Kementrian Lembaga: BMKG

  • Riset Ungkap Banjir di Indonesia Terjadi Lebih Sering dan Makin Parah

    Riset Ungkap Banjir di Indonesia Terjadi Lebih Sering dan Makin Parah

    Jakarta

    Banjir bandang yang terjadi di Sumatra pada November 2025 menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Kejadian ini menunjukkan tren bencana hidrometeorologi cenderung makin parah.

    Hal ini disampaikan Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., IPU. Disebutkan Hatma, penataan dan pengendalian kawasan yang lemah turut berpengaruh mengakibatkan maraknya perambahan hutan dan alih fungsi lahan hutan menjadi kebun sawit, serta illegal logging di kawasan hulu sehingga menjadi penyebab berbagai bencana hidrometeorologi kerap muncul di wilayah tersebut.

    Hutan-hutan lindung di ekosistem Batang Toru yang semestinya menjadi area tangkapan air banyak dikonversi menjadi perkebunan, atau dibabat oleh para pembalak liar mengakibatkan saat hujan lebat, air yang melimpah tak bisa lagi tertahan secara alami di hulu dan langsung menghantam pemukiman di hilir.

    “Banjir bandang di November 2025 di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatera Barat mungkin tercatat sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah beberapa dekade terakhir. Kejadian ini menunjukkan tren bencana hidrometeorologi cenderung makin parah seiring akumulasi deforestasi dan perubahan iklim,” ujarnya seperti dikutip dari situs UGM, Senin (1/12/2025).

    Secara geografis, Pulau Sumatra beriklim tropis basah, dan hal ini akan selalu rentan terhadap hujan lebat. Sementara kerusakan lingkungan seperti pembukaan hutan di pegunungan dan penyempitan sungai menjadikan wilayah ini ibarat menyimpan bom waktu bencana. Tanpa pembenahan serius, setiap puncak musim hujan bisa mendatangkan petaka serupa di masa mendatang.

    “Alam memiliki kapasitas daya dukung dan daya tampung yang terbatas untuk menahan gempuran cuaca ekstrem, dan kapasitas itu sangat bergantung pada kelestarian lingkungannya. Ketika manusia merusak lingkungan melebihi ambang batas maka alam akan ‘membalas’ dengan bencana yang dahsyat. Oleh sebab itu, upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana ke depan harus menyeimbangkan antara pendekatan struktural (infrastruktur teknis) dan pendekatan ekologis,” paparnya.

    Banjir Lebih Parah

    Peringatan banjir akan terjadi lebih sering dan lebih parah sudah sering disuarakan ilmuwan dan para pemerhati lingkungan. Laporan sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Ecology and Society pada Agustus 2020 mengungkapkan penyebab kenapa Indonesia dilanda bencana banjir lebih sering dan lebih parah.

    Riset ini menyebutkan bahwa perubahan tata guna lahan yang cepat di Indonesia telah berdampak pada siklus air lokal di negeri ini, salah satu dampaknya adalah berupa banjir. Riset multidisiplin ilmu yang dikerjakan tim peneliti gabungan dari University of Göttingen, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini menunjukkan bahwa perluasan perkebunan monokultur, seperti perkebunan kelapa sawit dan karet, menyebabkan banjir di Indonesia terjadi lebih sering dan lebih parah.

    Dalam laporannya, tim peneliti menjelaskan bahwa peningkatan frekuensi dan keparahan banjir terkait dengan proses ekohidrologi dan sosial yang saling memengaruhi, termasuk degradasi tanah di area pertanian monokultur, perluasan perkebunan kelapa sawit ke area lahan basah, dan pembangunan bendungan pelindung banjir.

    Dalam studi ini, para peneliti melakukan hampir 100 wawancara dengan petani kecil Indonesia, penduduk desa, dan para pengambil keputusan di Provinsi Jambi, Sumatra. Mereka kemudian membandingkan dan melengkapi analisis hasil-hasil ini dengan pengukuran ilmiah curah hujan, muka air sungai dan air tanah, sifat-sifat tanah, serta pemetaan penggunaan lahan dari wilayah tersebut.

    “Banyak studi tentang hubungan antara perubahan penggunaan lahan dan banjir hanya didasarkan pada analisis dari masing-masing disiplin ilmu dan dengan demikian hanya memberikan wawasan yang terpisah-pisah tentang proses yang mendasarinya,” ujar penulis utama studi Jennifer Merten, dari Department of Human Geography, University of Göttingen, dikutip dari Science Daily.

    “Oleh karena itu, penting bagi kami untuk menggunakan data seluas mungkin dari berbagai disiplin ilmu dan juga untuk memasukkan observasi dari penduduk setempat,” sebutnya.

    Dalam laporan hasil riset ini, para ilmuwan dari German-Indonesian Collaborative Research Centre EFForTS (Ecological and Socio-Economic Functions of Tropical Lowland Rainforest Transformation Systems) menunjukkan bahwa perluasan perkebunan kelapa sawit dan karet saat ini memiliki dampak yang signifikan terhadap siklus air lokal.

    “Perubahan penggunaan lahan skala besar menyebabkan pemadatan tanah, sehingga lebih sedikit hujan yang diserap oleh tanah dan air dengan cepat mengalir ke permukaan. Secara khusus, penghancuran lahan di daerah rawan banjir yang semakin parah berdampak besar dalam proses siklus air lokal ini,” jelas Christian Stiegler dari Bioclimatology Group di University of Göttingen yang juga menjadi anggota peneliti dalam tim riset ini.

    Dari perspektif penduduk desa, pembangunan bendungan banjir dan saluran drainase juga berkontribusi pada perubahan pola banjir lokal. Karena perkebunan-perkebunan kelapa sawit semakin banyak dibudidayakan di lahan basah seperti dataran bantaran sungai atau lahan gambut. Pemilik perkebunan yang lebih besar kemudian mencoba mengendalikan banjir di lahan mereka melalui pembangunan konstruksi semacam itu.

    “Namun, bendungan seperti itu sering kali menyebabkan peningkatan banjir di perkebunan petani kecil di sekitarnya,” jelas Merten, melaporkan berdasarkan pengamatan dan pengalamannya selama mengunjungi daerah tersebut.

    Menurutnya, peningkatan banjir semacam ini pada akhirnya juga menyebabkan ketegangan sosial dan konflik baru di antara lapisan masyarakat. Terutama antara petani kecil dengan pemilik perkebunan sawit yang lebih besar.

    Untuk mengurangi dampak perubahan penggunaan lahan pada siklus air, para peneliti dalam riset ini menyarankan perlindungan tanah dan perencanaan penggunaan lahan yang lebih baik, terutama di daerah rawan banjir dan lahan basah. Hal ini sangat penting diterapkan karena dapat berpengaruh besar dalam mencegah banjir.

    Selain itu, penting juga untuk mengatur lanskap wilayah dan mengontrol pembangunan saluran air untuk perlindungan banjir terhadap masyarakat. Kalau hal ini tidak diatur dan dikontrol, masyarakat sekitar dan golongan miskin menjadi kalangan yang paling terdampak oleh efek peningkatan banjir, seperti yang terjadi saat ini.

    (rns/rns)

  • BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga posko wilayah Sumatera untuk mengurangi potensi hujan saat penyaluran bantuan bagi korban banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, hingga Sumatera Utara.

    OMC tersebut masih akan berlangsung hingga Rabu (3/12) mendatang yang dipusatkan di Posko Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda (Aceh), Posko Kualanamu (Medan), dan Posko Bandara Internasional Minangkabau (Padang).

    “Kita berusaha menjaga agar proses penyelamatan, kedaruratan, dan upaya drop logistik tidak terganggu dengan cuaca ekstrem atau curah hujan tinggi. Kita menebarkan NaCl (larutan garam halus) di daerah-daerah agar hujan bisa turun di daerah yang tidak rawan,” kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dikutip dari YouTube Kemendagri RI, Senin (1/11/2025).

    Tak hanya itu, BMKG juga tengah menebarkan Kalsium Oksida (CaO), di daerah yang sangat rawan untuk memecah hujan agar tidak turun di daerah rawan dan dapat menyebar ke wilayah lain.

    “Kita melakukan OMC itu untuk memberi hujan atau mencegah terjadinya hujan. Saat ini, penerbangan terus kami lakukan, total ada lima pesawat di Posko Aceh, Medan, dan Padang,” ujarnya lagi.

    BMKG juga meminta agar pemerintah provinsi, khususnya Gubernur untuk segera menetapkan status siaga darurat ketika mendapatkan peringatan dini bencana.

    Teuku juga meminta agar kepala daerah mencermati setiap informasi yang diberikan oleh BMKG melalui pos atau koordinator tiap provinsi.

    “Karena tanpa status tersebut, BMKG dan BNPB tidak bisa melakukan operasi modifikasi cuaca,” ucap Teuku.

    “Ada lima balai besar yang memiliki kewenangan untuk menetapkan status siaga darurat,” tuturnya.

    Sebelumnya, Jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali meningkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hingga Senin, total korban meninggal di tiga provinsi tersebut telah mencapai 442 orang, sementara 402 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

    Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers Minggu (30/11/2025) menyebut, angka tersebut terus bertambah lantaran korban yang sebelumnya dilaporkan hilang mulai ditemukan.

    “Terutama di Tapanuli Selatan, karena per hari ini banyak yang ditemukan,” kata Suharyanto.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Thailand Gercep Bikin RS Lapangan Pasien Terdampak Banjir”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca Pascabencana di Sumatera

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga posko wilayah Sumatera untuk mengurangi potensi hujan saat penyaluran bantuan bagi korban banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, hingga Sumatera Utara.

    OMC tersebut masih akan berlangsung hingga Rabu (3/12) mendatang yang dipusatkan di Posko Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda (Aceh), Posko Kualanamu (Medan), dan Posko Bandara Internasional Minangkabau (Padang).

    “Kita berusaha menjaga agar proses penyelamatan, kedaruratan, dan upaya drop logistik tidak terganggu dengan cuaca ekstrem atau curah hujan tinggi. Kita menebarkan NaCl (larutan garam halus) di daerah-daerah agar hujan bisa turun di daerah yang tidak rawan,” kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dikutip dari YouTube Kemendagri RI, Senin (1/11/2025).

    Tak hanya itu, BMKG juga tengah menebarkan Kalsium Oksida (CaO), di daerah yang sangat rawan untuk memecah hujan agar tidak turun di daerah rawan dan dapat menyebar ke wilayah lain.

    “Kita melakukan OMC itu untuk memberi hujan atau mencegah terjadinya hujan. Saat ini, penerbangan terus kami lakukan, total ada lima pesawat di Posko Aceh, Medan, dan Padang,” ujarnya lagi.

    BMKG juga meminta agar pemerintah provinsi, khususnya Gubernur untuk segera menetapkan status siaga darurat ketika mendapatkan peringatan dini bencana.

    Teuku juga meminta agar kepala daerah mencermati setiap informasi yang diberikan oleh BMKG melalui pos atau koordinator tiap provinsi.

    “Karena tanpa status tersebut, BMKG dan BNPB tidak bisa melakukan operasi modifikasi cuaca,” ucap Teuku.

    “Ada lima balai besar yang memiliki kewenangan untuk menetapkan status siaga darurat,” tuturnya.

    Sebelumnya, Jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali meningkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hingga Senin, total korban meninggal di tiga provinsi tersebut telah mencapai 442 orang, sementara 402 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

    Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers Minggu (30/11/2025) menyebut, angka tersebut terus bertambah lantaran korban yang sebelumnya dilaporkan hilang mulai ditemukan.

    “Terutama di Tapanuli Selatan, karena per hari ini banyak yang ditemukan,” kata Suharyanto.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Thailand Gercep Bikin RS Lapangan Pasien Terdampak Banjir”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • BMKG: Modifikasi Cuaca Permudah Proses Evakuasi Korban di Sumatra-Aceh

    BMKG: Modifikasi Cuaca Permudah Proses Evakuasi Korban di Sumatra-Aceh

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan modifikasi cuaca untuk menurunkan intensitas hujan sehingga proses evakuasi dan penanganan di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh dilakukan dengan cepat.

    Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca (OMC) dilakukan selama 24 jam sejak 27 November hingga 1 Desember 2025. 

    “Sebagai bagian dari pemerintah, BMKG turut serta memastikan seluruh unsur bergerak cepat menjamin keselamatan warga dari bencana yang dipicu oleh fenomena cuaca ekstrem dan berdampak luas di sejumlah wilayah,” kata Faisal dikutip laman resmi BMKG, Senin (1/12/2025).

    Faisal mengatakan pihaknya akan rutin memeriksa peralatan, tim, pesawat, dan koordinasi dengan stakeholder terkait agar OMC berjalan optimal. 

    Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto menjelaskan pelaksanaan OMC mempertimbangkan analisis meteorologi yang berlaku di wilayah tersebut.

    “Strategi penyemaian dilakukan dengan mengintervensi awan-awan yang membawa air hujan sebelum masuk ke area terdampak bencana, tepatnya di perairan sebelah Barat dan Utara dari Provinsi Sumatera Utara,” jelas Seto.

    Berdasarkan hasil analisis BMKG, tiga provinsi tersebut berpotensi hujan intensitas sedang dan lebat mulai 30 Desember sampai 2 Desember 2025.

    Tim OMC telah melakukan 9 penerbangan sorti dengan menggunakan bahan semai 4.800 kg NaCl dan 2.400 kg CaO. Di Medan, OMC berlangsung di Posko Stasiun Meteorologi (Stamet) Sultan Iskandar Muda Aceh dan Posko Bandara Internasional Minangkabau Sumatra Barat.

    Adapun, OMC yang difokuskan melalui Posko Bandara Internasional Minangkabau telah dilakukan penyemaian 5 sorti penerbangan menggunakan pesawat Cessna Caravan PK-DPI dan PK-SNK dengan total bahan semai 4.400 kg NaCl.

    Sedangkan, OMC di Aceh telah memasuki hari kedua dengan total 4 sorti penerbangan menggunakan pesawat Cessna Caravan PK-SNP yang menyemai 2.000 kg NaCl dan 2.000 kg CaO.

  • BNPB: Jumlah Pengungsi di Sumbar 77.918 Jiwa, Masuk Fase Pemulihan Bencana

    BNPB: Jumlah Pengungsi di Sumbar 77.918 Jiwa, Masuk Fase Pemulihan Bencana

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan penanganan bencana banjir dan longsor di Sumatra Barat mulai memasuki fase pemulihan setelah tiga hari penanganan intensif.

    Meski demikian, dia memastikan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) akan terus dilaksanakan hingga situasi benar-benar kondusif. 

    “Sumatra Barat sudah lebih pulih di hari ketiga. Apalagi sekarang tidak ada hujan, dan OMC masih terus dilakukan,” ujar Suharyanto dilansir dari Antara, Senin (1/12/2025).

    Berdasarkan data BNPB terkini, jumlah korban jiwa mencapai 129 orang, 118 orang masih hilang, dan 16 lainnya luka-luka. Di Kabupaten Padang Pariaman, lanjutnya, sebagian besar pengungsi mulai kembali ke rumah masing-masing untuk melakukan pembersihan sisa material.

    Adapun, kabupaten Agam menjadi wilayah dengan dampak paling besar, mencatat 87 korban meninggal dunia dan 76 orang masih hilang.

    Secara keseluruhan, Suharyanto mengatakan terdapat delapan kabupaten/kota terdampak, yaitu Agam, Solok, Pesisir Selatan, Padang, Padang Panjang, Pariaman, Tanah Datar, dan Bukittinggi. 

    “Jumlah pengungsi tercatat sebanyak 77.918 jiwa. Sebagian besar warga memilih kembali ke rumah pada siang hari untuk membersihkan rumah, kemudian kembali ke posko pengungsian pada malam hari,” jelasnya. 

    Kerusakan infrastruktur yang masih menjadi fokus penanganan meliputi jembatan putus, jalan amblas, serta jalur transportasi nasional dan provinsi. Jalur nasional yang masih terputus di antaranya berada di Kota Padang Panjang dan Sicincin.

    Bantuan yang disalurkan mencakup sembako, perlengkapan kebersihan, makanan siap saji, selimut, tenda, serta alat berat seperti ekskavator. Dia memastikan seluruh personel BNPB telah berada di titik-titik terdampak untuk mendampingi Forkopimda.

    “Sudah empat hari mereka berada di lapangan dan seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana,” kata Suharyanto.

    Penggunaan armada udara masih terbatas, mengingat jalur darat masih bisa digunakan. Armada yang dikerahkan mencakup satu helikopter BNPB, satu pesawat fixed wing, dan satu helikopter Basarnas.

    Ratusan Personel Dikerahkan 

    Data dari Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Sumbar mencatat 131 personel dikerahkan untuk menangani dampak banjir, galodo, sedimentasi sungai, serta kerusakan saluran irigasi. Penanganan difokuskan pada pemulihan fungsi aliran sungai dan distribusi air bagi permukiman serta pertanian.

    Jenis alat berat yang digunakan meliputi ekskavator, mini ekskavator dan long arm ekskavator. Beberapa lokasi juga mengandalkan alat manual seperti cangkul dan sekop.

    Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan menyampaikan bahwa Ex-Siklon Tropis Senyar yang menyebabkan bencana kini telah menjauhi wilayah Indonesia. Namun, wilayah Sumatra Barat masih berada dalam puncak musim hujan hingga Desember.

    “Dinamika atmosfer seperti IOD, suhu muka laut, dan konvergensi angin masih aktif menyuplai uap air, sehingga memicu pertumbuhan awan hujan dalam sepekan ke depan,” ujarnya.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem, memperhatikan kondisi lingkungan, dan mulai kembali ke rumah secara bertahap dari posko pengungsian.

    Daerah terdampak yang diminta untuk meningkatkan kewaspadaan meliputi 16 kabupaten/kota, antara lain: Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Bukittinggi, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Pasaman, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, dan Solok Selatan.

    “Penting bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan agar risiko bencana hidrometeorologi dapat ditekan seminimal mungkin,” kata dia. 

  • Prakiraan Cuaca Hari ini 1 Desember 2025: Malang dan Kota Batu Cerah Berawan

    Prakiraan Cuaca Hari ini 1 Desember 2025: Malang dan Kota Batu Cerah Berawan

    Malang (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan cuaca Malang Raya pada Senin, 1 Desember 2025, di wilayah kabupaten, kota Malang, dan kota Batu.

    BMKG Juanda melaporkan bahwa kota Malang (meliputi Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, dan Sukun) pada pagi hari cuaca sangat kondusif, didominasi cerah dan cerah berawan.

    “Memasuki pukul 12.00 WIB hingga sore hari, cuaca di kota Malang berubah menjadi berawan namun tidak diprediksi turun hujan,” dikutip dari laman resmi BMKG Juanda.

    Sore hari cuaca terpantau berawan merata di seluruh kecamatan. Malam hari cuaca di kota Malang diperkirakan tetap berawan. Namun, waspada udara kabur yang diprediksi terjadi di Kecamatan Sukun pada pukul 23.00 WIB.

    Hari Selasa (2/12/2025) dini hari, cuaca di Malang umumnya berawan.

    Sementara itu, wilayah Kabupaten Malang pada Senin (1/12/2025) pagi hari umumnya cerah hingga cerah berawan. Matahari bersinar terik di sebagian besar wilayah seperti Ampelgading, Bantur, Bululawang, hingga Kepanjen.

    Kemudian, pukul 13.00 WIB hingga sore hari, awan tebal mulai menyelimuti langit, menjadikan cuaca berawan di hampir seluruh wilayah kabupaten.

    “Cuaca diprakirakan stabil berawan tanpa hujan hingga malam hari,” dikutip dari laman BMKG Juanda.

    Meski tidak ada hujan, pengguna jalan diimbau waspada terhadap turunnya kabut. Wilayah yang berpotensi berkabut atau udara kabur pada sore hingga malam hari di antaranya Karangploso, Kasembon, Poncokusumo, dan Pujon. Kabut di Pujon diprediksi turun lebih awal mulai pukul 16.00 WIB.

    Malam hari, cuaca di sebagian besar wilayah kabupaten diprakirakan berawan. Dini hari Selasa (2/12/2025) wilayah di kabupaten Malang cuaca umumnya berawan dan beberapa wilayah berkabut.

    Kota Batu pada Senin, 1 Desember 2025, pagi hari diperkirakan cuaca berawan dan cerah berawan. Sepanjang siang hari, cuaca di Kota Batu diprediksi teduh dengan kondisi berawan tanpa hujan.

    Kota Batu yang meliputi Batu, Bumiaji, dan Junrejo, mengalami perubahan cuaca pada sore hari. Mulai pukul 17.00 WIB hingga 19.00 WIB, kabut atau udara kabur diprediksi turun, terutama di Kecamatan Batu dan Bumiaji. Kemudian malam hari cuaca kembali berawan. Dini hari Selasa, 2 Desember 2025, cuaca diperkirakan tetap berawan. [dan/aje]

  • Prakiraan Cuaca Hari ini 1 Desember 2025: Malang dan Kota Batu Cerah Berawan

    Prakiraan Cuaca di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik 1 Desember 2025: Hujan Ringan?

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda kembali merilis prakiraan cuaca untuk wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Minggu, 1 Desember 2025.

    “Beberapa wilayah di Sidoarjo, Sidoarjo, dan Gresik diprakirakan akan diguyur hujan ringan hari ini. Untuk suhu, antara 24°C hingga 32°C. Sedangkan kelembabannya antara 60%-97%,” ujar Prakiraan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, Minggu (30/11/2025).

    Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini

    BMKG Juanda menyebut beberapa wilayah Surabaya diprediksi turun hujan ringan sekitar pukul 13.00—15.00 WIB. Termasuk di antaranya Kecamatan Dukuh Pakis, Wiyung, Gayungan, Jambangan, Karangpilang, Sambkirep, dan Lakarsantri. Adapun selebihnya cuaca cenderung berawan.

    Suhu udara: 25°C – 32°C
    Kelembapan: 60% – 94%
    Kecepatan angin: 6,6 Km/jam dari arah Barat Daya.

    Prakiraan Cuaca Sidoarjo Hari Ini

    Menurut data dari BMKG Juanda, cuaca di Sidoarjo hampir sama seperti Kota Pahlawan, turun hujan sekitar pukul 10.00—16.00 WIB. Termasuk di Kecamatan Buduran, Candi, Gedangan, Krian, Sukodono, Taman, Tulangan, dan Wonoayu. Selebihnya, cuaca cenderung berawan.

    Suhu udara: 24°C – 32°C
    Kelembapan: 60%-97%
    Kecepatan angin: 7,4 /jam dari arah Barat Daya.

    Prakiraan Cuaca Gresik Hari Ini

    Menurut data dari BMKG Juanda, cuaca di Gresik diprakirakan turun hujan pada siang hingga sore harinya, dengan intensitas ringan, termasuk di Kecamatan Duduksampeyan, Cerme, Menganti, Wringinanom, Tambak, Sangkapura, Driyorejo, dan Benjeng. Adapun malamnya tampak cerah.

    Suhu udara: 26°C – 29°C
    Kelembapan: 73% – 88%
    Kecepatan angin: 11,8 km/jam dari arah Barat Laut.

    Masyarakat disarankan untuk membawa payung atau jas hujan sebagai langkah antisipatif. Mengingat cuaca di wilayah tropis seperti Jawa Timur dapat berubah dalam waktu singkat, penting bagi warga untuk selalu memantau pembaruan informasi cuaca melalui aplikasi resmi BMKG atau layanan cuaca daring lainnya.

    Dengan memahami prakiraan cuaca secara detail, masyarakat di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik dapat menjalani aktivitas hari inidengan lebih aman dan nyaman, termasuk saat memulai aktivitas tempat. [fyi/aje]

  • Awas Cuaca Ekstrem! Tiga Wilayah Jatim Ini Bakal Diguyur Hujan Petir Siang Hari 1 Desember 2025

    Awas Cuaca Ekstrem! Tiga Wilayah Jatim Ini Bakal Diguyur Hujan Petir Siang Hari 1 Desember 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Menjelang awal Desember, sejumlah wilayah di Jawa Timur seperti Ngawi, Magetan, dan Ponorogo diprediksi mengalami cuaca yang cukup dinamis. Berdasarkan laporan prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., ketiga daerah tersebut berpotensi diguyur hujan disertai petir pada waktu yang hampir bersamaan.

    Langit Ngawi Mulai Tenang, Berubah Tidak Stabil Saat Siang

    Pada pagi hari pukul 06.00 WIB, Ngawi akan diawali dengan kondisi berawan, kemudian berangsur menjadi cerah berawan sekitar pukul 10.00 WIB. Namun cuaca cerah tersebut tidak berlangsung lama.

    “Mulai pukul 10.00 WIB, hujan sedang berpotensi turun di Ngawi, dan meningkat menjadi hujan disertai petir pada pukul 13.00 WIB,” terang Oky.

    Menjelang malam, tepatnya pukul 19.00 WIB, langit kembali stabil dengan awan tebal hingga pukul 22.00 WIB. Suhu udara di wilayah ini berada pada kisaran 23–30°C, dengan angin dari Selatan sekitar 6,5 km/jam dan kelembapan mencapai 68–94 persen.

    Magetan Diguyur Hujan Petir di Jam-Jam Sibuk

    Kondisi serupa juga terjadi di Magetan. Pagi hari pukul 06.00 WIB wilayah ini masih diselimuti awan, kemudian sedikit mengarah cerah meski tetap berawan pada pukul 10.00 WIB.

    Hujan disertai petir diperkirakan turun mulai pukul 13.00 hingga 16.00 WIB, sehingga masyarakat diimbau tetap waspada saat beraktivitas di luar ruang.

    Memasuki malam hari, cuaca kembali mereda dan berubah menjadi berawan hingga pukul 22.00 WIB. Suhu Magetan berkisar antara 23–28°C, dengan angin dari Selatan 14,9 km/jam dan kelembapan 65–86 persen.

    Ponorogo Tak Luput dari Potensi Petir

    Ponorogo diprediksi memiliki pola cuaca serupa. Pagi hingga menjelang siang, tepatnya pukul 06.00–10.00 WIB, wilayah ini mengalami langit berawan. Kondisi berubah drastis pada siang hari.

    “Hujan petir kemungkinan mengguyur Ponorogo pada pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Warga sebaiknya menghindari area terbuka selama periode tersebut,” tambah Oky.

    Saat malam tiba pukul 19.00 WIB, langit beralih menjadi cerah berawan, namun kembali berawan pada pukul 22.00 WIB. Suhu udara berada di kisaran 23–31°C, dengan angin dari Tenggara 11 km/jam serta kelembapan relatif 55–85 persen.

    Cuaca yang tidak stabil di tiga wilayah ini menunjukkan perlunya masyarakat menyiapkan perlindungan tambahan, terutama bagi yang beraktivitas pada siang hingga sore hari. Payung, jas hujan, dan kewaspadaan terhadap potensi petir menjadi hal penting pada awal pekan ini. Jika Anda berada di Ngawi, Magetan, atau Ponorogo, pastikan terus memantau perkembangan cuaca dari BMKG. [mnd/aje]

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Seram, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Seram, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

    Liputan6.com, Jakarta Gempa Magnitudo 5,0 mengguncang wilayah Seram, Maluku, Senin (1/12/2025), pukul 06:16:39 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa ini berada pada2,95 LS-130,25 BT, dengan episenter gempa 31 km Barat Laut Seram Bagian Timur.

    “Kedalaman gempa 10 km,” tulis BMKG.

    BMKG menyebutkan, gempa tidak berpotensi tsunami.

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

    “Hati-hati terhadap gempabumi susulan yang mungkin terjadi,” tulisnya.

     

     

  • Waspada Sore Berpetir! Prakiraan Cuaca Madiun–Pacitan Senin, 1 Desember 2025

    Waspada Sore Berpetir! Prakiraan Cuaca Madiun–Pacitan Senin, 1 Desember 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Masyarakat di Kabupaten Madiun, Kota Madiun, dan Pacitan diimbau untuk mewaspadai potensi hujan disertai petir pada Senin, 1 Desember 2025. Prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., menyampaikan bahwa kondisi atmosfer di wilayah tersebut cenderung labil pada siang hingga sore hari.

    “Warga sebaiknya mengurangi aktivitas luar ruang saat hujan petir mulai muncul, terutama pada rentang waktu siang sampai sore,” ujarnya.

    Kota Madiun: Cerah di Siang Hari, Hujan Petir di Sore

    Kota Madiun akan memulai pagi dengan kondisi berawan pada pukul 06.00 WIB. Memasuki pukul 10.00 WIB, cuaca berubah cerah total sebelum kembali menjadi cerah berawan pada pukul 13.00 WIB. Namun, masyarakat perlu bersiap karena pukul 16.00 WIB diprediksi turun hujan disertai petir.

    Cuaca kembali stabil pada malam hari, dengan kondisi berawan pada pukul 19.00–22.00 WIB. Suhu udara harian berkisar antara 23–31°C, dengan angin bertiup dari Tenggara sekitar 10 km/jam. Tingkat kelembapan berada di 60–87 persen.

    Kabupaten Madiun: Hujan Petir Dominasinya dari Siang hingga Sore

    Kabupaten Madiun juga diperkirakan memulai hari dengan langit berawan pada pukul 06.00 WIB. Cuaca berubah drastis mulai pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB, di mana kawasan ini akan diguyur hujan disertai petir.

    Menjelang malam, kondisi berangsur tenang dengan langit kembali berawan pada pukul 19.00–22.00 WIB. Suhu harian berada di kisaran 23–28°C, dengan angin dari Timur Laut 6,7 km/jam serta kelembapan 71–88 persen.

    “Wilayah ini termasuk area yang cukup sering mengalami hujan petir pada awal musim hujan,” jelas Oky.

    Pacitan: Pagi Berkabut, Sore Dikejutkan Hujan Petir

    Pagi di Pacitan akan diwarnai kondisi udara kabur pada pukul 06.00 WIB. Cuaca membaik menjadi cerah berawan pada pukul 10.00 WIB. Namun, pada pukul 13.00 WIB hingga 16.00 WIB, hujan disertai petir diprediksi turun dan perlu diantisipasi oleh warga.

    Malam hari kembali cerah berawan pada pukul 19.00–22.00 WIB. Suhu di wilayah ini lebih sejuk, yakni 21–27°C, dengan angin bertiup dari Tenggara sekitar 10,3 km/jam. Kelembapan udara berada di tingkat 70–91 persen.

    “Pacitan perlu waspada karena kombinasi angin tenggara dan kelembapan tinggi berpotensi memicu pembentukan awan konvektif,” tegas Oky.

    Dengan potensi hujan petir di sebagian besar wilayah, masyarakat diimbau mempersiapkan diri, membawa perlindungan, dan menghindari aktivitas berisiko saat cuaca ekstrem terjadi. Jika tidak ada keperluan mendesak, lebih baik tetap berada di dalam ruangan saat hujan petir berlangsung. [mnd/aje]