Kementrian Lembaga: BMKG

  • Gempa M 6,5 Guncang Sumenep, 162 Gempa Susulan Terjadi Sampai Hari Ini

    Gempa M 6,5 Guncang Sumenep, 162 Gempa Susulan Terjadi Sampai Hari Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa merusak berkekuatan M 6,5 mengguncang wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi di Jawa Timur, pada Selasa (30/9), pukul 23:49:43 WIB.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa Stasiun Geofisika Sleman selaku Pusat Gempa Regional 7 mencatat sebanyak 162 kejadian gempa susulan hingga hari ini, Kamis (2/10/2025).

    Sebanyak 2 di antaranya, termasuk gempa utama M 6,5, dirasakan oleh warga sekitar. Adapun gempa susulan yang terjadi memiliki kekuatan beragam, berkisar M 4,4-1,9. Adapun frekuensi kejadian gempa terus menurun.

    Berdasarkan kategorisasinya, gempa susulan terbanyak berkekuatan M 2,0 hingga kurang dari M 3,0, yakni sebanyak 141 gempa. Kemudian gempa berkekuatan M 3,0 hingga kurang dari M,0 sebanyak 16 gempa.

    Sebanyak 42 gempa susulan terjadi dalam kurun waktu 3 jam pasca gempa utama M 6,5 pada Selasa (30/9). Sepanjang pukul 02:49:43-05:49:43 pada hari ini, Kamis (2/10/2025), gempa susulan tersisa 6 kali.

    Sebelumnya, hasil analisis BMKG menunjukkan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,35° LS ; 114,22° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 58 Km arah Tenggara Sumenep, Jawa Timur pada kedalaman 12 km.

    Menurut Direktur Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa tersebut merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif di dasar laut.

    Ia mengatakan gempa tersebut merupakan gempa destrucive atau merusak. Gempa ini dirasakan sampai ke Tuban, Denpasar dan Gianyar, Lombok Utara, Kuta, hingga Blitar. Dilaporkan, terjadi kerusakan di sejumlah lokasi.

    “Gempa memicu kerusakan bangunan rumah di Pulau Sapudi,” sebut Daryono.

    “Kerusakan bangunan disebabkan karena hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak dan struktur bangunan lemah, tidak standar tahan gempa,” ia menambahkan.

    Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengungkapkan, hingga Rabu (1/10) pukul 08.28 WIB, gempa di Sumenep menyebabkan 3 warga luka-luka. Data sementara, tercatat 30 unit rumah rusak termasuk empat fasilitas ibadah terdampak dan satu fasilitas kesehatan.

    “Gempa yang terjadi pada pukul 23.49 WIB itu sempat membuat warga panik dan berhamburan keluar oleh guncangan yang cukup kuat,” kata Abdul Muhari dalam keterangannya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Genteng Rontok, Masjid Rusak, Warga Sekitar Bandara YIA Protes Dampak Jet Blast Pesawat
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        1 Oktober 2025

    Genteng Rontok, Masjid Rusak, Warga Sekitar Bandara YIA Protes Dampak Jet Blast Pesawat Yogyakarta 1 Oktober 2025

    Genteng Rontok, Masjid Rusak, Warga Sekitar Bandara YIA Protes Dampak Jet Blast Pesawat
    Tim Redaksi
    KULON PROGO, KOMPAS.com –
    Rumah, kebun, hingga bangunan masjid di Kalurahan Karangwuni, Kulon Progo, mengalami kerusakan akibat embusan angin pesawat atau jet blast dari pesawat di Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA).
    Jet blast adalah dorongan udara bertekanan tinggi yang dihasilkan mesin jet, terutama saat lepas landas atau ketika pesawat menggunakan daya dorong penuh.
    Aliran udara ini bisa mencapai kecepatan lebih dari 250 kilometer per jam, sehingga berpotensi merusak bangunan, peralatan, hingga menimbulkan bahaya serius bagi warga di sekitarnya.
    Sejumlah warga pun menuntut adanya solusi setelah berulang kali melapor tanpa mendapatkan tindak lanjut yang memuaskan.
    Salah satu keluhan datang dari Winarto, warga Karangwuni sekaligus Ketua Kelompok Nelayan Ngudi Rezeki.
    “Sudah berulang kali terjadi, kena kentut pesawat. (Akibatnya) genteng musak-masik, rontok. Kami dari masyarakat juga sudah sering buat laporan, seperti kena tempatnya Mas Agung, tempatnya Mbak Sri, dan banyak lagi,” kata Winarto saat ditemui di Karangwuni, Rabu (1/10/2025).
    Menurut Winarto, laporan warga sudah ditujukan ke desa, tetapi hingga kini belum ada tindak lanjut.
    Ia mengaku juga menjadi korban. Rumahnya yang berada di dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangwuni mengalami kerusakan atap akibat embusan pesawat.
    “Awalnya saya tidak percaya, meski banyak bangunan lain juga rusak. Tapi belum lama ini, angin kuat membuat genteng rumah saya rontok bersamaan dengan suara ledakan jet saat pesawat mendarat,” ujarnya.
    Winarto menambahkan, saat kejadian ia sedang makan bersama keluarga.
    “Tadinya mau saya biarkan saja, tapi karena ini musim hujan, saya segera perbaiki,” katanya.
    Berdasarkan perhitungan warga, setidaknya ada 10 rumah yang mengalami kerusakan serupa.
    Tidak hanya bangunan, sejumlah fasilitas lain seperti kandang ternak, pohon kelapa, tanaman semangka, cabai, hingga masjid di Pasir Mendit juga ikut terdampak.
    Warga kemudian melayangkan surat pengaduan resmi kepada PT Angkasa Pura Indonesia selaku pengelola Bandara YIA.
    “YIA sempat merespons dengan menurunkan tim ke lokasi,” ujar Winarto.
    Keluhan serupa juga disampaikan Agung Nurcahyo, warga Padukuhan Keboan, yang rumahnya berada tepat di jalur lurus pendaratan pesawat.
    “Genteng rumah saya rontok terus. Tanaman seperti kelapa, semangka, dan mulsa jadi rusak. Bahkan atap bangunan petani juga hilang karena angin pesawat,” kata Agung.
    Menurut Agung, kerusakan sudah terjadi sejak awal beroperasinya YIA, namun hingga kini belum ada solusi yang jelas.
    Ia mengaku sudah melapor berulang kali sejak pindah ke Karangwuni pada 2021, baik melalui email ke Surabaya, Jakarta, maupun surat resmi ke pihak YIA.
    “Kami ingin tinggal dengan nyaman, tidak terganggu terus-menerus seperti ini,” tegasnya.
    Agung menyebut, dalam seminggu genteng rumahnya bisa rontok hingga dua kali, terutama ketika pesawat mendarat dari arah timur saat angin bertiup ke permukiman. Biaya perbaikan pun mencapai sedikitnya Rp 500.000.
    Ia mengaku YIA pernah merespons keluhan warga, tetapi prosesnya justru menyulitkan.
    “Kami diminta menyediakan bukti berupa video dan memastikan waktu kejadian secara spesifik. Padahal tidak mungkin setiap hari kami mengawasi dan merekam pesawat yang lewat. Harusnya pihak bandara yang punya data lebih lengkap soal jadwal terbang,” ujar Agung.
    Warga berharap ada itikad baik dari pengelola Bandara YIA untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
    “Kami ini tetangganya bandara. Dalam filosofi Jawa, bertetangga itu harus saling membuat nyaman. Kalau ada dampak, ya seharusnya dibicarakan dan dicarikan jalan keluar,” tambah Winarto.
    Lewat pesan singkat yang disampaikan Humas YIA, General Manager YIA, Ruly Artha, mengungkapkan empati atas apa yang dialami warga sekitar bandara.
    “Kami telah melakukan komunikasi dengan beberapa warga melalui perangkat desa di beberapa wilayah sekitar bandara. Melalui entitas transportasi udara, kami memiliki Tim Reaksi Cepat yang terdiri dari PT Angkasa Pura Indonesia (YIA), Airline Operator Committee, BMKG, dan AirNav Indonesia,” tulis dia.
    “Setiap laporan yang masuk melalui perangkat desa ditindaklanjuti tim dengan pengecekan di lokasi serta langkah lain sesuai alur penanganan. Sebagai pengelola bandara, kami akan terus berupaya memastikan operasional penerbangan berjalan dengan baik, sesuai ketentuan, demi kenyamanan pengguna jasa bandara maupun masyarakat sekitar.”
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cek Korban Gempa di Sumenep, Pemkab Turun Langsung ke Lokasi

    Cek Korban Gempa di Sumenep, Pemkab Turun Langsung ke Lokasi

    Sumenep (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep turun langsung ke lokasi gempa yakni di Desa Gapurana Kecamatan Talango untuk menyerahkan bantuan tahap pertama bagi warga yang terdampak.

    Asisten Administrasi Umum Setkab Sumenep, Ferdiansyah Tetrajaya mengatakan bantuan awal yang disalurkan berupa kebutuhan pokok harian, mulai dari makanan siap saji hingga selimut dan matras.

    “Bantuan ini sifatnya darurat ya. Jadi hanya untuk menunjang kebutuhan korban selama beberapa hari ke depan. Sambil kami menunggu langkah lanjutan setelah rapat koordinasi Bupati dan Forkopimda,” katanya, Rabu (01/10/2025).

    Ia menjelaskan, tahap berikutnya adalah pendataan untuk mengetahui tingkat kerusakan rumah warga dan besaran kerugian yang dialami akibat gempa.

    “Bisa saja di tahap berikutnya Pemkab akan memberikan bantuan renovasi rumah. Tapi itu tentu saja akan kita asesmen terlebih dahulu tingkat kerusakan bangunannya,” terang Ferdian.

    Sementara satu rumah di Desa Gapurana Talango milik Pak Tajibu atau Pak Ebbu yang terdampak gempa tidak bisa lagi ditempati. Karena itu, Pak Ebbu untuk sementara akan tinggal di rumah anaknya, tidak jauh dari situ.

    “Tadi saya sudah komunikasi dengan anaknya. Jadi sementara Pak Ebbu ini akan tinggal bersama anaknya, sambil menunggu perbaikan rumah yang terdampak gempa,” ujarnya.

    Sedangkan untuk kondisi kesehatan Pak Ebbu, berdasarkan hasil pemeriksaan Puskesmas, dinyatakan sehat dan tidak ada luka meski mengaku sempat kejatuhan batu.

    “Tapi tadi saya sudah pesan ke tenaga kesehatan di Puskesmas supaya rutin memantau kondisi kesehatan Pak Ebbu,” ucapnya.

    Gempa bumi magnitudo 6,5 terjadi di Sumenep pada Selasa (30/09/2025) jam 23.49 WIB. Berdasarkan rilis Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada pada koordinat 7.25 lintang selatan,114.22 bujur timur, dengan episenter gempa berada di laut 50 kilometer tenggara Sumenep dan Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep di kedalaman 11 kilometer.

    Jenis gempa bumi yang terjadi di Sumenep adalah gempa tektonik, yakni gempa dangkal yang disebabkan adanya aktivitas sesar aktif bawah laut. Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami.

    BMKG juga mencatat terjadi empat kali gempa susulan hingga pukul 00.29 WIB Rabu pagi, dari kejadian awal pada Selasa (30/09/2025) pukul 23.49 WIB. Gempa susulan tersebut paling besar tercatat 4,4 magnitudo.

    Berdasarkan data di call center 112, gempa bumi magnitudo 6,5 yang mengguncang Sumenep pada Selasa (30/09/2025) jam 23.49 WIB menyebabkan 144 bangunan rusak.

    Bangunan rusak tersebut terdiri dari rumah, masjid, musholla, sekolah, dan Puskesmas, yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Gayam, Nonggunong, dan Talango. Sedangkan untuk korban luka tercatat ada 6 orang. Semuanya telah mendapatkan penanganan di Puskesmas Gayam. [tem/aje]

  • Fakta-Fakta Gempa Sumenep Magnitudo 6,5: Pemicu, Dampak, hingga Sejarah Gempa Merusak

    Fakta-Fakta Gempa Sumenep Magnitudo 6,5: Pemicu, Dampak, hingga Sejarah Gempa Merusak

     

    Liputan6.com, Jakarta – Guncangan gempa Magnitudo 6,5 yang melanda wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi Jatim, Selasa (30/9/2025), pukul 23.49.44 WIB menyebabkan kerusakan pada sejumlah rumah warga. Hasil analisis BMKG menyebutkan, Magnitudo gempa utama (mainshock) yakni terupdate M6,0 dengan kedalaman hiposenter dangkal 12 km. Episenter terletak pada koordinat 7,35° LS ; 114,22° BT, di laut, 58 Km arah Tenggara Sumenep.

    Direktur Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, gempa Sumenep yang terjadi merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif di dasar laut.

    “Sumber gempa tampaknya berasosiasi dengan perpanjangan sesar offshore Zona Kendeng (Madura Strait Back Arc Thrust),” kata Daryono.

    Mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

    Daryono juga membeberkan fakta dampak gempa Sumenep dirasakan antara lain di Pulau Sapudi dalam skala intensitas V-VI MMI (merusak bangunan rumah). Di Sumenep, Pamekasan, Surabaya intensitas III-IV MMI. Di Tuban, Denpasar, Gianyar intensitas III MMI. Di Tabanan, Buleleng, Kuta, Banyuwangi intensitas II-III MMI. Di Lombok Utara, Mataram, Lombok Tengah, Malang, Blitar intensitas II MMI.

    1Gempa susulan (aftershocks) hingga Rabu (1/10/2025) pukul 12.00 WIB tercatat sebanyak 117 kali. Magnitudo gempa susulan terbesar yakni M4,4 dan terkecil M1,9.

    Gempa Sumenep memicu kerusakan bangunan rumah. Berdasarkan update sementara dari Tim CC112 dan gabungan  berbagai unsur, didapat data kerusakan rumah dari skala berat hingga ringan dan korban luka akibat gempa.

    Di Kecamatan Gayam

    1. Rumah: 121 unit

    2. Masjid: 6 unit

    3. Musala: 1 unit

    4. Bangunan Sekolah: 8 unit

    5. Puskesmas lt2 rusak ringan

    Kecamatan Nonggunong

    1. Rumah: 17 unit

    2. Masjid: 2 unit

    3. Musala: 1 unit

    4. Bangunan Sekolah: 3 unit

    Sedangkan di Kecamatan Talango 1 rumah terdata rusak. Sementara korban luka sebanyak 6 orang dirawat Puskemas Gayam. Di Kecamatan Batang-batang terdata 1 rumah rusak berada di Desa Benuaju Timur.

    Daryono menegaskan, kerusakan bangunan disebabkan karena hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak dan struktur bangunan lemah, tidak standar tahan gempa.

    “Sumenep dilintasi jalur sumber gempa sesar aktif dengan tingkat aktivitas kegempaan yang cukup tinggi, dan memiliki catatan sejarah gempa merusak dan tsunami beberapa kali,” ungkap Daryono.

     

  • Analisis BMKG Gempa Sumenep M6,5: Dipicu Aktivitas Sesar Aktif Bawah Laut

    Analisis BMKG Gempa Sumenep M6,5: Dipicu Aktivitas Sesar Aktif Bawah Laut

  • Viral Hujan Es Turun di Cikini, BMKG Ungkap Penyebabnya

    Viral Hujan Es Turun di Cikini, BMKG Ungkap Penyebabnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena hujan es mengejutkan warga Cikini, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/9) sore. Menurut laporan warga dan video yang beredar di media sosial, hujan deras disertai angin kencang turun sekitar pukul 15.05 WIB. Selama sekitar satu menit terlihat butiran es kecil seperti kerikil jatuh bersama hujan.

    Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, menjelaskan bahwa hujan es bisa terjadi di wilayah tropis, terutama saat masa peralihan musim atau pancaroba.

    “Kami BMKG menjelaskan bahwa hujan es bisa terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, terutama saat masa peralihan musim (pancaroba),” ujar Guswanto dalam ketarangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (1/10/2025).

    Menurutnya, fenomena tersebut dipicu oleh kondisi atmosfer yang mendukung terbentuknya awan Cumulonimbus (Cb), yaitu awan hujan yang sangat tinggi dan padat.

    Di lapisan atas awan ini, suhu bisa mencapai sekitar -55 derajat Celcius, cukup dingin untuk membentuk butiran es kecil yang kemudian jatuh ke permukaan bersama hujan deras dan angin kencang.

    “Ini bukan hujan biasa, melainkan fenomena hujan es yang bisa terjadi secara lokal dan singkat saat cuaca ekstrem,” jelasnya.

    BMKG mendeteksi fenomena itu melalui radar cuaca. Hasil pemantauan menunjukkan area reflektivitas tinggi di kisaran 50-55 dBZ, yang menandakan adanya presipitasi padat seperti es.

    “Semakin merah pantulan radar berarti suhu puncak awan sudah mencapai -55°C, dan itu sudah berupa butiran es,” ia menjelaskan.

    Foto: Citra satelit cuaca 30 September 2025. (Dok. BMKG)
    Citra satelit cuaca 30 September 2025. (Dok. BMKG)

    Secara perinci, berikut penjelasan BMKG terkait hujan es di Cikini pada 30 September 2025:

    •⁠ ⁠Hujan es bisa terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, terutama saat masa peralihan musim atau pancaroba.

    •⁠ ⁠Kondisi atmosfer saat itu mendukung terbentuknya awan Cumulonimbus (Cb) -jenis awan hujan yang sangat tinggi dan padat.

    •⁠ ⁠Di lapisan atas awan ini, suhu bisa mencapai -55°C, cukup dingin untuk membentuk butiran es kecil.

    •⁠ ⁠Butiran es tersebut kemudian jatuh ke permukaan bersama hujan deras dan angin kencang.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sejarah Gempa Besar di Sumenep, Pernah Tewaskan 3 Orang – Page 3

    Sejarah Gempa Besar di Sumenep, Pernah Tewaskan 3 Orang – Page 3

    Menurut dia, sejarah mencatat setidaknya tujuh kali gempa merusak pernah terjadi di Sumenep. Antara lain gempa tahun 1863, gempa Sumenep-Sapudi tahun 1891, serta gempa tahun 1904. Dalam catatan modern, gempa 6,4 magnitudo pada 11 Oktober 2018 menewaskan tiga orang, melukai 34 lainnya, dan merusak 210 rumah.

    Selain itu, gempa magnitudo 4,9 pada 13 Juni 2018 merusak sejumlah rumah, gempa 5,0 magnitudo pada 2 Maret 2019 mengakibatkan enam rumah rusak dan satu orang luka-luka, serta gempa 4,9 magnitudo pada 2 April 2019 menyebabkan kerusakan 26 rumah di Pulau Raas.

    Sumenep juga memiliki tiga catatan sejarah tsunami. Pertama, tsunami Pulau Genteng Madura 7 Februari 1843. Kedua, tsunami Sumenep Madura 23 November 1889. Terakhir, tsunami Madura 29 Desember 1820.

    “Catatan ini menunjukkan bahwa wilayah Sumenep dan sekitarnya memang rawan gempa, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan memastikan bangunan tempat tinggal memenuhi standar tahan gempa,” ujarnya, dilansir dari Antara.

    Daryono mengimbau masyarakat di Jawa Timur dan sekitarnya tetap waspada terhadap potensi gempa susulan, namun tidak perlu panik, serta hanya mengikuti informasi resmi dari BMKG, BNPB, dan BPBD setempat.

     

  • Gempa Sumenep 6,5 SR Picu Kepanikan di Posko Pengungsian Korban Ambruknya Mushola Ponpes Al Khoziny

    Gempa Sumenep 6,5 SR Picu Kepanikan di Posko Pengungsian Korban Ambruknya Mushola Ponpes Al Khoziny

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Suasana panik sempat mewarnai posko pengungsian korban sekaligus dapur umum ambruknya gedung baru bertingkat di Lembaga Pesantren Al Khoziny, Buduran, Selasa (30/9/2025) malam. Ratusan orang di dalam dan luar gedung berlarian keluar setelah merasakan guncangan gempa yang berpusat di wilayah Sumenep sekitar pukul 23.49 WIB.

    Sejumlah pengungsi, mulai anak-anak hingga orang dewasa, berteriak histeris lantaran khawatir bangunan darurat maupun fasilitas sekitar posko roboh akibat getaran gempa.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa bumi yang dirasakan di Sidoarjo berpusat di laut 50 km Tenggara Sumenep, Jawa Timur. Gempa terjadi pada pukul 23.49 WIB dengan kekuatan magnitudo 6,5 Skala Richter (SR), berkategori sedang, dan tidak berpotensi tsunami.

    Kendati demikian, guncangan cukup kuat dirasakan hingga ke lokasi posko pengungsian. Jajaran kepala organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Sekda Provinsi Jatim Adhi Karyono, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, Kepala Basarnas Surabaya Nanang Sigit, serta Bupati Sidoarjo dan sejumlah pejabat kabupaten lainnya yang sedang menggelar pertemuan di lantai dua gedung juga ikut keluar untuk mencari tempat aman.

    Gubernur, Kapolda, Basarnas, BPBD, dan relawan segera menenangkan massa agar situasi tidak semakin kacau. “Keluar semua, keluar semua,” ujar salah satu petugas BPBD.

    Kapolda Jatim Nanang Avianto bersama Gubernur Khofifah juga mencoba menenangkan para wali santri yang panik berlarian. “Sudah keluar semua saja, nggak usah panik,” ucap Kapolda Nanang sambil berjalan.

    Petugas SAR di lokasi pun sempat panik dan terpaksa berpindah tempat. Sejumlah orang terjatuh akibat desakan saat berusaha keluar gedung. “Jangan lari, jangan lari,” kata seorang petugas SAR mengingatkan massa. [isa/beq]

  • Waspada Jakarta Diguyur Hujan Lebat-Angin Kencang, Ini Jadwalnya

    Waspada Jakarta Diguyur Hujan Lebat-Angin Kencang, Ini Jadwalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wilayah Jakarta diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas lebat-sangat lebat, bahkan disertai angin kencang pada periode 30 September hingga 2 Oktober 2025.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan sejumlah wilayah Indonesia memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan pada akhir September hingga Oktober 2025.

    Pacaroba ditandai dengan peningkatan curah hujan secara signifikan, umumnya terjadi pada sore hingga malam hari. Pola ini didahului dengan udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

    “Pemanasan permukaan memicu terbentuknya awan Cumulonimbus (Cb) yang menimbulkan hujan lokal tidak merata, berdurasi singkat, dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir, angin kencang, bahkan hujan es,” tulis akun Instagram PPID BMKG, dikutip Rabu (1/10/2025).

    Ada juga faktor dinamika atmosfer global, regional, dan lokal, yang memengaruhi cuaca Indonesia dalam sepekan ke depan.

    “Dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu banjir, genangan, dan longsong, yang berdampak pada aktivitas harian maupun transportasi,” BMKG memperingatkan.

    Lebih perinci, berikut peringatan dini BMKG terkait cuaca di Indonesia sepekan ke depan:

    30 September-2 Oktober 2025

    Potensi Hujan Sedang-Lebat: Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kaltara, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, Papua Selatan.

    Potensi Hujan Lebat-Sangat Lebat: Banten, Jakarta, Jateng, Yogyakarta, Jatim.

    Potensi Angin Kencang: Jakarta, NTT.

    3-6 Oktober 2025

    Potensi Hujan Sedang-Lebat: Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jabar, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kaltara, Kalsel, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, Papua Selatan.

    Potensi Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumbar, Papua Tengah, Papua Pegunungan.

    BMKG mengimbau masyarakat waspada terhadap perubahan cuaca yang sangat cepat dan signifikan, khususnya pada skala harian. Selain itu, perlu diwaspadai pula kemungkinan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.

    “Tetap tenang namun tetap waspada terhadap potensi bencana, terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi,” tulis PPID BMKG.

    Lebih lanjut, masyarakat perlu mengenali potensi bencana di lingkungan sekitar dan mulai memahami cara mengurangi risiko bencana. Khusus daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir, agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Analisis BMKG soal Penyebab Gempa M 6,5 di Sumenep

    Analisis BMKG soal Penyebab Gempa M 6,5 di Sumenep

    Jakarta

    BMKG mengatakan gempa magnitudo (M) 6,5 yang terjadi di wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi berpusat di laut. Gempa ini disebabkan adanya aktivitas sesar aktif bawah laut.

    “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif bawah laut,” ujar Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr Daryono kepada wartawan, Rabu (1/10/2025).

    Daryono mengatakan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik. Dia mengatakan gempa ini berjenis dangkal.

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” jelasnya.

    Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,0. Episenter gempa terletak pada koordinat 7,35° LS ; 114,22° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 58 Km arah Tenggara Sumenep, Jawa Timur, pada kedalaman 12 km.

    Sedangkan di daerah Tuban, Denpasar dan Gianyar dengan skala intensitas III MMI yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu. Lalu, di daerah Tabanan, Buleleng, Kuta dan Banyuwangi dengan skala intensitas II-III MMI yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu.

    “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.

    Daryono juga mengatakan hingga pukul 00.29 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 4 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 4.4. Dia pun mengimbau masyarakat tetap tenang dan menghindari bangunan rusak akibat gempa.

    (zap/ygs)