Kementrian Lembaga: BMKG

  • Jakarta diperkirakan diguyur hujan hingga Selasa malam

    Jakarta diperkirakan diguyur hujan hingga Selasa malam

    Jakarta (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan semua wilayah DKI Jakarta akan diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada Selasa sore dan malam hari.

    Informasi dari akun Instagram BMKG dikutip di Jakarta, Selasa, menyebutkan bahwa pada pagi hari dari enam wilayah di DKI yaitu Jakarta Barat, Timur, Pusat, Utara, Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Seribu diperkirakan cerah berawan hingga berawan tebal.

    Kondisi cuaca Jakarta cerah berawan dan berawan tebal berlangsung hingga siang hari.

    Awan tebal pada Selasa siang itu menjadi hujan di seluruh wilayah DKI dengan intensitas ringan pada sore hari, kecuali Jakarta Pusat yang berawan tebal.

    Sementara untuk malam harinya semua wilayah di Jakarta tanpa terkecuali akan diguyur hujan dengan intensitas sedang.

    Diketahui bahwa hujan dengan intensitas ringan menurunkan air kurang dari 2,5 mm per jam, sedangkan hujan sedang membawa 5-10 mm air per jam.

    Suhu udara di Jakarta diprakirakan berada pada kisaran 23-31 derajat Celcius dengan kecepatan angin 4-7 kilometer per jam, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu yang mencapai 14 km per jam.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 35 rukun tetangga (RT) masih tergenang air hingga Selasa pukul 05.00 WIB, imbas dari hujan intens dan pasang air laut maksimum sejak Senin (7/7).

    Kondisi ini dipicu oleh kombinasi cuaca ekstrem dan peringatan dini banjir pesisir (rob) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akibat fase Bulan Baru dan Perigee yang memperkuat pasang maksimum air laut.

    BPBD DKI mencatat genangan tersebar di empat wilayah kota, dengan rincian terbanyak berada di Jakarta Selatan sebanyak 25 RT. Sementara Jakarta Barat mencatatkan 7 RT terdampak, Jakarta Utara 2 RT, dan Jakarta Timur 1 RT.

    Di Jakarta Selatan, kelurahan yang terdampak paling parah adalah Duren Tiga dengan genangan setinggi 130 cm akibat luapan Kali Mampang, disusul Kuningan Barat (95 cm), Jati Padang (85 cm), dan Pela Mampang (60 cm).

    Sementara itu, di Jakarta Barat, genangan mencapai 50 cm di Kedaung Kali Angke akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Cengkareng.

    Jakarta Utara juga mengalami genangan setinggi 65 cm di Kelurahan Kapuk Muara, yang disebabkan oleh kombinasi hujan dan rob.

    Sebanyak enam titik pengungsian telah disiapkan untuk menampung warga terdampak. Di antaranya adalah Masjid Al Mujahidin di Kelurahan Jati Padang yang saat ini menampung 140 jiwa, serta Mushola Al Inayah di Pejaten Barat yang menampung 60 jiwa.

    Tiga ruas jalan di Jakarta Barat juga masih tergenang, yakni Jl. Adi Karya (40 cm), Jl. Bojong Indah Raya (30 cm), dan Jl. Raya Daan Mogot KM 11 (20 cm), yang turut mengganggu mobilitas warga.

    Meski demikian, BPBD juga melaporkan genangan sudah surut di sejumlah wilayah, termasuk 40 RT di Kelurahan Petogogan, serta di Kelurahan Kebon Jeruk, Cipete Utara, Jagakarsa, dan Cilandak Timur.

    Beberapa ruas jalan yang sebelumnya tergenang juga sudah dinyatakan kering, seperti Jl. H.R. Rasuna Said (Kel. Guntur), Jl. Gaya Motor Raya dan Jl. Gaya Motor 2 (Kel. Sungai Bambu), serta Jl. Perumahan Green Garden (Kel. Kedoya Utara).

    BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel ke seluruh wilayah terdampak untuk memantau kondisi dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Gulkarmat guna melakukan penyedotan air serta memastikan saluran air berfungsi normal.

    “Penanganan kami lakukan secara terpadu bersama lurah, camat, dan instansi terkait. Genangan ditargetkan surut dalam waktu cepat,” tulis keterangan resmi BPBD.

    BPBD mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi genangan dan segera melapor ke layanan darurat 112 yang beroperasi 24 jam tanpa biaya.

    Pewarta: Muhammad Ramdan
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Modifikasi cuaca bakal dilakukan di langit Jakarta

    Modifikasi cuaca bakal dilakukan di langit Jakarta

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Modifikasi cuaca bakal dilakukan di langit Jakarta
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 Juli 2025 – 22:36 WIB

    Elshinta.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bakal melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di langit Jakarta dan sekitarnya sebagai upaya mengurangi peningkatan debit air akibat hujan beberapa hari terakhir.

    “Rencana OMC akan dilaksanakan oleh BNPB, fokus di atas Bogor, Bekasi, Tangerang dan Jakarta,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji di Jakarta, Senin.

    Menurut dia, untuk DKI Jakarta masih terus memonitor pertumbuhan awan hujan terutama di Jakarta Selatan (Jaksel) dan Jakarta Timur (Jaktim).

    Sehingga, kata Isnawa, pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG untuk melakukan pengamatan cuaca, apakah perlu dilakukan OMC atau tidak.

    “BNPB dulu, sepertinya besok kami tunggu prediksi terkini BMKG, baru BPBD adakan OMC tersendiri,” ujarnya.

    Ia menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung terkait OMC dan anggaran yang dimiliki BPBD pun telah disiapkan ketika diperlukan untuk modifikasi cuaca.

    Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo meminta kepada Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta untuk memprioritaskan penanganan pengerukan kali di pinggir kota guna mengatasi banjir di kota metropolitan ini.

    “Saya sudah memutuskan untuk penanganan pengerukan (kali) di pinggir-pinggir Jakarta ini segera dilakukan karena ini menjadi prioritas utama,” kata Pramono.

    Pramono menjelaskan, salah satunya adalah Kali Irigasi Bekasi Tengah, Kecamatan Cakung. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi penanganan banjir di Jakarta.

    Pramono menjelaskan, kali sepanjang 5,3 meter tersebut sebenarnya dulu dibuat oleh pemerintah pusat untuk mengatasi banjir dan pengairan. Namun, kini kali tersebut dirawat oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

    “Karena kami tahu ini kalau tidak dirawat, salah satu sumber banjir di Jakarta. Untuk itu, saya meminta kepada Kepala Dinas SDA, kita gali,” kata Pramono.

    Sumber : Antara

  • Musim Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, Waspada Bencana Hidrometeorologi!

    Musim Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, Waspada Bencana Hidrometeorologi!

    Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan hujan akan terus turun di musim kemarau.

    Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.

    “Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” kata Dwikorita dilansir dari laman resmi BMKG.

    Selain itu, gelombang Kelvin aktif yang terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.

    Kemudian, konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Adapun berdasarkan iklim global, BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) akan tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.

    Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal dari yang seharusnya terjadi di musim kemarau atau disebut juga dengan kemarau basah.

    Lebih lanjut, kondisi ini sejalan dengan prediksi BMKG pada Maret 2025 bahwa kemarau tahun ini akan mengalami kemunduran pada sekitar 29 persen Zona Musim (ZOM). Terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa Bali, NTB, dan NTT.

    Pemantauan hingga akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa baru sekitar 30 persen Zona Musim yang telah memasuki musim kemarau. Angka ini hanya setengah dari kondisi normal, di mana secara klimatologis sekitar 64 persen Zona Musim biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni.

    Dwikorita menyoroti cuaca ekstrem yang mengintai sejumlah wilayah destinasi wisata, padat penduduk, dan aktivitas transportasi tinggi. Oleh karena itu, peringatan dini telah dikeluarkan sejak 28 Juni agar aktivitas libur sekolah dapat termitigasi. Beberapa wilayah yang perlu diwaspadai adalah sebagian Pulau Jawa bagian barat dan tengah (terutama Jabodetabek), Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Wilayah tersebut sudah terkonfirmasi terjadi hujan intensitas lebat, sangat lebat, hingga ekstrem pada beberapa hari terakhir.

    “Pada 5 Juli 2025, hujan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Hujan ekstrem tersebut berdampak kepada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang. Hujan lebat juga terjadi di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat,” paparnya.

    Begitu pula pada 6 Juli 2025, hujan kembali terjadi secara luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tangerang yang menyebabkan genangan air, antrean lalu lintas, serta peningkatan potensi bencana hidrometeorologi. Intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di daerah Puncak, Jawa Barat.

    Sementara pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek; Kalimantan Timur; Sulawesi Selatan, dan wilayah sekitarnya; Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram; Maluku bagian Tengah; Papua bagian tengah dan utara.

    “Kemudian periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” lanjutnya.

    Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto menjelaskan saat ini BMKG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini. Demikian pula bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai respon cuaca ekstrem yang berdampak kepada masyarakat.

    “Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11. Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” jelasnya.

    Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat harus mewaspadai risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi.

  • BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Siaga

    BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Siaga

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta pemerintah daerah untuk bersiaga dalam sepekan ke depan terkait dengan adanya potensi cuaca ekstrem. Dia menyebut fenomena tersebut bisa bergeser hingga ke Indonesia Tengah dan Timur. 

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut fenomena cuaca ekstrem yang kini tengah terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan Jawa Barat, berpeluang terjadi juga di Indonesia Tengah dan Timur. Dia memperkirakan hal itu bisa terjadi setelah 8 Juli 2025. 

    “Oleh karena itu mohon pemerintah daerah itu tetap berjaga-jaga, bersiaga gitu ya. Bukan hanya sekadar waspada, bersiaga caranya bagaimana, terus memonitor perkembangan informasi cuaca dari BMKG,” terangnya kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025). 

    Dwikorita menyebut lembaganya selalu berjejaring dengan pemerintah maupun aparat di setiap daerah. Bahkan, komunikasi antar lembaga dan instansi langsung dilakukan melalui WhatsApp Group. 

    Pada jejaring itu, BMKG akan selalu memberikan peringatan dini terhadap beberapa fenomena cuaca yang diperkirakan terjadi. Peringatan akan diberikan sepekan sebelum perkiraan waktu terjadinya fenomena tertentu. 

    Peringatan itu akan disampaikan juga kepada pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Balai Wilayah Sungai (BWS) serta Basarnas. 

    “Katakan peringatan dini untuk cuaca ekstrem kemarin mulai keluar tanggal 28 Juni. Diulang lagi 3 Juli, tapi berlaku mulai 4 Juli sampai 11 Juli. Jadi diulang lagi, nah kemudian setiap 3 hari diulang lagi,” tutur Dwikorita. 

    Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat melaporkan bahwa terdapat 50 titik di Jakarta tergenang banjir, Minggu (6/7/2025). Ratusan orang akhirnya mengungsi akibat situasi tersebut. 

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari menyebut, curah hujan yang tinggi sejak Sabtu telah memicu kenaikan tinggi muka air di sejumlah pintu air. Terdapat pula pengaruh fenomena pasang air laut di pesisir utara Jakarta. 

    “Adapun, wilayah terdampak di Jakarta Selatan mencakup 20 RT yang tersebar di Kelurahan Tanjung Barat, Pengadegan, Rawa Jati, Pejaten Timur, Kebon Baru, dan Manggarai,” katanya dalam keterangan resmi. 

    Lebih lanjut, sebanyak 30 RT lainnya berada di Jakarta Timur, meliputi Kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Bale Kambang, Cawang, dan Cililitan. Ketinggian muka air bervariasi antara 40 hingga 270 sentimeter.

  • Basarnas Tak Terima Panggilan Darurat KMP Tunu, Dapat Info Sudah Tenggelam

    Basarnas Tak Terima Panggilan Darurat KMP Tunu, Dapat Info Sudah Tenggelam

    Basarnas Tak Terima Panggilan Darurat KMP Tunu, Dapat Info Sudah Tenggelam
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (
    Basarnas
    ) Marsekal Madya TNI M Syafi’i mengungkapkan pihaknya tidak menerima panggilan darurat dari
    KMP Tunu Pratama Jaya
    yang tenggelam di
    Selat Bali
    .
    Syafi’i menyebut Basarnas baru menerima informasi ketika KMP Tunu sudah tenggelam.
    Hal tersebut Syafi’i sampaikan dalam rapat Komisi V DPR dengan Basarnas dan BMKG di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025).
    “Pada saat kejadian memang yang kami harapkan bahwa Basarnas itu mendapatkan informasi pada saat awal kedaruratan terjadi. Namun yang terjadi kami juga tidak tahu persis kejadiannya, bahwa informasi itu kami dapat pada saat kapal sudah hilang dari permukaan,” ujar Syafi’i.
    Syafi’i mengatakan, 10 menit setelah menerima informasi, Basarnas langsung bergerak ke lokasi. Namun, pada malam itu, Basarnas tidak berhasil menemukan apapun.
    “Pada malam itu, kita tidak menemukan apa-apa. Kemudian sampai akhirnya informasi pertama kita dapat yaitu kira-kira jam 3 atau 4 pagi baru korban pertama ditemukan, kira-kira di 10 mil dari lokasi yang memungkinkan,” jelasnya.
    Menurut Syafi’i, jarak Basarnas dengan titik hilangnya kapal pada pukul 23.00 waktu setempat, awalnya sebenarnya hanya 1,2 mil saja.
    Namun, ketika korban ditemukan pertama kali pada pukul 03.00 waktu setempat, jaraknya sudah sejauh 18 km.
    “Pada pencarian hari pertama, yaitu pada pagi hari, ini kita dibantu oleh seluruh potensi SAR yang ada, mulai dari nelayan, penduduk, dan seluruh kapal yang ada di situ. Begitu mendengar informasi ada di bagian selatan, semua kekuatan baru kita kerahkan arah selatan,” kata Syafi’i.
    “Kami sampaikan total kekuatan yang melaksanakan operasi pada hari ini jumlah personel sebanyak 600 lebih personel, yang terdiri ABK atau alutsista dari kapal ada 18 kapal yang tergabung. Kemudian dari unsur heli juga dari unsur Basarnas dibantu heli dari kepolisian dan TNI AL,” imbuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Akan terjadi banjir rob di Jakarta pada satu-dua hari ke depan

    Akan terjadi banjir rob di Jakarta pada satu-dua hari ke depan

    Warga melintasi genangan rob di Muara Angke, Jakarta, Rabu (25/6/2025). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mengimbau masyarakat yang tinggal di pesisir utara Jakarta untuk mewaspadai potensi banjir rob akibat adanya fenomena Super New Moon atau fase bulan baru yang puncaknya terjadi pada 27 Juni 2025. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.

    Akan terjadi banjir rob di Jakarta pada satu-dua hari ke depan
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 07 Juli 2025 – 14:39 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperingatkan masyarakat akan terjadinya banjir rob dalam satu hingga dua hari ke depan.

    “Dari ramalan cuaca yang dikeluarkan BMKG, ada kemungkinan satu-dua hari ini ada rob. Permukaan air naik, sekaligus hujan,” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo saat dijumpai di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Senin.

    Oleh karena itu, lanjutnya, sebagai salah satu langkah antisipasi banjir, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau curah hujan. Untuk itu, Pramono telah memerintahkan Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta beserta seluruh tim untuk selalu siaga dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk mengatasi banjir.

    Pramono pun berharap, banjir bersamaan seperti yang terjadi Minggu malam (6/7) tak terjadi lagi. Dia mengatakan, Jakarta pada Minggu malam (6/7) tiga banjir bersamaan yakni rob, kiriman dan akibat hujan.

    “Saya meminta untuk bersiap mengatasi itu. Supaya pengalaman kita semalam tidak terulang. Kejadian semalam itu menunjukkan bahwa sebenarnya, apa ya, di luar nalar gitu,” kata Pramono.

    Pemprov DKI Jakarta juga telah menyiapkan sejumlah alat-alat untuk mengatasi banjir. Hal itu seperti 202 lokasi pompa stasioner dengan jumlah 605 unit. Kemudian pompa mobil di lima wilayah, masing-masing 100 unit.

    “Bahkan pompa-pompa apung yang kecil-kecil, semua sudah dibagi tadi malam. Kemudian alat-alat berat kurang lebih 202 unit,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Ika Agustin Ningrum.

    Selain itu, Ika mengatakan Jakarta juga terus melakukan pengerukan kali meski bukan di musim panas.

    Sumber : Antara

  • Banjir rob Jakarta, Gubernur tinjau pengerukan Kali Irigasi Bekasi sepanjang 5,3 km di Cakung

    Banjir rob Jakarta, Gubernur tinjau pengerukan Kali Irigasi Bekasi sepanjang 5,3 km di Cakung

    Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.

    Banjir rob Jakarta, Gubernur tinjau pengerukan Kali Irigasi Bekasi sepanjang 5,3 km di Cakung
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 Juli 2025 – 15:17 WIB

    Elshinta.com – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meninjau langsung kegiatan pengerukan Kali Irigasi Bekasi di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Jumat (30/6/2025).

    Kegiatan tersebut didampingi oleh Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA), Asisten Pembangunan, Wali Kota Jakarta Timur, serta jajaran staf khusus.

    “Irigasi ini dulunya dibangun oleh pemerintah pusat untuk mengatasi banjir dan mendukung sistem pengairan. Namun sekarang perawatannya ditangani oleh Pemprov DKI Jakarta karena kami sadar jika tidak dirawat, ini bisa jadi salah satu penyebab utama banjir,” kata Gubernur Pramono saat meninjau lokasi di Cakung, Senin (7/7/2025).

    Ia menyampaikan panjang irigasi yang akan dikeruk mencapai 5,3 kilometer, dan pengerjaan ini ditetapkan sebagai prioritas utama penanggulangan banjir di wilayah perbatasan Jakarta.

    “Saya sudah minta kepada Ibu Ika selaku Kepala Dinas SDA agar pengerukan segera dilakukan, terutama di titik-titik yang selama ini menjadi sumbatan aliran air,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan itu, Pramono menjelaskan bahwa banjir yang terjadi baru-baru ini merupakan kondisi luar biasa, karena terjadi akibat tiga faktor secara bersamaan, yakni banjir kiriman dari wilayah hulu, curah hujan tinggi lokal, dan rob akibat naiknya permukaan air laut.

    “Baru pertama kali dalam empat bulan masa kepemimpinan saya, tiga jenis banjir terjadi bersamaan. Permukaan laut baru turun jam 10.30 malam tadi. Baru setelah itu pompa bisa dioperasikan,” paparnya.

    Ia juga mengungkapkan dari 600 pompa air milik Pemprov DKI, 10 unit mengalami kerusakan karena beban kerja ekstrem akibat volume air yang sangat tinggi.

    “Meski demikian, kami memastikan bahwa banjir di sebagian besar wilayah Jakarta sudah tertangani, hanya menyisakan beberapa titik genangan di wilayah Jakarta Timur dan sebagian Jakarta Barat,” ujarnya.

    Pramono juga berjanji akan terus melakukan koordinasi intensif dengan seluruh wali kota untuk memastikan penanganan optimal.

    “Saya pastikan seluruh jajaran, mulai dari wali kota hingga dinas terkait, standby. Bahkan kami semua nyaris tidak tidur. Tapi alhamdulillah, situasi sudah jauh lebih baik,” ucapnya.

    Merujuk prediksi BMKG, Pramono mengimbau masyarakat tetap waspada, karena dalam satu hingga dua hari ke depan, masih ada potensi cuaca ekstrem dan rob.

    “Kami terus bersiaga. Tugas kami bukan hanya merespons, tapi memastikan Jakarta siap menghadapi tantangan iklim ekstrem,” pungkasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamzah Aryanto. 

    Sumber : Radio Elshinta

  • 5
                    
                        Peringatan BMKG: Hujan Ekstrem Masih Terjadi di Jakarta, Lalu Bergerak ke Indonesia Timur
                        Nasional

    5 Peringatan BMKG: Hujan Ekstrem Masih Terjadi di Jakarta, Lalu Bergerak ke Indonesia Timur Nasional

    Peringatan BMKG: Hujan Ekstrem Masih Terjadi di Jakarta, Lalu Bergerak ke Indonesia Timur
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    )
    Dwikorita Karnawati
    memperingatkan bahwa
    hujan
    ekstrem masih bisa terjadi di Jakarta, Jawa Barat, dan sekitarnya.
    Namun, setelah tanggal 8 Juli 2025 besok,
    hujan ekstrem
    akan mulai bergeser ke arah Indonesia tengah dan timur.
    “Ini (hujan ekstrem) potensinya paling tidak sepekan ke depan itu masih bisa terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Tidak hanya di Jawa Barat, DKI, itu bahkan nanti setelah tanggal 8 itu bergerak ke wilayah Indonesia Tengah, terus nanti ke Timur. Jadi, berangsur-angsur bergerak, termasuk gelombang, selain cuaca ya,” ujar Dwikorita, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025).
    Berhubung
    cuaca ekstrem
    akan bergeser, Dwikorita meminta kepada pemerintah daerah untuk berjaga dan bersiaga.
    Dia meminta mereka terus memonitor perkembangan informasi cuaca dari BMKG.
    “Kami melalui jaringan aparat pemerintah daerah, jadi ada jaringannya kami di setiap BMKG daerah itu berjejaring dengan pihak-pihak terkait di daerah. Nah, di situ antara lain lewat WA Group ya, kadang-kadang temu darat juga,” papar dia.
    “Nah, di situ kami selalu memberikan peringatan dini. Peringatan dini BMKG itu keluarnya kapan? Seminggu, katakan kemarin peringatan dini untuk cuaca ekstrem kemarin mulai keluar tanggal 28 Juni. Diulang lagi 3 Juli, tapi berlaku mulai 4 Juli sampai 11 Juli. Jadi diulang lagi, nah kemudian setiap 3 hari diulang lagi,” sambung Dwikorita.
    Dengan begitu, jika terjadi hujan lebat, pemerintah daerah sudah harus membersihkan saluran di wilayahnya masing-masing agar tidak meluap.
    Selain itu, kata Dwikorita, masyarakat juga harus diberi kewaspadaan ketika terjadi hujan lebat.
    “Jadi, ya harus menjaga lingkungan, jangan membuang sampah gitu ya, disiapkan pompa, itu sebenarnya terutama dengan DKI ya. Bahkan, kadang-kadang dengan Pak Gubernur kami chat juga ya, DKI lalu Jawa Barat. Beberapa gubernur kami lakukan koordinasi itu agar ada persiapan-persiapan,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sragen Jateng Diguncang Gempa Magnitudo 4,6

    Sragen Jateng Diguncang Gempa Magnitudo 4,6

    Bisnis.com, JAKARTA – Gempa magnitudo 4,6 mengguncang Sragen Jawa Tengah hari ini, Senin 7 Juli 2025.

    Menurut data BMKG, gempa terjadi pada pukul 14:32:22WIB.

    Adapun pusat gempa berlokasi di titik 7.38LS, 111.06BT atau 6 km TimurLaut SRAGEN-JATENG).

    Gempa itu pusatnya cukup dalam yakni di kedalaman 231 Km.

    Kabupaten Sragen adalah sebuah wilayah kabupaten di Solo Raya, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

    Ibu kotanya adalah kecamatan Sragen, sekitar 30 km sebelah Timur Laut Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di Utara, Kabupaten Ngawi di Timur, Kabupaten Karanganyar di Selatan, serta Kabupaten Boyolali di Barat. Penduduk kabupaten Sragen berjumlah 1.021.435 jiwa pada tahun 2024.

    Kabupaten ini dikenal dengan sebutan “Kabupaten Fosil” dan juga dikenal sebagai “Bumi Sukowati”,  nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.

    Kawasan Sangiran merupakan tempat ditemukannya fosil manusia purba dan binatang purba.[butuh rujukan] Fosil-fosil tersebut kemudin menjadi koleksi Museum Fosil Sangiran.

    Selain di Sragen, hari ini juga terjadi gempa magnitudo 2,8, 07-Jul-2025 14:08:03 WIB, Lok:1.71LU, 127.27BT (53 km BaratLaut HALMAHERABARAT-MALUT), dengan kedalaman 13 Km