Kementrian Lembaga: BMKG

  • Modifikasi Cuaca Jakarta & Sekitarnya, BMKG Klaim Berhasil Kurangi Intensitas Hujan hingga 67 Persen – Halaman all

    Modifikasi Cuaca Jakarta & Sekitarnya, BMKG Klaim Berhasil Kurangi Intensitas Hujan hingga 67 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 7-8 Desember 2024 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya disebut berhasil mengurangi intensitas hujan hingga 67 persen.

    Berkurangnya intensitas hujan di wilayah Jakarta diklaim berhasil menurunkan risiko banjir dan genangan.

    Diketahui, pada 5 Desember lalu, BMKG mengeluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem yang diprediksi akan terjadi pada 6-8 Desember dan dapat berlanjut hingga 9 Desember.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan modifikasi cuaca dilakukan dengan melakukan penyemaian awan selama dua hari berturut-turut.

    Sebanyak lima sorti penerbangan dilakukan menggunakan empat ton bahan semai untuk mengendalikan distribusi hujan di wilayah Jakarta.

    “Operasi ini bertujuan untuk mengurangi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, yang sering melanda Jakarta akibat intensitas hujan yang tinggi,” ungkap Dwikorita, Senin (9/12/2024). 

    “Hasilnya, kami berhasil menurunkan curah hujan di sejumlah wilayah dengan intensitas pengurangan mencapai 13 hingga 67 persen pada tanggal 7 dan 8 Desember, berdasarkan data satelit Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP),” urainya.

    Sementara itu, Deputi Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyebut operasi ini berhasil mengurangi curah hujan di sisi timur Jakarta.

    Menurutnya, hal tersebut menunjukkan keberhasilan teknik modifikasi cuaca dalam mendistribusikan hujan ke lokasi yang lebih aman dan mengurangi tekanan pada daerah-daerah rawan banjir, khususnya di wilayah Jakarta

    “Melalui teknologi modifikasi cuaca ini, kami dapat mengarahkan hujan agar tidak menumpuk di satu lokasi.”

    “Sebagai contoh, pada 8 Desember, hampir seluruh wilayah Jakarta mengalami pengurangan curah hujan, sehingga risiko genangan berkurang secara signifikan,” jelas Seto.

    Potensi Bencana Hidrometeorologi pada Momen Nataru

    Sebelumnya, BMKG mengungkapkan bencana hidrometeorologi seperti curah hujan ekstrem dan banjir berpotensi terjadi pada saat momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Hal itu diungkapkan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat menghadiri Rapat Tingkat Menteri (RTM) yang diadakan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) untuk koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian persiapan libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, 22 November 2024 lalu.

    Dwikorita mengatakan potensi bencana hidrometeorologi diprakirakan terjadi bersamaan pada saat arus mudik Nataru 2024-2025.

    Potensi bencana hidrometeorologi ini dipicu terjadinya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia ke wilayah Indonesia pada Desember 2024 hingga awal Januari 2025.

    Menurut Dwikortia, fenomena ini pernah terjadi pada Januari 2020.

    Untuk diketahui, pada 2020 banjir besar terjadi di wilayah Jabodetabek.

    “Pada Januari 2020 banjir yang terjadi disebabkan oleh seruak udara dingin dari dataran tinggi Tibet. Sekarang ini potensi bencana hidrometeorologi dipicu oleh seruak udara dingin berasal dari dataran tinggi Siberia,” ungkap Dwikorita.

    Sejumlah kendaraan mencoba menerobos banjir yang menggenangi Jalan Jatinegara Barat dan sekitarnya, di Jakarta Timur, Rabu (1/1/2020). (Tribunnews/Alex Suban)

    Fenomena seruak udara dingin diprediksi akan memberikan dampak signifikan di wilayah barat Indonesia.

    Termasuk Selat Sunda, Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

    Cuaca buruk yang disertai hujan lebat berpotensi menyebabkan gangguan pada jalur mudik dan jalan tol, sebagaimana pernah diidentifikasi oleh Kementerian PUPR.

    (Tribunnews.com/Gilang Putranto)

  • BMKG Bongkar Rahasia Modifikasi Cuaca Kurangi Hujan di Jabodetabek

    BMKG Bongkar Rahasia Modifikasi Cuaca Kurangi Hujan di Jabodetabek

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk mengendalikan intensitas hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Bagaimana caranya?

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan lembaga terkait lainnya sudah melaksanakan operasi modifikasi cuaca tahap pertama pada 7-8 Desember.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengklaim OMC tahap pertama itu berhasil mengurangi risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Jabodetabek. OMC yang dilakukan pada akhir pekan lalu diklaim terbukti mengurangi intensitas hujan hingga 67 persen di beberapa wilayah Jakarta, sehingga menurunkan risiko banjir dan genangan.

    Dwikorita mengatakan upaya OMC dilakukan dengan melakukan penyemaian awan selama dua hari berturut-turut. Sebanyak lima sorti penerbangan dilakukan menggunakan empat ton bahan semai untuk mengendalikan distribusi hujan di wilayah Jakarta.

    “Operasi ini bertujuan untuk mengurangi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, yang sering melanda Jakarta akibat intensitas hujan yang tinggi. Hasilnya, kami berhasil menurunkan curah hujan di sejumlah wilayah dengan intensitas pengurangan mencapai 13 hingga 67 persen pada tanggal 7 dan 8 Desember, berdasarkan data satelit Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP),” ujar Dwikorita dalam sebuah keterangan, Senin (9/12).

    BMKG dan BNPB kembali melakukan OMC tahap dua pada Rabu (11/12). Untuk OMC kali ini, BNPB dan BMKG mengerahkan dua armada pesawat.

    Dwikorita mengatakan setiap armada pesawat dalam operasi ini akan menaburkan zat natrium klorida (NaCl) ke awan potensial di wilayah selatan Jawa Barat.

    Melansir Antara, gumpalan awan penghujan yang ada di langit selatan Jawa Barat seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran hingga ke Banten bagian selatan akan dipecah dan diarahkan ke laut, sehingga hujan di kawasan tersebut dapat dikurangi intensitasnya.

    Berdasarkan analisa BMKG kawasan tersebut masih berpotensi besar diguyur hujan berintesitas tinggi dengan badai berupa angin kencang mencapai 33 kilometer per jam pada lapisan permukaan karena dipengaruhi beberapa fenomena atmosfer.

    Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga dua pekan ke depan atau setidaknya sampai 15 Desember sebagaimana peringatan dini yang diumumkan BMKG.

    Sementara itu, Deputi Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto mengatakan operasi ini berhasil mengurangi curah hujan di sisi timur Jakarta pada Sabtu (7/12). Sementara itu, curah hujan di sisi tengah dan barat Jakarta meningkat.

    Namun pada Minggu (8/12), pengurangan hujan terjadi hampir di seluruh wilayah Jakarta.

    Menurutnya, hal ini menunjukkan keberhasilan teknik modifikasi cuaca dalam mendistribusikan hujan ke lokasi yang lebih aman dan mengurangi tekanan pada daerah-daerah rawan banjir, khususnya di Wilayah Jakarta

    “Melalui teknologi modifikasi cuaca ini, kami dapat mengarahkan hujan agar tidak menumpuk di satu lokasi. Sebagai contoh, pada 8 Desember, hampir seluruh wilayah Jakarta mengalami pengurangan curah hujan, sehingga risiko genangan berkurang secara signifikan,” tutur Seto.

    Lebih lanjut, Dwikorita menyebutkan OMC menjadi salah satu langkah strategis BMKG untuk mendukung upaya mitigasi bencana di musim penghujan, terutama untuk mengurangi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi.

    Menurutnya, modifikasi cuaca yang dilakukan di awal bulan Desember dinilai masih cukup efektif dalam membantu mengendalikan intensitas hujan di daerah-daerah rawan, khususnya di perkotaan padat seperti Jakarta. Namun, saat menjelang puncak musim hujan yang diprediksi bersamaan dengan terjadinya beberapa fenomena dinamika atmosfer, kemampuan modifikasi cuaca masih relatif terbatas.

    “Meskipun masih ada keterbatasan dengan mempertimbangkan kuatnya intensitas hujan akibat beberapa fenomena labilitas atmosfer yang terjadi bersamaan, kami akan terus melakukan upaya ini selama musim penghujan berlangsung, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana hidrometeorologi, untuk mengurangi intensitas hujan guna melindungi masyarakat dari dampak buruk cuaca ekstrem,” pungkas Dwikorita.

    Cuaca ekstrem ini dipicu oleh beberapa fenomena atmosfer yang terjadi dalam waktu yg bersamaan dan diprakirakan dapat terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama di Jawa Barat, Banten Selatan dan Jakarta.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • BPBD DKI kembali modifikasi cuaca pada 12-14 Desember 2024

    BPBD DKI kembali modifikasi cuaca pada 12-14 Desember 2024

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta kembali melakukan operasi modifikasi cuaca pada 12-14 Desember 2024 untuk mengurangi intensitas hujan dan memitigasi banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

    Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan bahwa modifikasi cuaca kembali dilakukan berdasarkan arahan dari rapat tingkat menteri yang dipimpin oleh Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.

    “Kami kemarin sudah merapatkan bahwasannya kita akan lakukan kembali pada tanggal 12, 13, 14 (Desember). Itu untuk yang tahap kedua. Mudah-mudahan dengan lebih baik lagi,” kata Teguh di Jakarta, Rabu.

    Usai meninjau Posko Pengungsian Kebakaran SDN 09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Teguh mengatakan bahwa berdasarkan perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem dengan hujan intens tinggi masih akan terjadi pada pertengahan Desember 2024.

    Karena itu, BPBD akan kembali melakukan modifikasi cuaca tahap dua. Pada tahap pertama telah dilakukan selama tiga hari pada 7-9 Desember 2024.

    “Ini yang sudah berhasil. Bisa mengurangi curah hujan yang lebat menjadi relatif yang sekarang kita alami,” kata Teguh.

    Untuk modifikasi cuaca tahap dua ini, Teguh berharap proses tabur garam dengan pesawat dapat dilakukan pada malam hari agar distribusi hujan lebih merata dan lebih efektif menurunkan intensitas hujan.

    Teguh menambahkan bahwa operasi modifikasi cuaca dan upaya lainnya untuk mengurangi intensitas hujan akan terus dilakukan menggunakan anggaran rutin BPBD.

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menggunakan biaya tak terduga dengan mengeluarkan status tanggap darurat jika anggaran BPBD sudah dialokasikan sepenuhnya.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • Dua Pesawat Diterbangkan untuk Modifikasi Cuaca di Selatan Jabar

    Dua Pesawat Diterbangkan untuk Modifikasi Cuaca di Selatan Jabar

    Jakarta, Beritasatu.com – Sebanyak dua pesawat mulai diterbangkan untuk modifikasi cuaca guna mengendalikan intensitas hujan yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi di selatan Jawa Barat (Jabar).

    Operasi modifikasi cuaca di selatan Jabar yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tersebut dimulai pada Rabu (11/12/2024) siang ini.

    Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Lukmansyah mengatakan, kondisi cuaca yang labil dengan intensitas sedang hingga tinggi di wilayah selatan Jawa Barat diharapkan dapat dikendalikan setelah dilakukan modifikasi cuaca di Jabar.

    “BNPB menilai pengendalian cuaca penting sehingga penanganan darurat dampak bencana di kawasan tersebut, salah satunya wilayah Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya bisa berjalan secara lebih optimal dan efisien,” kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu dilansir Antara. 

    Sebanyak 39 kecamatan di Kabupaten Sukabumi dilanda bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang, tanah longsor, pergerakan tanah, cuaca eksterem yang dipicu oleh tingginya intensitas hujan di wilayah tersebut 3-4 Desember 2024.

    Bencana tersebut menimbulkan dampak signifikan. Kondisi terkini, ada penambahan warga terdampak yang sebelumnya 10.160 menjadi 10.237, dan 2.988 warga mengungsi. Kemudian sebanyak 10 orang meninggal dunia dan dua orang warga dinyatakan hilang setelah 7×24 jam dilakukan pencarian. “Dua pesawat yang diterbangkan dalam operasi modifikasi cuaca ini diharapkan bisa mempercepat penangan tanggap darurat,” kata Lukmansyah.

    Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam kesempatan terpisah menambahkan setiap armada pesawat dalam operasi modifikasi cuaca tersebut akan menaburkan zat natrium klorida (NaCl) ke awan potensial di wilayah selatan Jawa Barat.

  • Cuaca Ekstrem Ancam Penyeberangan di Merak

    Cuaca Ekstrem Ancam Penyeberangan di Merak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama sejumlah pihak melakukan langkah untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem yang mengancam jalur penyeberangan Merak-Bakauheni, salah satu lintasan transportasi laut terpadat di Indonesia.

    BMKG menggandeng sejumlah stakeholder terkait, termasuk Kementerian Perhubungan, KSOP, ASDP, TNI AL, Polres, Polda, Polairud, Basarnas, dan Jasa Raharja.

    “Cuaca ekstrem adalah ancaman nyata, terutama di jalur penyeberangan Merak-Bakauheni yang menjadi penghubung vital bagi mobilitas masyarakat,” ujar Dwikorita dalam sebuah keterangan, Senin (9/12).

    “Dengan sinergi yang solid dan penerapan SOP kontingensi, kita dapat memitigasi risiko dan memastikan keselamatan operasional,” imbuhnya.

    Langkah antisipasi tersebut salah satunya BMKG bersama KSOP Banten memeriksa kesiapan sistem pengawasan dan pengendalian operasional kapal. Langkah ini bertujuan mengintegrasikan informasi cuaca yang akurat ke dalam pengambilan keputusan operasional, sehingga arus penyeberangan tetap lancar meski menghadapi kondisi cuaca yang dinamis.

    Kemudian, Dwikorita juga meninjau sistem monitoring, analisis, dan diseminasi informasi cuaca maritim di Stasiun Meteorologi Maritim Kelas 1 Merak.

    Sistem tersebut dirancang untuk memberikan informasi real-time terkait cuaca, gelombang, dan arus laut kepada pihak-pihak terkait, termasuk operator kapal.

    “Sistem yang andal memungkinkan kita memberikan peringatan dini, sehingga semua pihak dapat mempersiapkan langkah mitigasi secara tepat waktu,” katanya.

    Sebelumnya, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu (4/12), Dwikorita menyebut periode libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 akan berbarengan dengan puncak musim hujan.

    Selain itu, sejumlah fenomena yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem juga diperkirakan akan terjadi pada periode tersebut.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” ujarnya.

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya.

    Tak hanya puncak musim hujan, wilayah barat Indonesia juga akan semakin basah oleh adanya fenomena La Nina lemah. Menurut Dwikorita, dua fenomena itu, puncak musim hujan dan La Nina, bisa berdampak pada skenario terburuk curah hujan ekstrem hingga banjir bandang.

    Kondisi ini juga diperparah oleh pergerakan seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia.

    Dwikorita menjelaskan seruak dingin menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan. Kecepatan angin dan peningkatan gelombang tinggi ini akan terjadi terutama di Laut Natuna.

    Pada kasus paling ringan, seruak dingin tersebut adalah terganggunya aktivitas pelayaran. Dwikorita mencontohkan bagaimana seruak dingin pada 2022 mengganggu aktivitas penyeberangan di pelabuhan.

    Sementara itu, skenario terburuknya adalah potensi banjir parah, mengulang bencana banjir Jakarta yang terjadi pada Januari 2020.

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Hujan Lebat Potensi Landa Sejumlah Daerah RI

    Hujan Lebat Potensi Landa Sejumlah Daerah RI

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah daerah di Indonesia berpotensi diguyur hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Simak prediksinya.

    BMKG mengatakan sejumlah fenomena atmosfer diperkirakan akan mempengaruhi pola cuaca di Indonesia, meningkatkan potensi hujan lebat, terutama di wilayah-wilayah yang tengah memasuki puncak musim hujan.

    Menurut lembaga, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kondisi cuaca tersebut, termasuk dua bibit siklon tropis yang terpantau di Samudera Hindia barat daya Lampung dan Samudera Hindia Selatan Pulau Sumba, sedangkan Suspect Area terdeteksi di Laut Timor sebelah barat daya Kepulauan Tanimbar.

    Selain itu, sirkulasi siklonik terdeteksi menguat dengan meningkatkan pengangkatan massa udara, yang mempermudah pembentukan awan hujan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya.

    “Akibatnya, potensi curah hujan signifikan menjadi lebih tinggi di daerah-daerah terdampak, sehingga masyarakat di wilayah tersebut perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan cuaca,” demikian laporan BMKG dalam ‘Prospek Cuaca Mingguan Periode 10-17 Desember 2024’.

    Selain itu, BMKG mengungkap sejumlah fenomena atmosfer turut memicu potensi hujan di sejumlah wilayah Indonesia sepekan ke depan. Fenomena ini berkontribusi signifikan terhadap peningkatan pembentukan awan hujan di berbagai wilayah, terutama di bagian barat, tengah, dan timur Indonesia.

    Pertama, Madden-Julian Oscillation (MJO) saat ini berada di fase 5 dan aktif bergerak melintasi wilayah Indonesia. Fenomena ini mendukung pembentukan awan hujan secara intensif di beberapa wilayah utama, termasuk Sumatera bagian utara, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

    Aktivitas MJO berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.

    Kedua, Gelombang Rossby, Kelvin, dan Low Frequency turut meningkatkan peluang pembentukan awan hujan signifikan. Dampaknya meluas di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia, mencakup beberapa daerah strategis yang rawan hujan lebat dan bencana hidrometeorologi.

    “Kombinasi dari fenomena-fenomena ini menciptakan kondisi atmosfer yang sangat mendukung peningkatan intensitas curah hujan di sejumlah wilayah,” jelas BMKG.

    “BMKG mengimbau masyarakat, khususnya di daerah rawan, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, banjir, dan tanah longsor,” lanjut BMKG.

    Daftar daerah potensi hujan lebat

    BMKG memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang akan terjadi selama periode 10-17 Desember 2024. Berikut wilayahnya:

    Hujan sedang-lebat

    Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung

    Jawa dan Bali: Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogykarta, Jawa Timur, Bali

    Nusa Tenggara: Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur

    Kalimantan: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara

    Sulawesi: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara

    Maluku dan Papua: Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan

    Hujan lebat-sangat lebat

    Jawa dan Bali: DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali

    Maluku: Maluku bagian selatan dan tenggara

    Nusa Tenggara: Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur

    Potensi angin kencang juga diperkirakan terjadi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, pesisir barat Sumatera Barat hingga Lampung, Banten, Jawa Barat, DK Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Maluku selama periode yang sama.

    “Kondisi ini meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang, terutama di wilayah rawan,” pungkas BMKG.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tanggap Darurat Bencana Sukabumi Diperpanjang sampai 17 Desember

    Tanggap Darurat Bencana Sukabumi Diperpanjang sampai 17 Desember

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah Kabupaten Sukabumi memperpanjang masa tanggap darurat bencana selama satu pekan atau tujuh hari ke depan terhitung dari 11 sampai 17 Desember 2024.

    “Awalnya masa tanggap darurat bencana kami berlakukan dari 4-10 Desember 2024, namun karena berbagai pertimbangan kami mengeluarkan kebijakan untuk memperpanjang masa tanggap darurat bencana ini hingga 17 Desember 2024,” kata Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman di Sukabumi, Selasa (10/12), dikutip dari Antara.

    Menurut Ade, yang menjadi pertimbangan pihaknya memperpanjang masa tanggap darurat bencana yakni potensi hujan deras yang masih tinggi, pengungsi serta adanya korban yang belum ditemukan.

    Selain itu, kebijakan ini dibuat berdasarkan hasil rapat koordinasi pertama potensi hujan deras hingga 14 Desember yang masih tinggi sesuai prakiraan cuaca dari BMKG.

    Kemudian masih ada dua korban yang tertimbun longsor yang belum ditemukan. Saat ini jumlah pengungsi masih terus bertambah mencapai 2.988 jiwa.

    Penetapan kebijakan ini melalui rakor secara daring yang dihadiri oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Polres Sukabumi, Kodim 0620 Kabupaten Sukabumi dan Pemkab Sukabumi.

    Modifikasi cuaca

    Sementara Bupati Sukabumi Marwan Hamami meminta kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk melakukan modifikasi cuaca di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    “Kami sudah mengirimkan surat kepada BMKG terkait modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan yang turun di wilayah Kabupaten Sukabumi,” katanya di Sukabumi.

    Menurut Marwan, untuk pelaksanaan modifikasi cuaca, pihaknya belum mengetahui karena BMKG yang menentukan jadwal pelaksanaannya. Pihaknya berhadap bisa terlaksana dalam waktu dekat agar intensitas hujan bisa dikurangi.

    Tujuan dari modifikasi cuaca ini juga untuk mempercepat penanganan dan penanggulangan bencana di Kabupaten Sukabumi seperti evakuasi penyintas, penyaluran bantuan, membuka akses jalan yang terisolasi maupun mengurangi potensi terjadinya kembali bencana hidrometeorologi agar daerah terdampak tidak terus meluas.

    Modifikasi ini dilakukan dengan melakukan penyemaian awan dengan menggunakan bahan khusus dalam beberapa hari dengan menggunakan pesawat terbang sehingga bisa mengendalikan potensi dan intensitas hujan.

    Hingga Selasa daerah yang terdampak bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Rabu (4/12) mencapai 39 kecamatan dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

    Akibatnya sebanyak 13.837 warga terdampak. Dari jumlah tersebut sebanyak 10 warga meninggal dan dua warga dinyatakan hilang.

    Sekitar 1.428 unit rumah rusak berat, 1.201 unit rusak sedang dan 1.272 unit rusak ringan. Selanjutnya untuk rumah terancam ada 653 unit dan terendam 1.169 unit.

    (Antara/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tiga Pelabuhan di Banten Disiapkan untuk Libur Nataru

    Tiga Pelabuhan di Banten Disiapkan untuk Libur Nataru

    Serang, CNN Indonesia

    Tiga pelabuhan disiapkan untuk melayani penyeberangan selama Libur Natal dan Tahun Baru 2025. Kendaraan yang menyeberang dari Pulau Jawa ke Sumatera akan dibagi berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) menteri.

    Pelabuhan yang disiapkan antara lain Pelabuhan Merak milik PT ASDP Indonesia Ferry, Pelabuhan Ciwandan milik Pelindo 2 serta Bandar Bakau Jaya (BBJ) di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten.

    “Saya melakukan pengecekan dari mulai exit dan entry, rencananya akan ada tiga pelabuhan yang digunakan yakni Pelabuhan Merak, Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan BBJ Bojonegara, sambil menunggu Surat Keputusan Bersama yang akan mengatur pembagian kategori kendaraan,” ujar Kapolda Banten, Irjen Suyudi Ario Seto, Selasa, (10/12/2024).

    Operasi Lilin Polda Banten bakal berlangsung sejak 22 Desember 2024 hingga 2 Januari 2025. Personel gabungan lintas instansi bakal mengamankan masyarakat selama Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

    Rekayasa lalu lintas bakal disiapkan, terutama mengatasi kemacetan hingga cuaca buruk yang menyebabkan terhambatnya penyebrangan di berbagai pelabuhan.

    Saat situasi hijau, Pelabuhan Merak digunakan untuk menyeberangkan menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

    Jika kondisi sudah kuning hingga merah, akan dilakukan rekayasa lalu lintas, seperti Jalan Cikuasa atas dan Dermaga Indah Kiat dijadikan kantung parkir, kemudian delaying system di rest area KM 43 dan KM68.

    “Kami juga akan lihat bagaimana rekayasa lalu lintas yang dilakukan oleh Ditlantas Polda Banten yang dibantu oleh pihak ASDP, pemberlakuan disesuaikan dengan situasi. Termasuk akan memberlakukan delay system untuk mencegah penumpukan di pelabuhan,” ujarnya.

    Rekayasa lalu lintas di dalam tiga pelabuhan juga disiapkan, agar memuat lebih banyak kendaraan.

    “Kami ingin memastikan bahwa jalur masuk dan keluar pelabuhan, termasuk kantong parkir, sudah siap untuk menampung peningkatan volume kendaraan. Ini penting agar masyarakat yang hendak menyeberang ke Pulau Sumatra merasa aman dan nyaman,” katanya.

    Masyarakat yang akan menyeberangi Selat Sunda diimbau memperhatikan kondisi cuaca melalui laman resmi BMKG. Jika cuaca buruk, diminta tidak memaksakan diri meneruskan perjalanan, karena akan berbahaya.

    Begitupun jika Pelabuhan Merak ditutup atau pelayaran terhambat, masyarakat diminta memaklumi, karena harus mengutamakan keselamatan dan kenyamanan.

    “Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat agar selalu waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi kondisi cuaca yang dapat berubah-ubah, khususnya bagi masyarakat yang akan melakukan penyeberangan ke pelabuhan,” jelasnya.

    (ynd/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Gempa Beberapa Kali Terjadi di Maluku Utara

    Gempa Beberapa Kali Terjadi di Maluku Utara

    JAKARTA – Hingga pagi ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat beberapa kali gempa susulan (aftershock) usai gempa utama (mainshock) dengan magnitudo 7,4 yang dimutakhirkan menjadi 7,1 yang berlokasi di titik koordinat 1.63 LU 126.39 BT atau 134 kilometer Barat Laut Jailolo, pada kedalaman 73 kilometer di Maluku Utara, Jumat 15 November dini hari.

    Gempa susulan masing-masing tercatat adalah magnitudo 5,0 pukul 0.55 WIB, dengan titik lokasi di 1.54 LU,126.46 BT atau 128 km Barat Laut Jailolo, di kedalaman 10 kilometer. BMKG menyatakan gempa susulan ini tidak berpotensi tsunami.

    Kemudian gempa selanjutnya tercatat dengan magnitudo 5.9 pukul 1.45 WIB di titik lokasi 1.49 LU, 126.40 BT dengan pusat gempa berada di dasar laut atau 127 km Barat Laut Jailolo di Kedalaman 10 Km. Gempa tersebut juga dinyatakan tidak berpotensi tsunami dan guncangannya drasakan (MMI) III Ternate, II-III Manado, II-III Tahuna dan II-III Bitung.

    #Gempa Mag:5.9, 15-Nov-19 08:17:35 WIB, Lok:1.73 LU, 126.39 BT (Pusat gempa berada di Laut 140 km Barat Laut Halmahera Barat), Kedlmn:10 Km Dirasakan (MMI) II-III Bitung, II-III Manado, II Ternate, II Minahasa Selatan, II Tahuna #BMKG pic.twitter.com/Q4x8NnJar2

    — BMKG (@infoBMKG) November 15, 2019

    Sebelumnya BMKG menyatakan status peringatan dini tsunami usai gempa utama M 7,1 yang diakhiri pada pukul 01.45 WIB. BMKG juga memutakhirkan laporan adanya gelombang tsunami dengan ketinggian masing-masing 0,6 meter di Ternate (23.43 WIB), 0,9 meter di Jailolo (23.43) dan 0,10 meter di Bitung (00.08 WIB).

    Sementara ini, belum ada laporan kerusakan infrastruktur ataupun jatuhnya korban jiwa. Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama TNI/Polri sedang berupaya melalukan kaji cepat terkait pascagempa tersebut.

    “Warga sekitar lokasi yang terdampak guncangan gempa diharapkan agar tidak panik dan tidak terpengaruh dengan kabar yang tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pastikan informasi yang resmi selalu bersumber dari instansi terkait seperti BMKG, BNPB, BPBD, Dinas Provinsi dan pihak berwajib lainnya,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo.

  • Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Jakarta Diperpanjang hingga 15 Desember

    Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Jakarta Diperpanjang hingga 15 Desember

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperpanjang status peringatan dini cuaca ekstrem di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hingga 15 Desember 2024. Hal ini dilakukan seiring terus meningkatnya curah hujan di kawasan aglomerasi tersebut.

    “Peringatan dini berlanjut hingga 15 Desember. Menjelang tanggal 15 Desember itu curah hujan akan meningkat secara bertahap, kemudian puncaknya sekitar tanggal 15 Desember yang bisa mencapai 100 mm per hari, sehingga perlu diwaspadai,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (10/12), mengutip Antara.

    Sebelumnya, BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem pada 7-8 Desember 2024. Kemudian berlanjut hingga 15 Desember mengingat curah hujan di Jabodetabek masih tinggi.

    Dwikorita menjelaskan salah satu pemicu cuaca ekstem ini adalah bibit siklon tropis 91S yang terdeteksi masih berada di Samudera Hindia barat daya Lampung, meski mulai menjauh dari wilayah Indonesia.

    Merujuk laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), per 8 Desember 2024 ada dua bibit siklon tropis yang terdeteksi berada di sekitar wilayah Indonesia.

    Pertama, bibit siklon tropis 91S terpantau berada di Samudera Hindia sebelah selatan Banten, tepatnya di sekitar 10,0 derajat Lintas Selatan dan 99,1 derajat Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 25 knot (46 km/jam) dan tekanan udara minimum 1003 hPa.

    Kendati begitu, menurut BMKG secara umum potensi bibit siklon tropis 91S menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan cukup rendah. Begitu juga untuk periode 48 hingga 72 jam ke depan.

    Kedua, bibit siklon tropis 93S yang terpantau di sekitar Samudera Hindia selatan Pulau Sumba, tepatnya di sekitar 15,7 derajat Lintang Selatan dan 119,1 Bujur Timur dengan kecepatan angin maksimum 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara minimum 1002 hPa.

    “Secara umum, potensi bibit siklon tropis 93S menjadi siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan adalah rendah,” ujar BMKG dalam sebuah unggahan di Instagram.

    BMKG mengatakan sejumlah fenomena atmosfer juga diperkirakan akan mempengaruhi pola cuaca di Indonesia, meningkatkan potensi hujan lebat, terutama di wilayah-wilayah yang tengah memasuki puncak musim hujan.

    Menurut lembaga, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kondisi cuaca tersebut, termasuk dua bibit siklon tropis yang terpantau di Samudera Hindia barat daya Lampung dan Samudera Hindia Selatan Pulau Sumba, sedangkan Suspect Area terdeteksi di Laut Timor sebelah barat daya Kepulauan Tanimbar.

    Selain itu, sirkulasi siklonik terdeteksi menguat dengan meningkatkan pengangkatan massa udara, yang mempermudah pembentukan awan hujan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya.

    “Akibatnya, potensi curah hujan signifikan menjadi lebih tinggi di daerah-daerah terdampak, sehingga masyarakat di wilayah tersebut perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan cuaca,” demikian laporan BMKG dalam ‘Prospek Cuaca Mingguan Periode 10-17 Desember 2024’.

    Selain itu, BMKG mengungkap sejumlah fenomena atmosfer turut memicu potensi hujan di sejumlah wilayah Indonesia sepekan ke depan. Fenomena ini berkontribusi signifikan terhadap peningkatan pembentukan awan hujan di berbagai wilayah, terutama di bagian barat, tengah, dan timur Indonesia.

    Pertama, Madden-Julian Oscillation (MJO) saat ini berada di fase 5 dan aktif bergerak melintasi wilayah Indonesia. Fenomena ini mendukung pembentukan awan hujan secara intensif di beberapa wilayah utama, termasuk Sumatera bagian utara, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

    Aktivitas MJO berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.

    Kedua, Gelombang Rossby, Kelvin, dan Low Frequency turut meningkatkan peluang pembentukan awan hujan signifikan. Dampaknya meluas di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia, mencakup beberapa daerah strategis yang rawan hujan lebat dan bencana hidrometeorologi.

    “Kombinasi dari fenomena-fenomena ini menciptakan kondisi atmosfer yang sangat mendukung peningkatan intensitas curah hujan di sejumlah wilayah,” jelas BMKG.

    “BMKG mengimbau masyarakat, khususnya di daerah rawan, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, banjir, dan tanah longsor,” lanjut BMKG.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]