Kementrian Lembaga: BMKG

  • Supermoon Raksasa Terbesar November 2025, Cek Jadwalnya di Indonesia

    Supermoon Raksasa Terbesar November 2025, Cek Jadwalnya di Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bulan akan menampilkan cahaya paling terang dan terbesar sepanjang tahun pada 4 November 2025. Fenomena ini menjadi supermoon kedua dari tiga rangkaian supermoon berturut-turut yang menutup tahun ini.

    Supermoon kali ini juga dikenal sebagai “beaver moon”, sebuah istilah tradisional masyarakat adat Amerika Utara yang menandai musim berang-berang membangun sarang musim dingin sekaligus periode pemburuan sebelum sungai membeku.

    Menurut para ahli astronomi, perbedaan ukuran bulan mungkin sulit terlihat dengan mata telanjang, namun cahayanya diperkirakan cukup terang untuk menimbulkan bayangan samar dan menerangi malam dari senja hingga fajar.

    Supermoon terjadi ketika bulan purnama berada pada titik perigee, jarak terdekatnya ke Bumi dalam orbit elips. Purnama 4 November ini berada sekitar 27.000 km lebih dekat dibanding rata-rata orbit bulan, sehingga tampil 7% lebih besar dan hingga 16% lebih terang dibanding purnama biasa.

    Purnama November ini akan mencapai puncak kecerahan hampir bersamaan dengan titik terdekatnya ke Bumi, menciptakan penampakan supermoon yang ideal.

    Fenomena seperti ini memungkinkan bulan terlihat cukup terang untuk menghapus bintang-bintang redup dan bahkan menimbulkan bayangan di tanah.

    Jadwal dan Cara Lihat di Langit Indonesia

    Fenomena ini akan menghiasi langit Indonesia pada Rabu, 5 November 2025. Berdasarkan data BMKG, puncak fase purnama akan terjadi pukul 20.19 WIB.

    Pada momen tersebut, jarak Bumi-Bulan tercatat 356.980 km, menjadikan Bulan lebih dekat dari biasanya. Ukuran semi-diameter Bulan saat itu mencapai 16′ 43,87″. Fenomena ini membuat purnama tampak lebih besar dan terang dibanding purnama biasa.

    Bagi masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan Supermoon, BMKG menyebut pengamatan bisa dimulai setelah Bulan terbit pada sore menjelang malam.

    Selain itu, Bulan akan mencapai titik Perigee atau jarak terdekat dengan Bumi pada Kamis, 6 November 2025 pukul 05.28 WIB, dengan jarak 356.833 km. Angka ini tercatat sebagai jarak Bumi-Bulan terdekat pada tahun 2025. Pada saat itu, ukuran semi-diameter Bulan sedikit lebih besar, yaitu 16′ 44,28″.

    Sebagai perbandingan, purnama pada 13 April 2025, yang termasuk kategori Apoge atau jarak terjauh Bulan-Bumi, memiliki jarak 406.006 km dengan ukuran semi-diameter 14′ 42,65″.

    Supermoon serupa berikutnya baru akan terjadi pada 24 November 2026, saat “beaver moon” berikutnya mencapai orbit serupa.

    Sepanjang malam itu, bulan berada di rasi bintang Taurus (Sang Banteng). Cahaya bulan yang terang bisa menutupi bintang di sekitarnya, tetapi jika ditutup dengan ibu jari atau menggunakan teropong, bintang Aldebaran dapat terlihat.

    Selain itu, gugus bintang Pleiades (Tujuh Saudari) juga akan tampak membentuk segitiga langit bersama bulan dan Aldebaran, menambah keindahan langit malam.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kementerian PU Tingkatkan Kesiapsiagaan saat Cuaca Ekstrem Landa Indonesia

    Kementerian PU Tingkatkan Kesiapsiagaan saat Cuaca Ekstrem Landa Indonesia

    Bandung

    Sejumlah alat berat seperti ekskavator, bulldozer, truk, crane, girder, mesin pompa air, toilet portable dan peralatan kebencanaan lainnya, berjejer rapih di halaman belakang Balai Teknik Jalan dan Jembatan, Jalan AH Nasution, Kota Bandung.

    Peralatan itu disiapkan untuk antisipasi kejadian bencana alam yang terjadi di seluruh Indonesia. Untuk mengetahui kesiapannya, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo meninjau langsung peralatan kebencanaan itu.

    Pantauan detikJabar, Selasa (4/11/2025) siang, Dody meninjau peralatan kebencanaan itu dengan menggunakan mobil komando berwarna hijau. Sambil meninjau, Dody juga menyapa para petugas yang nantinya akan turun ke lokasi-lokasi bencana.

    “Dalam beberapa minggu ke belakang kita diperingatkan BMKG bahwa saat ini sudah memasuki masa musim penghujan, di beberapa tempat terjadi banjir dan longsor, dikhawatirkan ada banjir lagi dan bencana lainnya terutama di Jabar dan beberapa provinsi lainnya, provinsi yang memang kita tenggarai berat (rawan) pada saat musim penghujan,” kata Dody kepada awak media.

    “Kita cek alat berat kita, peralatan banjiran kita, jangan sampai misal ada longsor di Sukabumi material habis, bronjong habis dan beberapa tempat lain,” tambahnya.

    Selain membangun infrastruktur, Dody menyebut kesiapsiagaan bencana alam dalam memantau kondisi infrastuktur menjadi tugasnya. Maka dari itu, dia minta jajarannya untuk siap siaga, hal itu dilakukan demi masyarakat Indonesia.

    Disinggung terkait kesiapannya, Dody nyatakan siap.

    “Kita pastikan semua alat berat siap, truk siap, alat banjiran siap, kalau kurang dialokasikan untuk segera dibeli, kalau ada bencana kita sudah siap,” ujarnya.

    “Karena tanggap darurat adalah salah satu tugas kita selain membangun dan merawat, sementara waktu SDM cukup, karena memang ini tugas fungsi kita, setiap balai ada satgas bencana, tinggal kita siapkan dan mantapkan terutama dengan BNPB dan BPBD juga pemda sertempat dan jangan ada communication gap,” tuturnya.

    Bagi Kementerian PU, Dody tegaskan tidak ada libur.

    “Kita perkuat lagi, sehingga siap menghadapi cuaca ektream yang terjadi hari ini, besk dan beberapa waktu kedepan, kita siap 24 jam sehari, tujuh hari seminggu,” tegasnya.

    (ega/ega)

  • Imbauan BMKG di Tengah Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

    Imbauan BMKG di Tengah Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

    Jakarta

    Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada periode November 2025 hingga Februari 2026. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hal tersebut meningkatkan potensi cuaca ekstrem, yakni hujan lebat, angin kencang, sampai ancaman siklon tropis dari arah selatan Indonesia.

    Kepala BMKG Dwikorita mengingatkan pencegahan yang bisa dilakukan di tengah cuaca ekstrem dan tidak menentu. Pasalnya, di tengah musim hujan, beberapa wilayah lain juga masih melaporkan suhu panas tinggi.

    Bagi mereka yang masih terpapar cuaca terik, Dwikorita meminta untuk memerhatikan asupan cairan.

    “Cuaca terik yang masih terjadi di beberapa wilayah juga memerlukan perhatian dengan menjaga asupan cairan tubuh dan menggunakan pelindung kulit,” sarannya.

    Sementara di wilayah dengan intensitas hujan tinggi, perlu ada kesiapsiagaan terkait potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, terutama di wilayah dengan topografi curam dan daerah aliran sungai.

    Dwikorita meminta masyarakat menghindari aktivitas saat hujan lebat turun disertai petir dan angin kencang, terutama menjauhi area terbuka, pohon, atau bangunan yang rapuh.

    “Apabila dapat dimitigasi dengan tepat, maka musim hujan dan puncak musim hujan yang diprediksi akan lebih panjang dari normalnya ini, akan menjadi bermanfaat bagi pertanian dan untuk mendukung ketahanan pangan,” jelas Dwikorita dalam konferensi pers Sabtu (2/11/2025).

    Dwikorita menegaskan pentingnya masyarakat untuk memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, guna mengantisipasi risiko cuaca ekstrem yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

    web www.bmkg.go.idmedia sosial @infoBMKGaplikasi InfoBMKG

    Sebelumnya diberitakan, BMKG merinci sejumlah wilayah yang akan terdampak potensi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan ke depan. Berdasarkan hasil analisis, curah hujan bisa sangat tinggi di atas 150 milimeter per dasarian di wilayah berikut:

    BantenJawa BaratJawa TengahJawa TimurBaliNusa TenggaraKalimantan BaratKalimantan TengahKalimantan TimurSulawesi SelatanPapua Tengah.

    (naf/kna)

  • Supermoon 5 November Jadi yang Terbesar, Berpotensi Picu Banjir Rob

    Supermoon 5 November Jadi yang Terbesar, Berpotensi Picu Banjir Rob

    Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena Supermoon atau Purnama Perige akan kembali menghiasi langit Indonesia pada 5 November 2025.

    Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Pusat Riset Antariksa, Thomas Djamaluddin, menjelaskan supermoon adalah kondisi ketika Bulan tampak lebih besar karena jaraknya berada paling dekat dengan Bumi dibandingkan purnama pada umumnya. Dia menuturkan, tahun ini terdapat tiga supermoon, tapi supermoon pada 5 November menjadi yang terbesar. 

    “Tahun 2025 terjadi 3 supermoon yakni 7 Oktober, 5 November, dan 4 Desember. Supermoon 5 November adalah yang terbesar karena berada pada jarak terdekat, 357.000 km, dari rata-rata 384.000 km,” kata Thomas saat dihubungi Bisnis pada Selasa (4/11/2025).

    Thomas menambahkan, dampak dari supermoon ini adalah terjadinya pasang maksimum yang berpotensi menimbulkan banjir rob di wilayah pesisir. Selain itu, ukuran dan kecerahan Bulan pada supermoon juga meningkat signifikan.

    “Supermoon sekitar 14% lebih besar dan sekitar 30% lebih terang dari rata-rata purnama,” jelasnya.

    Namun, Thomas menekankan besarnya potensi pasang dan banjir rob juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kondisi cuaca di laut, sehingga tidak bisa diprediksi secara pasti perbandingannya dengan kejadian sebelumnya. Thomas mengingatkan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir agar waspada sekitar dua hari sebelum dan sesudah supermoon berlangsung.

    “Daerah pantai yang sering banjir rob perlu waspada sekitar +/- 2 hari sejak supermoon,” ujarnya.

    Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengungkap fenomena Supermoon pada 5 November 2025 berpotensi meningkatkan pasang maksimum air laut dan memicu banjir rob di sejumlah wilayah pesisir Indonesia. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan dampak dari fenomena ini bisa berlangsung hingga 24 November 2025, dengan periode krusial sekitar tanggal 4–8 November 2025.

    “Kombinasi ini memperkuat gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, sehingga meningkatkan tinggi muka air laut secara signifikan,” kata Guswanto saat dihubungi Bisnis pada Senin (3/11/2025).

    Dia menambahkan BMKG menyatakan Supermoon kali ini menjadi yang terbesar sepanjang tahun dan berpotensi menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir Indonesia hingga 24 November 2025. Adapun wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan mencakup pesisir utara Jawa seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan Surabaya; Sumatera bagian timur seperti Medan, Dumai, dan Palembang; serta kawasan Bali dan Nusa Tenggara Barat, termasuk Lombok dan Bima.

    Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat pesisir untuk lebih berhati-hati dan melakukan langkah mitigasi sejak dini.

    BMKG juga mengimbau masyarakat pesisir untuk menghindari aktivitas di pesisir pada periode pasang maksimum, mengamankan barang-barang penting dan infrastruktur di sekitar garis pantai, memantau informasi pasang surut dan peringatan dini dari BMKG secara berkala. 

    “Serta koordinasi dengan pemerintah daerah untuk penanganan genangan dan evakuasi jika diperlukan,” katanya.

  • BMKG Ungkap 6 Wilayah RI Berpotensi Hujan Ekstrem, Warga Diminta Waspada

    BMKG Ungkap 6 Wilayah RI Berpotensi Hujan Ekstrem, Warga Diminta Waspada

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan adanya potensi hujan ekstrem yang dapat terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. BMKG menyatakan fenomena ini dipengaruhi oleh peralihan musim dari wilayah barat ke timur serta dinamika atmosfer.

    “Akhir Oktober 2025, 43,8% wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada wartawan, Selasa (4/11/2025).

    “Wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan antara lain, Sumatera bagian barat dan selatan. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIY. Sebagian besar Kalimantan dan Sulawesi. Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua bagian barat,” sambungnya.

    Guswanto mengatakan pihaknya telah melakukan upaya modifikasi cuaca untuk menekan risiko hujan ekstrem. Modifikasi cuaca dilakukan di beberapa wilayah selama Oktober-November.

    “Sudah dilakukan (modifikasi cuaca) periode Oktober dan November untuk Jateng, Jabar, Banten dan Jabodetabek,” ujarnya.

    “Masyarakat diminta waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan petir,” ujarnya.

    Selain itu, BMKG meminta pemerintah daerah dan BPBD untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Termasuk, memastikan sistem peringatan dini berjalan efektif, melakukan pemangkasan pohon rawan tumbang, hingga membersihkan drainase.

    (amw/eva)

  • Waspada! Hujan Petir Hantam Sebagian Jakarta Hari Ini

    Waspada! Hujan Petir Hantam Sebagian Jakarta Hari Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kondisi cuaca di DKI Jakarta ini masih didominasi hujan dengan intensitas sedang. Namun sebagian Jakarta akan dilanda hujan dengan petir. Waspada!

    Dalam laporan perkiraan cuaca hari ini, kawasan Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu akan dilanda hujan sedang pada pukul 16.00 WIB. Suhu rata-rata adalah 27 derajat celcius. Sedangkan untuk hujan petir akan melanda Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan pada pukul 16.00 WIB. Suhu rata-rata adalah 27 derajat celcius.

    ⛈️ Jakarta Barat
    Hujan petir pukul 16.00 WIB, suhu 28°C, angin 5 Km/jam.

    🌧️ Jakarta Pusat
    Hujan sedang pukul 16.00 WIB, suhu 27°C, angin 3 Km/jam.

    ⛈️ Jakarta Selatan
    Hujan petir pukul 16.00 WIB, suhu 27°C, angin 3 Km/jam.

    ⛈️ Jakarta Timur
    Hujan petir pukul 16.00 WIB, suhu 27°C, angin 2 Km/jam.

    🌧️ Jakarta Utara
    Hujan sedang pukul 16.00 WIB, suhu 27°C, angin 4 Km/jam.

    🌦️ Kepulauan Seribu
    Hujan ringan pukul 16.00 WIB, suhu 28°C, angin 16 Km/jam.

    “Cuaca hari ini berpotensi hujan sedang hingga hujan petir, khususnya di Jakarta Barat, Selatan, dan Timur yang diprediksi mulai pukul 16.00 WIB,” tulis Pemprov DKI Jakarta dikutip dari akun sosial media resmi @dkijakarta.

    “Tetap waspada, batasi aktivitas luar saat hujan ekstrem, dan pantau info resmi BMKG di cuaca.bmkg.go.id. Gunakan juga aplikasi JAKI untuk akses cepat ke kontak darurat,” imbuhnya.

    [Gambas:Instagram]

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jakpus hingga Jaksel Hujan Ringan Pagi Ini

    Jakpus hingga Jaksel Hujan Ringan Pagi Ini

    Jakarta

    Pemprov DKI Jakarta menyampaikan prakiraan cuaca hari ini. Hampir seluruh wilayah Jakarta diprediksi akan mengalami hujan ringan pada pagi ini.

    Berdasarkan data BMKG yang disampaikan Pemprov Jakarta, Selasa (4/11/2025), prakiraan cuaca di Jakarta Pusat (Jakpus), Jakarta Utara (Jakut), Jakarta Barat (Jakbar), Jakarta Selatan (Jaksel), dan Jakarta Timur (Jaktim) akan diguyur hujan ringan pada pukul 07.00 WIB dan 10.00 WIB.

    Sementara wilayah Kepulauan Seribu diprediksi berawan di waktu yang sama. Sedangkan cuaca pada siang hingga malam hari, hampir seluruh wilayah Jakarta diprediksi akan berawan.

    Berikut prediksi cuaca Jakarta selengkapnya bisa disimak melalui pantaubanjir.jakarta.go.id:

    Kepulauan Seribu
    – 01.00 WIB 28 °C Cerah 84 %
    – 04.00 WIB 27 °C Hujan Ringan 81 %
    – 07.00 WIB 28 °C Berawan 80 %
    – 10.00 WIB 28 °C Berawan 79 %
    – 13.00 WIB 28 °C Berawan 81 %
    – 16.00 WIB 29 °C Berawan 76 %
    – 19.00 WIB 28 °C Berawan 83 %
    – 22.00 WIB 27 °C Berawan 84 %

    Jakarta Utara
    – 01.00 WIB 25 °C 25 °C Cerah 90 %
    – 04.00 WIB 25 °C Cerah 90 %
    – 07.00 WIB 27 °C Hujan Ringan 82 %
    – 10.00 WIB 30 °C Hujan Ringan 71 %
    – 13.00 WIB 26 °C Berawan 83 %
    – 16.00 WIB 28 °C Berawan 77 %
    – 19.00 WIB 26 °C Berawan 83 %
    – 22.00 WIB 26 °C Berawan 87 %

    Jakarta Barat
    – 01.00 WIB 24 °C Cerah 91 %
    – 04.00 WIB 24 °C Cerah 91 %
    – 07.00 WIB 28 °C Hujan Ringan 81 %
    – 10.00 WIB 31 °C Hujan Ringan 69 %
    – 13.00 WIB 27 °C Udara Kabur 82 %
    – 16.00 WIB 28 °C Berawan 79 %
    – 19.00 WIB 26 °C Berawan 86 %
    – 22.00 WIB 25 °C Berawan 89 %

    Jakarta Timur
    – 01.00 WIB 24 °C Cerah 94 %
    – 04.00 WIB 24 °C Cerah 93 %
    – 07.00 WIB 27 °C Hujan Ringan 83 %
    – 10.00 WIB 31 °C Hujan Ringan 69 %
    – 13.00 WIB 27 °C Berawan 83 %
    – 16.00 WIB 28 °C Berawan 79 %
    – 19.00 WIB 26 °C Berawan 86 %
    – 22.00 WIB 25 °C Berawan 89 %

    (fas/fas)

  • Fenomena Ekstrem: Ribuan Petir Sambar Bojonegoro, BMKG Rilis Panduan Darurat

    Fenomena Ekstrem: Ribuan Petir Sambar Bojonegoro, BMKG Rilis Panduan Darurat

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Dalam sepekan pada minggu keempat Oktober 2025, Bojonegoro menjadi panggung fenomena alam menegangkan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tuban mencatat 6.131 sambaran petir terjadi di wilayah setempat.

    “Kondisi peralihan musim seperti ini sering ditandai dengan cuaca ekstrem dan sulit diprediksi, termasuk hujan lebat disertai kilat dan angin kencang,” tulis BMKG dalam unggahan resmi media sosialnya.

    BMKG juga membagikan panduan keselamatan yang wajib diperhatikan masyarakat untuk menghindari risiko fatal akibat sambaran petir. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:

    1. Segera cari bangunan kokoh
    Saat mendengar guntur, segera berlindung di gedung atau mobil.

    2. Tinggalkan kolam renang
    Air merupakan penghantar listrik kuat—segeralah keluar dari kolam.

    3. Hindari berteduh di bawah pohon
    Pohon yang tersambar dapat menghantarkan listrik ke tubuh.

    4. Jauhi struktur tinggi
    Seperti tiang listrik, menara, dan lampu jalan.

    5. Hindari area terbuka
    Seperti sawah dan lapangan. Cari tempat yang lebih rendah dan aman.

    6. Pengendara motor berhenti dan berlindung
    Menepi dan masuk bangunan terdekat, jangan terus berkendara.

    7. Jaga jarak saat berteduh berkelompok
    Mengurangi risiko arus listrik merambat jika ada yang tersambar.

    8. Gunakan posisi “petir” saat darurat
    Berdiri dengan kedua kaki rapat atau satu kaki terangkat untuk meminimalkan aliran listrik jika petir menyambar tanah sekitar.

    BMKG juga mengingatkan agar mematikan perangkat komunikasi saat terjadi badai petir, karena sinyal dapat menarik muatan listrik. [lus/kun]

  • Profil Kepala BMKG yang Baru Teuku Faisal, Pengganti Dwikorita

    Profil Kepala BMKG yang Baru Teuku Faisal, Pengganti Dwikorita

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala BMKG teranyar baru saja dilantik hari ini menggantikan Dwikorita. Dia adalah Teulu Faisal Fathani.

    Dilansir dari laman BMKG, Prof. Ir, Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D, IPU. adalah sosok yang dikenal luas sebagai pakar geoteknik dan teknologi kebencanaan.

    Ia menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Bidang Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, serta meraih gelar doktor bidang geoteknik dari Tokyo University of Agriculture and Technology (2005).

    Sebagai ilmuwan, Faisal berperan penting dalam pengembangan sistem deteksi dini longsor berbasis sensor dan Internet of Things(IoT), sebuah inovasi kebencanaan yang kini telah terpasang di berbagai daerah rawan longsor di 12 provinsi di Indonesia, serta diimplementasikan oleh sejumlah perusahaan tambang dalam dan luar negeri.

    Teknologi ciptaannya menjadi salah satu terobosan strategis dalam sistem peringatan dini (early warning system) dan menjadi bukti nyata penerapan sains untuk mitigasi risiko geoteknik. Inovasi ini sejalan dengan semangat BMKG dalam memperkuat inovasi dan integrasi data untuk melindungi kehidupan masyarakat dari ancaman bencana. 

    Adapun penetapan Faisal sebagai Kepala BMKG merupakan hasil Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Utama (JPTU) yang dilaksanakan secara transparan dan akuntabel sejak 4 Agustus 2025. Proses seleksi mencakup berbagai tahapan, mulai dari seleksi administrasi, penyusunan policy briefdan video tapping, seleksi kompetensi/assessment test oleh PUSPENKOM BKN, wawancara akhir, hingga tes kesehatan lengkap.

    Pelantikan ini menandai babak baru kepemimpinan BMKG dalam memperkuat peran strategisnya di tingkat nasional dan global. Dengan latar belakang akademik yang kuat, rekam jejak inovasi, dan kepemimpinan ilmiah yang visioner, Teuku Faisal Fathani diharapkan membawa BMKG menuju organisasi yang semakin modern, tangguh, dan berorientasi pada keselamatan serta kesejahteraan masyarakat.

  • BMKG Peringatkan: Purnama Perige Picu Banjir Rob di Jakarta, Semarang, dan Surabaya

    BMKG Peringatkan: Purnama Perige Picu Banjir Rob di Jakarta, Semarang, dan Surabaya

    Bisnis.com, JAKARTA— Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap fenomena Supermoon pada 5 November 2025 berpotensi meningkatkan pasang maksimum air laut dan memicu banjir rob di sejumlah wilayah pesisir Indonesia seperti Jakarta hingga Surabaya.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan dampaknya bisa berlangsung hingga 24 November 2025, dengan periode krusial sekitar tanggal 4–8 November 2025. 

    Dia menambahkan Fenomena Supermoon atau Purnama Perige terjadi saat Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi (perige) dan bertepatan dengan fase purnama. 

    “Kombinasi ini memperkuat gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, sehingga meningkatkan tinggi muka air laut secara signifikan,” kata Guswanto saat dihubungi Bisnis pada Senin (3/11/2025). 

    Dia menambahkan, BMKG menyatakan Supermoon kali ini menjadi yang terbesar sepanjang tahun. Bahkan berpotensi menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir Indonesia hingga 24 November 2025. 

    Adapun wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan mencakup pesisir utara Jawa seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan Surabaya; Sumatera bagian timur seperti Medan, Dumai, dan Palembang; serta kawasan Bali dan Nusa Tenggara Barat, termasuk Lombok dan Bima.

    Lebih lanjut, Guswanto mengatakan BMKG mengimbau masyarakat pesisir untuk lebih berhati-hati dan melakukan langkah mitigasi sejak dini. Dia mengatakan BMKG juga mengimbau masyarakat pesisir untuk menghindari aktivitas di pesisir pada periode pasang maksimum, mengamankan barang-barang penting dan infrastruktur di sekitar garis pantai, memantau informasi pasang surut dan peringatan dini dari BMKG secara berkala. 

    “Serta koordinasi dengan pemerintah daerah untuk penanganan genangan dan evakuasi jika diperlukan,” katanya. 

    Diketahui, fenomena bulan purnama perige terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB dengan jarak terdekat 356.833 km, menjadikannya jarak Bumi-Bulan terdekat sepanjang 2025 dan semi-diameter 16’ 44,28”.

    Sebagai perbandingan, Purnama Apoge pada 13 April 2025 memiliki jarak 406.006 km dengan semi-diameter lebih kecil, yakni 14’ 42,65”. Perigee dan apogee memengaruhi pasang surut laut melalui variasi gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, di mana posisi Bulan yang lebih dekat (perigee) meningkatkan kekuatan tarikan, sementara posisi lebih jauh (apogee) melemahkannya.

    Fenomena ini berkontribusi pada ketinggian air laut yang bervariasi, meskipun pengaruh utama tetap dari siklus harian gravitasi Bulan dan Matahari.

    Diketahui, pasang surut laut terjadi karena gaya gravitasi Bulan menarik air laut ke arahnya, menciptakan tonjolan air di sisi Bumi yang menghadap Bulan, sementara gaya sentrifugal menyebabkan tonjolan di sisi berlawanan.