Kementrian Lembaga: BMKG

  • Hasil Pengamatan BMKG: Lebaran Jatuh pada 31 Maret 2025

    Hasil Pengamatan BMKG: Lebaran Jatuh pada 31 Maret 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi 1 Syawal 1446 Hijriah atau Lebaran 2025 akan jatuh pada Senin (31/3/2025). Prediksi ini berdasarkan hasil pengamatan rukyatul hilal yang dilakukan sejak Sabtu (29/3/2025) pagi di 36 titik, mulai dari Merauke, Papua hingga Sabang, Aceh.

    Dari hasil pengamatan tersebut, BMKG memastikan hilal mustahil terlihat hingga Sabtu sore karena ketinggian hilal berada di antara -3,29 derajat di Merauke hingga -1,07 derajat di Sabang. Dengan demikian, jumlah hari dalam bulan Ramadan kemungkinan besar akan digenapkan menjadi 30 hari.

    “Hari ini, Sabtu 29 Maret 2025 atau 29 Ramadan 1446 Hijriah, BMKG telah melakukan pengamatan hilal menggunakan dua metode, yaitu metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan). Hasilnya, ketinggian hilal di wilayah Indonesia berkisar antara -3,29 derajat hingga -1,07 derajat, sehingga mustahil hilal akan terlihat pada sore hari ini,” kata ketua tim kerja bidang tanda waktu BMKG Himawan Widiyanto, Sabtu (29/3/2025).

    Meski demikian, BMKG menegaskan bahwa penentuan resmi 1 Syawal masih menunggu keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama dalam sidang isbat yang akan digelar Sabtu sore.

    “Apabila hilal tidak terlihat sore ini, maka bulan Ramadan akan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Namun, kita tetap menunggu keputusan dari Menteri Agama dalam sidang isbat nanti sore,” tambah Himawan.

    Keputusan sidang isbat akan menjadi penentu resmi kapan Idul Fitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025 dirayakan di Indonesia.

  • Nyepi, Kemenag Tak Pantau Hilal Lebaran 2025 di Bali

    Nyepi, Kemenag Tak Pantau Hilal Lebaran 2025 di Bali

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Agama (Kemenag) akan melakukan proses rukyatul hilal atau pemantauan hilal untuk penetapan Lebaran 2025 atau Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah di 33 titik lokasi, Sabtu (29/3/2025).

    Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad mengatakan setiap provinsi ada satu titik rukyatul hilal awal Lebaran 2025. Itu tidak termasuk Bali yang mayoritas warganya beragama Hindu dan hari ini mereka merayakan Nyepi.

    “Provinsi Bali dalam suasana Nyepi, sehingga rukyatul hilal tidak kita gelar di sana. Kita saling menghormati,” ujar Abu Rokhmad.

    Hasil pemantauan posisi hilal di seluruh provinsi, kecuali Bali, nanti akan dibahas dalam seminar sidang isbat penetapan Lebaran 2025 yang berlangsung di kantor pusat Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat sore ini pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib.

    Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan ormas Islam, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya dalam sidang isbat.

    Hasil seminar posisi hilal itu kemudian akan dibawa ke sidang isbat yang akan berlangsung tertutup sekitar pukul 18.45 WIB. Hasil sidang isbat penatapan Lebaran 2025 bakal diumumkan langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar melalui konferensi pers.

  • Sidang Isbat 1 Syawal 1446 H Dimulai dan Diumumkan Jam Berapa? Simak Jadwalnya di Sini

    Sidang Isbat 1 Syawal 1446 H Dimulai dan Diumumkan Jam Berapa? Simak Jadwalnya di Sini

    PIKIRAN RAKYAT – Bulan Ramadhan 2025 akan segera usai dan Umat Muslim akan menyambut datangnya hari kemenangan Hari Raya Idul Fitri.

    Penentuan Idul Fitri sendiri, biasanya akan diumumkan secara langsung oleh Kementerian Agama (Kemenag) melalui sidang isbat pada sore harinya.

    Pada tahun ini, Kemenag telah menetapkan jadwal sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1446 H yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 29 Maret 2025.

    Dimana pada sidang isbat ini, akan melibatkan pengamatan hilal di puluhan titik strategis di seluruh Indonesia untuk memastikan kemungkinan munculnya rukyatul hilal.

    Jadwal Sidang Isbat 1 Syawal 1446 H

    Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari laman resminya, Kemenag akan menggelar sidang isbat 1 Syawal 1996 H pada 29 Maret 2025 pukul 16.30 WIB. 

    Sidang isbat akan diawali dengan seminar posisi hilal yang akan membahas prediksi visibilitas hilal berdasarkan data astronomi dari BMKG, BRIN, dan LAPAN bersama ormas Islam dan ahli falak. 

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB. Karenanya, saat matahari terbenam, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

    Barulah setelah itu, Kemenag akan melakukan penentuan sidang isbat secara tertutup dan hasilnya akan diumumkan secara resmi melalui konferensi pers oleh Menteri Agama sebagai penetapan 1 Syawal 1446 H pada pukul 18.45 WIB.

    Prediksi Jatuhnya Tanggal 1 Syawal 1446 H

    Pemerintah melalui Kemenag sendiri memprediksi bahwa Idul Fitri tahun 2025 atau 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025 berdasarkan hasil perhitungan hisab posisi hilal pada 29 Ramadhan.

    Adapun prediksi tersebut mengacu pada data astronomis yang menunjukkan bahwa pada tanggal 31 Maret 2025 posisi hilal masih di bawah ufuk dengan ketinggian antara -3 hingga -1 derajat, sehingga hilal tak mungkin bisa diamati secara kasat mata. Yang berarti bulan Ramadhan akan digenapkan menjadi 30 hari dan 1 Syawal 1446 H baru dimulai keesokan harinya di tanggal 31 Maret 2025.

    Kendati demikian, kita belum dapat memastikan kapan 1 Syawal 1446 H jatuh sehingga dapat mengikuti arahan pemerintah melalui Kemenag.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kemenag Gelar Sidang Isbat Sore Ini, Lebaran 2025 Berpotensi Serentak

    Kemenag Gelar Sidang Isbat Sore Ini, Lebaran 2025 Berpotensi Serentak

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat penetapan Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah, Sabtu (29/3/2025) sore ini. Ada potensi Lebaran 2025 akan serentak antara pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah, yakni jatuh pada Senin (31/3/2025).

    “Potensinya sama-sama (Lebaran pada 31 Maret 2025),” kata Menteri Agama Nasaruddin Umar beberapa waktu lalu. 

    Menurut Nasaruddin, potensi Lebaran 2025 dirayakan serentak karena melihat kondisi objektif kekinian hilal berdasarkan hisab. Tetapi ia tetap meminta semua pihak menunggu hasil sidang isbat untuk penetapan 1 Syawal 1446 Hijriah. 

    Sidang isbat penetapan Lebaran 2025 sore ini akan berlangsung di kantor pusat Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. 

    Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad mengatakan pemerintah menggunakan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawal sebagaimana anjuran dalam Islam.

    Menurutnya, hal ini juga sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

    “Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” tegas Abu Rokhmad terkait sidang isbat Lebaran 2025.

    Proses rukyatul hilal atau pemantauan hilal untuk rencana akan dilakukan di 33 titik lokasi. Ada satu titik rukyatul hilal di setiap provinsi, kecuali Bali.

    “Di Provinsi Bali dalam suasana Nyepi, sehingga rukyatul hilal tidak kita gelar di sana. Kita saling menghormati,” tandasnya.

    Abu Rokhmad menambahkan, proses sidang isbat Lebaran 2025 akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 Hijriah pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib. 

    Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Diundang juga perwakilan dari BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Sidang isbat Lebaran 2025 akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

  • Mengenal Sesar Sagaing, Pemicu Gempa Myanmar yang Merusak Bangkok Thailand

    Mengenal Sesar Sagaing, Pemicu Gempa Myanmar yang Merusak Bangkok Thailand

    loading…

    Sebuah bangunan yang runtuh di Bangkok, Thailand pada 28 Maret 2025 akibat gempa berkekuatan M7,9 yang melanda Myanmar, Jumat (28/3/2025). FOTO/XINHUA/Rachen Sageamsak

    JAKARTA Gempa bumi dahsyat mengguncang Myanmar yang turut dirasakan dan menghancurkan bangunan di Bangkok , Thailand, Jumat (28/3/2025) waktu setempat. Gempa dipicu Sesar Sagaing yang membentang 1.200 kilometer dari Utara ke Selatan Myanmar.

    “Sesar ini sangat aktif secara tektonik dan menjadi salah satu sumber gempa potensial di wilayah tersebut. Beberapa kota besar yang dilalui oleh Sesar Sagaing antara lain: Mandalay, Sagaing, Naypyidaw, Bago, dan Yangon. Sesar ini memberi risiko yang besar bagi kota-kota tersebut,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada wartawan, Sabtu (29/3/2025).

    Daryono menambahkan, Sesar Sagaing memiliki mekanisme geser manganan (dextral strike-slip) dengan laju pergeseran cukup signifikan sekitar 18–22 mm per tahun. Sesar ini merupakan bagian dari sistem tektonik yang membatasi Lempeng India dan Lempeng Sunda, sehingga memiliki aktivitas seismik yang sangat signifikan.

    “Sesar Sagaing di Myanmar telah beberapa kali memicu gempa besar yang menyebabkan kerusakan signifikan dan korban jiwa sangat besar, yaitu gempa dahsyat pada: 1931 (M7,5) 1946 (M7,3 dan M7,7) 1956: (7,0) 2012: (M6,8) 2025: (M7,7),” katanya.

    Sebelumnya, gempa kekuatan M7,6 mengguncang Mandalay, Myanmar pada Jumat (28/3/2025), pukul 13:20 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki magnitudo M7,6 dengan episenter terletak pada koordinat 21,76° LU; 95,83° BT, pada kedalaman 10 Km.

    “Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Besar Sagaing,” kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan resminya.

    (abd)

  • BMKG prakirakan Jaktim, Jakbar, dan Jakut hujan ringan di Sabtu sore

    BMKG prakirakan Jaktim, Jakbar, dan Jakut hujan ringan di Sabtu sore

    Suhu di DKI Jakarta diperkirakan berkisar antara 25 hingga 31 derajat Celcius

    Jakarta (ANTARA) –

    Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan wilayah Jakarta Timur (Jaktim), Jakarta Barat (Jakbar), dan Jakarta Utara (Jakut) mengalami hujan ringan pada Sabtu sore.

    Sementara itu di wilayah lain seperti Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu bakal diselimuti awan tebal.

    Lantas di siang hari, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat diperkirakan berawan.

    Kemudian Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan diprediksi cerah berawan dan Kabupaten Kepulauan Seribu diprediksi masih berawan tebal.

    Untuk Sabtu pagi, seluruh wilayah di DKI Jakarta diprediksi diselimuti awan tebal

    Suhu di DKI Jakarta diperkirakan berkisar antara 25 hingga 31 derajat Celcius. BMKG juga menyatakan bahwa kecepatan angin berkisar 7-29 kilometer (km) per jam.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Sidang Isbat Idulfitri 2025 Digelar Hari Ini, Cek Jadwal & Link Live Streamingnya

    Sidang Isbat Idulfitri 2025 Digelar Hari Ini, Cek Jadwal & Link Live Streamingnya

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang penetapan atau isbat Idulfitri 2025 atau 1 Syawal 1446 hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Abu Rokhmad menyampaikan, sidang isbat akan digelar secara tertutup sekitar pukul 18.45 WIB. Hasil sidang isbat akan diumumkan oleh Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar melalui konferensi pers.

    “Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” kata Abu Rokhmad dalam keterangannya, dikutip Sabtu (29/3/2025).

    Rokhmad menambahkan, proses sidang isbat nantinya diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib.

    Dalam seminar tersebut, pemerintah mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Kemenag juga mengundang perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Lebih lanjut, Rokhmad menuturkan bahwa penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam.

    Hal ini kata dia, sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 2/2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Dalam fatwa itu, disebutkan bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, Rokhmad mengatakan bahwa ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

    “Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” ujar Rokhmad.

    Dia menjelaskan, terdapat dua dimensi dari proses pelaksanaan Rukyatul Hilal. Pertama, dimensi ta’abbudi dan kedua, dimensi pengetahuan. Rukyat merupakan proses konfirmasi atas data-data hisab dan astronomis.

    Adapun proses Rukyatul Hilal akan dilakukan di 33 titik. Menurut Abu Rokhmad, ada satu titik rukyatul hilal di setiap provinsi, kecuali Bali.

    Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan pengumuman sidang isbat Idulfitri 2025, dapat dilihat di link berikut ini:

    https://www.youtube.com/@KementerianAgamaPusat 

  • Sidang Isbat digelar Hari ini, Muhammadiyah dan NU Bakal Lebaran Bareng?

    Sidang Isbat digelar Hari ini, Muhammadiyah dan NU Bakal Lebaran Bareng?

    Bisnis.com, JAKARTA — Muhammadiyah Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025 M. Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintah masih menunggu hasil sidang isbat yang rencananya akan berlangsung pada hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Dalam catatan Bisnis, Muhammadiyah dan NU (termasuk pemerintah) sering kali berbeda pandangan mengenai awal puasa dan penetapan jatuhnya hari raya Idulfitri. Namun demikian, perbedaan itu tidak mengurangi ukhuwah islamiyah antara kedua organisasi masyarakat atau Ormas Islam terbesar di Indonesia itu. 

    Adapun melansir laman resmi Muhammadiyah, keputusan mengenai awal Syawal didasarkan pada hisab hakiki wujudul hilal. Metode ini telah lama menjadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

    Dengan metode ini, awal bulan ditetapkan jika hilal sudah wujud, yaitu setelah terjadi ijtimak sebelum matahari terbenam, bulan terbenam setelah matahari, dan piringan atas bulan berada di atas ufuk saat matahari terbenam. Jika salah satu dari kriteria ini tidak terpenuhi, maka bulan digenapkan menjadi 30 hari.

    Dalam menentukan 1 Syawal 1446 H, data astronomis menunjukkan bahwa pada Sabtu Kliwon, 29 Ramadan 1446 H atau 29 Maret 2025 M, ijtimak terjadi pada pukul 17:59:51 WIB. Namun, saat matahari terbenam di Yogyakarta (07° 48′ LS dan 110° 21′ BT), tinggi bulan masih berada di -01° 59′ 04², yang berarti hilal belum wujud.

    Di seluruh wilayah Indonesia, bulan juga masih berada di bawah ufuk, sehingga tidak memenuhi kriteria wujudul hilal. Oleh karena itu, umur bulan Ramadan 1446 H disempurnakan menjadi 30 hari, dan 1 Syawal 1446 H pun jatuh pada Senin Pahing, 31 Maret 2025 M.
     
    Keputusan ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya penggunaan hisab hakiki wujudul hilal dalam penentuan awal bulan Hijriah oleh Muhammadiyah. Mulai tahun 1447 H, Muhammadiyah akan beralih ke Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).

    Dalam sistem KHGT, bumi dianggap sebagai satu kesatuan matlak global sehingga seluruh dunia akan menetapkan awal bulan Hijriah pada hari yang sama. Perubahan ini diharapkan membawa kesatuan umat Islam dalam aspek waktu dan ibadah, menjawab tantangan modernitas, serta memperkuat integrasi umat di tingkat global.

    Tunggu Sidang Isbat 

    Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1446 Hijriah yang menjadi penanda jatuhnya perayaan hari raya Idulfitri pada hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Hal itu diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Kemang Abu Rokhmad. “Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” ujarnya.

    Abu Rokhmad menjelaskan jadwal sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib.

    Kemenag, lanjutnya, mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Jadwal sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawwal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam. Menurut Abu Rokhmad, hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

    Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI dalam hal ini Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

  • BMKG Bilang Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Ini Zona Merahnya

    BMKG Bilang Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Ini Zona Merahnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Isu gempa megathrust di Indonesia ramai diperbincangkan. 

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pun memperingatkan gempa dari dua zona megathrust, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, tinggal tunggu waktu.

    Alasannya, dua zona itu sudah lama tak mengalami gempa atau ada seismic gap, yakni lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar punya siklusnya sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.

    Namun BMKG sendiri belum dapat memastikan kapan bencana alam itu akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust di Indonesia.

    “Sebetulnya isu megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita, dikutip dari CNN Indonesia, Minggu (25/8/2024).

    “Jadi tujuannya ke sana; mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan,” imbuh dia.

    Dwikorita melanjutkan pihaknya sudah melakukan berbagai langkah antisipasi megathrust. Pertama, menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap ke zona-zona megathrust.

    “InaTEWS itu sengaja dipasang untuk menghadap ke arah megathrust. Aslinya tuh di BMKG hadir untuk menghadapi, memitigasi megathrust,” jelasnya.

    Kedua, edukasi masyarakat lokal dan internasional. Salah satu bentuk nyatanya adalah mendampingi pemerintah daerah (pemda) buat menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga shelter tsunami.

    Selain itu, bergabung dengan Indian Ocean Tsunami Information Center, yang juga berkantor di kompleks BMKG. Komunitas ini bertujuan buat mengedukasi 25 negara di Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami.

    “Kami edukasi publik bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemda sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang menyebabkan tsunami,” kata dia.

    Ketiga, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemda.

    “Sirine [peringatan tsunami] harusnya tanggung jawab pemerintah daerah, hibah dari BNPB, hibah dari BMKG, tapi pemeliharaan dari pemerintah daerah, kan otonomi daerah. Ternyata sirine selalu kita tes tanggal 26 [tiap bulan], kebanyakan bunyi tapi yang macet ada,” bongkarnya.

    Keempat, menyebarluaskan peringatan dini bencana. Menurut Dwi, jika masyarakat harus siap, berarti harus ada penyebarluasan informasi. “Kami dibantu Kominfo,” pungkasnya.

    (fsd/fsd)

  • Jadwal Lengkap & Bocoran Pengumuman Hasil Sidang Isbat Idulfitri 2025

    Jadwal Lengkap & Bocoran Pengumuman Hasil Sidang Isbat Idulfitri 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1446 Hijriah yang menjadi penanda jatuhnya perayaan hari raya Idulfitri pada hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Hal itu diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Kemang Abu Rokhmad. “Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” ujarnya.

    Abu Rokhmad menjelaskan jadwal sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib.

    Kemenag, lanjutnya, mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

    Jadwal sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawwal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam. Menurut Abu Rokhmad, hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

    Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.