Kementrian Lembaga: BMKG

  • Mengenal Apa Itu Supermoon yang Bersinar di Langit Malam Ini
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Oktober 2025

    Mengenal Apa Itu Supermoon yang Bersinar di Langit Malam Ini Megapolitan 7 Oktober 2025

    Mengenal Apa Itu Supermoon yang Bersinar di Langit Malam Ini
    Penulis

    KOMPAS.com –
     Bulan terlihat lebih besar dan lebih terang dari biasanya pada malam ini, Selasa (7/10/2025).
    Fenomena ini dikenal sebagai Supermoon atau Purnama Perigee, yang menjadi salah satu momen langka dalam kalender astronomi tahun ini.
    Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Supermoon terjadi ketika Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi, yang disebut perigee, tepat pada saat fase purnama berlangsung.

    Supermoon terjadi saat Bulan Purnama bertepatan dengan jarak terdekatnya dari Bumi (perigee), sehingga tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya
    ,” tulis BMKG melalui akun Instagram resminya, @
    infobmkg
    , Selasa (7/10/2025).
    Pada fase purnama kali ini, posisi Bulan berada sekitar 361.458 kilometer dari Bumi dan mencapai titik terdekatnya (perigee) pada 8 Oktober 2025 pukul 19.35 WIB dengan jarak 359.819 kilometer.
    Sebagai perbandingan, pada purnama 13 April 2025, Bulan justru berada di titik terjauhnya (apogee) dengan jarak mencapai 406.006 kilometer.
    Itu sebabnya, ukuran Bulan malam ini akan tampak sekitar 14 persen lebih besar dan hingga 30 persen lebih terang dibanding purnama biasa.
    Orbit Bulan tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan elips. Akibatnya, jarak antara Bulan dan Bumi selalu berubah.
    Ketika Bulan mencapai perigee, jaraknya menjadi lebih dekat dari rata-rata. Sementara pada apogee, jaraknya berada di titik terjauh.
    Apabila fase purnama bertepatan dengan posisi perigee, muncullah fenomena Supermoon seperti yang terjadi malam ini.
    Fenomena ini pertama kali diperkenalkan dengan istilah “Supermoon” pada tahun 1979, dan mulai populer setelah tiga supermoon terjadi berturut-turut pada akhir 2016.
    Supermoon November 2016 bahkan tercatat sebagai yang terdekat dalam 69 tahun terakhir.
    Menurut NASA, istilah Supermoon digunakan untuk menggambarkan bulan purnama perigee, yaitu ketika purnama terjadi di dekat atau pada saat Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi.
    Fenomena serupa dengan jarak yang lebih dekat lagi diperkirakan akan terjadi kembali pada tahun 2030 mendatang.
    Selain memukau secara visual, Supermoon juga memiliki dampak geofisika kecil di Bumi.
    BMKG menjelaskan bahwa peningkatan gaya gravitasi Bulan dapat menyebabkan air laut pasang sedikit lebih tinggi dan air surut lebih rendah dari biasanya.
    Meski demikian, fenomena ini masih tergolong normal dan tidak berpotensi menimbulkan bencana.
    Untuk menikmati keindahannya, masyarakat cukup mengamati langit bagian timur setelah senja.
    Cuaca cerah menjadi faktor penting agar Bulan terlihat jelas tanpa bantuan teleskop.
    Supermoon bukan hanya sekadar tontonan langit, tetapi juga pengingat akan dinamika alam semesta yang terus bergerak harmonis di atas Bumi.

    Jadi, jangan lewatkan momen langka ini! Intip langit sore nanti dan nikmati pesona Supermoon 2025
    ,” tulis BMKG.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Waspadai Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Tulungagung Gelar Apel

    Waspadai Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Tulungagung Gelar Apel

    Tulungagung (beritajatim.com) – Ratusan personel gabungan mengikuti apel kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi, di halaman Pemkab Tulungagung. Memasuki musim hujan bencana hidrometeorologi rawan terjadi. Selain banjir sejumlah wilayah juga rawan terjadi longsor di musim hujan ini. Sejumlah bencana telah terjadi di Tulungagung tahun ini.

    Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo mengatakan, bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di Tulungagung seperti banjir, tanah longsor hingga puting beliung sudah beberapa kali terjadi.

    Dari hasil pendataan dalam tahun ini telah terjadi 7 kali bencana longsor, 7 bencana angin kencang dan puting beliung serta belasan kali bencana banjir. Pihak Pemkab sendiri telah melakukan sejumlah upaya untuk menangani bencana tersebut.

    “Apel ini merupakan bentuk kesiapan kita dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi di tahun ini, ” ujarnya, Selasa (7/10/2025).

    Dua kecamatan yakni Pagerwojo dan Sendang dinyatakan rawan terjadi longsor. Selama tahun 2025 ini, sudah tercatat 7 kali bencana longsor di wilayah tersebut. Kemudian terjadi juga 7 kali angin puting beliung dan angin kencang di beberapa titik. Selain itu banjir juga terjadi di sejumlah wilayah.
    “Ada tiga itu yang langganan terjadi, namun kita juga harus memantau potensi lainnya, ” tuturnya.

    Gatut juga mengintruksikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam upaya tanggap bencana hidrometeorologi melakukan sejumlah langkah dan persiapan. Seperti melakukan pemantauan tentang perkembangan info cuaca dan peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG dan BNPB. Sarana prasarana Tanggap darurat kebencanaan juga perlu disiapkan.

    “Kita juga menyiapkan anggaran dana Belanja Tidak Terduga sebesar Rp3 Milyar untuk menghadapi bencana ini, ” pungkasnya. [nm/suf]

  • Mengapa Malam Ini Bulan Tampak Lebih Besar dan Bersinar Terang?
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Oktober 2025

    Mengapa Malam Ini Bulan Tampak Lebih Besar dan Bersinar Terang? Megapolitan 7 Oktober 2025

    Mengapa Malam Ini Bulan Tampak Lebih Besar dan Bersinar Terang?
    Penulis

    KOMPAS.com –
    Langit malam ini, Selasa (7/10/2025), akan tampak berbeda. Bulan terlihat lebih besar dan lebih terang dari biasanya.
    Fenomena ini dikenal sebagai Supermoon atau Purnama Perige.
    Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Supermoon terjadi ketika Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi pada saat fase purnama berlangsung.

    Supermoon terjadi saat Bulan Purnama bertepatan dengan jarak terdekatnya dari Bumi (perigee), sehingga tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya
    ,” tulis BMKG melalui akun Instagram resminya, @
    infobmkg
    , Selasa (7/10/2025).
    Fase purnama kali ini terjadi pada 7 Oktober 2025 pukul 10.47 WIB, ketika Bulan berjarak sekitar 361.458 kilometer dari Bumi.
    Kemudian, posisi terdekat Bulan atau perigee akan terjadi pada 8 Oktober 2025 pukul 19.35 WIB, dengan jarak sekitar 359.819 kilometer dari Bumi.
    Sebagai perbandingan, pada purnama 13 April 2025, Bulan berada di titik terjauhnya (apoge) dengan jarak mencapai 406.006 kilometer dari Bumi.
    Itu sebabnya, ukuran Bulan pada malam ini akan tampak lebih besar sekitar 14 persen dan lebih terang hingga 30 persen dibanding purnama biasa.
    Orbit Bulan mengelilingi Bumi tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan elips. Akibatnya, jarak antara Bulan dan Bumi selalu berubah-ubah.
    Ketika Bulan berada di perigee, jaraknya menjadi lebih dekat dari rata-rata, sedangkan saat apogee, jaraknya berada di titik terjauh.
    Jika fase purnama bertepatan dengan posisi perigee, maka muncullah fenomena Supermoon seperti malam ini.
    Selain menampilkan pemandangan langit yang indah, Supermoon juga memiliki dampak geofisika kecil di Bumi.
    BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini dapat menyebabkan pasang air laut sedikit lebih tinggi dan surut lebih rendah dari biasanya akibat peningkatan gaya gravitasi Bulan.
    Meski begitu, fenomena ini masih dalam batas wajar dan tidak berpotensi menimbulkan bencana.
    BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak melewatkan kesempatan menyaksikan Supermoon malam ini.
    “Jadi, jangan lewatkan momen langka ini! Intip langit sore nanti dan nikmati pesona Supermoon 2025,” tulis BMKG.
    Untuk mengamatinya, warga cukup menengok langit timur selepas senja. Cuaca cerah akan menjadi kunci agar Supermoon terlihat jelas tanpa bantuan teleskop.
    Fenomena ini bukan hanya indah secara visual, tetapi juga menjadi pengingat akan dinamika alam semesta yang terus bergerak harmonis di atas langit Bumi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BRIN Ungkap Alasan Meteor Jatuh di Cirebon Timbul Suara Dentuman Keras

    BRIN Ungkap Alasan Meteor Jatuh di Cirebon Timbul Suara Dentuman Keras

    Jakarta, CNBC Indonesia – Akhir pekan lalu warga Cirebon mendadak heboh karena ada suara dentuman keras yang seolah menghantam bumi. Suara dentuman terdengar di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu (5/10/2025) malam.

    Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menyebut dentuman itu disebabkan oleh meteor berukuran cukup besar yang melintas di langit.

    “Berdasarkan fakta-fakta, saya menyimpulkan fenomena dentuman di Cirebon dan sekitarnya adalah meteor cukup besar yg melintas dari arah barat daya di selatan Jawa terus ke wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon sekitar pukul 18.35 – 18.39 WIB,” ujar Thomas dikutip dari blog pribadinya, Selasa (7/10/2025).

    Thomas menjelaskan, ketika meteor memasuki lapisan atmosfer yang lebih rendah dan padat di atas Kuningan dan Cirebon, muncul gelombang kejut yang terdengar sebagai suara dentuman keras.

    Gelombang tersebut juga terdeteksi oleh sensor BMKG Cirebon pada pukul 18.39 WIB di Astanajapura.

    “Diduga meteor itu jatuh di Laut Jawa,” ujarnya.

    Sebelumnya, warga di wilayah Kuningan dan Cirebon melaporkan mendengar dentuman keras disertai getaran pada Minggu malam. Beberapa rekaman CCTV dan video amatir juga memperlihatkan bola api terang meluncur di langit sebelum suara keras terdengar.

    Thomas kemudian membandingkan dengan kejadian meteor Bone 2009. Dari segi ukuran, meteor di Cirebon hanya sekitar 3-5 meter. Namun cukup menimbulkan gelombang kejut.

    Sementara meteor Bone yang jatuh di Sulawesi Selatan pada 2009, menimbulkan dentuman keras yang terdengar sampai jarak 10 kilometer dan kaca jendela rumah warga bergetar.

    “Meteor Bone ditaksir oleh peneliti NASA ukurannya sekitar 10 kilometer. Saya memperkirakan ukuran meteor Cirebon sekitar 3-5 meter.” pungkasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jadwal Supermoon Hari Ini, Waspada Dampaknya di Wilayah RI

    Jadwal Supermoon Hari Ini, Waspada Dampaknya di Wilayah RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bulan purnama atau Supermoon jadi salah satu fenomena langit yang terjadi bulan Oktober ini. Pada Selasa (7/10/2025), Bulan akan masuk ke fase tersebut.

    Mengutip detikcom, BMKG melaporkan Supermoon terjadi pada 10:47 WIB hari ini di Indonesia. Jarak Bumi dengan Bulan mencapai 361.458 km.

    Supermoon tahun ini akan sedikit lebih besar dan lebih terang. Sebab jarak Bulan akan 10% lebih dekat dari biasanya.

    Hal ini terjadi karena orbit Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips. Jadi akan ada satu waktunya saat Bulan akan berada di sisi terdekatnya atau perigee.

    Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan Supermoon terjadi saat posisi Bulan terdekat dengan Bumi. Dampaknya akan membuat pasang maksimum, atau lebih tinggi dari purnama umumnya.

    “Dampaknya, pasang maksimum (gabungan efek bulan dan matahari) menjadi lebih tinggi dari saat purnama umumnya,” kata Thomas kepada CNBC Indonesia.

    Dia mengatakan seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan Supermoon.

    Supermoon hari ini bukan yang terakhir untuk tahun 2025. Setidaknya ada dua kali lagi fenomena akan terjadi hingga akhir tahun.

    “Supermoon 2025: 7 Oktober, 5 November, dan 4 Desember,” ungkapnya.

    Waspada Banjir Pesisir

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena ini berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum. Dalam keterangan resmi tertanggal 30 September 2025, BMKG mengatakan banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

    Hal ini berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut. Adapun wilayah-wilayah pesisir yang dimaksud adalah sebagai berikut:

    Pesisir Sumatera Utara

    Pesisir Sumatera Barat

    Pesisir Kep. Bangka Belitung

    Pesisir Banten

    Pesisir DKI Jakarta

    Pesisir Jawa Barat

    Pesisir Jawa Tengah

    Pesisir Jawa Timur

    Pesisir Bali

    Pesisir Nusa Tenggara Barat

    Pesisir Nusa Tenggara Timur

    Pesisir Kalimantan Utara

    Pesisir Kalimantan Timur

    Pesisir Kalimantan Selatan

    Pesisir Kalimantan Tengah

    Pesisir Sulawesi Utara

    Pesisir Maluku

    “Potensi banjir pesisir yang secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhandanpesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.

    Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang Maksimum Air Laut, serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG.

    Adapun lokasi dan waktu potensi terjadinya banjir pesisir di berbagai wilayah Indonesia berada dalam periode 5-16 Oktober 2025. Lebih spesifik di wilayah pesisir Jakarta, potensi banjir rob diprediksi dalam periode 9-14 Oktober 2025 di wilayah berikut ini:

    Pesisir Kamal Muara

    Pesisir Kapuk Muara

    Pesisir Pluit

    Pesisir Ancol

    Pesisir Kamal

    Pesisir Marunda

    Pesisir Cilincing

    Pesisir Tanjung Priok

    Pesisir Kalibaru

    Pesisir Muara Angke, Penjaringan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sebagian Jakarta diguyur hujan Selasa sore

    Sebagian Jakarta diguyur hujan Selasa sore

    Jakarta (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian besar wilayah DKI Jakarta diguyur hujan ringan pada Selasa sore ini.

    Jakarta Barat pagi ini diprakirakan berawan tebal, lalu masih berawan pada siang hari dan mulai dilanda hujan ringan pada sore hingga malam hari. Suhu Jakarta Barat hari ini 26 derajat Celcius.

    Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan juga berawan tebal pagi ini, kemudian berawan pada siang hari, lalu mulai diguyur hujan ringan sejak sore hingga malam hari. Suhu rata-rata hari ini dua wilayah itu 26 derajat Celcius.

    Kondisi serupa juga diprediksi terjadi di Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Awal tebal menyelimuti kawasan itu sejak pagi hingga siang hari, lalu dilanda hujan ringan mulai sore hingga malam hari. Suhu rata-rata Jakarta Timur dan Jakarta Utara hari ini juga 26 derajat Celcius.

    Sementara itu, Kepulauan Seribu diprakirakan dilanda hujan ringan pagi ini, kemudian berawan tebal pada siang hingga sore hari, lalu kembali diguyur hujan ringan pada malam hari. Ada potensi petir terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Adapun suhu di Kepulauan Seribu hari ini 27 derajat Celcius.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Junaydi Suswanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Merauke Papua Hari Ini 7 Oktober

    Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Merauke Papua Hari Ini 7 Oktober

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa berkekuatan magnitudo 5,4 mengguncang Merauke, Papua pada Selasa (7/10/2025).

    Menurut laporan BMKG, gempa berpusat di Timur Laut Merauke, Papua. Gempa terjadi pada pukul 00.11 WIB. BMKG juga mencatat gempa terjadi di kedalaman 55 kilometer.

    “[Gempa] 00:11:10WIB, Lok:7.96LS, 148.56BT (891 km TimurLaut MERAUKE-PAPUA), Kedlmn:55 Km,” tulis BMKG dalam akun media sosial X, Selasa (7/10/2025).

    Hingga saat ini, belum ada laporan lanjutan dari BMKG terkait dengan dampak dari gempa tersebut.

    “Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” ujar BMKG.

  • Puting Beliung Terjang 32 Rumah di Lumajang, Bupati Indah Dirikan Posko Darurat untuk Warga

    Puting Beliung Terjang 32 Rumah di Lumajang, Bupati Indah Dirikan Posko Darurat untuk Warga

    Lumajang (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur mencatat sebanyak 32 rumah mengalami kerusakan setelah diterjang bencana angin puting beliung pada Minggu (5/10/2025) sore.

    Bupati Lumajang Indah Amperawati turun langsung meninjau lokasi terdampak di Dusun Timur Jurang, Desa Kalipenggung, Kecamatan Randuagung, Senin (6/10/2025). Ia memastikan seluruh warga terdampak telah mendapatkan tempat tinggal sementara di posko darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah.

    Menurutnya, meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, Pemkab Lumajang tetap menyiapkan posko darurat lengkap dengan logistik dan perlengkapan kebutuhan warga.

    “Kami pastikan tidak ada warga yang kekurangan makanan atau tempat tinggal sementara. Semua sudah kami siapkan di posko darurat. Tenaga medis juga disiapkan untuk memantau kesehatan warga,” terang Indah, Senin (6/10/2025).

    Proses evakuasi material akibat bencana dilakukan dengan melibatkan petugas gabungan lintas sektor. Setelah tahap tanggap darurat, pemerintah akan memfokuskan penanganan pasca bencana pada pemulihan infrastruktur, pendataan kerusakan rumah, dan penyaluran bantuan material bagi korban.

    Indah menegaskan pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi di wilayah Lumajang.

    “Jadi, kami akan terus memperkuat edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat desa. Mitigasi harus menjadi budaya di Lumajang agar setiap keluarga tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” tambahnya.

    Sebagai langkah antisipasi, warga juga diimbau agar tetap waspada namun tidak panik menghadapi kemungkinan bencana susulan.

    “Yang paling penting tentu saat ini adalah tetap tenang, saling bantu, dan selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG maupun pemerintah daerah,” ungkap Indah. [has/ian]

  • Gempa Hari Ini Awal Pekan Senin 6 Oktober 2025, Getarkan Indonesia Dua Kali – Page 3

    Gempa Hari Ini Awal Pekan Senin 6 Oktober 2025, Getarkan Indonesia Dua Kali – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Mengawali pekan, Senin (6/10/2025) lindu kembali membuat sejumlah wilayah Bumi Pertiwi bergetar. Hingga pukul 19.45 WIB, terjadi dua kali gempa hari ini di Indonesia.

    Lindu pertama pada awal pekan hari ini, Senin (6/10/2025) menggetarkan pukul 03:29:44 WIB di wilayah Loea, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) seperti laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

    Gempa bumi tersebut dilaporkan BMKG memiliki kekuatan magnitudo 2,2 dengan kedalaman 7 kilometer. Lindu di Indonesia itu dirasakan Modified Mercalli Intensity (MMI) II di Lalolae.

    Episenter gempa berada pada koordinat titik 4,08 Lintang Selatan (LS)-121,86 Bujur Timur (BT). Pusat lindu berada di darat 2 kilometer tenggara Loea, Kolaka Timur.

    Kemudian sore tadi pukul 17:11:54 WIB, gempa bumi terjadi di wilayah Sinabang, Provinsi Aceh. Episenter lindu berada pada koordinat titik 0,79 Lintang Utara (LU)-92,45 Bujur Timur (BT).

    Pusat gempa berada 473 kilometer barat daya Sinabang. Lindu kali ini berkekuatan magnitudo 5,5 dengan kedalaman 10 kilometer.

    “Gempa tidak berpotensi tsunami,” jelas BMKG seperti dikutip Liputan6.com melalui laman resminya www.bmkg.go.id.

    Apa Itu Gempa Bumi?

    Untuk diketahui, gempa bumi adalah bencana alam yang bersifat merusak. Fenomena ini bisa terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Dan Indonesia termasuk wilayah rawan akan bencana gempa.

    Gempa bumi adalah bencana yang bisa menyebabkan kerugian nyawa dan materil.

    Menurut WHO, secara global gempa bumi menyebabkan 750 ribu kematian selama kurun 1998-2017. Lebih dari 125 juta orang terkena dampak gempa bumi selama periode ini.

    Warga setempat khawatir akan terjadi gempa susulan, sehingga warga tidak berani berada di dalam rumah dan lebih memilih untuk tidur di halaman depan rumahnya.

  • Analisis BRIN Terkait Meteor Jatuh di Cirebon

    Analisis BRIN Terkait Meteor Jatuh di Cirebon

    Liputan6.com, Jakarta Peneliti bidang astronomi (astrofisika) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rhorom Priyatikanto mengatakan, fenomena adanya benda langit bercahaya disertai dentuman yang terlihat di langit Cirebon adalah meteor.

    Menurut Rhorom,, ciri dentuman atau ledakan meteor biasanya berlangsung singkat, jauh lebih singkat dari aktivitas vulkanik.

    “Aktivitas kegempaan juga punya pola getaran yang berbeda,” ujar Rhorom kepada Liputan6, Bandung, Senin (6/10/2025).

    Rhorom menyebutkan perbedaan antara benda langit dan sampah antariksa. Jika adanya sampah antariksa yang biasanya serpihan ataupun potongan satelit berukuran besar akan jatuh, kemungkinan besar terpantau.

    Pantauan adanya sampah antariksa yang hendak menuju Bumi, dapat terdeteksi dengan sistem pemantauan orbit yang dimiliki oleh BRIN.

    “Kalau meteor, kami tidak punya sistem dan jaringan untuk memantaunya secara langsung. Untuk benda yang lebih besar ukurannya dan tinggi risiko bahayanya, kami berusaha cek update dari jejaring internasional seperti IAWN dan CNEOS NASA,” beber Rhorom.

    Berdasarkan video yang beredar dan rekaman getaran yang terukur di salah satu Stasiun BMKG, otoritasnya cukup yakin bahwa itu merupakan meteor jatuh. Ukurannya cukup besar hingga menghasilkan dentuman di langit dan bola api (fireball).

    Namun, Rhorom menegaskan tidak ada rencana dan sumber daya untuk melakukan survei ke Laut Jawa sebagai titik terakhir jatuhnya meteor yang terlihat dan terpantau di Cirebon.

    “Meteor yang biasanya punya kadar metal tinggi tidak bisa bertahan lama di laut. Sulit pula mencari batu di laut,” tukas Rhorom.