Kementrian Lembaga: BMKG

  • BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan Mulai November 2025 hingga Februari 2026

    BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan Mulai November 2025 hingga Februari 2026

    Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan musim hujan di berbagai wilayah Indonesia sudah dimulai sejak Agustus 2025. Adapun puncak musim hujan diperkirakan berlangsung antara November 2025 hingga Februari 2026.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer dan laut global memiliki pengaruh besar terhadap pola curah hujan di Indonesia tahun ini.

    “Musim hujan tahun 2025/2026 dipengaruhi oleh kondisi ENSO Netral yang mendominasi sepanjang tahun, serta potensi La Nina lemah di akhir 2025 yang dapat memperkuat curah hujan di beberapa wilayah. Selain itu, Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga turut meningkatkan potensi hujan, terutama hingga bulan November,” kata Guswanto. 

    Menurut BMKG, musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga sekitar April 2026. Namun, waktu berakhirnya berbeda di tiap wilayah. Daerah dengan topografi pegunungan dan pesisir timur umumnya mengalami hujan lebih lama dibandingkan dataran rendah atau pesisir barat. 
     

    Lebih lanjut, Guswanto menyebutkan sejumlah wilayah yang telah dan akan memasuki puncak musim hujan pada November-Desember 2025. Wilayah tersebut meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan, termasuk Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, serta sebagian besar Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian wilayah Sulawesi serta Papua bagian barat. 

    Daerah-daerah ini berpotensi mengalami curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di kawasan rawan bencana dan wilayah dengan sistem drainase yang buruk. 

    BMKG pun mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama puncak musim hujan. 

    “Kami mengingatkan agar masyarakat aktif memantau informasi prakiraan cuaca harian dan peringatan dini dari BMKG, serta melakukan langkah-langkah mitigasi risiko seperti pembersihan saluran air, penguatan lereng, dan penyusunan rencana kontinjensi daerah,” tuturnya. 

    Dengan langkah antisipatif sejak dini, diharapkan dampak kerugian akibat cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi dapat diminimalkan sepanjang periode musim hujan 2025/2026. 

    Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan musim hujan di berbagai wilayah Indonesia sudah dimulai sejak Agustus 2025. Adapun puncak musim hujan diperkirakan berlangsung antara November 2025 hingga Februari 2026.
     
    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer dan laut global memiliki pengaruh besar terhadap pola curah hujan di Indonesia tahun ini.
     
    “Musim hujan tahun 2025/2026 dipengaruhi oleh kondisi ENSO Netral yang mendominasi sepanjang tahun, serta potensi La Nina lemah di akhir 2025 yang dapat memperkuat curah hujan di beberapa wilayah. Selain itu, Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga turut meningkatkan potensi hujan, terutama hingga bulan November,” kata Guswanto. 

    Menurut BMKG, musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga sekitar April 2026. Namun, waktu berakhirnya berbeda di tiap wilayah. Daerah dengan topografi pegunungan dan pesisir timur umumnya mengalami hujan lebih lama dibandingkan dataran rendah atau pesisir barat. 
     

     
    Lebih lanjut, Guswanto menyebutkan sejumlah wilayah yang telah dan akan memasuki puncak musim hujan pada November-Desember 2025. Wilayah tersebut meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan, termasuk Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, serta sebagian besar Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian wilayah Sulawesi serta Papua bagian barat. 
     
    Daerah-daerah ini berpotensi mengalami curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di kawasan rawan bencana dan wilayah dengan sistem drainase yang buruk. 
     
    BMKG pun mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama puncak musim hujan. 
     
    “Kami mengingatkan agar masyarakat aktif memantau informasi prakiraan cuaca harian dan peringatan dini dari BMKG, serta melakukan langkah-langkah mitigasi risiko seperti pembersihan saluran air, penguatan lereng, dan penyusunan rencana kontinjensi daerah,” tuturnya. 
     
    Dengan langkah antisipatif sejak dini, diharapkan dampak kerugian akibat cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi dapat diminimalkan sepanjang periode musim hujan 2025/2026. 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Hujan Angin Kencang Rusak Puluhan Rumah di Siliragung Banyuwangi

    Hujan Angin Kencang Rusak Puluhan Rumah di Siliragung Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Puluhan rumah warga di Desa Seneporejo Kecamatan Siliragung porak-poranda akibat bencana hujan dan angin kencang. Kapolsek Siliragung, AKP Yaman Adinata mengatakan, peristiwa kebencanaan itu terjadi sekira pukul 15.00 WIB.

    Hujan deras yang disertai angin kencang itu, membuat sejumlah atap rumah warga di Dusun Krajan dan Dusun Silirkrombang terbang hingga ambruk.

    “Sebanyak 24 rumah atap rumah warga mengalami kerusakan, terutama bagian asbes yang pecah dan genteng yang runtuh,” katanya Senin (3/10/2025).

    Meski puluhan rumah mengalami kerusakan, dari data yang tercatat tidak ada korban jiwa akibat bencana cuaca ektrem itu.

    Sejak hari ini, AKP Yaman mengatakan, warga tengah bergotong royong membersihkan puing atap dan memperbaikinya secara mandiri.

    “Pemerintah Desa Seneporejo juga telah berkoordinasi dengan BPBD Banyuwangi untuk pengajuan bantuan perbaikan kepada warga,” ujarnya.

    Dari data yang dihimpun pihak kepolisian, terdapat 9 rumah warga rusak berat karena angin kencang di Dusun Krajan antara lain rumah milik Sutikono, M. Dowi, Ponidi, Wagiran, hingga Purnomo. Sedangkan di Dusun Silirkrombang ada 8 rumah rusak berat seperti milik Bukori, Suparmi, Sriman hingga Paijan.

    Untuk sisanya, diketahui rumah hanya mengalami kerusakan ringan seperti genteng jatuh, sampai asbes pecah karena diterpa angin.

    “Saat ini kondisi sudah aman dan kondusif. Kami bersama perangkat desa terus memantau situasi dan membantu warga yang terdampak,” tutur AKP Yaman.

    “Kami mengimbau agar masyarakat mempersiapkan diri dan selalu memantau perkembanhan cuaca melalui BMKG, karena telah masuk musim peralihan,” imbuhnya.

    Diwaktu yang sama, BPBD Banyuwangi juga mencatat 2 rumah di Kecamatan Pesanggaran dan 1 rumah di Kecamatan Glenmore yang rusak akibat hujan yang disertai angin kencang. Jadi total 27 rumah mengalami kerusakan. [ayu/but]

     

  • Fakta-fakta Supermoon Terbesar Tahun ini yang Bakal Muncul 5 November

    Fakta-fakta Supermoon Terbesar Tahun ini yang Bakal Muncul 5 November

    Bisnis.com, JAKARTA – Fenomena alam Supermoon akan terjadi lagi di 5 November 2025 malam. Fenomena ini akan menjadi Supermoon yang terbesar pada 2025.

    Fenomena Supermoon atau Purnama Perige adalah saat di mana bulan purnama muncul dengan ukuran yang paling besar dan sinar yang lebih terang daripada biasanya. Hal ini terjadi karena bulan purnama terjadi saat posisi bulan sedang berada di titik terdekatnya dengan planet Bumi. Sedangkan posisi bulan yang terjauh dinamakan Apogee.

    Fenomena ini terjadi karena bulan tidak mengelilingi bumi dalam bentuk lingkaran sempurna, tapi berbentuk oval seperti lingkar telur. Hal inilah yang membuat jarak bulan dan bumi tidak selalu sama setiap saat, seperti yang dilansir dari BBC.

    Melansir keterangan resmi BMKG, jarak bumi dengan bulan pada peristiwa Supermoon Perige 6 November 2025 besok adalah 356.980 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak bulan-bumi yang dicatat LangitSelatan.com saat purnama 14 April 2025 lalu adalah 406.295 km, jarak terjauh yang dicapai bulan pada 2025.

    Purnama puncak akan terjadi di 5 November 2025 pukul 20.19 WIB, yang bisa dinikmati seluruh warga Indonesia tanpa alat bantu apapun. Sedangkan fenomena puncak Perige, saat posisi bulan paling jauh, akan terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB, yang kurang bisa dinikmati oleh warga bumi di belahan siang hari.

    BMKG turut menjelaskan, ukuran diameter bulan pada saat puncak Supermoon Perige bisa mencapai 16′ 44,28″, dengan jarak bulan sebesar 356.833 km dengan bumi. Puncak tersebut akan tercatat sebagai jarak terdekat bumi dan bulan pada tahun 2025. Jika dibandingkan dengan Purnama Apoge, ukurannya naik 14% dengan Purnama Perige besok.

    Untuk menikmati fenomena indah ini, diharakan memantau prakiraan cuaca di website BMKG agar anda dapat menikmatinya tanpa gangguan cuaca hujan.

    Saat supermoon terjadi, akan terjadi beberapa hal berikut yang perlu diperhatikan masyarakat
    1. Laut Pasang akan Terjadi
    Supermoon akan membuat laut pasang lebih tinggi dari biasanya. Hal ini terjadi karena bulan memiliki gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi laut, terlebih saat posisinya lebih dekat dengan bumi.

    2. Banjir Rob di Pesisir Pantai
    Masyarakat yang tinggal di pesisir laut perlu waspada dan berhati-hati saat fenomena supermoon terjadi, terlebih saat musim hujan sedang terjadi karena dapat menyebabkan banjir rob. Fenomena supermoon akan membuat laut pasang, yang ditambah musim hujan sekarang ini akan memperparah risiko banjir rob. Selalu pantau informasi terbaru dari BMKG maupun BNPB untuk mendapatkan informasi peringatan dini cuaca buruk.

  • Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam Jakarta, Cek Peringatan Baru BMKG

    Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam Jakarta, Cek Peringatan Baru BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kondisi cuaca di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan masih didominasi hujan dengan intensitas sedang, lebat, sangat lebat, bahkan ekstrem. BMKG mewanti-wanti masyarakat untuk waspada dengan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

    Dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan Periode 31 Oktober-6 November 2025, BMKG mengatakan kondisi cuaca yang didominasi hujan signifikan dipengaruhi oleh aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuator, dan Gelombang Kelvin yang melintas di wilayah Indonesia.

    Selain itu, dinamika atmosfer di Samudra Hindia dan Pasifik yang ditandai dengan nilai negatif pada Indian Ocean Dipole (IOD) serta nilai positif pada Southern Oscillation Index (SOI) juga turut mendukung pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

    Hingga beberapa waktu ke depan, BMKG mengatakan potensi hujan diperkirakan masih cukup signifikan di beberapa wilayah, meliputi bagian barat dan selatan Sumatera, sebagian besar Pulau Jawa, wilayah Utara Kalimantan dan Sulawesi, Maluku Utara, serta sebagian besar Papua.

    Di wilayah Jakarta, pada hari ini, Senin (3/11/2025), BMKG memberikan peringatan siaga hujan lebat-sangat lebat yang dapat disertai angin kencang. Selengkapnya, berikut peringatan cuaca BMKG dalam 3 hari ke depan, 3-5 November 2025, dikutip dari laman Instagram resminya:

    3 November 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Yogyakarta, Bali, NTT, Kalteng, Kaltim, Kalut, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Malut, Papua Barat, Papua Tengah.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumut, Sumsel, Jakarta, Jabar, Jateng, Jawa Timur, Kalbar, Maluku, Papua Pegunungan, Papua, Papua Selatan.

    Peringatan Dini Angin Kencang: Jakarta, Jabar, Malut, Sulut.

    4 November 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Aceh, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Bali, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalut, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Malut, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Selatan.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumut, Banten, Jakarta, Jabar, Maluku, Papua Pegunungan.

    Peringatan Dini Angin Kencang: Jakarta, Jabar, Bengkulu, Sumbar.

    5 November 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Aceh, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jateng, Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Sulbar, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Selatan.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumut, Jabar, Jatim, Maluku, Papua Pegunungan.

    Peringatan Dini Angin Kencang: Jabar, Sulteng.

    Lebih perinci, wilayah Jakarta yang perlu siaga hujan lebat-sangat lebat pada periode 3-4 November 2025 adalah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Tetap waspada dan hati-hati ada pohon tumbang!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Profil Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani: Ahli Kebencanaan dan Penemu Alat Pendeteksi Longsor

    Profil Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani: Ahli Kebencanaan dan Penemu Alat Pendeteksi Longsor

    Liputan6.com, Jakarta Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Teuku Faisal Fathani resmi menggantikan Prof Dwikorita Karnawati sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 

    Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan mengatakan bahwa serah terima jabatan antara Dwikorita dan Faisal telah dilaksanakan pada Senin pagi di Jakarta dan dipimpin oleh Menteri Perhubungan Duddy Purwagandhi.

    “Sudah mas, tadi pagi jam sembilan,” kata Taufan saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin (3/11/2025). Dilansir Antara.

    Prof Teuku Faisal Fathani dikenal sebagai akademisi dan pakar kebencanaan dari UGM yang aktif dalam penelitian sistem peringatan dini longsor dan mitigasi bencana hidrometeorologi. 

    Teuku Faisal lahir di Banda Aceh, 26 Mei 1975. Faisal merupakan alumni SMA Taruna Nusantara angkatan pertama (TN 1) dan dikenal luas di kalangan ilmuwan kebumian karena kiprahnya dalam riset dan pengabdian kebencanaan di berbagai daerah.

    Dia adalah Guru Besar Teknik Sipil dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang meraih gelar profesor tahun 2017. Dia meraih gelar PhD di bidang geoteknik dari Tokyo University of Agriculture and Technology serta pengalaman post-doctoral di Public Policy Center, The University of Iowa.

     

  • Teuku Faisal Fathani, Alumni SMA Taruna Nusantara Jadi Kepala BMKG

    Teuku Faisal Fathani, Alumni SMA Taruna Nusantara Jadi Kepala BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi melantik Prof. Teuku Faisal Fathani sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di kantor pusat Kementerian Perhubungan, Kota Jakarta Pusat, Senin (3/11/2025).

    Pelantikan ini merupakan bagian dari upaya penguatan organisasi dan penyegaran kepemimpinan untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia yang adaptif, profesional, serta mampu memperkuat sinergi antara sektor transportasi dan lembaga sistem informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

    Kolaborasi tersebut menjadi kunci dalam mewujudkan konektivitas nasional yang selamat, aman dan berkelanjutan. Dalam sambutannya, Dudy mengatakan BMKG memiliki peran strategis dalam menjaga keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam sektor transportasi.

    “BMKG memegang peran esensial dalam menjaga keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terelisasikan dalam peran penting BMKG, yang merupakan garda terdepan dalam memberikan informasi cuaca, iklim, dan kualitas udara, dalam kaitannya dengan upaya mitigasi risiko dan perencanaan kebijakan nasional di berbagai sektor, termasuk transportasi,” katanya seperti dikutip siaran pers.

    Berikut adalah profil singkat Prof. Teuku Faisal Fathani:

    Seperti dikutip dari unggahan Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara di media sosial Facebook, Prof. Teuku Faisal Fathani merupakan alumni SMA Taruna Nusantara angkatan 1. Prof Faisal juga merupakan Ketua Umum Ikastara periode 2020-2023.

    Ia meraih gelar S1 dan S2 bidang Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Gelar doktor bidang geoteknik didapatnya dari Tokyo University of Agriculture and Technology tahun 2005.

    Ia melanjutkan riset post-doktoral di Ehime University 2010 dan the University of Iowa 2013-2014. Pada 1 Maret 2018, ia diangkat sebagai guru besar termuda di Fakultas Teknik UGM. Penghargaan yang diterima di antaranya: Inovator Teknologi 2015 dari KemeristekDikti hingga Ikon Prestasi Pancasila 2019 dari BPIP.

    Amanah lain yang pernah diembannya adalah adjunct professor of UNESCO Chair on Geoenvironmental Disaster Reduction 2018-2020, Direktur Pusat Unggulan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan UGM (GAMA-InaTEK), Vice President of the International Consortium on Geo-Disaster Reduction (ICGdR), Co-Director of StIRRRD (Strengthening Indonesian Resilience: Reducing Risk from Disasters), dan Ketua Prodi Magister Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana UGM.

    Sebelumnya dalam karier di lembaga pemerintahan, Prof. Faisal pernah menjabat Pelaksana Tugas Direktur Badan Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2022.

    (miq/miq)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fenomena Supermoon di Langit RI, BMKG Ungkap Jadwal dan Puncaknya

    Fenomena Supermoon di Langit RI, BMKG Ungkap Jadwal dan Puncaknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Minggu ini, bakal ada fenomena langit di Indonesia. Bulan dan Bumi bakal memiliki jarak yang lebih dekat pada fenomena bernama Supermoon atau Purnama Perige.

    Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menjelaskan fase Supermoon bisa terlihat Rabu, 5 November 2025 pukul 20:19 WIB.

    Sebagai informasi Purnama Perige adalah saat posisi Bulan sangat dekat dengan Bumi. Ini bertepatan dengan fase Bulan Purnama.

    “Fase Purnama terjadi pada 5 November 2025 pukul 20.19 WIB. Jarak Bumi – Bulan saat Fase Purnama 5 November 2025 adalah 356.980 km (Purnama Perige). Dengan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 16′ 43,87″,” tulis BMKG dalam akun X, dikutip Senin (3/11/2025).

    Jarak tersebut jauh lebih dekat dibandingkan saat Fase Purnama 13 April 2025. BMKG menuliskan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 14’42,65″, menjadikan Rabu nanti berukuran 14% lebih besar.

    Jarak Bulan-Bumi juga lebih jauh dari 5 November 2025. Saat itu kedua objek berjarak sekitar 406.006 km.

    “Untuk menyaksikan Supermoon di Indonesia dapat dimulai setelah bulan terbit pada sore menjelang malam. PUNCAK FASE PURNAMA akan terjadi pukul 20.19 WIB,” jelas BMKG.

    BMKG menambahkan Bulan saat Perigee terjadi keesokan harinya 6 November 2025 pada 05:28 WIB. Fase ini bisa terlihat di wilayah Bumi yang masih malam hari.

    Jaraknya Bulan-Bumi saat itu jadi paling dekat sepanjang tahun 2025, yakni 356.833 km. Sementara ukutan Semi-Diameter Bulan sebesar 16′ 44,28″.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Teuku Faisal Fathani, Alumni SMA Taruna Nusantara Jadi Kepala BMKG

    Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Titip Tranformasi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi melantik Prof. Teuku Faisal Fathani sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di kantor pusat Kementerian Perhubungan, Kota Jakarta Pusat, Senin (3/11/2025).

    Pelantikan ini merupakan bagian dari upaya penguatan organisasi dan penyegaran kepemimpinan untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia yang adaptif, profesional, serta mampu memperkuat sinergi antara sektor transportasi dan lembaga sistem informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

    Kolaborasi tersebut menjadi kunci dalam mewujudkan konektivitas nasional yang selamat, aman dan berkelanjutan. Dalam sambutannya, Dudy mengatakan BMKG memiliki peran strategis dalam menjaga keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam sektor transportasi.

    “BMKG memegang peran esensial dalam menjaga keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terelisasikan dalam peran penting BMKG, yang merupakan garda terdepan dalam memberikan informasi cuaca, iklim, dan kualitas udara, dalam kaitannya dengan upaya mitigasi risiko dan perencanaan kebijakan nasional di berbagai sektor, termasuk transportasi,” katanya seperti dikutip siaran pers.

    Dudy berharap pelantikan ini menjadi momentum percepatan transformasi BMKG agar semakin berbasis data, teknologi, dan kolaborasi lintas instansi. Ia pun berharap momentum ini menjadikan BMKG semakin solid, profesional, dan berintegritas untuk mewujudkan pelayanan publik yang semakin prima.

    Lebih lanjut, Dudy juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan ke depan, terutama menjelang periode angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta Lebaran 2026.

    “Saya berharap kolaborasi dan sinergi lintas sektor antara BMKG dengan Kementerian Perhubungan dalam mengantisipasi berbagai hal kaitannya dengan aspek Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, dapat terjalin dengan baik demi memastikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan perjalanan masyarakat,” ujar Dudy.

    Dalam kesempatan ini pula, Dudy menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pejabat sebelumnya, Prof. Dwikorita Karnawati, atas dedikasi dan pengabdian selama memimpin BMKG.

    “Terima kasih atas capaian dan kontribusi luar biasa yang telah diberikan. Kepemimpinan beliau menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan kinerja BMKG ke depan,” kata Dudy.

    (miq/miq)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bulan Purnama Terbesar 2025 Supermoon Perige 2 Hari Lagi, Air Laut Naik Drastis?

    Bulan Purnama Terbesar 2025 Supermoon Perige 2 Hari Lagi, Air Laut Naik Drastis?

    Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena Supermoon atau Purnama Perige akan menghiasi langit Indonesia pada 5 November 2025. Berbeda dengan bulan purnama sebelumnya, Purnama Perige akan menjadi yang terbesar sepanjang 2025 karena letak Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi.

    Apa Itu Purnama Perige?

    Dilansir dari akun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Senin (3/11/2025) Purnama Perige, dikenal juga sebagai Supermoon, terjadi saat fase Bulan purnama bertepatan dengan posisi Bulan terdekat dengan Bumi, yang disebut perige.

    Pada 5 November 2025 pukul 20.19 WIB, jarak Bumi-Bulan mencapai 356.980 km dengan ukuran semi-diameter Bulan sebesar 16’ 43,87”. Fenomena ini membuat Bulan tampak hingga 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibandingkan Bulan purnama biasa.

    Untuk menyaksikan Supermoon, pengamat di Indonesia dapat mulai mengamati setelah Bulan terbit pada sore menjelang malam, dengan puncak fase purnama pukul 20.19 WIB. Lokasi terbaik adalah area terbuka dengan minim polusi cahaya, seperti pantai atau pegunungan, dan gunakan teleskop atau binokuler untuk detail lebih baik. Pastikan cuaca cerah; aplikasi astronomi seperti Stellarium bisa membantu memprediksi visibilitas.

    Pasang Surut Air Laut

    Fenomena bulan purnama berdampak pada pasang surut air laut. Posisi perige sebenarnya terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB dengan jarak terdekat 356.833 km, menjadikannya jarak Bumi-Bulan terdekat sepanjang 2025 dan semi-diameter 16’ 44,28”. Sebagai perbandingan, Purnama Apoge pada 13 April 2025 memiliki jarak 406.006 km dengan semi-diameter lebih kecil, yakni 14’ 42,65”.

    Perigee dan apogee memengaruhi pasang surut laut melalui variasi gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, di mana posisi Bulan yang lebih dekat (perigee) meningkatkan kekuatan tarikan, sementara posisi lebih jauh (apogee) melemahkannya. Fenomena ini berkontribusi pada ketinggian air laut yang bervariasi, meskipun pengaruh utama tetap dari siklus harian gravitasi Bulan dan Matahari.

    Diketahui, pasang surut laut terjadi karena gaya gravitasi Bulan menarik air laut ke arahnya, menciptakan tonjolan air di sisi Bumi yang menghadap Bulan, sementara gaya sentrifugal menyebabkan tonjolan di sisi berlawanan.

    Selama perigee, jarak Bulan yang lebih dekat (sekitar 356.000-386.000 km) memperkuat gaya gravitasi ini, menghasilkan pasang naik lebih tinggi dan surut lebih rendah, terutama saat bertepatan dengan pasang purnama (spring tide). Sebaliknya, pada apogee dengan jarak lebih jauh (sekitar 404.000-406.000 km), gaya tarik berkurang, sehingga pasang surut menjadi kurang ekstrem dan dikenal sebagai pasang perbani (neap tide) yang lebih moderat.

    Dalam konteks Supermoon seperti pada 5 November 2025, perigee yang mendekati purnama dapat meningkatkan pasang surut hingga beberapa sentimeter lebih tinggi dari biasanya, memengaruhi wilayah pesisir seperti banjir rob di Indonesia. Namun, pengaruh ini tidak langsung menyebabkan bencana besar, karena faktor lain seperti angin, tekanan atmosfer, dan topografi pantai juga berperan.

    Studi juga menunjukkan bahwa pasang surut perigee sering kali bersifat sementara dan dapat diprediksi untuk mitigasi risiko

  • Ada Supermoon 5 November, Ini Jadwal dan Cara Melihatnya di Indonesia

    Ada Supermoon 5 November, Ini Jadwal dan Cara Melihatnya di Indonesia

    Jakarta

    Pada tanggal 5 November 2025, ada fenomena Purnama Perige atau Supermoon. Fenomena ini dapat disaksikan di wilayah Indonesia.

    Berikut informasi selengkapnya tentang Supermoon 5 November.

    Mengutip dari unggahan akun Instagram BMKG (@infoBMKG), Fase Purnama terjadi pada 5 November 2025 pukul 20.19 WIB. Jarak Bumi – Bulan saat Fase Purnama 5 November 2025 adalah 356.980 km (Purnama Perige) dengan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 16′ 43,87″.

    Untuk menyaksikan Supermoon di Indonesia, dapat dimulai setelah Bulan terbit pada sore menjelang malam. Puncak Fase Purnama akan terjadi pukul 20.19 WIB.

    Kemudian, Bulan saat di Perige terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB (yang teramati di belahan Bumi yang masih malam hari).

    Bulan saat di Perigee pada 6 November 2025 berjarak 356.833 km dengan Bumi, yang tercatat sebagai Jarak terdekat Bumi dan Bulan pada tahun 2025 dengan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 16′ 44,28″.

    Maka itulah, purnama pada tanggal 5 November 2025 dikenal dengan istilah Purnama Perige.

    Proses Terjadinya Supermoon

    Purnama Perige atau Supermoon terjadi ketika Bulan berada pada posisi terdekat dengan Bumi (Perige) yang bertepatan dengan sekitar fase Bulan Purnama.

    Sebagai perbandingan, jarak Bumi – Bulan saat Fase Purnama 13 April 2025 adalah 406.006 km (Purnama Apoge) dengan ukuran Semi-Diameter Bulan 14′ 42,65″, sedangkan jarak Bumi – Bulan saat Fase Purnama 5 November 2025 adalah 356.980 km (Purnama Perige) dengan ukuran Semi-Diameter Bulan sebesar 16′ 43,87″ (kurang lebih 14% lebih besar).

    Ada Piknik Malam Supermoon 5 November di Planetarium

    Planetarium & Observatorium Jakarta UP PKJ TIM akan mengadakan Piknik Malam saat Supermoon 5 November 2025. Berikut jadwalnya.

    Hari, tanggal: Rabu, 5 November 2025Waktu: Pukul 17.00 WIB s.d. 21.00 WIBTempat: Gedung Planetarium dan Observatorium Jakarta, Taman Ismail MarzukiRangkaian kegiatan:
    – Pertunjukan Planetarium Mini
    – Pameran Astrofotografi
    – Talkshow & Diskusi Astronomi
    – Pengamatan Supermoon, Planet Saturnus dan Bintang menggunakan Teleskop

    Pendaftaran dibuka pada Selasa, 4 November 2025 2025 pukul 19.00 WIB melalui link linktr.ee/planetariumjkt. Gratis dan terbuka untuk umum!

    Syarat dan Ketentuan

    Berikut syarat dan ketentuan untuk mengikuti Piknik Malam Supermoon 5 November 2025 di Gedung Planetarium dan Observatorium Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

    Kegiatan terbuka tanpa batasan usia.Kegiatan bersifat gratis, tetapi retribusi parkir di TIM tetap berlaku.Satu e-ticket berlaku untuk satu orang. Peserta anak-anak dan pendamping masing-masing wajib memiliki e-ticket.Peserta berusia lebih dari 6 tahun wajib memiliki e-ticket.Setiap e-ticket wajib mencantumkan nama pemegang e-ticket.Dalam 1x registrasi dapat dipesan hingga 4 e-ticket. Ulangi registrasi dengan surel (email) yang sama untuk memesan lebih dari jumlah tersebut.

    – Syarat dan ketentuan Planetarium Mini:

    Terdapat 4 sesi pertunjukan Planetarium Mini
    – Sesi #1 17.00 – 17.30 WIB
    – Sesi #2 17.30 – 18.00 WIB
    – Sesi #3 19.00 – 19.30 WIB
    – Sesi #4 19.30 – 20.00 WIBKuota tiap sesi maksimal 30 peserta.Peserta wajib registrasi ulang 15 menit sebelum sesi berlangsung di meja registrasi.

    – Syarat dan Ketentuan Talkshow dan Pengamatan Saturnus

    Talkshow dan diskusi dimulai pukul 19.00 WIB.Pengamatan berlangsung setelah diskusi yaitu pukul 20.00 – 21.00 WIB.Disediakan 3 teleskop yang dapat digunakan peserta secara bergantian dan dipandu oleh petugas observasi.Pengamatan berlangsung hanya jika kondisi langit cerah.

    Halaman 2 dari 2

    (kny/imk)