 23:47 WIB. 

    Hingga pukul 16:37 WIB, BMKG mendeteksi sudah ada 38 kejadian gempa bumi susulan. Adapun susulan terbesar tercatat dengan kekuatan M 3,8 dan terkecil M 1,9. 

    “Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gerhana Matahari Parsial: Waktu dan Cara Menyaksikannya – Page 3

    Gerhana Matahari Parsial: Waktu dan Cara Menyaksikannya – Page 3

    BMKG merilis waktu terjadinya gerhana menggunakan Universal Time (UTC). Apabila dikonversi ke Waktu Indonesia Barat (WIB) akan bertambah +7 jam. Ini rinciannya adalah sebagai berikut:

    – Awal gerhana: 17.29 UTC (00.29 WIB, 22 September 2025)

    – Puncak gerhana: 19.41 UTC (02.41 WIB, 22 September 2025)

    – Akhir gerhana: 21.53 UTC (04.53 WIB, 22 September 2025)

    Bagi masyarakat di Indonesia yang ingin melihat fenomena langka ini bisa menyaksikan siaran langsung (live streaming) yang biasanya disediakan oleh platform internasional seperti Time and Date, NASA TV, maupun sejumlah observatorium luar negeri.

  • Waspada Cuaca “Ngaco”, BMKG Beri Peringatan Terbaru

    Waspada Cuaca “Ngaco”, BMKG Beri Peringatan Terbaru

    Daftar Isi

    Peringatan Dini dan Prediksi Cuaca di Indonesia

    Imbauan BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Cuaca di Indonesia dalam beberapa hari ke depan diperkirakan akan dipengaruhi oleh Bibit Siklon Tropis 90W dan Siklon Tropis “MITAG”.

    Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kedua sistem ini membentuk area perlambatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) di Laut Cina Selatan serta Laut Filipina.

    Peringatan tersebut disampaikan BMKG melalui Prospek Cuaca Mingguan yang dipublikasikan di laman resminya. Prospek ini berlaku untuk periode 18-25 September 2025.

    Bibit Siklon Tropis 90W diprediksi berada di Laut Filipina, dengan kecepatan angin maksimum 35 Knot, tekanan minimum sebesar 1002 hPa, dan arah pergerakan ke arah Barat Laut. Potensi bibit siklon ini menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori peluang tinggi.

    Sementara, Siklon Tropis “MITAG” diprediksi berada di Laut Cina Selatan, dengan kecepatan angin maksimum 50 Knot, tekanan minimum sebesar 1002 hPa, dan arah pergerakan ke arah Barat – Barat Laut.

    “Selama sepekan ke depan, pertumbuhan awan hujan yang signifikan masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kondisi ini dipicu oleh interaksi berbagai faktor atmosfer skala global, regional, hingga lokal, yang mempertahankan atmosfer berada dalam kondisi labil dan mendukung perkembangan awan konvektif,” tulis BMKG, dikutip Minggu (21/9/2025).

    “Aktivitas atmosfer tersebut berpotensi menghasilkan hujan dengan intensitas bervariasi, mulai dari ringan hingga sangat lebat,” lanjut BMKG.

    Menurut BMKG, cuaca di Indonesia juga akan dipengaruhi adanya pertemuan angin yang terpantau memanjang dari dari Perairan barat Aceh hingga Aceh, dari Samudra Hindia Barat Daya Lampung hingga Barat Bengkulu, dari Laut Jawa hingga Sumatra Selatan, dari Jawa Timur hingga Jawa Barat, dari Sulawesi Tenggara hingga Sulawesi Barat, di Laut Seram, dan di papua Selatan.

    Kondisi atmosfer pada skala lokal juga mendukung peningkatan potensi hujan. Labilitas atmosfer yang relatif kuat serta kelembapan udara yang basah menjadi pemicu terbentuknya awan konvektif di beberapa wilayah, yakni di sebagian besar Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua, Papua Selatan.

    “Dengan mempertimbangkan kondisi dinamika atmosfer tersebut, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi,” demikian peringatan BMKG.

    “BMKG mengingatkan pentingnya memantau secara rutin informasi cuaca melalui kanal resmi, menjaga kebersihan lingkungan, serta memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik agar tidak menimbulkan genangan,” tambah BMKG menegaskan.

    Peringatan Dini dan Prediksi Cuaca di Indonesia

    Periode 19-21 September 2025

    Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi hujan ringan hingga hujan lebat.

    “Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan,” tulis BMKG.

    Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di:

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat

    – Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.

    Angin Kencang

    – Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

    Periode 22-25 September 2025

    Umumnya cuaca di Indonesia didominasi hujan ringan hingga hujan lebat.

    Namun BMKG mengingatkan agar mewaspadai peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.

    Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di:

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat

    – Papua Pegunungan dan Papua.

    Meski begitu, BMKG mengingatkan, prospek tersebut adalah kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan media sosial BMKG.

    Imbauan BMKG

    BMKG pun memberi sejumlah imbauan menghadapi potensi cuaca ekstrem ke depan, termasuk menjauhi lokasi atau titik rentan bencana.

    – Waspada terhadap cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu, seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir

    – Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang

    – Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja

    – Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Foto-foto Dampak Gempa Bumi di Sukabumi Jawa Barat

    Foto-foto Dampak Gempa Bumi di Sukabumi Jawa Barat

    Bisnis.com, JAKARTA – Wilayah SUkabumi Jawa Barat diguncang hingga 30 kali gempa sejak semalam.

    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan pada Minggu, 21 September 2025 pukul 01:59:05 WIB, wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan sekitarnya diguncang gempabumi tektonik.

    Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempabumi ini berkekuatan M=3,8.

    Episenter terletak pada koordinat 6.75 LS dan 106.58 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 26 km TimurLaut Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 8 km.

    Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif .

    Dampak gempabumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempabumi ini dirasakan di wilayah Leuwiliang, Pemijahan dan Kabandungan dengan Skala Intensitas III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang),

    Di Cibadak dengan Skala Intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang),

    Di Pelabuhanratu dengan Skala Intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang – Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).

    Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempabumi tersebut.

    Berikut foto-foto dampak kerusakan gempa di Sukabumi